Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HAKEKAT SAINS

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sains, Teknologi dan Masyarakat yang


Dibina Oleh Ibu Erni Yulianti, S.Pd., M.Pd. dan Ibu Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc.

Oleh:

Kelompok 1/Offering A 2017

Febilia Dwi Anggraini (170351616508)


Ferryan Sandi (170351616556)
Meilian Nurhalida (170351616551)
Rahma Sinta Puspitaning (170351616577)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
Januari 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan berkat serta
rahmat juga hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“HAKEKAT SAINS”.Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sains,
Teknologi dan Masyarakat sekaligus untuk menambah wawasan dan pengetahuan
kami terhadap Hakekat Sains.
Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada Ibu Erni Yulianti,
S.Pd., M.Pd. dan Ibu Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Sains, Teknologi dan Masyarakat dan beberapa pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini memiliki banyak manfaat sebagai referensi di bidang
Pendidikan dan serta berguna dan memberikan banyak pengetahuan baru bagi para
pembaca. Namun makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan
saran sangat kami harapkan agar dikemudian hari kami dapat memperbaiki menjadi
lebih baik lagi.

Malang, 28 Januari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Mendefinisikan Sains Melalui Berbagai Kajian Literatur ..................... 3
2.2 Menjelaskan Objek dan Karakteristik Sains ......................................... 3
2.3 Menjelaskan Sains Sebagai Kumpulan Pengetahuan ............................ 4
2.4 Menjelaskan Sains Sebagai Cara Berpikir ............................................ 6
2.5 Menjelaskan Sains Sebagai Cara Penyelidikan ..................................... 7
2.6 Menjelaskan Sains Sebagai Cara Berpikir ............................................ 8
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 13
3.2 Saran ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.6.1. Pengelompokkan Sikap Ilmiah Siswa .......................................... 10


Tabel 2.6.2. Sikap-Sikap Ilmiah pada pembelajaran IPA ................................ 11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sains merupakan suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang semua gejala alam secara sistematis. Sains juga
adalah ilmu yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia.
Pembelajaran sains diberikan pada seluruh jenjang pendidikan yang ada di
Indonesia baik negeri maupun swasta. Pembelajaran sains dikenalkan sejak
dini di dunia pendidikan dengan tujuan untuk mengenalkan dan
menanamkan agar dapat berfikir kritis dan berperilaku ilmiah. Karena sains
berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam,
pengembangan keterampilan, wawasan, dan kesadaran teknologi yang
berkaitan dengan pemanfatannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hakikat sains adalah landasan untuk berpijak dalam mempelajari
IPA, karena sains merupakan tubuh dari pengetahuan yang dibentuk
melalui proses kreatif yang sistematis melalui proses observasi dalam
waktu terus menerus hingga dapat diuji kebenarannya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sains?
2. Bagaimana obyek dan karakteristik dalam sains?
3. Bagaimana kumpulan pengetahuan dalam sains?
4. Bagaimana cara berpikir dalam sains?
5. Bagaimana cara penyelidikan dalam sains?
6. Bagaimana cara bersikap dalam sains?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari sains
2. Untuk mengetahui obyek dan karakteristik dalam sains
3. Untuk mengetahui kumpulan pengetahuan dalam sains
4. Untuk mengetahui cara berpikir dalam sains

1
5. Untuk mengetahui cara penyelidikan dalam sains
6. Untuk mengetahui cara bersikap dalam sains

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mendefinisikan Sains Melalui Berbagai Kajian Literatur


Menurut Surjani Wonorahardjo (2010) dalam sudut bahasa, sains
atau Science berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata Scientia yang berarti
pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam.
Berbeda dengan pendapat Fisher (Ali Nugraha, 2005)
mendefinisikan sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh
dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan
dengan penuh ketelitian.
Sedangkan James Conant (Usman Samatowa, 2006) mendefinisikan
sains sebagai suatu deretan konsep yang berhubungan satu sama lain, dan
tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk
penelitian yang lebih lanjut.
Menurut Wahyana dalam Trianto (2011) sains merupakan suatu
kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam
penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai definisi sains, maka dapat
disimpulkan bahwa sains merupakan aktivitas penemuan hingga pemecahan
masalah yang didasarkan pada rasa ingin tahu tentang sekitarnya serta
bersifat kenyataan sehingga dapat dikemukakan sebagai konsep
pengetahuan.

2.2 Menjelaskan Objek dan Karakteristik Sains


Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan, agar kumpulan
pengetahuan dapat dikatakan ilmu pengetahuan maka harus memenuhi syarat-
syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah objek material dan objek formal.
Objek material adalah sesuatu hal yang dapat dijadikan sasaran pemikiran
atau sesuatu hal yang dapat diselidiki bahkan dipelajari. Objek material
mencakup hal konkrit (manusia, tumbuhan, hewan) dan abstrak (ide, nilai,
kerohanian). Dan objek formal adalah cara dalam memandang dan meninjau hal

3
yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek material. Satu objek material dapat
ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menimbulkan ilmu pengetahuan
yang berbeda (Mudhofir, 2005).
Sains mempelajari tentang alam semesta, baik yang dapat diamati dengan
indera maupun yang tidak diamati oleh indera. Karena itu, harus paham tetang
apa saja sifat sains sesungguhnya. Karakteristik sains adalah pengetahuan yang
diperoleh secara sistematis dan usaha manusia dengan menggunakan observasi
dan eksperimentasi.
Menurut Djojosoediro (2009) karakteristik sains merupakan suatu
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam
penggunaanya terbatas pada gejala alam, pengetahuan teoritis yang disusun
dengan cara yang khas, suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan
konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi dan
bermanfaat untuk percobaan lebih lanjut. Sains meliputi empat unsur yaitu
produk, proses, aplikasi, dan sikap.

2.3 Menjelaskan Sains Sebagai Kumpulan Pengetahuan


Ilmu pengetahuan Alam atau biasa disebut dengan IPA merupakan ilmu
yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA
merupakan suatu pengetahuan yang sistematis dan susunannya teratur, berlaku
untuk siapa saja dan biasanya disajikan dalam bentuk kumpulan data hasil dari
observasi serta eksperimen (Nastiti & Hiduan,2018).
IPA merupakan kumpulan dari suatu pengetahuan yang disusun secara
sistematis tidak hanya berupa fakta-fakta konsep-konsep atau prinsip-prinsip
saja namun juga merupakan suatu proses penemuan, serta digunakan secara
umum dan terbatas pada gejala-gejala alam, namun perkembangannya tidak
diketahui dari adanya kumpulan dari berbagai fakta juga terdapat metode ilmiah
serta sikap ilmiah. Sains sebagai kumpulan dari pengetahuan menunjukkan
bahwa sains berhubungan dengan fakta, teori, hukum serta prinsip dari
kesemuanya tersebut merupakan produk dari sebuah hasil observasi. IPA juga
merupakan kumpulan serangkaian pengetahuan yang diperoleh dari proses
penemuan secara sistematis mengenai alam. Hal ini dinyatakan oleh Josep

4
Abruscato pada tahun 1995 yakni “Science is the knowledge gathered through
a group of procceses that people use systematically to make discoveries about
the natural world”.
Pengetahuan tersebut memiliki karakteristik yang berupa nilai serta sikap
yang digunakan oleh manusia sebagai proses
a. Sains sebagai proses untuk menuntun suatu penemuan
Dalam hal ini seorang ilmuwan menggunakan satu ataupun lebih dari
keterampilan proses sains. Keterampilan dari proses sains sendiri terdiri atas
mengamati, mengklasifikasi, menggunakan hubungan tempat atau waktu,
menggunakan angka, mengukur, mengkomunikasikan, membuat hipotesisi,
melakukan eksperimen, mengontrol variabel, menginterpretasi data serta
defisnisi operasional.
b. Sains sebagai suatu pengetahuan
proses yang melibatkan sains dapat menghasilkan suatu pondasi
pengetahuan yang terdiri atas kumpulan dari fakta, generalisasi ataupun
konsep yang menyamakan fakta serta kumpulan prinsip yang dapat berguna
untuk membuat suatu prediksi.
c. Sains sebagai kumpulan nilai
Terdapat enam nilai dari suatu proses dalam sains serta pembelajaran yakni
kebenaran, kebebasan, keraguan, tertib, keaslian serta komunikasi
(Trianto,2012).
Sains merupakan suatu sistem dari pengetahuan mengenai alam yang
memuat data dari hasil penelitian serta eksperimen yang telah diatur atau
terkontrol. Sains juga menyajikan data yang telah diperoleh dan teori yang telah
ada berguna untuk menjelaskan dari hasil pengamatan yang diperoleh.
Pemahaman mengenai teori sains dibeikan test berupa kemampuan dalam
menjelaskan apa yang sudah diamati, kemampuan memprediksi dari apa yang
belum diamati serta kemampuan dari menguji melalui percobaan kemudian
memodifikasi sesuai apa yang dibutuhkan. IPA memiliki tiga elemen yakni
proses, produk serta sikap. Proses atau metode merupakan cara untuk
menyelesaikan dari suatu permasalahan yang terdiri dari mengamati, membuat
hipotesisi, mendesain,serta memecahkan masalah melalui eksperimen,

5
mengevaluasi data, melakukan suatu pengukuran dan lainnya. Dalam bentuk
produk dapat berupa fakta, prinsip, hukum serta teori dan sikap berupa
kepercayaan, nilai serta pendapat (Carin&Sund, 1989).

2.4 Menjelaskan Sains Sebagai Cara Berpikir


Terdapat beberapa hakikat IPA yang dinyatakan diantaranya adalah
IPA sebagai cara berpikir (science as a way of thingking), IPA sebagai cara
penyelidikan (science as a way of ivestigating) IPA sebagai bangunan
pengetahuan (science as a body of knowledge), IPA sebagai interaksi antara
teknologi dan masyarakat (science and its interactions with technology and
society). Keluaran dari seluruh proses tersebut diantaranya adalah sikap,
proses, produk serta aplikasi. Sains merupakan suatu cara berikir pada upaya
penyelidikan mengenai gejala alam serta sebagai suatu kumpulan pengetahuan
yang diperoleh dari proses penyelidikan serta penekanan dalam memberikan
pengalaman langsung. IPA sebagai cara berpikir (a way of thinking) ditandai
dengan adanya proses berpikir untuk memberikan suatu gambaran tentang rasa
keingintahuannya mengenai fenomena alam. IPA sebagai cara berpikir
(science as a way of thingking) memiliki tujuh sikap yakni kepercayaan,
keingintahuan, daya khayal, penalaran, hubungan sebab akibat, pengujian diri
sendiri serta keraguan dan objektif serta terbuka (Koballa dan Chiappetta,
2010).
Salah satu aspek yang banyak diabaikan dalam proses pembelajaran
namun dapat membantu proses berpikir siswa adalah kurangnya memberi
informasi kepada peserta didik mengenai sejarah sains. Guru maupun buku
kurang memberi penjelasan tentang upaya atau langkah yang ditempuh oleh
seorang ilmuwan dalam menemukan suatu konsep, hukum, teori maupun
penemuan lainnya yang berbentuk barang seperti sepeda pesawat telepon
mesin uap komputer dan lain sebagainya. Padahal sejarah penemuan dan upaya
para ilmuwan tersebut apabila disampaikan kepada peserta didik maka akan
menjadi masukan yang sangat berarti bagi peserta didik untuk meningkatkan
motivasi belajar titik perkembangan ini juga membelajarkan peserta didik
mengenai pentingnya sebuah proses. Bahwa ilmu pengetahuan tidak akan

6
muncul begitu saja namun harus diawali dengan sebuah proses belajar berpikir
dan berkreasi.

2.5 Menjelaskan Sains Sebagai Cara Penyelidikan


Sains dapat dipandang sebagai cara menyelidiki klaim tentang fenomena,
dan sebagai tubuh tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari penyelidikan.
Chiappetta dan Koballa (2010) menambahkan bahwa terdapat 4 dimensi sains,
diantaranya (1) sains sebagai cara berpikir, (2) sains sebagai cara penyelidikan,
(3) sains sebagai tubuh pengetahuan, (4) sains dan interaksinya dengan
teknologi dan masyarakat. Sebagai cara penyelidikan (science as a way of
investigating), IPA menggunakan metode ilmiah yang terdiri dari mengamati,
mengumpulkan data, mengembangkan hipotesis, mengeksperimen, dan
membuat kesimpulan.
Sains sebagai cara berpikir merupakan aktivitas mental (berpikir) orang-
orang yang bergelut dalam bidang yang dikaji. Para ilmuan berusaha untuk
mengungkap, menjelaskan serta menggambarkan fenomena alam. Ide-ide dan
penjelasan suatu gejala alam tersebut disusun didalam pikiran. Kegiatan
tersebut didorong oleh rasa ingin tahu untuk memahami dan mendapat
penjelasan atas gejala alam yang terjadi. Sebagai cara penyelidikan, sains
memberikan gambaran mengenai pendekatan-pendekatan dalam penyusunan
pengetahuan. Dasar dari sejumlah metode dalam penyelesaian masalah
pengetahuan adalah observasi dan prediksi (Siti & Zuhdan) (2014)
Sains sebagai proses atau metode penyelidikan (inquiry methods) meliputi
cara berpikir, sikap dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk memperoleh
produk-produk sains atau ilmu pengetahuan ilmiah. Sebagai contoh yaitu
observasi, pengukuran, merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan
data, bereksperimen, dan prediksi.
Didalam penyelidikan suatu ilmiah terbagi menjadi tujuh tahapan, yaitu :
1) Observasi atau pengamatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
menggunakan panca indera.

7
2) Prediksi yaitu memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan
kecenderungan atau pola hubungan yang terdapat pada data yang telah
diperoleh
3) Interpretasi, yaitu penafsiran terhadap data-data yang telah telah diperoleh
diri hasil pengamatan.
4) Merencanakan dan melaksanakan penelitian eksperimen.
a. Tahap-tahap penelitian
i. Menetapkan masalah penelitian
ii. Menetapkan hipotesis penelitian
iii. Menetapkan alat dan bahan yang digunakan
iv. Menetapkan langkah-langkah percobaan serta waktu yang
dibutuhkan
5) Mengendalikan variabel yaitu mengukur variabel sehingga ada perbedaan
pada akhir eksperimen karena pengaruh variabel yang diteliti.
6) Hipotesis, yaitu suatu pernyataan berupa dugaan sementara tentang
kenyataan-kenyataan yang ada di alam melalui pikiran.
7) Kesimpulan, yaitu hasil akhir dari proses pengamatan.

2.6 Menjelaskan Sains Sebagai Cara Bersikap


Sikap menurut Winkel (1993) merupakan suatu kecenderungan untuk
menerima atau menolak suatu objek tersebut sebagai objek yang berharga atau
baik dan objek yang tidak berharga atau tidak baik. Sedangkan sikap ilmiah
adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuan untuk
mencapai hasil yang diharapkan (Hendracipta N, 2016)
Sikap ilmiah merupakan hal yang dibutuhkan untuk dapat memecahkan
suatu masalah, oleh karena itu seorang ilmuan akan bersikap tertentu untuk
dapat mencapai suatu hasil yang diiginkan. Sikap tersebut yaitu:
1. Bersifat objektif pada fakta
2. Dalam mengambil kesimpulan tidak tergesa-gesa
3. Berhati terbuka
4. Dapat membedakan suatu fakta atau pendapat
5. Tidak memihak suatu pendapat tertentu tanpa didasari fakta

8
6. Tidak menggunakan prasangka dalam membuat kesimpulan
7. Tidak percaya akan takhayul
8. Dalam memecahkan masalah bersifat tekun dan sabar
9. Mengkomunikasikan hasil penemuan untuk diselidiki, diberikan kritik
serta disempurnakan
10. Bersedia bekerjasama
11. Memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap suatu masalah
Terdapat perbedaan antara sikap ilmiah dan sikap terhadap sains. Sikap
ilmiah merupakan sikap ilmuan dalam mencari lalu mengembangkan suatu
ilmu pengetahuan , sedangkan sikap terhadap sains memiliki pengertian
kecenderungan seseorang pada sains.
Bagi siswa suatu pemahaman konsep dapat bermakna apabila siswa dapat
menemukan konsep melalui proses sains yang dilakukannya sendiri. Pada
proses sains kegiatan yang dilakukan antaranya yaitu eksperimen atau
percobaan. Melalui kegiatan eksperimen pada pembelajaran tersebut dapat
melatih keterampilan proses sains siswa dan juga berkembangnya sikap ilmiah
pada siswa. Menurut (Herlen,1992) Sikap ilmiah (scientific attitude) terdiri dari
dua makna yaitu sikap terhadap IPA (attitude of science) dan sikap yang
melekat setelah mempelajari IPA (attitude to science). Dalam pembahasan ini
yang lebih ditekankan yaitu tentang sikap yang melekat setelah mempelajari
IPA yang meliputi perilaku positif antara lain rasa ingin tahu, berpikir kritis
dan terbuka serta bersikap jujur.
Sikap ilmiah yang dimiliki siswa merupakan suatu tolak ukur etika
penelitian para ilmuan dalam menjalankan kegiatan ilmiah. Dampak yang
terjadi pada siswa jika tidak memiliki sikap ilmiah yaitu akan memberi
pengaruh buruk bagi produk sains atau teknologi yang akan dihasilkan, hal
tersebut yang menjadikan sikap ilmiah sebagai syarat mutlak yang harus
dimiliki oleh siswa (Sardinah dkk, 2012)
(Tursinawati, 2010) menjabarkan Sains sebagai sikap memiliki indikator,
yaitu:
1. Ilmuan tidak akan mudah puas pada suatu ilmu pengetahuan
2. Ilmu pengetahuan bersifat konsisten

9
3. Ilmuan selalu terbuka pada ide baru
4. Ilmua memiliki sifat jujur ilmu pengetahuan menjadi tradisi intelektual
5. Ilmuan harus bertanggung jawab terhadap keilmuannya
Sikap ilmiah bukan hanya sikap terhadap sains, karena sikap terhadap sains
hanaya fokus pada apakah siswa suka atau tidak suka pada pembelajaran sains.
Namun keduanya saling berhubungan karena sikap positif teradap sains akan
berkontribusi tinggi dalam pembentukan sikap ilmiah siswa.Pengelompokan
sikap ilmiah oleh para ahli memiliki banyak variasi. Berikut table sikap ilmiah
oleh para ahli:
Tabel 2.6.1
Pengelompokkan Sikap Ilmiah Siswa Menurut Beberapa Tokoh

Gegga Harlen AAAS


Curiosity (sikap ingin Curiosity (sikap ingin Honesty (sikap jujur)
tahu) tahu)
Inventiveness (sikap Respect for evidence Curiosity (sikap ingin
penemuan) (sikap respek terhadap tahu)
data)
Critical thingking (sikap Critical reflection (sikap Open minded (sikap
berpikir kritis) refleksi kritis) berpikiran terbuka)
Persistence (sikap teguh Perseverance (sikap Skepticism (sikap
pendirian) ketekunan) keragu-raguan)
Creativity and
inventiveness (sikap
kreatif dan penemuan),
Open mindedness (sikap
berpikiran terbeuka),
Co-operation with others
(sikap bekerjasama
dengan orang lain),
Willingness to tolerate
uncertainly (sikap

10
kaingin menerima
ketidakpastian),
Sensitivity to
environment (sikap
sensitive terhadap
lingkungan).
(Anwar H, 2009)

Dari pengelompokan sifat imliah yang dikemukakan para ahli, dapat


disimpulkan sikap-sikap ilmiah yang akan muncul pada pembelajaran IPA
yaitu:
Tabel 2.6.2
Sikap-Sikap Ilmiah pada pembelajaran IPA
No. Sikap Ilmiah Contoh perilaku
1. Bersifat jujur • Melaporkan pemerhatian asal walaupun
pemerhatian asal menyangkal hipotesis
awal
2. Terbuka pada ide-ide • Ketersediaan untuk menukar
baru (willnes to Change pandangan,pendapat
Opinions) • Menerima hasil penyelidikan sesuai
dengan data walaupun tidak sesuai dengan
hipotesis
3. Bertanggung jawab • Menjaga alat dan bahan yang dilakukan
terhadap keilmuannya dalam percobaan/praktikum
• Melaksanakan tugas dan kewajiban yang
dibebankan dalam kegiatan
percobaan/penyelidikan
4. Bersikap Objektif • Sikap mempertimbangkan semua data
yang ada sebelum membuat keputusan
• Melaporkan apa adanya tanpa melakukan
manipulasi ke data dan sampai ke atasnya

11
5. Bekerja sama • Menghargai pendapat orang lain
• Berpartisipasi dalam melaksanakan
kegiatan kelompok dalam kegiatan
pembelajaran
• Menafsirkan Bersama-sama terhadap hasil
pengamatan pada praktikum

6. Pemikiran kritikal • Mencari kejelasan pernyataan atau


pertanyaan
• Mencoba memperoleh informasi yang
benar
7. Berlandaskan pada bukti • Sikap seseorang bergantung pada fakta,
data-data emperikal dalam membuat
keputusan
8. Rasa ingin tahu • Mengajukan dugaan sementara (hipotesis)
terhadap fenomena alam
• Mengamati kejadian dan fenomena yang
dilakukan dalam praktikum IPA
9. Sikap mawas diri • Sikap hati-hati dalam melaksanakan
praktikum/percobaan
• Menjaga keamanan dari bahaya yang
ditimbulkan dalam melaksanakan
praktikum/percobaan
10. Kedisiplinan diri • Patuh pada berbagai ketentuan/peraturan
laboratorium
• Menempatkan alat laboraorium pada
tempatnya
11. Kesadaran atau peduli • Mengembangkan upaya untuk
terhadap lingkungan memperbaiki kerusakan alam yang sudaah
terjadi
(Sardinah dkk,2012)

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Sains merupakan aktivitas penemuan hingga pemecahan masalah yang
didasarkan pada rasa ingin tahu tentang sekitarnya serta bersifat kenyataan
sehingga dapat dikemukakan sebagai konsep pengetahuan.
2. Objek sains meliputi objek material dan formal dan karakteristik sains
merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis.
3. IPA merupakan kumpulan dari suatu pengetahuan yang disusun secara
sistematis tidak hanya berupa fakta-fakta konsep-konsep atau prinsip-
prinsip saja namun juga merupakan suatu proses penemuan secara
sistematis mengenai alam.
4. IPA sebagai cara berpikir (a way of thinking) ditandai dengan adanya
proses berpikir untuk memberikan suatu gambaran tentang rasa
keingintahuannya mengenai fenomena alam.
5. IPA sebagai cara menyelidiki terbagi menjadi tujuh tahapan, yaitu:
observasi, prediksi, interpretasi, merencanakan, mengendalikan, hipotesis
dan kesimpulan.
6. IPA sebagai cara bersikap yaitu dengan mimiliki sifat bersifat jujur,
terbuka pada ide-ide baru (willnes ti Change Opinions), bertanggung
jawab terhadap keilmuannya, bersikap Objektif, bekerja sama, pemikiran
kritikal, berlandaskan pada bukti, rasa ingin tahu, rasa mawas diri,
kedisiplinan diri dan Kesadaran atau peduli terhadap lingkungan.

3.2 Saran
IPA merupakan kumpulan dari pengetahuan serta proses. Belajar IPA tidak
hanya sekedar memahami tentang konsep ilmiah serta aplikasinya pada
masyarakat, namun juga digunakan untuk mengembangkan berbagai nilai yang
dikandung dalam dimensi sains. Oleh karena itu Ilmu Pengetahuan Alam
diharapkan menadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari mengenai diri
sendiri serta alam sekitarnya dan mengembangkan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Herson. Penilaian Sikap Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu,
Volume 2 No.5, Mei 2009.
Carin, A& Sun,R. 1989. Teaching Science Through Discovery. Columbus: Charls
E Merrill Publishing Company

Chiappetta, A & Sun, R. 2010. Science Instruction in The Middle and Secondinary
Schools Developing Fundamental Knowledge and Skills. USA:
Pearson.Inc

Chiappetta, E.L. dan T.R. Koballa. 2010. Science Instruction in The Middle and
Secondinary Schools Developing Fundamental Knowledge and Skills.
USA: Pearson.Inc

Djojosoediro, Wasih. 2009. Bahan ajar cetak: Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA
SD. Jakarta: Dirjen Dikti – Depdiknas.

Dr. Siti Fatonah, M.Pd. dan Prof. Dr. Zuhdan K.Prasetyo, M.Ed. 2014.
Pembelajaran Sains. Yogyakarta : Ombak

Herlen, W. 1992. The Teaching Of Science: Studies in Primary Education.


London: David Fulton Publishers.

Mudhofir. 2005. Pengenalan Filsafat Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.

Nastiti, G& Hinduan,A. 2018. Pembelajaran IPA Model Integrated untuk


Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar pada Pokok Bahasan Energi
di SMP Negeri Purworejo, Jawa Tengah. Journal uad. Vol 4:1-2.

Nugraha, Ali. 2005. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini.
Jakarta: Depdiknas.

Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.


Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional.

Sardinah, Tursinawati & Anita N. Relevansi Sikap Ilmiah Siswa Dengan Konsep
Hakikat Sains Dalam Pelaksanaan Percobaan Pada Pembelajaran IPA

14
Di SDN Kota Banda Aceh. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Volume
13 Nomor 2. September 2012

Sardinah, Tursinawati & Anita N. Relevansi Sikap Ilmiah Siswa Dengan Konsep
Hakikat Sains Dalam Pelaksanaan Percobaan Pada Pembelajaran IPA
Di SDN Kota Banda Aceh. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Volume
13 Nomor 2. September 2012

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Tursinawati. 2010. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk


Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Pemahaman Hakekat Sains
Siswa. Bandung: UPI PresS.

Winkel, W.S. 1993. Psikologi Perkembangan. Jakarta: GramediA.

Wonorahardjo, Surjani. 2010. Dasar-Dasar Sains. Jakarta: Indeks

15

Anda mungkin juga menyukai