Disusun oleh:
Dewi Manggarani (2018020011)
Rifqi Nur Aufa (2018020018)
Fidha Merry Anjani (2018020026)
Putri Indah Mawarni (2018020028)
Rofita Indriyani (2017020005)
Kelas: Fisika 7A
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHUUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia diciptakan dengan rasa ingin tahu yang tinggi, hal tersebut
menimbulkan proses berfikir dan mengetahui sehingga menghasilkan
suatu pengetahuan. Filsafat merupakan proses berfikir, menyelidiki atau
mengkaji tentang kebenaran yang sesungguhnya. Hal ini menunjukkan
bahwa berfilsafat merupakan cara dan upaya dalam melaksanakan
penyelidikan yang meliputi tentang apa, bagaimana, dan untuk apa, dalam
konteks berpikir.
Menelisik pengertian filsafat tersebut, filsafat berkaitan dengan
ilmu pengetahuan. Di mana dalam menemukan pengetahuan akan
membutuhkan proses berfikir dan menyelidiki tentang kebenaran yang
pasti dari suatu objek. Filsafat merupakan induk dari berbagai jenis,
bentuk, dan sifat ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan salah satu aspek kehidupan manusia yang berkembang pesat
sesuai dengan perkembangan dan perubahan zaman, kebutuhan, serta
pandangan hidup manusia itu sendiri. Kehadiran filsafat ilmu pengetahuan
di tengah pluralitas ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut suatu
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara interdisipliner atau
multidisipliner, dan diamalkan secara etis dan tidak bebas nilai.1
Sebelum mengkaji lebih jauh mengenai filsafat dan ilmu
pengetahuan, penting untuk mengetahui mengenai ilmu pengetahun. Di
mana ilmu alam dan ilmu sosial merupakan bagian dari kajian
pengetahuan manusia. Oleh karena itu, di dalam makalah ini dijelaskan
terkait gambaran mengenai apa ilmu alam, ilmu sosial, perkembangan
ilmu alam dan ilmu sosial, ruang lingkup yang ada di dalamnya, serta
bagaimana hubungan ilmu alam dan ilmu sosial dengan filsafat.
1
1. Apa yang dimaksud ilmu alam?
2. Apa saja ruang lingkup dalam ilmu alam?
3. Bagaimana keterkaitan filsafat dengan ilmu alam?
4. Apa yang dimaksud ilmu sosial?
5. Apa saja ruang lingkup dalam ilmu sosial?
6. Bagaimana keterkaitan filsafat dengan ilmu sosial?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI ILMU ALAM
2
Akas Pinaringan, dkk. Ilmu Alamiah Dasar. (Yogyakarta: Zahir Publishing, 2021). Hal. 1
3
2.2 PERKEMBANGAN ILMU ALAM
Dalam beberapa pendapat, ilmu alam dapat dibagi menjadi tiga bidang utama
yaitu:
1. Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Science)
Ilmu pengetahuan sosial (social science) merupakan bidang
keilmuan yang membahas hubungan manusia dengan manusia lain yang
kaitannya dengan manusia sebagai makhluk sosial. Yang kemudian dibagi
menjadi beberapa bidang:
Psikologi, mempelajari proses mental dan tingkah laku. Dengan
pendidikan sebagai proses latihan yang terarah dan sistematis
menuju ke suatu tujuan.
Antropologi, merupakan salah satu disiplin ilmu yang berdasarkan
rasa ingin tahu yang tiada henti tentang umat manusia. 3 Dalam
3
T.O. Ihromi. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 1980). Hal.2
4
antropologi mempelajari tentang asal-usul dan perkembangan
jasmani, sosial, kebudayaan, serta tingkah laku sosial.
Etnologi, cabang dari studi antropologi yang mempelajari pola-pola
kelakuan seperti adat istiadat, sistem sosio-politik-ekonomi, dan
kesenian.
Sejarah, pencatatan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada suatu
bangsa, negara, ataupun individu.
Ekonomi, berhubungan dengan produksi, tukar menukar barang
produksi, pengolahan dalam lingkup rumah tangga, negara, atau
perusahaan.
Sosiologi, merupakan studi tentang tingkah laku/tindakan dalam
kehidupan bermasyarakat.
5
Fisiologi studi tentang fungsi faal atau organ bagian tubuh makhluk
hidup.
Sitologi ilmu yang mempelajari tentang sel secara lebih mendalam.
Histologi studi tentang jaringan tubuh atau organ makhluk hidup
yang merupakan serentetan sel sejenis Palaentologi studi tentang
makhluk hidup masa lalu.4
Ilmu Pengetahuan Aam
Ilmu Pengetahuan Ilmu Pengetahuan
Alam Fisik Alam Hayati (Biologi)
Fisika Botani
Kimia Zoologi
Astronomi Mikrobiologi
Geologi Kesehatan.
Mineralogi Mineralogi
Geografi Palaentologi
Meterologi Fisiologi
Oscanologi, dll Taksonomi, dll
4
Akas Pinaringan Sujalu, dkk. Ilmu Alamiah Dasar. (Yogyakarta: Zahir Publishing, 2021). Hal.90
6
upaya dalam melaksanakan penyelidikan yang meliputi tentang apa,
bagaimana, dan untuk apa, dalam konteks berpikir, yang apabila dikaitkan
dengan terminologi filsafat tercakup dalam aspek berikut ini, yaitu: ontologi
yang mengkaji tentang apa, epistemologi yang mengkaji tentang bagaimana,
dan aksiologi yang mengungkapkan untuk apa sebuah ilmu dipelajari.5
Filsafat ilmu alam merupakan dasar dari pengembangan ilmu yang
mengacu pada nilai berkembang yang sejalan dengan pola pikir manusia
mengenai budaya dan norma yang dianut dan dijadikan sebagai pedoman
hidup.
Beberapa dasar filsafat ilmu alam diantaranya yaitu:
1. Vitalisme
Pada awalnya, ilmu alam tidak dapat terlepas dari pengaruh
kepercayaan atau mitos. Filsafat vitalisme ini merupakan doktrin yang
menyatakan adanya kekuatan di luar alam. Di mana kekuatan tersebut
mempunyai peranan yang esensial mengatur segala sesuatu yang terjadi di
alam semesta. Kekuatan ilmu alam ini dikenal dengan istilah elan vital,
sang pencipta, yang maha kuasa, dll.
2. Mekanisme
Mekanisme merupakan pandangan yang menyatakan bahwa semua
yang terjadi di alam semesta ini merupakan hasil dari sejumlah hukum
alam (nature of law). Yang mana dalam filsafat ini, semua gejala alam
semesta terjadi dengan sendirinya sesuai dengan hukum alam sehingga
pandangan ini akan menyamakan antara gejala makhluk hidup dengan
makhluk tak hidup sehingga tidak ada perbedaan yang hakiki di antaranya.
Dengan demikian akan menggiring pandangan manusia pada paham
materialisme yang kemudian menjadi ateisme.
3. Agnotisme
Agnotisme merupakan paham yang tidak mempedulikan ada
tidaknya kekuatan di luar alam (sang pencipta, Tuhan, yang maha kuasa).
Penganut paham ini hanya mempelajari gejala alam semata. Paham ini
akan menggiring manusia bersikap sekuler sebagaimana banyak dianut
5
Radeneaea Imro’atun Istikomah dan Abdul Wachid, “Filsafat sebagai Landasan Ilmu dalam Pengembangan
Sains,” Jurnal Filsafat Indonesia, VOL. 4, No. 1, P. 61, 2021.
7
ilmuwan barat. Sementara, di Indonesia yang menjunjung tinggi falsafah
Pancasila yang secara seimbang akan dapat menjembatani antara paham
vitalisme dengan mekanisme yang justru peduli pada sang pencipta, tidak
seperti halnya agnotisme, sehingga pengetahuan alamiah secara seimbang
dilandasi dengan pengetahuan keyakinan. Sehingga ilmuwan Indonesia
selalu dalam kondisi teisme.
Menurut Sulhatul Habibah, metode ilmiah dan sikap ilmiah yang harus
dikembangkan oleh para ilmuwan mengandung tujuan sebagai berikut:
Filsafat merupakan sarana pengujian penalaran ilmiah, yang
menjadikan manusia kritis terhadap kegiatan ilmiah. Seorang ilmuwan harus
memiliki sifat kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, agar dapat menghindari
diri dari sikap solipsistik yang menganggap bahwa pendapatnya paling benar
sehingga tidak memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain serta hilang sifat
kritisnya.
Filsafat merupakan usaha merefleksi, menguji dan mengkritik,
terhadap asumsi dan metode keilmuan. Kecenderungan yang terjadi di antara
di kalangan ilmuwan modern adalah menerapkan metode ilmiah tanpa
memperhatikan struktur ilmu pengetahuannya. Sikap yang diperlukan dalam
hal ini adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan aturan yang
ditentukan, bukan sebaliknya sesuai dengan keinginan sendiri. Metode
merupakan sarana berpikir bukan hakikat ilmu.
Filsafat memberikan landasan logis terhadap metode keilmuan. Setiap
bentuk metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan
digunakan secara umum. Semakin luas penerimaan dan penggunaan metode
ilmiah, maka semakin valid metode tersebut. Penelitian yang benar-benar
memenuhi kaidah dan metode penelitian, akan berdampak positif bagi ilmu
tersebut dan perkembangannya.
8
yang sering dilakukan setiap saat. Dalam kamus besar bahasa indonesia, ilmu
memiliki dua pengertian, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerapkan gejala gejala dibidang pengetahuan tertentu.
Ilmu juga diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian tentang soal
duniawi, akhirat, lahir, batin, dan lain-lain.
Hal ini tidak berbeda jauh dari pendapat para ahli mengenai pengertian
sosial, antara lain:
LEWIS, menyatakan sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan
ditetapkan dalam interaksi sehari-hari antara warga negara
pemerintahannya.
KEITH JACOB, sosial adalah sesuatu yang dibangun dan terjadi dalam
sebuah sistus komunitas.
RUTH AYLETT, sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai sebuah
perbedaa namun tetap inheren dan terintegrasi.
PAUL ERNEST, sosial lebih dari sekedar jumlah manusia secara
individual karna mereka terlibat dalam berbagai kegiatan bersama.
PHILIP WEXLER, sosial adalah sifat dasar dari setiap individu
manusia.6
Ilmu sosial dasar adalah pengetahuan yang mempelajari tentang
berbagai masalah, khususnya masalah sosial yang terjadi pada masyarakat
dengan menggunakan teori-teori (fakta, konsep, teori) yang berasal dari
berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial,
misalnya: ekonomi, geografi, sosial, sosiologi, antropologi, psikologi sosial,
sejarah dan lain sebagainya. Berikut ini dikemukakan beberapa batasan
tentang ilmu sosial dari beberapa pakarnya:
Norman Mac Kenzie (1966) memberikan batasan ilmu sosial adalah
“all the academic disciplines which deal with men in their social context“
yang berarti semua ilmu yang mempelajari manusia dalam konteks sosialnya.
Harold A Phleps sebagaimana dikutip oleh Fairchlid, H.P (1964) bahwa
ilmu sosial sebagai “A general term fol all the sciences which are conserned
6
Bambang Sugiyanto, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Wonosobo: Bambang Sugiyanto, 2018), hal. 2
9
with human affairs; such sciences are economics, government, law,
education, psychology, sociology, anthropology” di mana ilmu sosial adalah
sebutan untuk semua ilmu yang berkaitan dengan urusan manusia, seperti:
ekonomi, pemerintahan, hukum, pendidikan, piskologi, sosologi, dan
antropologi.
Achmad Sanusi (1971) mengemukakan bahwa ilmu sosial terdiri atas
disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademik, dan
biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi makin lanjut makin ilmiah.
Deobold B. Fandalen mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah ilmu
yang mempelajari tingkah laku manusia, sementara tingkah laku manusia
dimasyarakan memiliki banyak aspek, seperti aspek ekonomi, aspek sikap
mental, aspek budaya, aspek hubungan sosial, dan lain sebagainya
(Suriasumantri, 1993).
Berdasarkan pendapat yang dikenukaan oleh para ahli tersebut
pengertian ilmu sosial yaitu bidang bidang keilmuan yang mempelajari
manusia dimasyarakat dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Definisi lain tentang ilmu sosial adalah pengetahuan yang mempelajari
tentang cara manusia berkomunikasi atau berhubungan antar sesama haruslah
terjalin dengan harmonis agar terciptanya manusia yang peduli terhadap
sesama.
10
1. Kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat, yang secara
bersama-sama merupakan masalah sosial tertentu.
2. Konsep-konsep sosial atau pengertian tentang kenyataan sosial dibatasi
oleh konsep dasar atau elementer saja yang yang diperlukan untuk
mempelajari ilmu sosial dan masalah-masalah sosial.
3. Masalah-masalah sosial yang timbul dalam masyarakat, biasanya
terlibat dalam kenyataan sosial yang saling berkaitan satu sama lain.
Dari ketiga golongan tersebut dapat dilihat, perihal manusia sebagai
makhluk sosial di mana manusia selalu membutuhkan orang lain dan
lingkungan sekitar kehidupan perihal manusia memiliki banyak aspek yang
tidak cukup ditelaah hanya menggunakan satu disiplin ilmu, sehingga muncul
ilmu-ilmu sosial.
Untuk ruang lingkup ilmu sosial sendiri dibagi menjadi beberapa
bidang yaitu:
1. Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa latin socius yang artinya kawan dan
logos yang artinya ilmu jadi, sosiologi adalah pengetahuan tentang
pertemanan atau perkawanan. Pengertian pertemanan ini selanjutnya
diperluas cukupannya menjadi sekelompok manusia yang hidup bersama
dalam sebuah tempat, atau bisa disebut dengan masyarakat. Dengan
demikian, sosiologi juga diartikan sebagai pengetahuan tentang hidup
bermasyarakat atau hubungan dengan masyarakat.
Ruang lingkup sosiologi lebih luas dari kebanyakan ilmu sosial
lainnya karena menyangkut tentang hubungan individu dengan individu,
individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok di dalam
masyarakat. Jadi ruang lingkup sosiologi terdapat tiga poin yaitu:
a. Ekonomi yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan
pengolahan sumber daya alam dalam kegiatan ekonomi.
b. Menejemen untuk membuat kajian tentang apa yang dialami
masyarakat.
c. Sejarah yang berhubungan dengan catatan kronologis suatu
peristiwa.
11
Ruang lingkup sosiologi secara umum dan universal mempelajari
hal-hal yang berkaitan dengan pola perilaku manusia dan lingkungan
masyarakat dalam hubungan dengan manusia. Sedangkan ruang lingkup
sosiologi secara khusus membahas mengenai berbagai dimensi sosial
kemasyarakatn yang sangat beragam dari beragai bidang dan spesifik.
2. Antropologi
Antropologi juga sering disebut sebagai hubungan antara manusia
dan kebudayaan. Antropologi masuk dalam katagori ilmu humaniora.
Antropologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang umat manusia
secara umum dengan mempelajari warna fisik, bentuk fisik, dan
kebudayaan yang dihasilkan oleh masyarakat.7 Ruang lingkup
antropologi dibagi menjadi tiga cabang meliputi:
a. Prehistory Arkeology, yang mempelajari kebudayaan purba serta
menghubungkannya dengan peradaban modern.
b. Etnologi, berkenaan dengan cara pendeskripsian sifat-sifat khusus
kebudayaan dan kelompok-kelompok manusia yang sangat
beragam. Akan tetapi ilmu etnologi memiliki batas sebagai ilmu
teori kebudayaan.
c. Etnolinguistik, ilmu yang mengaji tentang bahasa yang digunakan
manusia kuno dan modern. Dengan cara mempelajari bahasa dari
orang yang memiliki tulisan dan orang yang belum memiliki
tulisan.
3. Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa latin, yaitu psyche berarti jiwa dan
logos berarti pengetahuan. Pengertian psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang kejiwaan. Secara umum psikologi merupakan ilmu
yang mempelajari tentang kepribadian, tingkah laku, kejiwaan, konsep
diri, motivasi, dan sikap.
Ruang lingkup psikologi sosial:
7
Willian A. Haviland, Antropologi, (Jakarta: Erlangga, 1999), hal. 6-7
12
a. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya
studi tentang presepsi, motivasi proses belajar dan atribusi
b. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa,
sikap sosial, perilaku menirukan, dan lain-lain
c. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan,
komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, dan
persaingan.
4. Ilmu Politik
Ilmu politik adalah cabang ilmu sosial yang membahas mengenai
teori dan praktik politik serta gambaran dan analisis mengenai sistem
politik dan perilaku politik ruang lungkup ilmu politik, yaitu:
a. Filsafat dan teori politik. Filsafat politik mencari penjelasan yang
berdasarkan rasio, sedangkan teori politik tidak memajukan suatu
pandangan tersendiri mengenai metafisika dan epistomologi, tetapi
berdasarkan atas pandangan-pandangan yang sudah lazim pada
masa itu.
b. Struktur dan lembaga politik. Merupakan kajian terhadap lembaga
politik khususnya peranan konstitusi, eksekutif, birokrasi,
yudukatif, partai politik, dan sistem pemilihannya.
c. Partai politik dan organisasi masyarakat.
d. Partisipasi warga negara.
e. Hukum dan lembaga-lembaga internasional
5. Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai bidang kajian tentang
pengurusan sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia. Ekonomi merupakan
ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya melalui kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.
6. Ilmu sejarah
Sejarah merupakan peristiwa yang telah terjadi di masa lampau.
Menurut Nugroho Notosusanto, sejarah adalah peristiwa-peristiwa yang
menyangkut manusia sebagai makhluk bermasyarakat yang terjadi pada
13
masa lampau. Sudah banyak perubahan yang terjadi dari masa ke masa,
yang dilalui dengan proses yang panjang dan memiliki sejarah masing-
masing.
Sejarah sebagai peristiwa, yaitu menyangkut kejadian yang
penting, nyata dan aktual. Sejarah sebagai kisah, berarti cerita berupa
narasi yang disusun berdasarkan ingatan, tafsiran manusia, ataupun kesan
yang telah terjadi di masa lalu. Sejarah sebagai ilmu, mempelajari
tentang kenyataan dengan mengadakan penelitian dan pengkajian
mengenai peristiwa cerita sejarah.
8
Ida Bagus Made Astawa, Pengantar Ilmu Sosial, (Rajawali, 2021). Hal.41
14
negara, mereka mengusulkan kajian-kajian sosial, dan akhirnya itu disebut
Economic and Sosial Research Council (Dahrendorf, 2000: 1000).
Berjalannya waktu dan peristiwa sejarah, tidak banyak membantu
dalam mengusahakan diterimanya konsep itu. Ilmu-ilmu sosial tumbuh dari
filsafat moral, sebagaimana ilmu-ilmu alam tumbuh dari filsafat alam. Di
kalangan filsuf moral Skotlandia, kajian ekonomi politik selalu diikuti oleh
kajian isu-isu sosial yang lebih luas, meski tidak disebut sebagai ilmu sosial.
Unggulnya positivisme pada awal abad ke-19 terutama di Prancis, mengambil
alih filsafat moral.
Menurut Auguste Comte, positivisme menekankan sisi faktual dan
bukan spekulatif, manfaat dan bukan kesia-siaan, kepastian bukan keragu-
raguan, ketepatan bukan kekaburan, positif bukan negatif maupun kritis.
Maka sejak abad ke-19, positivis memerupakan ilmu dalam pengertian
materialism. Kemudian Conte menyebut social science, dari Charles Fourier
(1809), untuk mendeskripsikan keunggulan displin sintetis dari bangunan
ilmu. Pada saat yang sama, sedikit pun ia tidak ragu bahwa metode ilmu
sosial (yang juga disebut sebagai fisika sosial) sama sekali tidak berbeda
dengan dari ilmu-ilmu alam.
Penggunaan metode ilmu sosial yang digagas oleh Conte tersebut
mengaburkan gambaran metodologi tentang ilmu-ilmu sosial. Emile
Durkheim (1895) serta Vilfredo Pareto (1916) mempelopori tradisi seperti ini.
Hanya saja, bedanya secara khusus jika Durkheim terkesan oleh perlunya
mempelajari fakta-fakta sosial sementara Pareto menstimulasi pemikiran
metaforis dan teori-teorispesifik. Usaha lainnya untuk meyakinkan ilmu sosial
dikemukakan oleh Wilhelm Dilthey (1911) dan Max Weber (1916) dengan
pendekatan yang berbeda melalui Verstehen, pendekatan empati, dan
pemahaman tentang apa yang kita kenalsebagai perspektif hermeneutic atau
fenomenologis.
Usaha serupa pernah dilakukan oleh Karl Popper dalam bukunya yang
monumental, The Logic of Scientific Discovery. Popper (1959) menegaskan
bahwa ada satu logika kemajuan melalui klasifikasi, kita mengajukan
15
hipotesis (teori), dan kemajuan terjadi melalui penolakan hipotesis yang telah
diterima.
Kemudian melalui riset, yaitu metode trial and error yang bersifat
nomotetik. Walaupun sebenarnya teori ini pun dapat memperkering
perkembangan ilmu sosial jika nasihat Popper disalahkan interpretasikan
sebagai nasihat praktis bagi para akademisi dalam bidang ilmu-ilmu sosial.
Sebab jika kemajuan hypothethico deductive hanya demikian adanya maka
99% ilmu sosial tidak banyak berguna (Dahrendorf, 2000:1000). Hal itu dapat
dipahami karena hukum yang objektif dan berlaku universal perlu
dipertanyakan atau didekonstruksi karena dalam kajian ilmu sosial terikat
dengan ruang dan waktu.
Usaha Talcott Parsons pun begitu gigih dan ambisius karena ditujukan
bagi substansi teoretis dari ilmu sosial. Melalui berbagai analisis abstraknya,
Parsons berpendapat bahwa substansi ilmu sosial adalah satu, yaitu tindakan
sosial (Dahrendorf, 2000: 1000). Selain itu, inkarnasi dari tindakan sosial
sekalipun berasal dari model umum yang sama, yaitu sistem sosial. Sistem
sosial memiliki empat subsistem, yakni ekonomi, politik, budaya dan sistem
integratif. Dengan demikian, ekonomi, ilmu politik, kajian budaya, dan
integrasi sosial (osiologi) merupakan displin yang berhubungan dan
interdependen. Turunan dari sistem sosial, yakni semua subsistem tersebut
memerlukan analisis yang serupa.
16
aturan a priori dari pada studi empiris yang sistematis. Sosiologi, menurut
Durkheim dalam Suicide, masih dalam taraf membangun dengan sintesis-
sintesis filsafat.9
9
Lukman Hakim, Filsafat Ilmu dan Logika Dialektika Perubahan, (Klaten: Lakeisha, 2020), hal. 8
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpuan
18
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Burlian, Zaenal Effendi. 2020. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar Dan
Ilmu Sosial Dasar. Malang: Inteligensia Media
Sujalu, Akas Pinaringan dkk. 2020. Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakarta: Zahir
Publishing
20