Anda di halaman 1dari 13

TEORI BELAJAR HUMANIStik

Disusun untuk memenuhi tugas Teori Belajar dan Psikologi Perkembangan

yang diampu oleh Dr. Nuril Mufidah, M.Pd

DISUSUN OLEH:

M. Rajib Mahditama (19150014)

Hasanatul Fitria (19150070)

Siti Raveina Rendriani Sigit (19150092)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG

MARET, 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami
hidayah serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Teori
Humanistik” ini pada waktunya.

Pembuatan makalah ini kami lakukan untuk memenuhi tugas dari Dr. Nuril Mufidah,

M.Pd pada bidang teori belajar dan psikologi perkembangan, selain itu tujuan yang paling

penting adalah tidak lain untuk menambah wawasan kami tentang teori humanistik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Nuril Mufidah, M.Pd selaku dosen dari

mata kuliah Teori Belajar dan Psikologi Perkembangan yang sudah memberikan kami tugas

ini sehingga dapat membuka cakrawala pemikiran kami terkait dengan materi ini yang

tentunya sangat bermanfaat bagi kami.

Kami sadar bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan sebagai evaluasi bagi kami

para penyusun.

Malang, 4 Maret 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori belajar dan psikologi perkembangan merupakan materi yang harus
dikuasai oleh mahasiswa, terlebih di fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan. Didalamnya
kita akan mempelajari mengenai tata cara dan panduan mengenai teori belajar dan
perkembangan psikologi anak didik. Tentunya bagi calon-calon pengajar atau
pendidik pengetahuan ini merupakan hal mutlak yang harus dipelajari. Sebelum mulai
belajar tentang teori belajar dan psikologi perkembangan alangkah lebih baik jika kita
mengetahui teori-teori yang dapat kita aplikasikan dalam belajar mengajar.
Pada makalah ini dijelaskan secara singkat dan jelas mengenai salah satu teori
belajar yakni teori humanistik. Banyak diantara para pendidik yang masih belum
mengetahui bagaimana penerapan teori ini. Maka perlu kami bahas teori humanistik
dan pendekatannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori humanistik?
2. Apa saja pembagian pendekatan dari teori humanistik?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian teori humanistik
2. Mengetahui pembagian pendekatan dari teori humanistik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Humanistik

Pada dasarnya, teori humanistik ini adalah teori belajar yang memanusiakan


manusia dan proses ini dianggap berhasil jika peserta didik dapat memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Pembelajaran ini dipusatkan terhadap pribadi
seseorang masing-masing. Teori ini tidak lepas dari pendidikan yang berfokus kepada
bagaimana menghasilkan sesuatu yang efektif, bagaimana belajar yang bisa
meningkatkan kreativitas seseorang dan memanfaatkan potensi yang ada pada diri
seseorang. Teori ini muncul karena menolak terhadap teori belajar sebelumnya, yaitu
teori behavioristik yang dianggap terlalu kaku.

Arthur Chombs, seorang psikolog asal Amerika, berpendapat bahwa teori


belajar ini merupakan pembelajaran yang dapat terjadi dimana saja dan guru tidak bisa
memaksa seseorang untuk mempelajari berbagai hal yang tidak disukai atau dianggap
tidak relevan baginya.

Abraham Maslow, seorang teoritikus asal Amerika, berpendapat bahwa teori


belajar ini adalah proses belajar pada manusia yang dilalui untuk mengaktualisasikan
dirinya. Belajar adalah sebuah proses untuk mengerti sekaligus memahami siapa diri
kita sendiri, bagaimana kita menjadi diri kita yang lebih baik lagi, sampai potensi apa
yang terdapat pada diri kita untuk kita kembangkan ke arah yang lebih baik lagi.

Carl Rogers, seorang psikolog asal Amerika, berpendapat bahwa teori belajar
yang mengedepankan pengalaman individu ini merupakan sebuah fenomena
pembelajaran logika yang dialami oleh individu itu sendiri. Rogers juga berpendapat
bahwa setiap manusia memiliki kecenderungan untuk mencapai kesempurnaan di
dalam hidup, membentuk konsep hidup yang unik, menarik, dan tingkah lakunya
selaras dengan konsep kehidupan yang dimilikinya. Menurut Rogers, pembelajaran itu
terjadi melalui fenomena hidup atau pengalaman yang sudah dialami setiap individu

B. Pembagian Pendekatan Teori Humanistik


Teori humanistik memiliki tiga jenis pendekatan Multiple Intelligence, Emotional
Intelligence, dan Spiritual Intelligence. Berikut ini akan kami bahas pengertian dari
ketiga pendekatan teori humanistik. Diantaranya adalah:
1. Pendekatan Multiple Intelligence (Inteligensi Ganda)

Teori inteligensi ganda ditemukan dan dikembangkan oleh Howard


Gardner, seorang psikolog perkembangan dan profesor pendidikan
dari Graduate school of education, Harvard University, Amerika Serikat.
Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan 
persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-
macam dan dalam situasi yang nyata. Berdasarkan pengertian ini dapat
difahami bahwa inteligensi bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab
soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkungan nya. Akan
tetapi, inteligensi memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan
persoalan hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. (Suparno, 2014)

Gardner membagi kecerdasan manusiaa dalam 9 kategori(suparno, 2004)

 Inteligensi linguistik (linguistic intelligence).

Intelegensi linguistik ini merupakan kemampuan seseorang dalam


mengguanakan kata-kata, baik seecara lisan maupun tulisan, untuk
mengekspresikan ide-ide atau gagasan-gagasan yang dimiliki nya.
Orang yang mempunyai kecerdasan linguistik tinggi akan berbahasa
lancar, baik, dan lengkap. Ia mudah untuk mengetaahui dan mudah
mempelajari berbagai bahasa.

 Inteligensi matematis-logis (logic-mathematic intelligence).

Inteligensi matematis-logis merupakan kecerdasan yang berkaitan


dengan kemampuan penggunaan bilangan dan logika secara efektif,
seperti yang dimiliki matematikawan, saintis, dan progemer. Termasuk
dalam kecerdasan ini adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi,
kategorisasi, dan perhitungn. Orang yang mempunyai kecerdasan ini
sangat mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi dalam pemikiran
serta cara kerja.

 Inteligensi ruang (spatialintelligence).
Inteligensi ruang (spatial intelligence), atau disebut juga inteligensi
ruang visual, adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual
secara tepat, seperti yang dimiliki oleh para navigator, dekorator,
pemburu, dan arsitek. Yang termasuk dalam kecerdasan ini adalah
kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan
perubahan bentuk benda dalam pemikiran dan mengenali perubahan
tersebut.
Orang yang memiliki kecerdasan spesial mudah membayangkan benda
dalam ruang berdimensi tiga. Anak yang memiliki kemampuan ruang
visual baik akan mudah belajar ilmu ukur ruang, akan lebih mudah
dalam menentukan letak benda dalam suatu ruangan dan dapat
membayangkan suatu benda dengan benar meskipun dalam perspektif.

 Inteligensi kinestetik-badani (bodily-kinesthetic intelligence).

Inteligensi kinestik-badani merupkan kemampuan seseorang untuk


secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk
berkomunikasi dan memecahkan masalah. Orang yang mempunyai
kecerdasan ini dengan mudah dapat mengungkapkan diri dengan gerak
tubuh mereka.

 Inteligensi musikal (musical intelligence).

Menurut Gardner kecerdasan kategori ini merupakan kemampuan


untuk mengembangkan dan mengekspresikan, menikmati bentuk-
bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi, dan intonasi serta
kemampuan memainkan alat musik, menyanyi, menciptakan lgu,
menikmati lagu, musik, dan nyanyian.

 Inteligensi interpersonal (interpersonal intelligence).

Jenis kecerdasan ini merupkan kemampuan seseorang untuk mengerti


dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan
temperamen watak orang lain. Kepekaan eksprei wajah, suara, isyarat
dari orang lain, juga termasuk dalam kecerdasan ini. Secara umum,
inteligensi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin
relasi dan komunikasi dengan berbagai orang.

 Inteligensi intrapersonal (intrapersonalintelligence).

Kemampuan ini berkaitan dengan pengetahuan diri sendiri dan mampu


bertindak secara adaptif  berdasar pengenalan diri. Termasuk dalam
inteligensi ini adalah kemampuan berefleksi dan menyeimbangkan diri,
mempunyai kesadaran tinggi akan gagasan-gagasan, mempunyai
kemampuan mengambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan hidup,
dapat mengendalikan emosi sehingga kelihatan sangat tenang.

 Inteligensi lingkungan /natural (natural intelligence).

Menurut gardner, Orang yang memiliki kecerdasan lingkungan/natural


ini memiliki kemampuan mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat
menikmati alam dan mengunakannya secara produktif  dalam bertani
berburu dan mengembangkan pengeahuan akan alam.

 Inteligensi eksistensial (existential intelligence).

Inteligensi ini lebih menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang


dalam menjawab persoalan-persoalan terdalam mengenai eksistensi
manusia. Orang berinteligensi ini mencoba menyadari dan mencari
jawaban yang terdalam. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah
mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa makna dari hidup ini,
bagaimana manusia sampai ketujuan hidup.

Menurut Gardner, dalam diri seseorang terdapat sembilan kecerdasan


tersebut, namun untuk orang-orang tertentu kadang suatu inteligensi lebih
menonjol daripada inteligensi yang lain. Hal ini bukan berarti bahwa
inteligensi tersebut menunjukkan seperti apa orang tersebut, melainkan ia lebih
menekankan bahwa inteligensi merupakan representasi mental, bukan
karakteristik yang baik untuk menentukan orang macam apa mereka. Secara
umum inteligensi ganda pada diri seseorang dapat dikembangkan.

2. Pendekatan Emotional Intelligence


 Pengertian Emosi
Menurut Daniel Goleman (1999), dia mengatakan emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan
psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Menurut Sarlito
Wirawan Sarwono (1974) bahwa “perbuatan kita sehari-hari disertai oleh
perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang.
Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan-
perbuatan kita sehari-hari itu, disebut warna efektif. Warna efektif ini
kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau smar-samar saja. Dalam hal
warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam,
lebih laus dan lebih terarah. Perasaan-perasaan yang seperti ini disebut
emosi”.
Sejumlah teoritikus mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan
besar, meskipun tidak semua sepakat tentang golongan itu. Misalnya:
Amarah; beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati,
terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan dan barangkali yang
paling hebat, tindak kekerasan dan kebencian patologis.
Kesedihan; pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri,
kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis, depresi berat. Rasa
takut; cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,
waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, takut sekali, kecut; sebagai patologi,
fobia dan panik.
Kenikmatan; bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga,
kenikmatan inderawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi,
kegirangan luar biasa, senang sekali dan batas ujungnya mania.
Cinta; penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,
hormat, bakti, kasmaran, kasih.
 Fungsi emosi
Emosi berperan penting dalam kehidupan. Menurut banyak bukti,
perasaan adalah sumber daya terampuh yang kita miliki. Emosi adalah
penghubung hidup untuk kesadaran diri dan kelangsungan diri yang secara
mendalam menghubungkan kita dengan diri kita sendiri dan dengan orang
lain, serta dengan alam dan kosmos. Emosi memberi tahu kita tentang hal-hal
yang paling utama bagi kita-masyarakat, nilai-nilai, kegiatan, dan kebutuhan
yang memberi kita motivasi, semangat, kendali diri, dan kegigihan (Segal,
2000). Kesadaran dan pengetahuan tentang emosi memungkinkan kita
memulihkan kehidupan dan kesehatan kita, melindungi keluarga kita,
membangun hubungan cinta yang langgeng dan mencapai kesuksesan dalam
pekerjaan kita.
Emosi dapat menjadi kekuatan jika kita bisa mengendalikannya, dan
sebaliknya, emosi akan merusak kita jika emosi yang menguasai kita.
Kemampuan mengendalikan emosi sangat menentukan kualitas hidup.
Kualitas hidup yang baik dimulai dari keadaran diri sendiri lalu berpengaruh
pada orang lain. Jadi, tidak mengherankan jika ada suatu pernyataan bahwa
mengubah diri sendiri lebih mudah daripada mengubah orang lain karena
kualitas diri pasti berawal dari diri sendiri.
Ada sepuluh emosi (emosi negatif) (Wjokongko, 1997). yang sering kali
dihindari, tetapi sebenarnya dapat kita gunakan sebagi pendorong untuk
mengambil tindakan penting. Perlu diingat bahwa tujuan kita bukanlah untuk
mengabaikan masalah kehidupan, melainkan untuk menempatkan diri pada
keadaan emosi yang kita rasakan untuk dapat menarik manfaat dari emosi-
emosi tersebut secara efektif. Emosi-emosi dasar yang merupakan panggilan
untuk bertindak adalah: gelisah, sakit, takut, marah, frustasi, kecewa, rasa
bersalah, tidak berharga, tidak berdaya, dan kesiapan. Sepuluh emosi tersebut
dapat menjadikan kita agar menggunakan cara-cara efektif agar tidak ada
suatu efek negatif yang timbul dari emosi-emosi tadi.
Kalau emosi negatif saja bisa diubah menjadi panggilan bertindak yang
bermanfaat, bisa dipastikan kekuatan emosi positif jauh lebih bermanfaat.
Untuk itu kita perlu memelihara kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri kita
dan memanfaatkannya untuk meraih keberhasilan sejati. Inilah emosi positif
sebagaimana yang dikatakan oleh Martin Wijokongko (1997) yang sangat
penting untuk dimiliki dan kita kembangkan dalam hati kita yang terdalam;
yaitu:
1. Cinta kasih dan kehangatan
2. Penghargaan dan rasa terima kasih
3. Rasa ingin tahu
4. Semangat dan obsesi
5. Tekad atau komitmen
6. Fleksibel
7. Kegembiraan dan suka cita
8. Vitalitas
9. Pelayanan
 Emosi manusia menurut pandangan islam
Islam menjelaskan secara gamblang bahwa tujuan manusia diciptakan
adalah untuk menjadi khalifah di bumi dengan segenap tanggung jawab.
Keistimewaan lainnya adalah bahwa manusia diberi kebebasan oleh Allah
swt untuk mengembangkan dirinya setinggi mungkin atau bahkan
merendahkan serendah-rendahnya. Allah swt berfirman dalam surat Yunus
ayat 71 yang berbunyi :
‫واتلو عليهم نبا نوح إذ قال لقومه يقوم إن كان كبر عليكم مقامي و تذذكيري بايت هللا فعلى‬
‫هللا توكلت فاجمعوا امركم وشركا ءكم ثم اقضوا الي وال تنظرون‬
Artinya : Dan bacakanlah kepada mereka berita penting(tentang) Nuh
ketika (dia) berkata kepada kaumnya, “wahai kaumku! Jika terasa berat
bagimu aku tinggal (bersamamu) dan peringatanku dengan ayat-ayat Allah,
maka kepada Allah aku bertawakkal. Karena itu, bulatkanlah tekadmu dan
kumpulkanlah sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku) dan janganlah
keputusanmu itu dirahasiakan. Kemudian, bertindaklah terhadap diriku dan
janganlah kamu tunda lagi.
Selain itu, manusia juga memiliki banyak kelemahan dari segi emosi.
Seperti mudah lupa, kikir, boros/berlebih-lebihan, selalu tergesa-gesa, mudah
putus asa, dan lain sebagainya. Salah satu ayat Allah yang menjelaskan hal
tersebut adalah surat Al-isra ayat 11 yang berbunyi :
‫ويدعو اإلنسان بالشر دعاءه بالخير وكان اإلنسان عجوال‬
Artinya : Dan manusia seringkali berdoa untuk kejahatan
sebagaimana (biasanya) dia berdoa untuk kebaikan. Dan memang manusia
bersifattergesa-gesa.
Sifat tergesa-gesa, melampaui batas, kikir, putus asa, keluh kesah dan
tidak mau bersyukur adalah pencerminan orangh yang rendah emosionalnya.
Sebaiknya menghargai orang lain, tegar gembira, dapat dipercaya, dan juga
kebaikan-kebaikan lainya adalah cermin dari tingginya kecerdasan emosi
seseorang.

3. Pendekatan Spiritual Intelligence

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, Thomas. 2002. Setiap Anak Cerdas: Panduan membantu anak belajar


dengan memanfaatkan multiple intelligence-nya. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.

Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Citra.

Daniel Goleman 1999. Emotional Intelligence, teri. T. Hermaya, jakarta : PT


gramedia pustaka utama

Hanna Jumhana Bustaman,1997. Integrasi Psikologi dengan Islam, Yogyakarta:


pustaka pelajar

Margin wijongko. 1997. Keajaiban dan Kekuatan Emosi, Yogyakarta: Kanisius

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/19/kekurangan-dan-kelebihan-teori-
behavioristik-dan-humanistik-2/

https://ariefian84.wordpress.com/2010/06/08/teori-multiple-intelligence/

https://elnuha.net/teori-humanistik/#Pengertian_Teori_Belajar_Humanistik

Anda mungkin juga menyukai