Anda di halaman 1dari 2

Perspektif Islam Terhadap Aliran

Nativisme, Empirisme & Konvergensi


Posted by: Admin Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 22 Oktober 2015 in HMJ Pendidikan Guru Raudlatul Athfal Leave a comment

Dari dulu sampai sekarang ini pendidikan merupakan hal yang paling penting untuk membawa mereka kepada
kehidupan yang lebih baik, dan masalah sukses tidaknya pendidikan tidak lepas dari faktor pembawaan dan
lingkungan. Pembawaan dan lingkungan merupakan hal yang tidak mudah untuk di jelaskan sehingga
memerlukan penjelasan dan uraian yang tidak sedikit. Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi,
ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusaha mencari jawaban, tentang perkembangan manusia itu
sebenarnya bergantung kepada pembawaan ataukah lingkungan. Ada hal atau sesuatu yang masih terniang di
pemikiran saya ketika menulis artikel ini. Mengapa? Terkadang saya berpikir lebih enak mengatur ayam sekian
banayaknya daripada mengatur seorang anak manusia. Sedemikian sulitkah mengatur anak manusia sehingga
timbul perkataan seperti ini? Mungkin perkataan ini ada benarnya, karena mengatur anak manusia yang memiliki
faktor-faktor dasar seperti faktor bawaan (dasar), lingkungan dan lainya akan terasa sulit, berbeda halnya
dengan ayam yang tidak memilikinya dan mungkin dengan satu isyarat dapat mengikuti apa yang dikehendaki
manusia atau pemiliknya. Lalu bagaimana dengan membentuk perkembangan anak manusia yang notabenenya
lebih luas maknanya dari pada halnya dengan sekedar mengatur? Dalam hal ini saya mungkin ingin mencoba
sedikit memaparkan hal-hal dasar yang terdapat pada seorang anak manusia dalam pandangan Islam dan
hubunganya dengan aliran psikologi perkembangan yaitu aliran Nativisme, Empirisme dan Konvergensi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu: (1) Aliran Nativisme – Teori Kematangan (Maturasional
Theory); Aliran ini berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu lebih ditentukan oleh faktor
keturunan, bawaan atau faktor internal atau endogen. (2) Aliran Empirisme – Teori keperilakuan (Behavioral
Theory); Aliran ini menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu lebih dipengaruhi oleh
lingkungan atau pengalaman atau eksternal atau endogen (3) Aliran Konvergensi – Teori Kognitif (cognitive
theory); Aliran ini menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi oleh pembawaan
maupun lingkungan.
1.Aliran Nativisme Arthur Schoupenhauer (1788-1860)
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari faktor pembawaan yang berupa
bakat. Jika seseorang baik kelak juga akan menjadi baik tanpa perlu dididik, sebaliknya jika seseorang itu sudak
memiliki perilaku yang buruk maka kelak juga akan menjadi buruk. Sehingga pada aliran ini berpendapat bahwa
pendidikan tidak akan merubah suatu perilaku yang berupa bakat, orang yang buruk tidak akan menjadi baik di
karenakan pendidikan.
Seperti terdapat dalam sebuah hadist yang berbunyi :
َ ‫َص َرانَ ِه اَ ْو يُ َم ِج‬
‫سانِ ِه‬ ْ ‫ُك ُّل َم ْولُ ْو ٍد ي ُْولَ ُد َعلَى ْال‬
ِ ‫فط َرةِ فَاَبَ َواهُ يُ َه ِودَانِ ِه ا َ ْويُن‬
Artinya : “Tiap-tiap anak dilahirkan di atas fitrah maka ibu-bapaknyalah yang mendidiknya menjadi orang yang
beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
Menurut hadits ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan, kemampuan itulah yang disebut
pembawaan. Fitrah yang di dalam hadits itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan. Jadi, fitrah yang
dimaksud di sini adalah pembawaan. Ayah-ibu dalam hadits ini adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud
oleh para ahli pendidikan. Kedua-duanya itulah, menurut hadits ini yang menentukan perkembangan seseorang.
2. Aliran Empirisme John Locke (1632 – 1704)
Aliran ini berpendapat bahwa pengalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan pembawaan yang berupa
bakat tidak diakuinya. Menurutnya manusia dilahirkan sesungguhnya dalam keadaan kosong bagaikan “tabula
rasa” yakni sebuah meja tipis yang berlapiskan lilin yang tidak terdapat tulisan apapun diatasnya. Dengan kata
lain dilahirkan seperti kertas putih kosong, sehingga pendidikan memiliki peran sangat penting bahkan dapat
menentukan keberadaan anak.
Dalil-dalil yang dapat diinterprestasikan untuk mengartikan “fitrah” yang mengandung kecenderungan yang netral
ialah antara lain sebagai berikut :
َ‫ار َواأل ْفئِ َدةَ لَعَله ُك ْم تَ ْش ُك ُرون‬ َ ‫ص‬ َ ‫س ْم َع َواأل ْب‬ َ َ‫ون أ ُ هم َهاتِ ُك ْم ال تَ ْعلَ ُمون‬
‫ش ْيئًا َو َجعَ َل لَ ُك ُم ال ه‬ ِ ‫ط‬ُ ُ‫َّللاُ أَ ْخ َر َج ُك ْم مِ ْن ب‬
‫َو ه‬
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Firman Allah di atas menjadi petunjuk
bahwa kita harus melakukan usaha pendidikan, sebab dengan potensi pendengaran, penglihatan, dan hati,
manusia bisa dididik. Maksud ayat ini adalah Allah mengajari kita apa yang sebelumnya tidak kita ketahui, yaitu
sesudah Allah mengeluarkan dari perut ibu tanpa mengetahui sesuatu apapun. Allah mengkaruniakan kepada
kita akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan yang buruk. Allah membuka mata kita untuk
melihat apa yang tidak kita lihat sebelumnya, dan memberi kita telinga untuk mendengar suara-suara sehingga
sebagian dari kita memahami perbincangan yang lain, dan memberi kita mata untuk melihat berbagai sosok
sehingga kita dapat saling mengenal dan membedakan.
3. Aliran Konvergensi Wiliam Stern (1871-1938)
Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan memiliki kemungkinan untuk dapat dilaksanakan dalam arti dapat
dijadikan sebagai penolong kepada anak untuk mengembangkan potensinya. Yang membatasi hasil pendidikan
anak adalah pembawaan dan lingkungannya. Seiring dengan zaman yang mulai berkembang aliran konvergensi
dapat di terima karena dari aliran ini di anggap lebih realistis, sehingga banyak di ikuti oleh para pakar
pendidikan. Dalam pengertian ini, pendidikan Islam berproses secara konvergensis, yang dapat membawa
kepada paham konvergensi dalam pendidikan Islam. William Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu
tergantung dari pembawaan dan lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju kesatu titik pertemuan sebagai
berikut:
1. Pembawaan
2. Lingkungan
3. Hasil pendidikan / perkembangan.
Karena itu teori William Stern disebut teori konvergensi (konvergen artinya memusat kesatu titik). Jadi menurut
teori konvergensi:
1. Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.
2. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk
mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
3. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
Proses sosialisasi sangat penting bagi manusia karena proses sosialisasi berlangsung sepanjang hidup dan
karena manusia adalah makhluk sosial,makhluk yang tidak bisa hidup tanpa orang lain, yang sangat
membutuhkan teman, membutuhkan bantuan, membutuhkan keakraban, membutuhkan komunikasi serta
membutuhkan interaksi dengan orang lain, dll. Melalui sosialisasi seseorang akan terbentuk kepribadian,
pembentukan kepribadiannya melalui proses sosialisasi yang dilakukan melalui interaksi sosial, proses
sosialisasi yang dilakukan melalui proses pendidikan dan pengajaran, dll. Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa perkembangan adalah suatu proses dimana dari yang semula bersifat global (menyeluruh)
semakin lama semakin jelas. Dalam arti perkembangan itu adalah proses kematangan seseorang atau proses
pendewasaan. Dalam

Anda mungkin juga menyukai