Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU PENGETAHUAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Islam
Dosen : Hj. Euis Komala, M.Ag

Disusun Oleh :
1. Tesa Meisa Putri (068.14.1616.17)
2. Yosep Adriana (068.14.1624.17)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AT-TAQWA
CIPARAY-BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat serta salam semoga
senantiasa terlimpah curah kepada Rasulullah SAW. Kami bersyukur kepada Illahi
Rabbi yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Islam yang berjudul “Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan”.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini. Atas dukungan moral dan materil yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada Ibu Hj. Euis Komala, M.Ag selaku Dosen Mata Kuliah Filsafat Islam.
Kami menyadari sepenuhnya di dalam penulisan makalah ini banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca serta dapat memahami secara mendalam hal-hal yang berkaitan
dengan “Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan”.

Bandung, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Metode Penelitian 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Definisi Filsafat 3
B. Definisi Ilmu Pengetahuan 6
C. Hubungan dan Perbedaan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan 10
D. Pengaruh Filsafat Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan 14
BAB III PENUTUP 16
A. Kesimpulan 16
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang hubungan filsafat dengan
ilmu pengetahuan. Kami mengangkat tema tersebut karena kami menyadari bahwa
masih banyak dari kita yang tidak menyadari secara sepenuhnya jika dalam dunia
pendidikan pun kita sebenarnya telah berfilsafat. Berfilsafat itu tidak hanya
dilakukan oleh ilmuan-ilmuan terdahulu ataupun oleh orang-orang yang ingin
menguasai agama hingga ke akar-akarnya. Bahkan oleh anak-anak yang belum
waktunya mengenyam pendidikan pun sesungguhnya telah berfilsafat dengan
bagaimana mereka mempertanyakan sesuatu dan menelaah untuk dapat
memahaminya.
Maka dari itu, sudah selayaknya manusia untuk belajar berfilsafat dan
mengetahui makna dari berfilsafat itu sendiri. Sehingga permasalahan yang sulit
terpecahkan di dunia ini bisa diatasi dengan mudah oleh orang-orang baru yang
mengeluarkan ide-ide cemerlang mereka sesudah belajar berfilsafat.
Mempelajari filsafat bukan hanya semata-mata untuk mencari kebenaran,
karena kebenaran yang mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari
belajar filsafat akan timbul pertanyaan, Apa sebenarnya filsafat itu? Mengapa
orang-orang sering menganggap bahwa filsafat itu sesuatu yang sulit untuk
dipahami? Apakah ada hubungan antara filsafat dengan ilmu? Apa yang
membedakan filsafat dengan ilmu? Manusia adalah makhluk sosial, menandakan
yang mempunyai rasa ingin tahu, dimana jika sesuatu hal yang dianggap ganjil di
masyarakat, maka timbul rasa ingin tahu mengapa sesuatu itu dianggap ganjil oleh
masyarakat. Jika sudah manusia sudah menyelidiki dan mengetahui hal tersebut,
akan timbul rasa puas setelah melalui proses-proses yang dilakukan untuk
mengetahui hal tersebut. Karena itulah kami mengangkat tema ini sebagai
pembahasan dalam makalah kami. Untuk memecahkan beberapa masalah tersebut,
kami mecoba untuk membahas dan memaparkan tentang Pengertian dan Hubungan
di antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian filsafat dan ilmu pengetahuan?
2. Apakah terdapat hubungan dan perbedaan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan?
3. Bagaimana filsafat dapat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat dan ilmu pengetahuan.
2. Untuk mengetahui hubungan dan perbedaan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan.
3. Untuk mengetahui pengaruh filsafat dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
D. Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode kualitatif yaitu
dengan mengkaji buku maupun artikel-artikel tentang Hubungan Filsafat dengan
Ilmu Pengetahuan sebagai acuan yang sesuai dengan pembahasan dan browsing
data di internet atau searching di google.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Filsafat
Secara etimologis, filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa
Inggris dan Yunani. Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, sedangkan
dalam bahasa Yunani, filsafat merupakan gabungan dua kata, yaitu philein yang
berarti cinta atau philos yang berarti mencintai, menghormati, menikmati, dan
Sophia dan sofein yang artinya kehikmatan, kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan,
atau kejernihan. Berdasarkan teori tersebut, berfilsafat atau filsafat berarti
mencintai, menikmati kebijaksaan atau kebenaran. Hal ini sejalan dengan apa yang
diucapkan ahli filsafat Yunani kuno, Socrates, bahwa filosof adalah orang yang
mencintai atau mencari kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi, filosof bukanlah orang
yang bijaksana atau berpengetahuan benar, melainkan orang yang sedang belajar
dan mencari kebenaran atau kebijaksaan. Dalam bahasa Indonesia, filsafat berasal
dari bahasa Arab filsafah, yang juga berakar pada istilah Yunani.1
Pythagoras adalah orang yang pertama-tama memperkenalkan istilah
philosophia, yang kemudian dikenal dengan istilah filsafat. Pythagoras
memberikan defenisi filsafat sebagai the love wisdom. Menurutnya, manusia yang
paling tinggi nilainya adalah manusia pecinta kebijakan (lover of wisdom),
sedangkan yang dimaksud dengan wisdom adalah kegiatan melakukan perenungan
tentang Tuhan. Pythagoras sendiri mengganggap dirinya seorang philosophos
(pecinta kebijakan), baginya kebijakan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki
semata-mata oleh Tuhan.
Al-Kindi, seorang filosof muslim pertama memberikan pendapat bahwa
filsafat adalah penegetahuan tentang hakikat segala sesuatu dalam batas-batas
kemampuan manusia, karena tujuan para filosof dalam berteori adalah mencari
kebenaran, maka dalam praktiknya pun harus menyesuaikan dengan kebenaran
pula.2

1 Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat (Bandung: PT Refika Aditama, 2007)


2 Susanto, Filsafat Ilmu (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013)

3
4

Dapat ditarik benang merahnya sebagai kesimpulan bahwa filsafat adalah


ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam
dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya
mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari
suatu fenomena. Hakikat adalah suatu prinsip yang menyatakan sesuatu adalah
sesuatu itu. Filsafat adalah usaha untuk mengetahui segala sesuatu. Filsafat
mempunyai tujuan untuk membicarakan keberadaan. Jadi, filsafat membahas
lapisan yang terakhir dari segala sesuatu atau membahas masalah-masalah yang
paling dasar. Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari suatu objek atau gejala
secara mendalam. Adapun pada ilmu pengetahuan empiris hanya membicarakan
gejala-gejala.3
Secara historis, hal-hal yang mendorong timbulnya filsafat ini sebagaimana
dijelaskan Moh. Hatta dalam bukunya Alam Pikiran Yunani, ada dua hal. Pertama,
dongeng dan takhayul yang dimiliki suatu masyarakat atau suatu bangsa. Diantara
masyarakat tersebut ada saja orang-orang yang tidak percaya begitu saja. Kemudian
ia kritis dan ingin mengetahui kebenaran dongeng tersebut, lalu disitulah muncul
filsafat. Kedua, keindahan alam yang besar, terutama ketika malam hari. Hal
tersebut menyebabkan keingintahuan orang-orang bangsa Yunani untuk
mengetahui rahasia alam tersebut. keingintahuan untuk mengetahui rahasia alam
berupa pertanyaan-pertanyaan ini akhirnya menimbulkan filsafat juga.
Namun, perlu dicatat bahwa pertanyaan yang dapat menimbulkan filsafat
bukanlah pertanyaan yang sembarang. Pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti
“Apa warna langit pada siang hari yang cerah?”, tidak akan menimbulkan filsafat,
hal itu cukup dijawab oleh mata kita. Begitu pun pertanyaan seperti “Kapan awan
akan mulai turun menjadi hujan?” pertanyaan tersebut pun tidak akan menimbulkan
filsafat, cukup dijawab dengan melakukan riset saja. Pertanyaan yang dapat
menimbulkan filsafat adalah pertanyaan mendalam, yang bobotnya berat dan tidak
terjawab oleh indera kita. Coba saja Anda jawab pertanyaan dari Thales, “Apa
sebenarnya bahan alam semesta ini?”, atau pertanyaan lain, “Dari unsur apa alam

3 Surajiyo, Filsafat Ilmu (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013)


5

semesta ini tercipta?” pertanyaan seperti inilah yang membuat indera kita tidak
mampu menjawab bahkan sains pun terdiam. Dan jawaban terhadap pertanyaan
Thales ini pun memerlukan pemikiran yang mendalam.4
Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana ilmu filsafat dapat dicapai oleh akal manusia dan
bagaimana seharusnya sikap manusia setelah mencapai pengetahuan itu. 5 Sebagai
manusia yang beriman, sudah seharusnya kita bersyukur kepada Allah SWT. yang
telah membekali kita akal. Melalui akal itulah kita mampu bernalar sehingga kita
menjadi makhluk yang berbudaya, yang lebih mulia dibandingkan dengan makhluk
lainnya.
Salah satu bentuk rasa syukur kita terhadap anugerah besar tersebut adalah
memanfaatkan dan mendayagunakan segala potensi yang dimiliki oleh manusia,
terutama potensi akal. Pendayagunaan akal tersebut dapat dilakukan melalui
pembelajaran filsafat. Karena dengan filsafat kita sebagai manusia mampu berpikir,
bernalar, dan memahami diri serta lingkungannya, dan berefleksi tentang
bagaimana kehidupan yang lebih baik dan optimal. Persoalannya adalah banyak
orang enggan untuk belajar filsafat. Penyebabnya adalah karena adanya anggapan
bahwa filsafat adalah salah satu ilmu yang sulit dipelajari dan dipahami. Padahal
sesungguhnya tidak, belajar filsafat bisa sangat menyenangkan, sebagaimana
dikemukakan oleh Ahmad Tafsir bahwa munculnya anggapan mempelajari filsafat
itu susah, dikarenakan adanya kesalahan dalam memulai mempelajari pengantar
filsafat, lalu ketahuilah sistematikanya, setelah itu barulah Anda membaca buku-
buku filsafat. Filsafat tidak sulit karena filsafat adalah pemikiran. Dan setiap orang
memiliki alat untuk berpikir.6
Menurut pandangan penulis, semenjak dilahirkan manusia sebenarnya
telah mulai berfilsafat, mereka ingin mengetahui dari mana mereka berasal, siapa
yang menciptakan mereka, untuk apa mereka dilahirkan, dan pertanyaan-

4 Susanto, Filsafat Ilmu (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013)


5 Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat (Bandung: PT Refika Aditama, 2007)
6 Susanto, Filsafat Ilmu (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013)
6

pertanyaan mendalam lainnya. Sehingga dari pemikiran tersebut, pertanyaan yang


terdapat dalam otak mereka akan terjawab oleh pemikiran-pemikran yang
mendalam tentang hakekat manusia. Filsafat membantu manusia untuk
mengembangkan pemikiran-pemikirannya yang tidak terbatas. Filsafat
membuktikan bahwa manusia mempunyai akal dan pemikiran yang kritis terhadap
suatu kejadian. Filsafat sebenarnya merupakan sebuah ilmu yang tidak sulit untuk
dipahami, tetapi kebanyakan orang terlebih dahulu menganggap filsafat itu sebagai
sesuatu yang sulit untuk dipahami, sehingga orang-orang yang ingin belajar filsafat
terpengaruh untuk tidak mempelajarinya. Maka, mulailah untuk melatih diri untuk
bisa menyukai filsafat, karena yang terpenting adalah belajar berfilsafat bukan
belajar filsafat.
B. Definisi Ilmu Pengetahuan
Istilah ilmu atau science merupakan suatu perkataan yang cukup bermakna
ganda, yaitu mengandung lebih daripada satu arti. Oleh karena itu, dalam memakai
istilah tersebut seseorang harus menegaskan atau sekurang-kurangnya menyadari
arti mana yang dimaksud. Menurut cakupannya pertama-tama ilmu merupakan
sebuah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang
sebagai satu kebulatan. Jadi, dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu
seumumnya (science-in-general).7
Ilmu adalah merupakan suatu pengetahuan, sedangkan pengetahuan
merupakan informasi yang didapatkan dan segala sesuatu yang diketahui manusia.
Itulah bedanya filsafat dengan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan pengetahuan
yang berupa informasi yang didalami sehingga menguasai pengetahuan tersebut
yang menjadi suatu ilmu. Ilmu pengetahuan merupakan rangkaian kata yang sangat
berbeda namun memiliki kaitan yang sangat kuat. Ilmu dan pengetahuan memang
terkadang sulit dibedakan oleh sebagian orang karena memiliki makna yang
berkaitan dan sangat berhubungan erat. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan
dan definisinya memang sebenarnya tidak semudah yang diperkirakan. Adanya

7 The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2007)
7

berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan ternyata belum dapat menolong untuk
memahami hakikat ilmu pengetahuan itu.8
Tidak semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu, sebab kalau semua
pengetahuan dikatakan ilmu tentu banyak yang bisa dikatakan ilmu, karena
pengetahuan itu sifatnya baru sebatas tahu, akan tetapi sebaliknya semua ilmu
adalah pengetahuan, akan tetapi yang dikatakan ilmu adalah pengetahuan yang di
susun secara sistematis, memiliki metode dan berdiri sendiri, tidak memihak kepada
sesuatu. Dikalangan masyarakat umum Indonesia, dipahami bahwa ilmu itu adalah
pengetahuan tentang segala sesuatu yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
pengetahuan itu, dan yang lebih awam lagi mengartikan ilmu itu dengan
pengetahuan dan kepandaian tentang sesuatu persoalan, baik itu persoalan sosial
kemasyarakatan maupun persoalan ekonomi, persoalan agama dan lain-lain
sebagainya, seperti soal pergaulan, soal pertukangan, soal duniawi, soal akhirat,
soal lahir, soal batin, soal dagang, soal adat istiadat, soal pertanian, soal gali sumur
dan lain-lain sebagainya. Ilmu itu juga dapat dikatakan dengan sekumpulan
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang dilalui atau yang
diterima, baik itu pengetahuan lewat pengalaman mimpi, lewat pengalaman
perjalanan, lewat pengalaman spritual, lewat pengalaman bekerja dan lain-lain
sebagainya. Kemudian, pengetahuan itu disusun secara sistematis, dengan memiliki
metode, harus bersifat atau berlaku untuk umum dan tidak boleh memihak kepada
sesuatu serta berdiri sendiri atau otonom.9
Menurut Slamet Ibrahim, pada zaman Plato sampai pada masa Al-Kindi,
batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh dikatakan tidak ada. Seorang
filosof (ahli filsafat) pasti menguasai semua ilmu pengetahuan. Perkembangan daya
berpikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis dikalahkan
oleh perkembangan ilmu yang didukung oleh teknologi. Wilayah kajian filsafat

8 Ivan Eldes Daftaria, “Ilmu Dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam Nilai Agama”,
(https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/download/322/272, 2015)
9 Pirhat Abbas, “Hubungan filsafat, ilmu, dan agama”, (Media Akademika Volume 25, N0. 2
https://www.coursehero.com/file/26294510/231-768-1-PBpdf/ , April 2010)
8

menjadi lebih sempit dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Sehingga ada
anggapan filsafat tidak dibutuhkan lagi. Filsafat kurang membumi sedangkan ilmu
lebih bermanfaat dan lebih praktis. Padahal filsafat menghendaki pengetahuan yang
komprehensif yang luas, umum, dan universal dan hal ini tidak dapat diperoleh
dalam ilmu. Sehingga filsafat dapat ditempatkan pada posisi dimana pemikiran
manusia tidak mungkin dapat dijangkau oleh ilmu.10
Arti yang kedua dari ilmu menunjuk pada masing-masing bidang
pengetahuan ilmiah yang mempelajari sesuatu pokok soal tertentu. Dalam arti ini
ilmu berarti sesuatu cabang ilmu khusus seperti misalnya antropologi, biologi,
geografi, atau sosiologi. Istilah Inggris science kadang-kadang diberi arti sebagai
ilmu khusus yang lebih terbatas lagi, yakni sebagai pengetahuan sistematis
mengenai dunia fisis atau material.
Pengertian ilmu sebagai pengetahuan itu sesuai dengan asal-usul istilah
Inggris science yang berasal dari perkataan latin Scientia yang diturunkan dari kata
scire. Perkataan yang terakhir ini artinya mengetahui. Tetapi pengetahuan
sesungguhnya hanyalah hasil atau produk dari sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh
manusia. Perkataan latin scire juga berarti belajar. Dengan demikian, dapatlah
dipahami bilamana ada makna tambahan dari ilmu sebagai aktivitas. Demikianlah
Charles Singer merumuskan bahwa ilmu adalah proses yang membuat
pengetahuan. Oleh karena itu, ilmu dapat dipandang sebagai suatu bentuk aktivitas
manusia, maka dari makna ini orang dapat melangkah lebih lanjut untuk sampai
pada metode dari aktivitas itu. Menurut Prof. Harold H. Titus, banyak orang telah
mempergunakan istilah ilmu untuk menyebut suatu metode guna memperoleh
pengetahuan yang objektif dan dapat diperiksa kebenaranya. 11
Menurut pendapat Prof.Dr.Ir. M. Natsir Nessa, M. Si, Ilmu adalah bagian
dari pengetahuan yang terklarifikasi, tersistem, terukur, dapat dibuktikan
kebenarannya secara empiris. Sedangkan pengetahuan adalah informasi berupa
common sense, keseluruhan pengetahuan yang belum, tersusun baik metafisik

10 Abd. Wahid, “Korelasi Agama, Filsafat, dan Ilmu”, (https://www.jurnal.ar-


raniry.ac.id/index.php/substantia/article/download/4875/3158, 28 Januari 2012)
11 The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2007)
9

maupun fisik. Kedudukan ilmu lebih tinggi dari pengetahuan karena memiliki
metode dan mekanisme tertentu.12
Dalam kamus bahasa Indonesia ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang
dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan.
Pengertian ilmu pengetahuan adalah sebuah sarana atau definisi tentang alam
semesta yang diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia
sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. Dalam kata lain
dapat kita ketahui definisi arti ilmu yaitu sesuatu yang didapat dari kegiatan
membaca dan memahami benda-benda maupun peristiwa, diwaktu kecil kita belajar
membaca huruf abjad, lalu berlanjut menelaah kata-kata dan seiring bertambahnya
usia secara sadar atau tidak sadar sebenarnya kita terus belajar membaca, hanya saja
yang dibaca sudah berkembang bukan hanya dalam bentuk bahasa tulis namun
membaca alam semesta seisinya sebagai usaha dalam menemukan kebenaran.
Dengan ilmu maka hidup menjadi mudah, karena ilmu juga merupakan alat untuk
menjalani kehidupan.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu bukan sekedar
pengetahuan (knowledge), tetapi merupakan rangkuman dari sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati atau berlaku umum dan
diperoleh melalui serangkaian prosedur sistematik, diuji dengan seperangkat
metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Ilmu merupakan suatu
pengetahuan, sedangkan pengetahuan merupakan informasi yang didapatkan dan
segala sesuatu yang diketahui manusia. Itulah bedanya dengan ilmu, karena ilmu
itu sendiri merupakan pengetahuan yang berupa informasi yang didalami sehingga
menguasai pengetahuan tersebut yang menjadi suatu ilmu.13
Barangkali sudah menjadi sifat manusia yang ingin mengerti segala sesuatu
yang ada, bahkan yang mungkin ada. Namun demikian, sekalipun penyelidikan

12 M. Natsir Nessa, “Buku Ajar Filsafat Ilmu”, ( https://docplayer.info/29646794-Buku-ajar-filsafat-ilmu.html,


Oktober 2014)
13 Ivan Eldes Daftaria, “Ilmu Dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam Nilai Agama”,
(https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/download/322/272, 2015)
10

orang dalam ilmu sudah amat mendalam, tetapi belum sedalam-dalamnya, karena
tujuan ilmu bukan untuk menggali objek sedalam-dalamnya, ia membatasi diri.
Adapun batasannya ialah pengalaman. Tentu saja tidak selalu penggalian itu
tercapai, jadi ada keterbatasannya, tetapi ia diusahakan supaya keterbatasannya
lenyap dan tenaganya dicurahkan supaya tercapai kebenaran. Berbeda dengan ilmu,
filsafat berusaha mencari kebijaksanaan, menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari
segala sesuatu, usaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya tentang segala
sesuatu, segala yang ada dan yang mungkin ada. Sedangkan ilmu, seperti yang
disebutkan di atas, membatasi diri, berhenti pada dan berdasarkan atas pengalaman.
Filsafat tidak membatasi diri, ia berusaha mencari keterangan yang sedalam-
dalamnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang menjadi objek filsafat
ialah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
C. Hubungan dan Perbedaan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
Filsafat berbicara tentang ilmu, begitulah Kattsof mengutarakan jalinan
filsafat dengan ilmu. Bahasa yang dipakai dalam filsafat berusaha untuk berbicara
mengenai ilmu dan bukannya di dalamnya ilmu. Sementara itu Saifullah
memberikan kesimpulan umum bahwa pada dasarnya filsafat tiada lain adalah hasil
pemikiran manusia, hasil spekulasi manusia betapa pun tidak sempurnanya daya
kemampuan pikiran manusia. Antara filsafat dan ilmu memiliki persamaan, dalam
hal bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan pikiran manusia, yaitu berpikir
filosofis, spekulatif, dan empiris ilmiah. Perbedaan antara keduanya, terutama
untuk filsafat menentukan tujuan hidup dan ilmu menentukan sarana untuk hidup.
Karenanya, filsafat inilah kemudian disebut sebagai induknya ilmu pengetahuan.14
Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu
kesatuan, namun dalam perkembangannya mengalami divergensi, dimana dominasi
ilmu lebih kuat mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi ini mendorong pada
upaya untuk memposisikan keduanya secara tepat sesuai dengan batas wilayahnya
masing-masing, bukan untuk me-ngisolasinya melainkan untuk lebih jernih melihat
hubungan keduanya dalam konteks lebih memahami khazanah intelektual manusia.

14 Susanto, Filsafat Ilmu (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013)


11

Harold H. Titus mengakui kesulitan untuk menyatakan secara tegas dan ringkas
mengenai hubungan antara ilmu dan filsafat, karena terdapat persamaan sekaligus
perbedaan antara ilmu dan filsafat, di samping di kalangan ilmuwan sendiri terdapat
perbedaan pandangan dalam hal sifat dan keterbatasan ilmu, demikian juga di
kalangan filsuf terdapat perbedaan pandangan dalam memberikan makna dan tugas
filsafat. Adapun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan filsafat
adalah bahwa keduanya menggunakan berpikir reflektif dalam upaya menghadapi
atau memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal tersebut baik
filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berpikiran terbuka serta sangat konsen pada
kebenaran, di samping perhatiannya pada pengetahuan yang terorganisir dan
sistematis.
Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik
tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis dan
deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan
klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum
atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman
secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum
dalam berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan
kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi kehidupan secara
menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik pada pertanyaan kenapa dan bagaimana
dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema
masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan antara temuan-temuan
ilmu dengan klaim agama, moral serta seni. Dengan memperhatikan ungkapan di
atas nampak bahwa filsafat mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh
ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu,
maka filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa
dipertanyakan atau dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun demikian
filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni
12

berpikir reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang
berbeda.15
Filsafat dan keseluruhan ilmu itu bertemu pada satu titik, titik itu adalah
semua yang ada dan yang mungkin ada, yang disebut dengan objek material, akan
tetapi ilmu dan filsafat tetap berbeda, tidak sama, karena berbeda pada objek
formalnya. Objek formal ilmu itu adalah mencari sebab yang sedalam-dalamnya,
sedangkan objek formal filsafat adalah mencari keterangan yang sedalam-
dalamnya. Ilmu pengetahuan, dengan metodenya sendiri mencoba berusaha
mencari kebenaran tentang alam semesta beserta isinya dan termasuk di dalamnya
adalah manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri, juga berusaha mencari
kebenaran, baik kebenaran tentang alam maupun tentang manusia (sesuatu yang
belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan, karena di luar atau di atas
jangkauannya) ataupun tentang Tuhan, Sang Pencipta segala-galanya.
Filsafat mencoba mencari kebenaran dengan cara menjelajahi atau
menziarahi akal-budi secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), mengakar,
sistematis (logis dengan urutan dan adanya saling hubungan yang teratur) dan
intergral (universal atau berpikir mengenai keseluruhan) serta tidak merasa terikat
oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri, yaitu logika. Ilmu
pengetahuan mencari kebenaran dengan menggunakan metode atau cara
penyelidikan (riset), pengalaman (empiris) dan percobaan (eksperimen) atau sangat
terkait dengan tiga aspek, yaitu aspek hipotesis, aspek teori, dan aspek dalil hokum.
Selanjutnya kebenaran ada yang bersifat spekulatif atau kebetulan saja adalah
kebenaran yang bersifat dugaan atau perkiraan yang tidak dapat dibuktikan secara
empiris, secara riset dan secara eksperimental. Kebenaran ilmu pengetahuan adalah
kebenaran yang bersifat positif, bukan bersifat spekulasi atau kebetulan saja, yaitu
kebenaran yang masih berlaku sampai saat ini yang dapat diuji. Baik kebenaran
filsafat maupun kebenaran ilmu pengetahuan kedua-duanya bersifat nisbi atau
relatif, artinya sifatnya sementara dan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan

15 Abd. Wahid, “Korelasi Agama, Filsafat, dan Ilmu”, (https://www.jurnal.ar-


raniry.ac.id/index.php/substantia/article/download/4875/3158, 28 Januari 2012)
13

perkembangan pemikiran manusia, yang sangat tergantung kepada situasi dan


kondisi, termasuk perubahan alam.16
Mengenai lapangan pembahasan ilmu dan filsafat. Lapangan ilmu
penegetahuan mrmpunyai daerah-daerah tertentu, yaitu alam dengan segala
kejadiannya. Sedangkan lapangan filsafat adalah tentang hakikat yang umum dan
luas. Megenai tujuannya, tujuan ilmu pengetahuan ialah berusaha menentukan sifat-
sifat dari kejadian alam yang di dalamnya juga terdapat manusia. Sedangkan filsaaft
bertujuan untuk mengetahui tentang asal-usul manusia, hubungan manusia dengan
alam semesta dan bagaimana akhirnya (hari kemudiannya). Mengenai cara
pembahasannya, filsafat dalam pembahasannya tidak mempergunakan percobaan-
percobaan serta penyelidikannya mempergunakan pikiran dan akal. Sedangkan
ilmu pengetahuan dalam pembahasan dan penyelidikannya mempergunakan panca
indera dan percobaan-percobaan. Mengenai kesimpulannya, ilmu pengetahuan
dalam menentukan kesimpulan-kesimpulannya dapat diterapkan dengan dalil-dalil
yakin yang didasarkan pada penglihatan dan percobaan-percobaan. Sebaliknya,
filsafat dalam menentukan kesimpulan tidak memberi keyakinan mutlak, sebagai
kesimpulan selalu mengandung keraguan yang mengakibatkan perbedaan-
perbedaan pendapat di antara ahli-ahli filsafat, serta jauh dari kepastian, kerja sama,
serta keyakinan.17
Dengan demikian, ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat
dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang
tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama
merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat
dan jawabannya bersifat mutlak atau dogmatis. Menurut Sidi Gazalba, Pengetahuan
ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset dan atau eksperimen)
batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian.
Pengetahuan filsafat segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia
yang alami (bersifat alam) dan nisbi batasnya ialah batas alam namun demikian ia

16 Pirhat Abbas, “Hubungan filsafat, ilmu, dan agama”, (Media Akademika Volume 25, N0. 2
https://www.coursehero.com/file/26294510/231-768-1-PBpdf/ , April 2010)
17 Susanto, Filsafat Ilmu (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013)
14

juga mencoba memikirkan sesuatu yang di luar alam, yang disebut oleh agama
“Tuhan”. Sementara itu Oemar Amin Housin, mengatakan bahwa ilmu memberikan
kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmat. Dari sini nampak jelas
bahwa ilmu dan filsafat mempunyai wilayah kajian-kajian tersendiri.18
D. Pengaruh Filsafat Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Bagaimana filsafat dapat mempengaruhi perkembangan ilmu? Ada
beberapa alasan yang mengacu pada pertanyaan ini, yakni untuk mendapatkan ilmu,
seseorang hendaknya berada atau ikut andil dalam proses mengenyam ilmu dalam
dunia pendidikan. Dalam proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan ini
sangat kontras dengan “proses berfikir”.
Ketika seorang siswa bertanya kepada gurunya tentang bagaimana proses
terjadinya tetesan-tetesan air yang jatuh dari langit yang telah dikenal oleh semua
orang dengan sebutan hujan? Kenapa ikan hanya bisa berenang di dalam air dengan
sirip-sirip kecil mereka, sementara burung dengan kedua sayapnya mampu terbang
tinggi di angkasa? Kedua pertanyaan ini sangat kontras dengan cara dan proses
berfikir mereka. Lalu seorang guru tersebut akan mulai berfikir untuk menemukan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan siswanya.
Dari sini, guru tersebut akan mencoba menjelaskan teori yang berhubungan
dengan pertanyaan-pertanyaan itu dan menghubungkannya dengan kekuasaan
Yang Maha Esa, lalu mengajak para siswanya untuk berfikir mengenai hal itu
secara logika. Nah, secara tidak langsung mereka telah berfilsafat. Sesuai dengan
pengertian dasar filsafat yakni “berfikir untuk mencari kebenaran”. Jadi, walaupun
mereka tidak menyadari bahwa mereka telah terjun dalam berfikir secara filsafat,
tetapi sesungguhnya mereka telah berfilsafat.
Begitu pula dengan sistem pengajaran dalam dunia pendidikan yang
sekarang berbeda dengan sistem pengajaran di masa yang lalu. Inilah bukti bahwa
ilmu telah mengalami perkembangan yang signifikan. Jika di masa yang lalu guru
dituntut untuk lebih aktif dalam mengajari para siswanya, sehingga setiap

18 Abd. Wahid, “Korelasi Agama, Filsafat, dan Ilmu”, (https://www.jurnal.ar-


raniry.ac.id/index.php/substantia/article/download/4875/3158, 28 Januari 2012)
15

pertanyaan yang diajukan oleh para siswa terfokus pada jawaban guru tersebut.
Dapat dikatakan bahwa setiap pertanyaan tersebut mutlak akan dijawab oleh guru.
Tetapi sistem pengajaran di zaman sekarang telah sangat berbeda dan
mengalami perkembangan. Pihak-pihak yang berperan penting dalam dunia
pendidikan telah berfikir kefilsafatan sehingga muncullah ide-ide baru yang lebih
efektif dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan yang sekarang. Jika di
masa yang lalu guru mutlak menjawab segala pertanyaan siswa, di zaman sekarang
siswa dituntut untuk lebih aktif. Jika ada siswa yang mengajukan pertanyaan, maka
guru akan mengembalikan pertanyaan tersebut kepada siswa yang lain lagi untuk
menjawabnya. Jika tidak ada satupun dari seluruh siswa yang dapat menjawab,
maka barulah guru tersebut mengambil alih pertanyaan tersebut kemudian
menjawabnya, tetapi tetap dituntut untuk memancing pendapat para siswanya untuk
lebih mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Di sinilah proses berfikir
secara filsafat dapat kita temukan lagi. Jadi, dari pemaparan di atas dapat
disimpulkan bahwa filsafat telah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
perkembangan ilmu dalam dunia pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai penutup dari makalah ini, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah
suatu cara yang digunakan untuk mengetahui kebenaran atau kebijakan tentang
alam semesta dan isinya melalui pemikiran yang mendalam dan tidak terbatas
terhadap suatu kajian atau objek yang diteliti. Sedangkan ilmu adalah serangkaian
pengetahuan yang sistematis, dapat diuji, dan dan hanya sampai pada tahap tahu
yang diperoleh melalui beberapa proses untuk mendapatkannya.
Filsafat dan ilmu tidak dapat dipisahkan dalam suatu pembelajaran. Filsafat
dan ilmu merupakan suatu pengetahuan yang hampir sama. Keduanya memiliki
tujuan yang sama yaitu untuk mencari kebenaran, tetapi memiliki metode-metode
yang berbeda dalam menemukan suatu kebenaran tersebut. Ilmu membutuhkan
pemikiran yang mendalam agar bisa dipahami dengan sangat baik. Maka dari itu
filsafat dan ilmu sangat berhubungan erat karena saling berkaitan dalam
menemukan kebenaran. Meskipun kebenaran keduanya hanya sementara atau
sewaktu-waktu dapat berubah dikarenakan perkembangan zaman yang semakin
maju dan perubahan kondisi alam. Filsafat mencoba menjawab petanyaan-
pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka dari itu bidang kajian filsafat
lebih luas daripada ilmu. Dalam mempelajari filsafat kita mendapatkan banyak
manfaat yang salah satu adalah bisa mengembangkan fitrah manusia sebagai
makhluk sosial yang mempunyai rasa keingintahuan yang dalam terhadap sesuatu
yang dianggap baru.
B. Saran
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan karya ilmiah
(makalah) ini, baik itu dari kesalahan tanda baca, bahasa dan sebagainya. Maka,
atas dasar kekurangan itu diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun.
Agar ada perubahan yang lebih baik.

16
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, P. (2010). Hubungan filsafat, ilmu, dan agama. Hubungan filsafat.
Dafrita, I. E. (2015). Ilmu Dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam Nilai Agama.
Ilmu Dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam Nilai Agama.
Gie, T. L. (2007). Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Nessa, M. N. (2014). Buku Ajar Filsafat Ilmu. Buku Ajar Filsafat Ilmu.
Surajiyo. (2013). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Susanto. (2013). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wahid, A. (2012). Korelasi Agama, Filsafat, dan Ilmu. Korelasi Agama, Filsafat,
dan Ilmu.
Wiramihardja, S. A. (2007). Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai