Anda di halaman 1dari 3

AKSIOLOGI SEBAGAILANDASAN PENGEMBANGAN ILMU

A. Pengertian Aksiologi
Menurut bahasa Yunani, Aksiologi berasal dari perkataan axios yang berarti nilai dan logos
berarti teori (ilmu). Jadi aksiologi adalah teori dengan nilai. Aksiologi adalah teori tentang
nilai. Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat sebenarnya dari
pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa
memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik - baiknya serta dijalan baik
pula.

Menurut Bramel, aksiologi terbagi tiga bagian, yaitu: (1) Moral conduct, yaitu tindakan
moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika dan (2) Estetic expression, yaitu
ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan, (3) Sosio-political life, yaitu
kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.

B. Tanggung Jawab Ilmuwan

Ilmu merupakan hasil karya seorang ilmuwan yang dikomunikasikan dan dikaji secara luas.
Jika hasil karyanya itu memenuhi syarat-syarat keilmuan, maka karya ilmiah itu akan
menjadi ilmu pengetahuan dan digunakan oleh masyarakat luas. Maka jelaslah, jika ilmuwan
memiliki tanggung jawab yang besar bukan saja karena ia merupakan warga masyarakat,
melainkan karena ia juga memiliki fungsi tertentu dalam masyarakat. Fungsinya selaku
ilmuwan tidak hanya sebatas penelitian bidang keilmuan, tetapi juga bertanggung jawab atas
hasil penelitiannya agar dapat digunakan oleh masyarakat, serta bertanggung jawab dalam
mengawal hasil penelitiannya agar tidak disalahgunakan.

Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Ilmuwan


a.     Tanggung jawab sosial
b.      Tanggung jawab moral

c.       Tanggung jawab etika

C. Ilmu, Pseudo Ilmu, Dan Etika Keilmuan


Ilmu adalah istilah yang berasal dari kata Yunani,yaitu scientia yang berarti ilmu. Atau dalam
kaidah bahasa Arab berasal dari kata ‘ilm yang berarti pengetahuan. Maka ilmu adalah
pengetahuan yang dirumuskan secara sistematis, dapat diterima oleh akal melalui
pembuktian-pembuktian empiris. Di sisi lain ada sebuah kategori,yaitu pseudo ilmu. Secara
garis besar pseudo ilmu adalah pengetahuan atau praktik-praktik metodologis yang di klaim
sebagai pengetahuan. Namun berbeda dengan ilmu, pseudo ilmu tidak memenuhi
persyaratan-persyaratan yang di isyaratkan oleh ilmu.

Dalam aksiologi, ada dua penilaian yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika. Etika
adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral.
D. Teori Nilai Dalam Ilmu Pengetahuan
Nilai Kehidupan menjadi wilayah garak aksiologi. Nilai akademik selalu membingkai
perilaku keilmuan. Nilai akan mengukur, apakah seseorang melanggar etika akademik
atau tidak. Etika adalah bangunan nilai, yang diterapkan untuk mengukur perilaku
manusia. Hal inilah yang kemudian melahirkan beragam penelitian dan hipotesis awal
manusia terhadap anti dari keanekaragaman realitas.
Nilai keilmuan selalu dilandasi objektivitas. Objektivitas merupakan nilai yang selalu
dipersoalkan pada setiap temuan penelitian. Bahm menyatakan bahwa kesedian untuk
menjadi objektif sebuah ilmu meliputi beberapa hal,

a) Kesedian untuk mengikuti rasa ingin tahu ilmiah ke mana saja rasa itu
membimbing: kesedian ini mengisyaratkan keingintahuan dan kepedulian tentang
penyelidikan lebih lanjut yang dibutuhkan demi pengertian sampai tahap
kebijaksanaan yang dimungkinkan.
b) Kesedian untuk dituntun oleh pengalaman dan rasio: Bahms menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang besar antara kaum empiris yang ektrem. Empiris
ekstrem mamandang bahwa kita dapat memperoleh pengetahuan hanya
berdasarkan hal yang particular, yaitu pengalaman partikular yang dapat ditangkap
indra di mana data diintuisi. Tetapi sesungguhnya, yang partikular dan universal
dalam hal ini baik empiris maupun rasional saling berinteraksi dan saling
bergantung dalam pengalaman dan proses-proses dari investigasi ilmiah
tergantung pada hubungan yang terebangun antara keduanya.
c) Kesedian untuk mau menerima:yang dimaksudkan Bams di sini adalah
menerima terhadap data. Data adalah sesuatu yang sebagimana adanya (given)
dalam pengalaman ketika objek- objek diamati, diterima sebagai evidensi yang
relevan bagi suatu masalah untuk dipecahkan. Sikap ilmiah menurutnya termasuk
kesedian untuk menerima data sebagaimana adanya, tidak sebelum
diinterpretasikan secara ilmiah ketika diperhadapkan dengan hipotesis yang
dibangun. Dengan demikian, data dan hipotesis dilihat sebagai instrumen untuk
menerima kebenaran tentang objek itu sendiri, dapat mewujudkan kesedian
menjadi objektif.
d) Kesedian untuk diubah oleh objek: ketika seorang ilmuan menemukan sesuatu
yang tidak diketahui sebelumnya, dia menjadi diubah oleh tambahan pengetahuan
barunya itu. Penemuan baru menjadikan konsep-konsep lama tentang dirinya
sebagaimana hal-hal lain direvisi dan direkonstruksi.
e) Kesediaan untuk melakukan kesalahan: kesediaan untuk melakukan kesalahan
ada dalam pengertian baik untuk menerima kebenaran atau menyatakan
kebenaran.
f) Kesedian untuk bertahan: tidak ada aturan yang menyatakan berapa lama
seorang ilmuan harus bertahan dalam pergulatan dengan masalah yang alot.
Kesedian tetap objektif mensyaratkan kesedian untuk terus melanjutkan dan
bertahan selama mungkin dan mencoba mengerti objek atau masalah sampai
pengertian diperoleh.
g) Pikiran yang terbuka: sikap ilmiah mengisyaratkan kesedian untuk berpikir
terbuka. Hal itu termasuk kesedian untuk mempertimbangkan segala hal yang
relevan seperti hipotesis, metodologi, dan evidensi yang berhubungan dengan
masalah.
h) Kesedian untuk menangguhkan keputusan: ketika suatu masalah kelihatanya
tidak terselesaikan atau pecahan dengan jawaban-jawaban penelitian yang
dilakukan, maka kesedian untuk menangguhkan keputusan adalah hal yang tepat
sampai semua evidensi yang diperlukan diperoleh atau tersedia.
i) Tentativitas, artinya sikap ilmiah membutuhkan kesediaan untuk tetap bersifat
sementara dalam menerima seluruh kesimpulan-kesimpulan ilmiah yang
dibangun. Hal ini mengisyaratakan suatu sikap yang tidak dogmatik dalam hal
metode-metode. Walaupun suatu hasil dalam kajian ilmiah itu bersifat sementara,
tetapi kesedian untuk tetap mempertahankan kesimpulan yang telah diperoleh dan
dibuat juga perlu.
Teori tentang nilai berkaitan dengan kebebasan nilai dan keterikatan nilai. Sedangkan
bagi ilmuwan penganut faham nilai terikat, perkembangan pengetahuan akan terjadi
sebaliknya

Anda mungkin juga menyukai