Disusun Oleh :
M. BAYU DARMAWAN : 160211022
M. IKRAR AGUSTIAN : 160211035
THREEO MUNANDA : 160211003
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmatnya kepada kami. Sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah Filsafat Umum ini sesuai dengan waktu yang kami
rencanakan. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas sebagai syarat
penilaian mata kuliah Filsafat Umum.
Penyusunan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu
mengumpulkan dan mengkaji materi Filsafat Umum dari berbagai referensi agar
makalah yang kami susun dapat memberikan informasi yang akurat dan bisa
dibuktikan.
Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
wikipedia
2
Jose, Francisco Moreno. Agama dan Akal Fikiran. Naluri Rasa Takut dan Keadaan Jiwa
Manusiawi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1994
2
3
3
Rene Descartes, Meditation II, Descartes Meditations and Selections from the Principles of
Philosophy, diterjemahkan oleh John Veitch (La Salle: Open Court, 1941), hal. 29-30.
4
Ibid, hal. 33.
7
(bifurcation of nature). Dualisme Descartes tentang akal dan badan atau materi
memungkinkan kita untuk mengadakan interpretasi tentang alam di luar diri kita
dengan cara-cara mekanik dan kuantitatif, serta memungkinkan menempatkan
aspek kehidupan yang lain dalam bidang akal atau jiwa. Pemisahan antara akal
dan materi adalah teori yang tetap dianut oleh beberapa filosof dalam segala
perioda sejarah.
suatu substansi mental yang berdiri sendiri. Akal adalah penataan dan kesatuan
dari pengalaman-pengalaman pribadi manusia.
Menurut Kant, yang kita ketahui secara pasti adalah pengalaman-
pengalaman kita. Di mana saya ada pengetahuan terdapat juga perpaduan; dan
pengetahuan memerlukan seorang yang mengetahui. Jika ada daya ingatan, tentu
ada sesuatu yang melakukan ingatan tersebut. pengaturan pengalaman menjadi
mungkin karena ada akal dan pemahaman yang berlaku sebagai prinsip
penataan. Terdapat kesatuan organik atau pribadi yang mengatasi (transcend)
dan yang bertanggung jawab untuk adanya kontinuitas di antara pengalaman-
pengalaman yang terpisah. Kesatuan itu adalah aku (self). Aku kadang-kadang
dikatakan sebagai tempat bentuk pengetahuan. Kadang-kadang, aku dan akal
dianggap sebagai satu. Walaupun begitu, bersama Kant, kita harus tidak lupa
bahwa aku adalah suatu subyek moral dan subyek yang mengetahui.
5
B. F. Skinner, Behaviorism at Fifty, dalam bukunya T. W. Wann, Behaviorism and
Phenomenology (Chicago: U. of Chicago Press, 1964), hal. 79-108.
10
behaviorisme itu timbul sebagai suatu reaksi terhadap para psikolog yang
menyelidiki akal. Ada juga orang-orang yang karena pertimbangan-
pertimbangan praktis, lebih suka membicarakan perilaku daripada aktivitas
mental yang bersifat kurang dapat dilayani walaupun mereka mengakui adanya.
Penyelidikan mereka adalah rintisan dari behaviorisme.
Menurut Skinner, yang mula-mula menjauhkan diri dari akal sebagai
penafsiran perilaku adalah Darwin dan kesibukannya dengan kontinuitas jenis.
Untuk menunjang teori evolusi, adalah penting bagi Darwin untuk menunjukkan
bahwa manusia secara esensial tidak berbeda dari binatang yang lebih rendah,
dan bahwa setiap sifat manusia, termasuk di dalamnya kesadaran dan kekuatan
berpikir, dapat ditemukan dalam jenis-jenis lain. Langkah berikutnya tak dapat
dihindari yaitu jika bukti-bukti kesadaran dan berpikir dapat dijelaskan dalam
binatang-binatang lain.6 Mengapa tak dapat dijelaskan dalam manusia? Dan jika
keadaannya memang begitu, apakah yang akan terjadi pada prikologi sebagai
sains kehidupan mental? Jawabnya: psikologi tersebut tak ada lagi.
Behaviorisme bukannya penyelidikan ilmiah tentang perilaku akan tetapi
adalah filsafat ilmu yang mempelajari subyek dan metoda psikologi. Jika
psikologi sebagai sains dari kehidupan mental, dari akal, dari pengalaman yang
sadar, ia harus mengembangkan dan mempertahankan suatu metodologi yang
khusus yang sampai sekarang belum dimiliki secara memuaskan. Tetapi jika
behaviorisme itu merupakan sains dari perilaku organisme, baik mengenai
manusia atau lainnya, maka ia menjadi bagian dari biologi, suatu sains tentang
alam yang banyak diselidiki oleh metoda-metoda yang sudah dicoba dan sangat
berhasil.7 Itulah kedudukan psikologikal behaviorisme.
2.3.5. Instrumentalisme
Sekelompok filosof yang memperhatikan persoalan tentang akal juga
menganggap akal sebagai bentuk perilaku, suatu perbuatan mental dan
6
B. F. Skinner, Behaviorism at Fifty, dalam bukunya T. W. Wann, Behaviorism and
Phenomenology (Chicago: U. of Chicago Press, 1964), hal. 79-108.
7
B. F. Skinner, Behaviorism at Fifty, hal 79.
11
intelligent dan bukan hanya ekspresi fisiologikal. Mereka ada dua kelompok.
Pertama instrumentalis seperti John Dewey, dan kedua logis atau behavioris
yang diwakili oleh Gilbert Ryle. Persamaan antara kedua kelompok tersebut
terdapat dalam penolakan mereka terhadap dualisme serta dalam penekanan
mereka kepada intelligent behavior (perilaku yang berakal).
John Dewey adalah wakil nomor satu dari sikap instrumentalis. Karena kita
akan membicarakan pandangannya yang menyeluruh pada fasal 15, maka di sini
kita hanya menyebutnya secara ringkas. Bagi Dewey, akal tidak lagi merupakan
kata benda akan tetapi merupakan kata sifat deskriptif tentang macam-macam
perilaku tertentu. Akal terdiri atas operative meanings. Akal dan berfikir
menjadi aspek fungsional dari interaksi kejadian-kejadian alam. tergantung
kepada pandangan kita, akal dapat dianggap aspek dari alam, dari obyek atau
dari organisme. Manusia dan alam merupakan bagian dari suatu kesatuan.
Manusia bukannya sebagiannya badan dan sebagiannya lagi akal. Dewey
menolak segala dualisme dan anggapan bahwa akal adalah yang mengetahui
(knower); pada dasarnya ia menganggap akal sebagai aktivitas yang
memecahkan persoalan, sebagai tanggapan seseorang terhadap yang samar-
samar dan yang tak menentu. Dewey menganggap pemikiran sebagai transisi
dari yang problematik kepada yang tentu dan aman. Jika saya menghadapi
problem, saya mencari tempat kesulitan dan membentuk ide bagaimana
menghadapi kesulitan tersebut; ini adalah gerak mental. Banyak definisi akal
dan fikiran telah disusun. Saya hanya mengetahui satu yang mengenai sasaran,
yaitu: akal adalah respons terhadap hal yang disangsikan. Tak terdapat benda
yang tidak bernyawa mengadakan reaksi terhadap benda-benda sebagai
problematic.8
8
John Dewey, The Quest For Certainty (London: Allen and Unwin, 1930), hal. 214.
12
menegaskan bahwa akal bukannya suatu benda yang berbeda dan terpisah dari
badan dan materi. Akal adalah cara bagaimana seseorang bertindak. Jika kita
melukiskan manusia sebagai kualitas akal yang mempengaruhi (exercising), kita
menunjukkan tindakan yang terbuka disertai ucapan-ucapan.9
Akal bukannya suatu alam lain, yang mungkin paralel atau lebih jauh
daripada alam biasa. Ryle berusaha untuk melepaskan diri dari yang ia namakan
dogma hantu dalam mesin dan untuk mengoreksi kesalahan kategori atau
mitos filosof. Kesalahan atau mitos ini akan terjadi ketika kita menempatkan
fakta dari kehidupan mental dalam kategori atau kelas yang tidak sesuai. Ryle
memakai contoh seorang asing yang mengunjungi kampus universitas.
Gambarkanlah bahwa seorang pengunjung, setelah melihat ruangan-ruangan
fakultas, perpustakaan, asrama para mahasiswa, lapangan olahraga, kantor
administrasi dan aktivitas-aktivitas yang ada sangkut pautnya dengan semua itu,
ia minta untuk melihat universitas. Ia akan mendapat jawaban bahwa universitas
adalah penataan gedung-gedung tersebut serta kegiatan-kegiatan yang baru saja
ia lihat. Menganggap universitas sebagai kesatuan di belakang hal-hal yang telah
ia saksikan adalah salah. Begitu juga mengatakan bahwa akal adalah suatu
dunia di belakang aktivitas penataan ide adalah suatu kesalahan.
9
Gilbert Ryle, The Concept of Mind, hal. 25.
13
yang berlainan pula. Terdapat beberapa teori mengenai penjelasan hubungan antara
akal dan badan seperti interaksionisme, paralelisme, identitas, dan parapsikologi.
10
Aldous Huxley, Ends and Means (New York: Harper, 1937), hal. 299.
15
yang berbeda, setiap sisi tidak bisa disatukan namun ketika salah satunya
dihilangkan maka tidak bernilai. Teori identitas yang kedua yaitu Teori Identitas
Kontemporer. Teori ini mengatakan bahwa keadaan-keadaan mental itu sama
dengan keadaan otak. Pembenaran yang diberikan kepada teori identitas adalah
bahwa otak meskipun bersifat fisik, namun memiliki hubungan yang mungkin
cukup rumit dengan akal. Terdapat aliran materialisme dalam teori identitas
kontemporer ini, yaitu rasa sakit, fikiran, ingatan, kenangan semua itu memang
ada, namun merupakan proses sistem syaraf saja. Pandangan teori ini
menghilangkan pemisah antara akal dan badan. Kritik mengenai teori ini yaitu
kurangnya bukti-bukti yang meyakinkan bahwa keadaan mental itu sama dengan
proses mental.
3.1. Kesimpulan
1. Akal didefiisikan sebagai saah satu peralatan rohaniah manusa yang
berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis, dan menilai
apakah suatu hal benar atau salah.
2. Freud membagi manusia kedalam tiga wilayah pokok, tiga bagian tersebut
adalah naluri, akal fikiran, dan adatkebiasaan social dan kaidah moral.
3. Teori mengenai akal dibagi kedalam beberapa golongan, antara lain:
a. Akal adalah substansi non-material
b. Akal adalah prinsip penataan
c. Akal adalah kumpulan dari pengalaman
d. Akal adalah sebagai bentuk perilaku
4. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan akal dan
badan seperti interaksionisme, paralelisme, identitas, dan parapsikologi.
5. Menurut teori interaksionisme akal dapat menyebabkan perubahan-
perubahan dalam badan, dan perubahan dalam badan dapat menimulkan
efek mental.
6. Menurut teori paralelisme, proses mental dan proses fisik (akal dan
badan)merupakan hal yang nyata tetapi taka da hubungan sebab musabab
diantara keduanya.
7. Menurut teori identitas,baik akal maupun badan tidak merupakan kesatuan
yang terpisah dan berdiri sendiri.
8. Teori parapsikologi membahas mengenai kekuatan akal (jiwa).
16
DAFTAR PUSTAKA
Annisa hartono. 03 october 2013. Filsafat: Akal dan Badan. Retrieved from
https://sasasasen.wordpress.com/2013/10/03/filsafat-akal-dan-badan/
__________. 2 april 2009. Pemikiran Singkat Para Filsuf Dunia. Retrieved from
https://xaesar.wordpress.com/2009/04/02/pemikiran-singkat-para-filsuf-
dunia/
Nur Ajijah. 5 Mei 2012. Pandangan Islam Tentang Hubungan Akal dan Badan.
Retrieved from http://nura-zizzah.blogspot.co.id/2012/05/pandangan-
islam-tentang-hubungan-akal.html
________ 13 Agustus 2012. Hubungan Akal dan Badan (1). Retrieved from
https://isepmalik.wordpress.com/2012/08/13/hubungan-akal-dan-badan-
1/
________. 15 Agustus 2012. Hubungan Akal dan Badan (2). Retrieved from
https://isepmalik.wordpress.com/2012/08/15/hubungan-akal-dan-badan-
2/
17