Anda di halaman 1dari 20

Makalah

FILSAFAT AKAL-BADAN DAN RELASI


KEDUANYA

Disusun Oleh :
M. BAYU DARMAWAN : 160211022
M. IKRAR AGUSTIAN : 160211035
THREEO MUNANDA : 160211003

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmatnya kepada kami. Sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah Filsafat Umum ini sesuai dengan waktu yang kami
rencanakan. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas sebagai syarat
penilaian mata kuliah Filsafat Umum.
Penyusunan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu
mengumpulkan dan mengkaji materi Filsafat Umum dari berbagai referensi agar
makalah yang kami susun dapat memberikan informasi yang akurat dan bisa
dibuktikan.
Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya.

Banda Aceh, . April 2017

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I .......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................1
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................1
BAB II .....................................................................................................................2
2.1. Definisi Akal ..............................................................................................2
2.2. Kesulitan Dalam Mempelajari Akal ..........................................................2
2.3. Teori Mengenai Akal .................................................................................4
2.3.1. Akal Sebagai Substansi non-material ....................................................5
2.3.2. Akal adalah prinsip penataan ................................................................7
2.3.3. Akal adalah kumpulan dari pengalaman ...............................................8
2.3.4. Akal sebagai bentuk tingkah laku Psikologikal behaviorisme ..............9
2.3.5. Instrumentalisme .................................................................................10
2.3.6. Logical behaviorisme ..........................................................................11
2.4. Hubungan akal dan badan ........................................................................12
2.4.1. Teori interaksionisme ..........................................................................13
2.4.2. Teori paralelisme .................................................................................14
2.4.3. Teori identitas ......................................................................................14
2.4.4. Teori parapsikologi .............................................................................15
BAB III ..................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan ..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Permasalahan hubungan akal-badan merupakan topik yang masih tetap
diperbincangkan sampai saat ini. Terdapat beberapa pendapat umum yang
berpandangan bahwa akal-badan adalah dua hal yang berbeda secara essensial.
Watak akal dan hubungannya kepada otak barangkali merupakan masaah rumit ,
tetapi sangat menarik dan penting diantara masalah yang dihadapi manusia. Soal
hubungan akal dan badan adalah soal yang tetap hangat yang ditanggulangi manusia
semenjak berabad-abad. Terdapat banyak interpretasi dan pemecahan soal-soal
hubungan badan dan akal yang bermacam-macam, dari pemecahan-pemecahan
yang merupakan pengingkaran akal atau pandangan materialisme yang
menyeluruh, sampai kepada pendirian bahwa akal adalah realitas yang kukuh,
sedang yang kita namakan materi adalah ilusi, produk sampingan dari akal atau
kesadaran; namun kebanyakan penafsiran menjauhi sikap yang ekstrim. Ada
anggapan yang merata bahwa akal dan badan itu merupakan kesatuan yang
kompleks, akal manusia juga merupakan kesatuan yang kompleks, walaupun dibuat
dari bahan lain yang mempunyai struktur yang berlainan pula.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari akal?
2. Apakah kesulitan dalam mengkaji masalah akal?
3. Apa saja teori mengenai akal?
4. Bagaimana hubungan akal dan badan?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi dari akal.
2. Mengetahui kesulitan dalam mempelajari akal.
3. Mengetahui teori-teori mengenai akal.
4. Mengetahui bagaimana hubungan antara akal dan badan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Akal


akal adalah suatu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi membedakan
yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuannya sangat
bergantung pada luas pengalaman dan tingkat Pendidikan, formal maupun informal,
dari suatu individu. Sehingga akal dapat didefinisikan sebagai salah satu peralatan
rohaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis,
menilai apakah suatu hal benar atau salah.1
Akal berasal dari Bahasa arab aql yang secara Bahasa berarti pengikatan
dan pemahaman terhadap sesuatu. Pengertian lain dari akal adalah daya piker
(untuk memahami sesuatu), kemampuan melihat cara memahami lingkungan, atau
merupakan kata lain dari pikiran dan ingatan. Dengan akal, manusia dapat melihat
diri sendiri dalam hubungannya dengan lingkungan sekeliling, juga dapat
mengembangkan konsepsi-konsepsi mengenai watak dan keadaan diri kita sendiri,
serta melakukan tindakan berjaga-jaga terhadap rasa ketidakpastian yang esensial
dalam hidup ini.2
Freud membagi manusia menjadi tiga wilayah pokok, antara lain:
a. Id, yang merupakan naluri
b. Ego, yang merupakan akal fikiran
c. Super ego, yakni adat kebiasaan sosial dan kaidah moral

2.2. Kesulitan Dalam Mempelajari Akal


Perihal akal terus dipelajari hingga saat ini, namun mempelajari akal
bukanlah hal mudah. Beberapa factor menjadi penyebab kesulitan dalam
mempelajari akal, diantaranya adalah:

1
wikipedia
2
Jose, Francisco Moreno. Agama dan Akal Fikiran. Naluri Rasa Takut dan Keadaan Jiwa
Manusiawi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1994

2
3

a. penyelidikan tentang akal dan tentang manusia pada umumnya telah


mendapat perhatian yang sangat sedikit pada masa yang lalu, khususnya dari
segi bantuan keuangan, dibandingkan dengan penyelidikan tentang alam di
sekitar manusia. Pada zaman kita sekarang, kita pada pokoknya
mementingkan eksploitasi alam fisik, membentuk mesin dan menjelajah
angkasa. Kita telah mempelajari lebih banyak tentang benda-benda dan
binatang-binatang dari pada tentang manusia. Perhatian kita diarahkan
terhadap aspek kehidupan manusia yang juga ada hubungannya dengan
benda dan binatang. Penyelidikan sosial adalah baru, dilakukan orang
semenjak akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20. Metoda ilmiah
dipakai pertama dalam matematika dan astronomi kemudian dalam fisika
dan kimia, kemudian lagi dalam fisiologi dan biologi dan hanya baru-baru
ini diterapkan untuk sosiologi dan psikologi.
Dalam interpretasi-interpretasi yang terdahulu, sebelum konsep evolusi
diterima dalam dunia pemikiran, akal dianggap sebagai terpisah dari alam.
akal mencoba berhubungan dengan dan memahami ultimate reality
(realitas yang tertinggi). Pandangan seorang pengamat tentang
pengetahuan dianggap sudah yakin. Tetapi problemanya adalah untuk
menjembatani jurang pemisah antara akal dan alam. Pada waktu sekarang,
akal dipandang sebagai suatu alat atau suatu fungsi, dan tidak sekadar
sebagai seorang pengamat di luar proses.
psikologi telah menimbulkan aliran-aliran pemikiran yang bertentangan.
Psikologi adalah sains yang khusus yang memberikan bahan-bahan
deskriptif, dan bahan-bahan tersebut menjadi dasar untuk menyusun
interpretasi kita tentang akal. Akan tetapi psikologi itu bermacam-macam,
tidak hanya satu. Tak ada kata sepakat tentang metoda yang diperlukan
untuk psikologi, bahkan tak ada kesepakatan tentang apakah subyek
psikologi itu. Dalam mempelajari akal, beberapa metoda dapat dipergunaka;
penyelidikan tentang perilaku yang obyektif, pendekatan genetik, yang
mencakup perkembangan anak-anak atau perkembangan rasa, penyelidikan
tentang perilaku binatang, perilaku yang abnormal, mekanisme dan proses
4

fisiologis, introspeksi, persepsi ekstrasensori masing-masing metoda


tersebut dipakai oleh sebagian dari para psikolog.
Bermacam-macam psikologi menekankan bermacam-macam aspek akal
dan perilaku manusia. Perkembangan yang semula dari psikoanalisa
(dilakukan oleh Sigmund Freud, Alfred Adler, C. G. Jung dan lain-lain),
telah terjadi di dalam profesi kedokteran. Menurut Freud, energi kehidupan
manusia atau struktur kepribadian terdiri atas tiga bagian. Pertama id, yaitu
yang merupakan lapangan di bawah sadar yang mendalam dari naluri
(instinct); dorongan hati (impulse) dan passi (passion). Kedua, ego, yaitu
unsur kepribadian yang dapat berpikir dan kadang-kadang dapat mengontrol
kegiatan id. Ketiga, superego, yaitu internalisasi kebutuhan-kebutuhan
masyarakat, yang telah dinamakan conscience. Berhadapan dengan tiga
kekuatan, yakni id, superego dan dunia luar yang kasar, ego terpaksa
mengakui kelemahannya dan dengan mudah terkena perasaan salah (guilty)
dan gelisah (anxiety). Psikoanalisa menekankan adanya konflik dan
kemenangan di dalam atau di antara bidang-bidang kepribadian dan
bermacam-macam mekanisme untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
seperti: lari (escape), pertahanan (defence) dan sebagainya.dalam
mempelajari akal adalah bahwa sukar untuk bersikap obyektif dalam bidang
ini; terdapat pula bahaya bahwa ketika kita memperoleh obyektifitas, kita
kehilangan hal yang kita ingin menyelidikinya. Sains cenderung untuk
menganggap sepi hal-hal yang istimewa dan tidak terulang serta lebih suka
mempelajari alam yang sudah dibersihkan dari sifat-sifat kemanusiaan yang
istimewa.

2.3. Teori Mengenai Akal


Teori-teori mengenai akal telah berkembang selama bertahun-tahun. Teori-
teori tersebut digolong-golongkan menurut sistem sederhana yang digunakan oleh
para filosof yang menyelidiki akal, beberapa golongan tersebut adalah:
a. Akal adalah substansi non-material
b. Akal adalah prinsip penataan
5

c. Akal adalah kumpulan dari pengalaman


d. Akal adalah sebagai bentuk perilaku

2.3.1. Akal sebagai substansi non-material


Akal dapat ditafsirkan sebagai kesatuan yang non-material, yang tidak
dapat dibagi dan tidak dapat dibagi dan tidak dapat mati. Istilah substansi dipakai
dalam filsafat untuk emnunjukkan suatu realitas yang dalam dan yang
mengandung kualitas. Akal mempunyai kualitas seperti dapat faham, berfikir,
ingat dan mengkhayal. Sumber dan pembawa ayng pokok dari pandangan
tersebut pada zaman kuno adalah Plato dan Descartes.
a. Plato
Plato membagi watak manusia ke dalam tiga bagian. Pertama, bagian
rasional, tempatnya adalah dalam otak. Unsur rasional manusia adalah esensi
suci, atau substansi, dan harus dibedakan dari badan di mana akal itu terpenjara.
Yang kedua adalah bagian yang merasa, tempatnya di dada. Yang ketiga, unsur
yang ingin atau selera, tempatnya di perut. Unsur keinginan tidak mempunyai
prinsip untuk mengatur diri sendiri, karena itu harus berada di bawah kontrol
akal. Akal dan badan mempunyai hubungan yang erat satu dengan lainnya, akan
tetapi menurut Plato perbedaan antara dua hal tersebut adalah nyata. Jiwa yang
tak dapat dibagi-bagi berasal dari alam misal atau form yang tinggi dan abadi,
jauh di atas dunia pengalaman yang selalu berubah dan lewat. Jiwa tercemar
karena berhubungan dengan benda, pada suatu waktu jiwa akan meninggalkan
badan dan kembali kepada tempatnya yang abadi.
Interpretasi Plato tentang jiwa atau akal banyak mempengaruhi fikiran
Plotinus dan Augustinus, dan melalui mereka, mempengaruhi gereja Masehi.
Pandangan Plato banyak dianut orang selama Abad Pertengahan. Baik dalam
bentuk asilnya atau dalam bentuk baru yang diciptakan oleh Descartes, fikiran
Plato meresap pada pemikiran modern.
b. Descartes
Descartes, seorang filosof besar pada abad ke-17, menguatkan teori bahwa
akal adalah substansi. Karena sangat sangsi terhadap kebenaran pengetahuan
6

pada zamannya, dan kebenaran segala pengetahuan, ia memutuskan untuk


mempersoalkan segala-galanya dan memulai suatu cara untuk sangsi yang
sistematik, dan berusaha mendapatkan apa yang mustahil dapat disangsikan.
Karena metoda tersebut, aku gambarkan segala sesuatu yang aku lihat itu
tidak sungguh; aku percaya bahwa tak ada obyek yang dikemukakan oleh
ingatan saya yang palsu itu ada. Aku merasa bahwa aku tak mempunyai rasa
(indra); aku percaya bahwa badan, angka, keluasan, gerak dan tempat, semuanya
hanya merupakan khayalan akal saya. Kalau begitu apakah yang dapat dianggap
benar. Barangkali hanya ini, yaitu sama sekali tak ada benda yang nyata.3
Dari posisi keragu-raguan metodologis, Descartes keluar dengan suatu
keyakinan yang kuat bahwa aku itulah yang ada. Perkataannya dalam bahasa
Latin adalah cogito ergo sum, aku berpikir, karena itu aku ada. Descartes
menemukan bahwa adanya sedikitnya satu akal, yakni akalnya sendiri, tak dapat
disangsikan. Inilah hal yang tak dapat dipisahkan dariku, aku ada, ini sudah
tentu, tetapi berapa kali? Ya, selama aku berpikir, karena barangkali akan terjadi
bahwa aku berhenti berpikir, dan berbarengan dengan itu aku tidak lagi ada.4
Dari sini ia meyakinkan adanya akal lain, adanya Tuhan serta adanya alam
materi. Dunia luar menunjukkan adanya, melalui indra, dan ia tidak percaya
bahwa ia dapat ditipu.
Bagi Descartes terdapat dua substansi, akal dan materi. Ia mengadakan
perbedaan yang jelas antara keduanya. Akal tu immaterial. Akal adalah
kesadaran, dan sifatnya adalah berpikir. Oleh karena akal itu substansial, ia tak
dapat dimusnahkan kecuali oleh Tuhan yang merupakan satu-satunya substansi
yang tidak bersandar kepada yang lain. Sifat materi adalah keluasan. Badan
manusia adalah bagian dari alam materi dan tunduk kepada aturan-aturannya.
Penjelasan Descartes tentang akal sebagai suatu substansi yang berdiri
sendiri adalah permulaan perkembangan yang panjang dalam filsafat modern
dan pemikiran ilmiah yang kadang-kadang dinamakan bifurkasi alam

3
Rene Descartes, Meditation II, Descartes Meditations and Selections from the Principles of
Philosophy, diterjemahkan oleh John Veitch (La Salle: Open Court, 1941), hal. 29-30.
4
Ibid, hal. 33.
7

(bifurcation of nature). Dualisme Descartes tentang akal dan badan atau materi
memungkinkan kita untuk mengadakan interpretasi tentang alam di luar diri kita
dengan cara-cara mekanik dan kuantitatif, serta memungkinkan menempatkan
aspek kehidupan yang lain dalam bidang akal atau jiwa. Pemisahan antara akal
dan materi adalah teori yang tetap dianut oleh beberapa filosof dalam segala
perioda sejarah.

2.3.2. Akal adalah prinsip penataan


a. Aristoteles
Aristoteles pada dasarnya menyetuui beberapa aspek dari teori akal sebagai
substansi. Bagi plato ide-ide adalah bentuk-bentuk yang abadi yang wuujudnya
adalah dalam alam lain, ide manusia mengenai dunia ini hanya merupakan
Salinan dari bermacam-macam tingkat kebenaran. Bagi Aristoteles jiwa adalah
prinsip kehidupan, kumpulan proses kehidupan, dan prinsip yang aktif untuk
mengatur proses-proses kehidupan. Sedangkan akal atau fikiran adalah kekuatan
atau fungsi tertinggi dari jiwa (psyche) manusia. Dalam usaha untuk
mempersatukan akal dan badan, Aristoteles menyimpang dari pendirian Plato
dan mendekati pendirian bahwa akal itu adalah proses dan fungsi. Jika bagi Plato
alam Ide atau bentuk yang abadi ada di luar dunia rasa indrawi, bagi Aristoteles
form (bentuk) itu ada di dalam benda sebagai prinsip yang aktif untuk
pengaturan.
b. Immanuel Kant
Pada akhir abad ke-18 Immanuel Kant mengeritik pandangan tradisional
yang mengatakan bahwa akal itu substansi; pandangan tersebut mengatakan
bahwa seseorang dapat menjadikan aku-nya dan akal-nya menjadi obyek
langsung untuk diketahui. Bagi Kant, akal itu aktif. Akal itu mengumpulkan
bahan-bahan yang disajikan oleh bermacam-macam indra dalam suatu pengolah
pengetahuan. Zaman dan ruang merupakan forms dari pengalaman-
pengalaman indrawi kita, yang dengan memakai pertimbangan (judgment)
dikumpulkan menjadi pengalaman yang teratur dan terpadu. Akal bukannya
8

suatu substansi mental yang berdiri sendiri. Akal adalah penataan dan kesatuan
dari pengalaman-pengalaman pribadi manusia.
Menurut Kant, yang kita ketahui secara pasti adalah pengalaman-
pengalaman kita. Di mana saya ada pengetahuan terdapat juga perpaduan; dan
pengetahuan memerlukan seorang yang mengetahui. Jika ada daya ingatan, tentu
ada sesuatu yang melakukan ingatan tersebut. pengaturan pengalaman menjadi
mungkin karena ada akal dan pemahaman yang berlaku sebagai prinsip
penataan. Terdapat kesatuan organik atau pribadi yang mengatasi (transcend)
dan yang bertanggung jawab untuk adanya kontinuitas di antara pengalaman-
pengalaman yang terpisah. Kesatuan itu adalah aku (self). Aku kadang-kadang
dikatakan sebagai tempat bentuk pengetahuan. Kadang-kadang, aku dan akal
dianggap sebagai satu. Walaupun begitu, bersama Kant, kita harus tidak lupa
bahwa aku adalah suatu subyek moral dan subyek yang mengetahui.

2.3.3. Akal adalah kumpulan dari pengalaman


a. Pada abad ke-18, David Hume merupakan kritikus yang tajam terhadap
pandangan tradisional tentang akal sebagai substansi yang terpisah.
Sebelum zamannya Kant, Hume sudah menyerang dualisme Plato dan
Descartes. Tetapi Hume tidak berpendapat bahwa terdapat kesatuan pribadi
atau aku. Hume membawakan empirisme kepada akibat-akibat logikanya
dan menyerang ide tentang substansi dan rasionalisme pada zamannya.
Semua pengetahuan datang melalui pengalaman dan satu-satunya isi dari
akal manusia adalah kesan-kesan dan ide-ide. Kesan adalah pengalaman
yang sederhana dan elementer. Kesan-kesan itu jelas dan terang. Ide hanya
merupakan salinan kesan. Jika kita melakukan introspeksi, kita hanya
menemukan pengalaman yang lewat dan ide-ide yang selalu berubah. Tak
ada bukti tentang substansi atau aku yang permanen.
Menurut David Hume akal dan kekuatan atau daya-dayanya serta sifat-sifat
kehidupan mental tidak lain adalah asosiasi ide-ide dan pengalaman. Akal
(mind) adalah istilah untuk sejumlah pengalaman, ide dan keinginan yang
menempati perhatian dan kehidupan seseorang. Ia merupakan suatu
9

kemasan pengalaman atau kumpulan rasa indrawi. Sikap umum Hume


adalah skeptikisme; ia adalah seorang empirisis yang sepenuhnya. Ia segan
menerima apa saja selain pengalaman sehari-hari. Para penyanggah Hume
menunjukkan bahwa ia selalu memakai istilah I dan myself yang
mengandung ari suatu pusat kesatuan pribadi yang selalu ada. Walaupun
aku sukar untuk menjadi subyek dan obyek pada waktu yang sama, para
penyanggah berpendirian bahwa melakukan pengingkaran berarti
menegaskan adanya aku yang terus-menerus. Para pengikut Hume,
sebaliknya, mengatakan bahwa dalam pernyataan seperti Aku mengingkari
adanya aku, subyek dan predikat mempunyai arti yang berbeda. Hume
mengatakan bahwa kumpulan pengalaman yang ia namakan I atau me,
mengingkari adanya substansi yang immaterial atau suatu pusat identitas
pribadi yang permanen. Dengan begitu maka Hume memungkiri konsep-
konsep tradisional tentang Aku.

2.3.4. Akal sebagai bentuk tingkah laku: Psikologikal Behaviorisme


Bagi sekelompok psikolog, akal adalah suatu bentuk tingkah laku. Bagi
mereka, beberapa macam tertentu tentang tingkah laku, mendorong kita untuk
mempercayai adanya akal; mereka bertanya Mengapa kita tidak hanya
mempelajari tingkah laku saja dan tidak usah merepotkan diri dengan kesatuan-
kesatuan yang abstrak dan tak dapat diamati seperti akal? Bahkan ada psikolog
yang mengingkari bahwa istilah seperti: mind dan consciousness
mempunyai isi atau nilai; mereka lebih suka membicarakan tentang kejadian-
kejadian mental atau aktivitas neuromuscular (otot dan syaraf) dari sesuatu
organisme.
Dalam suatu diskusi yang menarik tentang Behaviorism at Fifty5
(Perilaku manusia pada usia 50 tahun), B. F. Skinner menyajikan apa yang ia
namakan: pernyataan ulangan tentang radical behaviorism. Sebagian dari
pernyataan ulangan tersebut mengandung sejarah bagaimana aliran

5
B. F. Skinner, Behaviorism at Fifty, dalam bukunya T. W. Wann, Behaviorism and
Phenomenology (Chicago: U. of Chicago Press, 1964), hal. 79-108.
10

behaviorisme itu timbul sebagai suatu reaksi terhadap para psikolog yang
menyelidiki akal. Ada juga orang-orang yang karena pertimbangan-
pertimbangan praktis, lebih suka membicarakan perilaku daripada aktivitas
mental yang bersifat kurang dapat dilayani walaupun mereka mengakui adanya.
Penyelidikan mereka adalah rintisan dari behaviorisme.
Menurut Skinner, yang mula-mula menjauhkan diri dari akal sebagai
penafsiran perilaku adalah Darwin dan kesibukannya dengan kontinuitas jenis.
Untuk menunjang teori evolusi, adalah penting bagi Darwin untuk menunjukkan
bahwa manusia secara esensial tidak berbeda dari binatang yang lebih rendah,
dan bahwa setiap sifat manusia, termasuk di dalamnya kesadaran dan kekuatan
berpikir, dapat ditemukan dalam jenis-jenis lain. Langkah berikutnya tak dapat
dihindari yaitu jika bukti-bukti kesadaran dan berpikir dapat dijelaskan dalam
binatang-binatang lain.6 Mengapa tak dapat dijelaskan dalam manusia? Dan jika
keadaannya memang begitu, apakah yang akan terjadi pada prikologi sebagai
sains kehidupan mental? Jawabnya: psikologi tersebut tak ada lagi.
Behaviorisme bukannya penyelidikan ilmiah tentang perilaku akan tetapi
adalah filsafat ilmu yang mempelajari subyek dan metoda psikologi. Jika
psikologi sebagai sains dari kehidupan mental, dari akal, dari pengalaman yang
sadar, ia harus mengembangkan dan mempertahankan suatu metodologi yang
khusus yang sampai sekarang belum dimiliki secara memuaskan. Tetapi jika
behaviorisme itu merupakan sains dari perilaku organisme, baik mengenai
manusia atau lainnya, maka ia menjadi bagian dari biologi, suatu sains tentang
alam yang banyak diselidiki oleh metoda-metoda yang sudah dicoba dan sangat
berhasil.7 Itulah kedudukan psikologikal behaviorisme.

2.3.5. Instrumentalisme
Sekelompok filosof yang memperhatikan persoalan tentang akal juga
menganggap akal sebagai bentuk perilaku, suatu perbuatan mental dan

6
B. F. Skinner, Behaviorism at Fifty, dalam bukunya T. W. Wann, Behaviorism and
Phenomenology (Chicago: U. of Chicago Press, 1964), hal. 79-108.
7
B. F. Skinner, Behaviorism at Fifty, hal 79.
11

intelligent dan bukan hanya ekspresi fisiologikal. Mereka ada dua kelompok.
Pertama instrumentalis seperti John Dewey, dan kedua logis atau behavioris
yang diwakili oleh Gilbert Ryle. Persamaan antara kedua kelompok tersebut
terdapat dalam penolakan mereka terhadap dualisme serta dalam penekanan
mereka kepada intelligent behavior (perilaku yang berakal).
John Dewey adalah wakil nomor satu dari sikap instrumentalis. Karena kita
akan membicarakan pandangannya yang menyeluruh pada fasal 15, maka di sini
kita hanya menyebutnya secara ringkas. Bagi Dewey, akal tidak lagi merupakan
kata benda akan tetapi merupakan kata sifat deskriptif tentang macam-macam
perilaku tertentu. Akal terdiri atas operative meanings. Akal dan berfikir
menjadi aspek fungsional dari interaksi kejadian-kejadian alam. tergantung
kepada pandangan kita, akal dapat dianggap aspek dari alam, dari obyek atau
dari organisme. Manusia dan alam merupakan bagian dari suatu kesatuan.
Manusia bukannya sebagiannya badan dan sebagiannya lagi akal. Dewey
menolak segala dualisme dan anggapan bahwa akal adalah yang mengetahui
(knower); pada dasarnya ia menganggap akal sebagai aktivitas yang
memecahkan persoalan, sebagai tanggapan seseorang terhadap yang samar-
samar dan yang tak menentu. Dewey menganggap pemikiran sebagai transisi
dari yang problematik kepada yang tentu dan aman. Jika saya menghadapi
problem, saya mencari tempat kesulitan dan membentuk ide bagaimana
menghadapi kesulitan tersebut; ini adalah gerak mental. Banyak definisi akal
dan fikiran telah disusun. Saya hanya mengetahui satu yang mengenai sasaran,
yaitu: akal adalah respons terhadap hal yang disangsikan. Tak terdapat benda
yang tidak bernyawa mengadakan reaksi terhadap benda-benda sebagai
problematic.8

2.3.6. Logikal Behaviorisme


Gilbert Ryle dalam Concept of Mind menunjukkan sikap yang sama
kerasnya dengan sikap Dewey dalam menyerang dualisme badan akal, dan

8
John Dewey, The Quest For Certainty (London: Allen and Unwin, 1930), hal. 214.
12

menegaskan bahwa akal bukannya suatu benda yang berbeda dan terpisah dari
badan dan materi. Akal adalah cara bagaimana seseorang bertindak. Jika kita
melukiskan manusia sebagai kualitas akal yang mempengaruhi (exercising), kita
menunjukkan tindakan yang terbuka disertai ucapan-ucapan.9
Akal bukannya suatu alam lain, yang mungkin paralel atau lebih jauh
daripada alam biasa. Ryle berusaha untuk melepaskan diri dari yang ia namakan
dogma hantu dalam mesin dan untuk mengoreksi kesalahan kategori atau
mitos filosof. Kesalahan atau mitos ini akan terjadi ketika kita menempatkan
fakta dari kehidupan mental dalam kategori atau kelas yang tidak sesuai. Ryle
memakai contoh seorang asing yang mengunjungi kampus universitas.
Gambarkanlah bahwa seorang pengunjung, setelah melihat ruangan-ruangan
fakultas, perpustakaan, asrama para mahasiswa, lapangan olahraga, kantor
administrasi dan aktivitas-aktivitas yang ada sangkut pautnya dengan semua itu,
ia minta untuk melihat universitas. Ia akan mendapat jawaban bahwa universitas
adalah penataan gedung-gedung tersebut serta kegiatan-kegiatan yang baru saja
ia lihat. Menganggap universitas sebagai kesatuan di belakang hal-hal yang telah
ia saksikan adalah salah. Begitu juga mengatakan bahwa akal adalah suatu
dunia di belakang aktivitas penataan ide adalah suatu kesalahan.

2.4. Hubungan Akal dan Badan


Terdapat banyak interpretasi dan pemecahan soal-soal hubungan badan
dan akal yang bermacam-macam, dari pemecahan-pemecahan yang merupakan
pengingkaran akal atau pandangan materialisme yang menyeluruh, sampai kepada
pendirian bahwa akal adalah realitas yang kukuh, sedang yang kita namakan materi
adalah ilusi, produk sampingan dari akal atau kesadaran. Namun, kebanyakan
penafsiran menjauhi sikap yang ekstrim. Ada anggapan yang merata bahwa akal
dan badan itu merupakan kesatuan yang kompleks, akal manusia juga merupakan
kesatuan yang kompleks, walaupun dibuat dari bahan lain yang mempunyai struktur

9
Gilbert Ryle, The Concept of Mind, hal. 25.
13

yang berlainan pula. Terdapat beberapa teori mengenai penjelasan hubungan antara
akal dan badan seperti interaksionisme, paralelisme, identitas, dan parapsikologi.

2.4.1. Teori Interaksionisme


Menurut interaksionisme, di samping hubungan sebab musabab fisik, dan
hubungan sebab musabah jiwa, akal dapat menyebabkan perubahan-perubahan
dalam badan, dan perubahan badan dapat menimbulkan efek mental. Banyak
orang yang merasa terkesan oleh yang mereka anggap sebagai hubungan sebab
musabab atau hubungan timbal balik antara proses mental dan badan. Kondisi
fisik kita mempengaruhi keadaan mental kita; perubahan-perubahan badan
mempengaruhi pandangan mental kita. Penyakit dalam otak mempengaruhi
kehidupan mental dan fikiran kita. Suatu pukulan kepada kepala kita atau uap
chloroform mungkin menyebabkan kita akan kehilangan kesadaran. Pengaruh
mental dari obat bius, alkohol dan kopi telah diakui hampir oleh seluruh dunia.
Jika pencernaan atau pembuangan kotoran badan terganggu orangnya menjadi
sedih. Biasanya kita tidak dapat berfikir secara jernih atau berkonsentasi kecuali
jika proses badan kita berjalan lancar. Lebih dari itu, jika otak dan sistem syaraf
kita berkembang baik, kekuatan akal kita juga bertambah.
Pengalaman mental juga mempengaruhi proses badan kita. Sesuatu ide
menarik kita, kita menjadi bersemangat dan melakukan aktivitas yang berat.
Keresahan jiwa dapat mengganggu kesehatan. Ketakutan menyebabkan jantung
dan anggota badan lainnya bereaksi. Marah atau tenaga mental yang biasa dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi. Telah terdapat keyakinan yang makin
bertambah, khususnya dalam dunia kedokteran, bahwa kondisi mental dapat
menyebabkan penyakit organik atau fungsional, dan bahwa daya tahan terhadap
penyakit dapat dipengaruhi oleh keadaan mental. Untuk mengatakan bahwa gigi
akan menjadi rusak lebih cepat jika seseorang selalu mengalami emosi. Dahulu
hipnotisme dipakai untuk bius (anesthesia), untuk menyembuhkan alkoholisme
dan mengontrol proses dan gerak-gerik. Kulit seorang pasien yang sudah
dihipnotis melepuh pada waktu yang melakukan hipnotisme memberitahu
14

kepadanya bahwa ia sedang terbakas; padahal logam yang menyentuh kulitnya


itu dingin, tidak panas.10

2.4.2. Teori Paralelisme


Meskipun sudah banyak buktinya serta sudah mendapat dukungan yang
luas, teori interaksionisme mendapat kritik yang tajam. Terdapat pertanyaan-
pertanyaan di sekitar: bagaimana dua substansi yang berlainan wataknya dapat
mengadakan interaksi (pengaruh timbal balik), suatu hubungan sebab musabab
antara perubahan dalam otak atau sistem syaraf dan gerak otot dapat dimengerti.
Tetapi hubungan sebab musabab antara suatu ide dan gerak fisik sukar
dimengerti. Dua bidang ini nampak masing-masing berdiri sendiri dan dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri (self-sufficient).
Untuk menghadapi penolakan-penolakan terhadap interaksionisme
timbullah aliran paralelisme. Menurut aliran tersebut, tak ada interaksi atau
hubungan sebab musabab antara dua bidang. Proses mental dan proses fisik,
keduanya adalah nyata tetapi tak ada hubungan sebab musabab di antara mereka,
yang ada adalah yang satu mendampingi yang lain dalam waktu. Hubungan
sebab musabab itu dapat diterima dalam bidang mental, karena suatu kejadian
mental dapat menyebabkan kejadian mental lain. Hubungan sebab musabab juga
dapat diterima dalam bidang fisik. Untuk menjelaskan hal tersebut, digambarkan
dua kereta api yang masing-masing berjalan di samping lainnya di atas dua rel
yang sejajar. Walaupun kedua kereta api itu paralel dan nampak bergerak
bersama, pada hakikatnya mereka itu berjalan masing-masing menurut
sistemnya sendiri dan tak terdapat hubungan sebab musabab di antara mereka.

2.4.3. Teori Identitas


Menurut teori identitas baik akal maupun badan tidak merupakan kesatuan
yang terpisah dan berdiri sendiri, sehingga disebutkan bahwa sifatnya identik.
Jika dianalogikan yaitu seperti sebuah koin mata uang, dimana memiliki dua sisi

10
Aldous Huxley, Ends and Means (New York: Harper, 1937), hal. 299.
15

yang berbeda, setiap sisi tidak bisa disatukan namun ketika salah satunya
dihilangkan maka tidak bernilai. Teori identitas yang kedua yaitu Teori Identitas
Kontemporer. Teori ini mengatakan bahwa keadaan-keadaan mental itu sama
dengan keadaan otak. Pembenaran yang diberikan kepada teori identitas adalah
bahwa otak meskipun bersifat fisik, namun memiliki hubungan yang mungkin
cukup rumit dengan akal. Terdapat aliran materialisme dalam teori identitas
kontemporer ini, yaitu rasa sakit, fikiran, ingatan, kenangan semua itu memang
ada, namun merupakan proses sistem syaraf saja. Pandangan teori ini
menghilangkan pemisah antara akal dan badan. Kritik mengenai teori ini yaitu
kurangnya bukti-bukti yang meyakinkan bahwa keadaan mental itu sama dengan
proses mental.

2.4.4. Teori Parapsikologi


Teori parapsikologi membahas mengenai kekuatan akal (jiwa) seperti
psychokenesis (menggerakkan benda dengan kekuatan pikiran), Extra Sensory
Perception atau disingkat ESP (memperoleh pengetahuan tanpa menggunakan
indra), precognition (mengetahui sesuatu yang belum terjadi). Lalu teori ini juga
membahas mengenai kejadian-kejadian luar biasa, seperti orang yang mempu
menyembuhkan penyakit-penyakit dan keanehan (pengobatan alternatif), UFO,
bermuda, diangga ada oleh orang-orang sehinggaproblem ini telah menjadi
problem pemikiran dan gambaran manusia yang disebabkan oleh fungsi akal.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Akal didefiisikan sebagai saah satu peralatan rohaniah manusa yang
berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis, dan menilai
apakah suatu hal benar atau salah.
2. Freud membagi manusia kedalam tiga wilayah pokok, tiga bagian tersebut
adalah naluri, akal fikiran, dan adatkebiasaan social dan kaidah moral.
3. Teori mengenai akal dibagi kedalam beberapa golongan, antara lain:
a. Akal adalah substansi non-material
b. Akal adalah prinsip penataan
c. Akal adalah kumpulan dari pengalaman
d. Akal adalah sebagai bentuk perilaku
4. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan akal dan
badan seperti interaksionisme, paralelisme, identitas, dan parapsikologi.
5. Menurut teori interaksionisme akal dapat menyebabkan perubahan-
perubahan dalam badan, dan perubahan dalam badan dapat menimulkan
efek mental.
6. Menurut teori paralelisme, proses mental dan proses fisik (akal dan
badan)merupakan hal yang nyata tetapi taka da hubungan sebab musabab
diantara keduanya.
7. Menurut teori identitas,baik akal maupun badan tidak merupakan kesatuan
yang terpisah dan berdiri sendiri.
8. Teori parapsikologi membahas mengenai kekuatan akal (jiwa).

16
DAFTAR PUSTAKA

Annisa hartono. 03 october 2013. Filsafat: Akal dan Badan. Retrieved from
https://sasasasen.wordpress.com/2013/10/03/filsafat-akal-dan-badan/

__________. 2 april 2009. Pemikiran Singkat Para Filsuf Dunia. Retrieved from
https://xaesar.wordpress.com/2009/04/02/pemikiran-singkat-para-filsuf-
dunia/

Nur Ajijah. 5 Mei 2012. Pandangan Islam Tentang Hubungan Akal dan Badan.
Retrieved from http://nura-zizzah.blogspot.co.id/2012/05/pandangan-
islam-tentang-hubungan-akal.html

Deta achtiana. 24 Desember 2013. Review Teori Interaksionisme Simbolik.


Retrieved from http://detaachtiana.blogspot.co.id/2013/04/review-teori-
interaksionisme-simbolik.html

Malik, A.I. 30 juli 2012. Kesulitan-Kesulitan dalam Mempelajari Akal.


Retrieved from https://isepmalik.wordpress.com/2012/07/30/kesulitan-
kesulitan-dalam-mempelajari-akal/

________. 2 Agustus 2012. Teori-Teori Tentang Akal (1). Retrieved from


https://isepmalik.wordpress.com/2012/08/02/teori-teori-tentang-akal-1/

________. 5 Agustus 2012. Teori-Teori Tentang Akal (2). Retrieved from


https://isepmalik.wordpress.com/2012/08/05/teori-teori-tentang-akal-2/

________. 11 Agustus 2012. Teori-Teori Tentang Akal (3). Retrieved from


https://isepmalik.wordpress.com/2012/08/11/teori-teori-tentang-akal-3/

________ 13 Agustus 2012. Hubungan Akal dan Badan (1). Retrieved from
https://isepmalik.wordpress.com/2012/08/13/hubungan-akal-dan-badan-
1/

________. 15 Agustus 2012. Hubungan Akal dan Badan (2). Retrieved from
https://isepmalik.wordpress.com/2012/08/15/hubungan-akal-dan-badan-
2/

17

Anda mungkin juga menyukai