Anda di halaman 1dari 27

SOAL-SOAL EPISTEMOLOGI

(PERSIAPAN MID-SEMESTER II)

Diktat dan soal oleh:


Y.B. Isdaryanto SVD, Lic.
Jawaban oleh:
Student Pasionis Tk. I
2009/2010

Seminari Tinggi Pasionis


Biara Bt. Pio Campidelli Malang
2010
SOAL-SOAL PENUNTUN STUDI EPISTEMOLOGI

2
I. Pendahuluan
1. Pengertian Epistemologi?
Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti
pengetahuan dan logos yang berarti ilmu atau pengetahuan
sistemik, jadi secara etimologis, epistemologi berarti
pengetahuan sistemik tentang pengetahuan. Epistemologi adalah
teori tentang pengetahuan.

2. Istilah2 yang dipergunakan: gnoseologia, kriteriologia, kritika,


logika mayor, logika materialis?
Gnoseologia berarti pengetahuan mendalam (batin). Dalam
epistemologi gnoseologi ialah pengetahuan tentang mengerti.
Kriteriologia berasal dari kata Yunani “krinomai”, yang artinya
mengadili, memutuskan, atau menetapkan. Dalam epistemologi,
kriteriologia ialah suatu patokan yang dipakai untuk dapat
mengetahui apakah sesuatu itu benar.
Kritika juga berasal dari kata Yunani “krinomai”, yang artinya
mengadili, memutuskan, atau menetapkan. Dalam epistemologi,
kritika artinya mengadili pengetahuan yang benar sesuai realita
dan tidak. Kritika dapat diterima dalam epistemologi karena
epistemologi juga bermaksud mengadili pengetahuan kita.
Logika mayor memelajari pengetahuan, kebenaran, kepastian.
Hal ini paralel dengan epistemologi. Namun berpikir logis tidak
sama dengan berpikir kritis.
Logika materialis menyelidiki isi (materi) dari pengetahuan
manusia. Istilah ini lebih sesuai dengan epistemologi, namun
terlalu sempit karena objek epistemologi lebih luas.
Kesimpulannya epistemologi merupakan cabang filsafat yang
menyelidiki, memelajari asal-usul, metode, dan sahnya kebenaran
pengetahuan kita.
Objek materialnya pengetahuan. Objek formalnya hal-hal
mendasar dalam pengetahuan (Adakah kebenaran? Apa itu
kebenaran? Apa itu kepastian? Bagaimana mencapai kebenaran
& kepastian? Apa kriteria penentu kebenaran & kepastian?
Hubungan antara pengetahuan & kekuasaan? dsb.)

3. Hubungan antara logika formalis dan logika materialis?


Logika Formalis adalah jalan pikir yang lurus tanpa melihat isi
(benar-salah) dalam proses berpikir. Logika Materialis

3
menyelidiki hubungan konsep dengan benda, dan berkaitan
dengan penyimpulan benar-salah

4. Hubungan antara kritika-metafisika?


Kritika menyelidiki persesuaian konsep (ens conceptum) dengan
realitas di luar akal budi (ens reale) sedangkan Metafisika
membahas ada (ens in se), realitas, yang ada dalam akal budi
manusia adalah realitas sejauh kita tahu. Keduanya saling
bergantung.

5. Hubungan antara kritika dan psikologi rasionalis?


Kritika memerhatikan hasil proses psikologi rasionalis
(Sesuaikah realitas dengan pengetahuan kita? Apakah akal budi
kita itu cerminan yang benar? Benarkah pengetahuan kita?)
Psikologi Rasionalis menyelidiki proses mengenal (Bagaimana
proses pengetahuan? Bagaimana sesuatu yang di luar serentak
ada dalam akal budi kita? Apa sebab dan syarat asimilasi
tersebut?)

6. Epistemologi dan Ilmu Pengetahuan Manusia: bagaimana


hubungan, perbedaan, persamaan?
Epistemologi memasalahkan sumber, hasil, proses, menurut nilai
dan kebenarannya. Ilmu pengetahuan memasalahkan sesuatu
menurut syarat-syarat timbulnya & pengaruhnya dalam individu
dan masyarakat.

7. Beda antara Epistemologi Umum dan Khusus?


Epistemologi Umum objeknya adalah benarnya, nilainya
pengetahuan manusia pada umumnya, yaitu seluruh
pengetahuan. Epistemologi Khusus berkaitan dengan
pengetahuan khusus tertentu (sejarah, ilmu alam, ilmu sosial, dll)
Objeknya adalah kebenaran masing-masing ilmu tersebut.

8. Sejarah Epistemologi: Yunani Kuno, Abad Pertengahan, Abad


Modern?
Epistemologi telah ada sejak filsafat lahir. Pada zaman Yunani
kuno, epistemologi dipengaruhi kebudayaan Athena yang

4
bersifat intelektualis dan kebudayaan Sparta yang bersifat
voluntaris. Bagi orang Romawi, kebudayaan Athena kurang
berkembang karena lebih pragmatis dan ideologis (soal negara,
hukum, kekuasaan, perang, perdamaian, sastra, kebudayaan). Di
dalamnya terdapat asumsi dan implikasi epistemologis.
Pada abad pertengahan, perkembangan epistemologi dipicu
oleh adanya kebudayaan Kristen, di mana manusia mencari
kebenaran antara wahyu dan pengetahuan manusia, antara
iman dan akal budi. Pada masa ini terjadi supremasi kebudayaan
Semitisme atas Helenisme.
Pada zaman modern, kebudayaan Helenis mengatasi
kebudayaan Semitis. Epistemologi tumbuh secara kreatif dan
multiplikatif, misalnya Empirisme, Rationalisme, Idealisme, dan
Positifisme yang sangat memerhatikan pengetahuan. Menurut
Kant, Ratio selalu in relatio cum obiecto, bukan ratio pura. Pada
zaman ini pula terjadi gerakan Aufklarung (pencerahan: gerakan
yang yakin bahwa dengan bekal pengetahuan manusia secara
natural akan mampu membangun tata dunia yang sempurna).

9. Perlunya belajar Epistemologi: pertimbangan strategis, kultur,


akademis?
Pertimbangan strategis  strategy deals with power,
knowledengane as power. Manusia berpikir sekaligus
menyejarah, manusia bisa memikirkan dan membuat sejarah.
Relasi pengetahuan dan kekuatan dapat dilihat dalam
hubungan antara teknologi dan peradaban (berkaitan dengan
akal budi).
Pertimbangan kebudayaan  kebudayaan adalah hasil
cipta, rasa, dan karsa manusia, maka pengetahuan itu hasil
dari kebudayaan. Relasi Epistemologi dan kebudayaan sama
dengan hubungan antara pengetahuan dan manusia.
Pengetahuan itu berasal dari tidak sadar ke sadar; relasi dari
subjek yang mengetahui (subjekection cognoscens) dengan
yang diketahui (objekectum cognitum) ... “knowledengane
becomes selfconcious”. Pengetahuan membuat manusia tahu
siapa dirinya, sehingga ia dapat membudayakan dirinya, alam,
dan msyarakat. Dari situ manusia mengenal realitas

5
(ontologi), tahu (epistemologi) dan kenal nilai dan sikap.
Homo faber menjadi homo sapiens.
Pertimbangan akademis  relasi pengetahuan dan
pendidikan amat erat. Pendidikan merupakan proses menuju
perkembangan dan kematangan intelektual, emosional,
spiritual dan sosial. Pendidikan juga merupakan integrasi
aspek kognitif, afektif, psiko motorik, dan spiritual. Tak ada
yang dikehendaki bila tidak kita ketahui. Pendidikan
memupuk sikap tepat terhadap pengetahuan, jika tidak,
manusia akan melecehkan diri sendiri, sesama, dan alam.
Epistemologi yang diaplikasikan secara konkret, berarti
membudayakan pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan
melayani kehidupan manusia, bukan memperbudak.

10. Pengandaian-pengandaian dalam Epistemologi?


a. Ilmu tidak mungkin mulai dari nol. Semua kegiatan
mengandaikan sesuatu sebagai sebab dan syarat terjadinya
sesuatu.
b. Epistemologi mengandaikan adanya sebab dan syarat formal
yaitu logika dan akal budi. Logika merupakan norma berpikir
benar dan lurus, sementara akal budi membedakan yang
benar dari yang palsu, serta ide-ide yang menjadi kriterium
pengetahuan.
c. Epistemologi juga memiliki pengandaian sebab dan syarat
material, yaitu objeknya yang merupakan suatu kegiatan
mengenal yang tidak mungkin tanpa objek. Titik tolak dan
objek material epistemologi adalah apa yang tampak bagi
suatu objek, bagi budi manusia, dan bagi manusia itu sendiri.
d. Epistemologi membutuhkan pula pengandaian moral antara
lain: sikap lurus hati, tidak mencari gampang demi ilmu dan
kebenaran, harus terbuka untuk rela menerima, patuh dan
rendah hati untuk mau belajar.

II. Skeptisisme
11. Apa terminologi skeptisisme?

6
Dari kata Yunani Skeptomai yang artinya saya lihat dengan
teliti, atau bisa juga saya meragukan. Skeptisisme adalah
sikap meragukan atau disposisi tak percaya baik secara umum
atau terhadap objek tertentu. Skeptisisme dapat disimpulkan
sebagai ajaran yang mengatakan bahwa pengetahuan yang
benar, atau pengetahuan dalam bidang tertentu itu tidak
pasti. Adanya kekeliruan menjadi titik tolak pemikiran atas
suatu pengetahuan.

12. Sebutkan contoh-contoh skeptisisme dalam sejarah pemikiran:


Yunani kuno, Abad Pertengahan, Modern, dan dalam budaya-
budaya tertentu?
a. Yunani kuno
Thales, Heraklitos, Parmenides, dan Demokritos memiliki
pendapat yang berbeda-beda tentang arche. Hal ini
menimbulkan keraguan bagi banyak orang apakah
manusia dapat mencapai pengetahuan yang benar.
Protagoras melihat manusia sebagai ukuran segala-
galanya. Gorangias mengatakan bahwa tidak ada apa pun
jika tidak dapat dikenal. Sokrates mengatakan bahwa
manusia bisa mencapai kebenaran karena akal budi yang
pada kodratnya memang selalu mengarah ke kebenaran.
Plato dan Aristoteles yang mendirikan dua sistem
pemikiran juga tidak semua orang memahaminya. Maka
muncul skeptisisme Phyrro. Phyrro melihat bahwa
seseorang harus menunda keputusan seluruhnya sehingga
damai akal budi diperoleh, mampu menyadari diri sendiri,
lalu menjadikannya sebuah doktrin.
b. Abad pertengahan
Agustinus-Thomas Aquinas adalah penerus Plato-Aristoteles.
Pendiri sistem-sistem yang pemikirannya lebih lengkap dan
dalam. Meski demikian, tetap ada kelompok yang meragukan
pemikiran mereka pada akhir abad pertengahan, yakni
Michael de Montaigne.

c. Modern

7
Rene Descartes ingin mendasari pengetahuan yang tidak
membuat orang ragu-ragu lagi. Maka setelah melalui
permenungan yang lama dan semacam retret akhimya ia
menemukan dalam berpikir. Ego cogito, ergo sum:
kesadaran sebagai subjek itu penting karena dengan
demikian subjek tidak akan ragu lagi.
David Hume, melawan rasionalisme Descartes.
Immanuel Kant berusaha menentukan bidang dan
batasan pengetahuan manusia. Pengetahuan yang tak
dapat meragukan adalah yang murni dari akal budi
manusia dan memberi pengertian baru (sintesis a priori)
Positivisme merupakan aliran pemikiran di bidang
filsafat dan agama yang dipelopori August Comte. Ia
melawan argumentasi Kant. Pengalaman indrawi sangat
penting.
G.F.W. Hegel mengatakan bahwa sistem dogmatisme
radikal manusia dapat mencapai pengetahuan mutlak /
absolut. Friedariich Nietzche menyangkal kemungkinan
objektivitas lengkap dan sebagai konsekuensinya juga
pengetahuan objektif.
George Santayana berpendapat bahwa kepercayaan
akan keberadaan dari sesuatu, termasuk diri sendiri itu
alamiah, tetapi melawan dorongan irasional.
Sekolah Linguistik-analitik mengajarkan bahwa bahasa
tidak mampu mengatakan apa-apa; tak mungkin
komunikasi yang benar, dsb. Juga aliran Strukturalisme,
khususnya Michael Foucault mengatakan bahwa manusia
adalah sesuatu yang muncul dari alam dan juga bisa
lenyap larut dalam alam. Pada dasarnya tak ada manusia;
yang ada hanya struktur-struktur tidak sadar.
Pengetahuan manusia tidak berarti.
d. Budaya tertentu
Budaya Cina meyakini adanya Yin (langit, malam, tidur)
& Yang (bumi, siang, maut). Sikap praktis manusia ialah
bahwa manusia harus menjaga keseimbangan keduanya
dalam segala hal: jangan berlebihan, jangan kurang.
Dalam hal pikiran, cukup bila orang memegang akal sehat.

8
Di India, skeptisisme berkaitan dengan soal instropeksi
(memeriksa diri, memusatkan diri pada pikiran sendiri).
Akibat yang muncul adalah orang bisa teralienasi dari
realitas. Kabur batasan realitas-khayalan, berjaga-mimpi,
real-tidak real (alam semesta itu maya). Maka, skeptisisme
India konstan.

13. Sebutkan dan jelaskan macam-macam Skeptisisme?


a. Kelompok Akademisi / Probabilisimo (Arcesilaus –
Carneades) berpendapat bahwa tidak ada yang jelas
sepenuhnya, “yang mungkin” cukup bagi manusia, tidak
ada yang pasti selain yang sedang dijalani.
b. Kelompok Pyrrhonian – Sextus Empiricus melihat adanya
skeptisisme mutlak, melepas diri dari segala pikiran,
perasaan, keinginan, melenyapkan kesadaran. Tujuannya
ialah mencapai kesadaran nirwana. Empirisme Sextus
Empiricus merupakan pengembangan logis fenomenisme.
Fenomen-fenomen yang ditinjau secara teliti akan
menunjukkan hubungan-hubungan konstan, terangkai,
dengan urutan yang tepat. Ini merupakan syarat, dasar
ilmu positivisme. Maka positivisme sudah ada sejak abad
III M, Comte dan Hume tidak mulai dari nol.

14. Apa saja argumen2 kaum Skeptis?


a. Argumen kontradiksi-kontradiksi antara para filsuf dan
orang-orang pada umumnya. Argumen ini masih dipakai
sampai Imanuel Kant.
b. Fakta adanya kekeliruan (indra2, mimpi, khayalan,
kemabukan, penyakit gila). Bagaimana mungkin menentukan
benar-palsu jika kita keliru tentang yang kita yakin benar.
c. Kenisbian, kerelatifan segala pengetahuan. Objek yang
dikenal selalu relatif pada objek tertentu, dan tidak mungkin
mengenal segala sesuatu (unsur subjektif selalu ada).
d. Dialellon: bentuk kesalahan dalam pemikiran. Dalam usaha
menjelaskan kemampuan manusia untuk mencapai
kebenaran, orang justru melihat kemustahilan pembuktian,
karena melanggar dalil petitio principii & masuk dalam
lingkaran setan.

9
15. Bagaimana analisis terhadap argumen2 kaum Skeptis?
a. Analisis Kontradiksi  tidak cukup untuk menyangkal
kesanggupan manusia mencapai pengetahuan benar.
Perbedaan pendapat itu tampaknya saja & sering mengenai
aspek-aspek yang berbeda dari suatu objek; jadi bukan
berbeda tentang objek. Perbedaan biasany soal interpretasi /
penafsiran terhadap fakta dan prinsip; jadi biasanya setuju
dengan fakta dan prinsip.
b. Kekeliruan  tidak selalu terjadi. Tidak mungkin kekeliruan
itu universal.
c. Kenisbian  harus dibedakan pengetahuan sempurna (pada
Tuhan) dengan yang terbatas (pada manusia). Subjektivitas
selalu ada, pengetahuan manusia tidak pernah mutlak.
d. Diallelon  diandaikan bahwa pasti hanya ada 1 dalia yang
merupakan hasil suatu pembuktian. Ini salah karena
sebenarnya segala pembuktian harus didasarkan, atas
prinsip-prinsip yang tidak dapat dan tidak perlu dibuktikan,
dibenarkan melalui suatu penyimpulan.

16. Bagaimana diskusi tentang Skeptisisme berdasarkan


macam2nya?
a. Skeptisisme Total (Phyrro)
“Pengetahuan teoretis tidak mungkin, karena skeptisisme
mutlak tak ada doktrin apa2, hanya sikap indifferen total.
Yang mungkin adalah penyangkalan praktis.”
Bagi kita, hal ini tidak mungkin, karena STo = mati, cuek
terhadap hidup. Dasar STo kontradiktoris dalam praktiknya.
Segala aktivitas merupakan penyangkalan STo.
b. Skeptisisme Teoretis (Probabilisme – Fenomenisme)
Kesalahan praktis: sikap menahan orang itu kontradiktif
karena dengan sikap itu dia menunjukkan secara tidak
langsung bahwa dia menjadi yakin bahwa menahan
keputusan adalah sesuatu yang baik.
Kesalahan teoretis: yang mungkin benar punya arti sejauh
berkaitan dengan yang benar & yang pasti; jadi jika tidak
ada yang pasti juga tidak ada kemungkinan.

10
Fenomenisme mutlak: tidak mungkin. Fenomen selalu
merupakan fenomen dari sesuatu. Fenomenisme
mengandaikan:
(1) orang tidak boleh mnyatakn yang tidak jelas,
(2) fenomen memenuhi syarat itu,
(3) tidak ada yang lain yang mampu memenuhi syarat itu.
c. Skeptisisme Metodis
Soal dasar yang muncul adalah apakah skeptisisme bisa
dipakai untuk mendasari filsafat yang benar-benar ilmiah?
Sebagai suatu cara hidup, skeptisisme mengandung
kontradiksi, sehingga dalam skeptisisme tak ada yang positif
dan kokoh. Tak mungkin membangun sesuatu bertitik tolak
dari status kekososngan. Salah satu tokoh terkenal dalam
Skpetisisme Metodis adalah Descartes.

17. Apa dan bagaimana itu relativisme Epistemologis?


Suatu paham yang mengingkari adanya dan dapat
diketahuinya kebenaran yang objektif dan universal oleh
manusia. Kebenaran yang dapat diketahui manusia adalah
relatif. Relativisme menarik untuk zaman ini karena:
(1) kesadaran akan kemajemukan sebagai the way of life,
(2) banyak pilihan / keputusan hidup kita relatif,
(3) relativisme tampak mudah karena ini jalan tengah.
Lebih lanjut, relativisme dapat dibagi atas:
a. Relativisme subjektif.
b. Relativisme budaya (bergantung pada budaya lokal).
c. Relativisme konseptual (bergantung pada konsep).
Kepastian mutlak akan kebenaran tidak mungkin, manusia
bisa salah, tetapi bisa memiliki kebenaran dari pengetahuan,
maka skeptisisme mutlak harus ditolak. Subjek penting, tetapi
subjektivisme radikal ditolak. Relativisme Epistemologis juga
ditolak, walau pengetahuan manusia relasional & kontekstual.

III. Empirisme
18. Aliran2 Empirisme? Yunani Kuno, Abad Pertengahan, Modern?
a. Yunani Kuno

11
Heraklitos melihat bahwa semua ‘ada’ mengalir, tidak ada
yang tetap. Epicuros mengatakan hanya ada pengetahuan
indrawi; moralitas juga berdasarkan pengalaman indrawi;
‘BAIK’ itu adalah yang menyenangkan pancaindra.
b. Abad Pertengahan
Menurut nominalisme William Occam, tidak ada
pengertian umum dalam diri manusia yang merupakan
hasil abstraksi yang mewakili essensi benda-benda. Yang
ada itu nama-nama umum dan arti dan fungsi satu-
satunya. Nama-nama itu menunjukkan barang-barang
individual yang diterima subjek melalui pengalaman.
c. Modern
i. Empirisme Inggris
a) John Locke  ingin mencari hal yang pasti
berkaitan dengan pengetahuan manusia. Locke
menolak rasionalisme tentang ide2 bawaan, &
bahwa manusia lahir dengan prinsip2 pertama yang
bersifat umum & mutlak. Manusia lahir kosong,
tanpa konsep apa pun. Semua konsep / ide
bersumber dari apa yang didapat pancaindra.
Pengetahuan trjadi karena kerjasama subjek-objek.
Ide-ide:
Kompleks  merefleksikan yang sederhana, bisa
keliru, menghasilkan kualitas primer (berat, gerak,
luas, jumlah) apa adanya.
Sederhana  melalui indra, langsung, spontan,
tidak bisa salah, menghasilkan kualitas sekunder
(rasa, warna, suhu – bergantung sudut pandang)
b) David Hume  pemahaman manusia dipengaruhi
sejumlah kepastian dasar tertentu & kepastian ini
merupakan bagian naluri alami manusia. Dalam diri
manusia ada 2 proses mental: kesan (karya
pancaindra, langsung), dan ide2 (pikiran, tidak
langsung). Ide punya hukm asosiasi yang
digolongkan dalam 3 prinsip  lih. No.19.
Objek akal budi  relasi ide2 dan realitas, kita yakin
akan adanya fakta tertentu melalui indra, bahkan

12
lebih dari sekadar fakta, maka kita bisa meramal
atau menduga.
Menurut kaum rasionalis, hukum sebab-akibat harus
a priori. Menurut Hume sebab-akibat dikenal dari
pengalaman, maka harus a posteriori, memahami
apa adanya.
ii. Empirisme Prancis
a) Condillac  segala pengetahuan adalah sensasi
yang diubah dengan macam2 cara, kombinasi2
sensasi.
b) August Comte  segala proposisi yang tidak dapat
dikembalikan, direduksi kpada suatu sebutan,
perkataan, mengenai suatu fakta, tidak bernilai
baik dalam realitas pun dalam bid. pengetahuan.
Positivisme membatasi pengetahuan pada fenomen
& hukumnya seturut metode eksperimental.
c) Henri Bergson  metafisika berdasarkan
'positivisme rohani'. Dalam sistemnya intelek
berperan lebih rendah daripada intuisi yang
merupakan cara mengenal sesuatu. Hanya intuisi
yang sanggup mencapai adanya being, ens dan
kebenaran metafisis. Intelek berguna dalam ilmu
pasti saja. Intuisi mengenal Allah sebagai cinta.
Empirisme Bergson merupakan unsur dari
eksistensialisme. Pengalaman afektif & sentimen
dianggap jalan pantas untuk mencapai
pengetahuan metafisis.

19. Prinsip2 yang digariskan David Hume?


Ide punya hukm asosiasi yang digolongkan dalam 3 prinsip:
a. Prinsip kemiripan (klasifikasi),
b. Prinsip kontinuitas (tendensi akal budi mengingat hal
lain),
c. Prinsip sebab-akibat.
3 hal ini membuat manusia bisa bernalar & mengolah ide2
menjadi proposisi.

13
20. Contoh Empirisme Lockeiaan? Humeian?
John Locke  ingin mencari hal yang pasti berkaitan dengan
pengetahuan manusia. Locke menolak rasionalisme tentang
ide2 bawaan, & bahwa manusia lahir dengan prinsip2
pertama yang bersifat umum & mutlak. Manusia lhr kosong,
tanpa konsep apa pun. Semua konsep / ide bersumber dari apa
yang didapat pancaindra. Pengetahuan terjadi karena
kerjasama subjek-objek.
Ide-ide:
Kompleks  merefleksikan yang sederhana, bisa keliru,
menghasilkan kualitas primer (berat, gerak, luas, jumlah) apa
adanya.
Sederhana  melalui indra, langsung, spontan, tidak bisa
salah, menghasilkan kualitas sekunder (rasa, warna, suhu –
bergantung sudut pandang)

David Hume  pemahaman manusia dipengaruhi sejumlah


kepastian dasar tertentu & kepastian ini merupakan bagian
naluri alami manusia. Dalam diri manusia ada 2 proses
mental: kesan (karya pancaindra, langsung), dan ide2
(pikiran, tidak langsung). Ide punya hukm asosiasi yang
digolongkan dalam 3 prinsip (lih. No. 19) Objek akal budi 
relasi ide2 dan realitas, kita yakin akan adanya fakta tertentu
melalui indra, bahkan lebih dari skadar fakta, maka kita bisa
meramal atau menduga.
Menurut kaum rasionalis, hukum sebab-akibat harus a priori.
Menurut Hume sebab-akibat dikenal dari pengalaman, maka
harus a posteriori, memahami apa adanya.

21. Empirisme di Perancis?


a. Condillac  segala pengetahuan adalah sensasi yang
diubah dengan macam2 cara, kombinasi2 sensasi.
b. August Comte  segala proposisi yang tidak dapat
dikembalikan, direduksi kpada suatu sebutan, perkataan,
mengenai suatu fakta, tidak bernilai baik dalam realitas
pun dalam bid. pengetahuan. Positivisme membatasi

14
pengetahuan pada fenomen & hukumnya seturut metode
eksperimental.
c. Henri Bergson  metafisika berdasarkan 'positivisme
rohani'. Dalam sistemnya intelek berperan lebih rendah
daripada intuisi yang merupakan cara mengenal sesuatu.
Hanya intuisi yang sanggup mencapai adanya being, ens
dan kebenaran metafisis. Guna intelek di ilmu pasti saja.
Intuisi mengenal Allah sebagai cinta. Empirisme Bergson
merupakan unsur dari eksistensialisme. Pengalaman
afektif & sentimen dianggap jalan pantas untuk mencapai
pengetahuan metafisis.

22. Argumen-argumen kaum Empiris? Melawan konsep, abstraksi,


melawan prinsip2 dasar?
a. Empirisme tidak memiliki argumen untuk membuktikan
dan membenarkan doktrinnya.
b. Empirisme membenarkan positivisme dengan hukum 3
tahap perkembangan manusia: teologis, metafisis,
positivistis (mengenal: mengenal fenomen dan hukumnya).
c. Tesis: pengetahuan berasal dari pengalaman.
Melawan konsep:
a. Melawan ide bawaan Descartes
b. Melawan abstraksi:
i. Berkeley  abstraksi tak mungkin karena tak
mungkin memikirkan suatu kualitas terpisah dari
objek.
ii. Bergson  ‘pengertian’ ibarat foto realitas yang tetap.
‘Pengertian’ berguna untuk kepentingan pragmatis,
bukan medium untuk paham inti realitas. Yang ada
hanya gerak dan adanya (being) tidak lain daripada
perubahan yang murni. Konsep memerlihatkn benda2
yang tertentu terpisah satu dari yang lain. Realitas
adalah suatu continuum yang tidak berhenti berubah.
iii. Eksistensialisme  2 macam keberatan:
a) Objek. beda dari subjek. & tak prnh mncapai subjek
b) Pengertian itu abisatrak & universal, tidak mampu
menunjukkan yang indvidual dan eksistensial.

15
Melawan prinsip2 dasar:
a. Prinsip kausalitas
Hume (hukum asosiasi dengan 3 prinsip)  prinsip ini
melawan pikiran logis & tidak dapat dibenarkan melalui
pengalaman logis, karena lain dari akibat. Maka dalam
suatu analisis yang dinamakan ‘sebab’, kita tidak pernah
dapat pengertian ‘akibat’; kita dapat memahami suatu
faktum tanpa memikirkan sebabnya.
b. Prinsip pada umumnya
Prinsip yang lain itu melawan pengalaman. Prinsip itu
akibat suatu rumusan, penyamarataan, generalisasi dari
data pengalaman. Jadi bisa dikatakan sbb:
i. ringkasan dari pengalaman, prinsip itu dapat
dibenarkan secara eksperimental.
ii. ketentuan logis / kebiasaan intelektual.

23. Analisis terhadap argumen2 Empirisme? Argumen Locke,


abstraksi atau universalia, prinsip-prinsip dasar?
a. Argumen Locke melawan ide2 bawaan.
i. Lawan ide actuales: argumen Locke berlaku melawan
Locke tentang ide virtuales. Tetapi ini tidak sesuai
dengan maksud Descartes tentang ide actuales.
ii. Kesan ide virtuales: Argumen Locke berlaku melawan
pandangan Descartes karena benar bahwa Descartes
menyamakan pikiran dengan kesadaran. Tetapi kalau
diterima ajaran mengenai ‘bawah sadar’ & ‘tak sadar’.
Pun bisa diterima, ada pada budi kita ide2 tak sadar.
b. Mengenai abstraksi dan pengertian umum.
i. Berkeley mencampur bayangan dari imaginatio dan
pengertian. Bayangan adalah suatu cerminan objek. &
bersifat material; konkret, kuantitatif. Pengertian
bersifat rohani, tanpa kuantitas, & dalam arti yang
luas. Boleh dibandingkan dengan suatu lambang,
simbol, tanda yang dapat dimengeti intelek.
ii. Argumen kedua didasarkan atas kekeliruan yang sama
yakni pengertian dianggap sebagai bayangan. Tentu
orang tidak dapat membayangkan suatu warna tanpa

16
suatu permukaan. Tetapi dia mampu dengan inteleknya
mencapai inti dari warna itu.
iii. Argumen Bergson di mana realitas merupakan suatu
duratio pura sudah mengandaikan bahwa pengertian2
tidak berlaku. Konsepsi dua dunia semacam ini
mungkin jika nilai konsep2 sdh ditolak. Tetapi Bergson
memakai konsep itu justru sebagai dasar menolak nilai
konsep2.
iv. Kritik eksistensialisme mengenai pengertian umum;
a) Argumen pertama tidak berlaku. Dalam segala
macam pengetahuan ‘ada’ selalu berupa suatu
distingsi antara subjek-objek. Mengenal berarti
mengenal suatu objek yang bermacam2. Suatu
subjek bisa menjadi objek pengetahuan tetapi dia
dapat dikenali menurut statusnya seperti ada ‘ada’,
yakni sebagai suatu subjek.
b) Argumen kedua tentu benar. Pengertian umum,
justru karena umum memerlihatkan hanya essensi
yang diabstraksikan, dipisahkan dari ciri2 individual
dan eksistensial. Yang dia perlihatkan adalah essensi
saja.
c. Prinsip2 dasar
i. Argumen logis yang Hume pakai untuk menyangkal
prinsip kausalitas bersifat konsekuen tetapi Hume
bertolak dari suatu prinsip yang tidak cocok dalam
persoalan mengenai prinsip kausalitas. Untuk
menyangkal prinsip itu Hume memakai prinsip
identitas. Tetapi prinsip kausalitas menjadi jelas jika
kita bertolak dari prinsip alasan yang memadai, yang
akhirnya didasarkan atas prinsip kontradiksi.
ii. Pikiran orang Empiris tentang prinsip pada umumnya
dan prinsip kontradiksi pada khususnya tidak cukup
tegas. Prinsip kontradiksi didasarkan sebagian atas
pengalaman tetapi pengalaman khusus yakni intuisi
bukan suatu rangkaian eksperimental.

24. Diskusi tentang Empirisme: penilaian positif dan negatif?

17
a. Penilaian Positif
i. Tidak ada ide bawaan dan bahwa pengetahuan
berasal dari pengalaman.
ii. Melalui pengalaman, manusia menerima objek
pengetahuannya & ada relasi dengan yang ‘ada’.
Pengetahuan itu bergantung pada pengalaman dan
mulai dari pengalaman.

b. Penilaian Negatif
i. Kesalahan esensial empirisme adalah menghilangkan
peranan akal bud, pemikiran, dan membatasi
pengetahuan manusia pada objek konkret yang
dihidangkan pengalarnan.
ii. Empirisme menekankan peran objek dalam proses
mengenal & lupa pada subjek; padahal subjek
berperan penting dalam proses pengetahuan, bahkan
peran subjek sama pentingnya dengan peranan objek.
c. Penilaian Khusus
i. Positivisme Comtenian: metode ini diagungkan tetapi
tidak berarti lebih sempurna daripada metode
spekulatif lain. Tiap metode mempunyai fungsi di
bidangnya.
ii. Eksistensialisme: pengalaman subjek ditekankan;
konsekuensinya bila seorang eksitensialis membatasi
diri hanya pada pengalaman dan eksitensi sendiri, dia
bukan lagi bertindak sebagai filsuf.

IV. Rasionalisme
25. Sebut dan jelaskan aliran2 rasionalisme?
a. Filsafat Yunani Kuno
Parmenides  indra itu tipu daya, tidak dapat menjadi
patokan. Karya intelek membuka kebenaran. Inilah yang
dsb rasionalisme metafisis. Gerak itu menipu.
Stoisisme  acuh tak acuh terhadap pengalaman
indrawi. Kebahagiaan ada pada kebajikan, yaitu hidup
seturut intelek (=Tuhan).
b. Filsafat Modern

18
Rene Descartes  pengetahuan yang sempurna &
menjadi contoh, model, atau paradigma bagi ilmu2 lain
adalah matematika. Di dalamny ide2 harus jelas &
terbedakan sehingga tidak rancu. Matematika atau ilmu
pasti menjadi paradigma ilmu2 lain karena ketetapan,
kepersisan dan progresif.
Matematika Universal  matematika itu satu-satunya
metode dalam segala bidang pengetahuan yang
memengaruhi pikiran.
Kant  ada 2 unsur pengetahuan manusia:
i. Forma (a priori)  mengatur kesan2 dalam ruang &
wkt, membentuk objek tertentu dari kesan2 tersebut,
menghubungkan objek2.
ii. Materi (a posteriori)  yang berasal dari pengalaman
indrawi.
Jadi, forma (a priori) lebih penting daripada materi.
Hegel (rasionalisme mutlak)  materi diserap forma,
sehingga sarana satu2nya mengenal adalah intelek.
Menurutnya ‘kebenaran’ itu integral dan bukan
fragmentaris.
Fichte  pengalaman itu shock yang membuat roh sadar
akan katerbatasannya. Ia menjelaskan pengetahuan
ilmiah melalui kegiatan intelek spontan yang umum,
impersonal, yang ada secara immanen dalam segala roh
yang terbatas.

26. Apa saja argumen2 kaum rasionalis: jelaskan positif dan


negatifnya?
a. Argumen negatif  empirisme tidak mampu menjelaskan
pengetahuan intelektual
b. Argumen positif:
i. Descartes  secara metafisis badan tidak bisa
memengaruhi roh dalam proses produksi ide karena
badan & roh adalah 2 substansi yang berbeda radikal.
Secara psikologis pengalaman tidak pernah
memerlihatkan objek2 secara sama dengan intelek
yang lebih sempurn adalah jernih.

19
ii. Leibniz  mengafirmasi teori Descartes tentang ide2
pembawaan. Pertama, tak mungkin badan & roh
saling memengaruhi, juga antara subisatansi2 lain
umumnya. Kedua, pengalaman selalu mengenai hal
yang konkret, partikular & tidak pernah menghasilkan
kebenaran umum/universal.
iii. Kant  ilmu terdiri atas peraturan2 yang universal &
seharusnya karena tidak membatasi diri pada
meninjau fakta tetapi menentukan hukum2. Bbrp hal
yang perlu diperhatikan:
a) Putusan analitis: predikat sudah dalam subjek.
Maka predikat dapat dipakai untuk subjek tanpa
perlu pengalaman.
b) Putusan sintesis a posteriori tentang suatu
kenyataan tertentu tidak menimbulkan kesulitan
karena subjek dan predikat diberikan serentak
dalam pengalaman.
c) Putusan sintetis a priori universal dan keharusan.
Putusan ini tidak berasal dari pengalaman,
melainkan berdasarkan bentuk2 a priori; yakni 2
forma yang berhubungan dengan sensasi (ruang
dan waktu) dan dua belas kategori.

27. Berikan kritik terhadap argumen2 rasionalisme?


a. Argumen Leibniz tentang ide2 bawaan.
i. Argumen metafisis
Ide2 harus pembawaan karena suatu substansi tidak
dapat memengaruhi substansi lain. Ide2 yang ada pada
suatu substansi tidak mungkin datang dari substansi
yang lain.
ii. Argumen psikologis
Soal ide bawaan. Intelek memiliki dalam dirinya
sendarii seluruh pengetahuannya sehingga dia cukup
mengandalkan refleksi untuk mendapatkan dalam
dirinya banyak ide. Intelek itu pada mulanya kosong
tetapi memiliki kesanggupan yang tidak dengan
sendirinya tetapi perlu stimulus dari sensasi.

20
b. Argumen Kant (lih. No.28)

28. Jelaskan argumentasi Kant dalam kaitan dengan rasionalisme?


Intinya penolakan terhadap pengertian umum.
a. Indra2 & akal budi: masing2 memiliki fungsi sesuai kodrat.
Masing2 juga punya objek formal. Objek formal
penglihatan adalah warna, pun dengan intelek sehingga ia
bisa mencapai essensi benda materi. Maksudnya essensi
sejauh diabstraksikan dari subjeknya, bukan seperti pada
subjek secara konkret. Yang penting kesanggupan2
mencapai & mengenal objek formal masing2 spt objek itu
benar2 ada. Yang ada a priori itu struktur tertentu,
kesanggupan yang memungkinkannya mencapai aspek
tertentu (objek formal) suatu benda. Pengetahuan selalu
dari pengalaman.
b. Soal-soal khusus: ada tiga hal yang akan didalami, yaitu:
i. Soal asal dari pengetahuan umum
 yang universal tidak dapat berasal dari yang
individual. Jadi universalitas itu ada a priori pada
intelek manusia. Kita mengatakan pada intelek bukan
universalitas itu yang diberikan pada pengertian: ada
hanya kesanggupan, suatu daya khusus melihat,
menangkap dalam objek yang diberikan oleh indra,
inti, essensi dari objek itu. Intelek mencapai essensi
dari suatu barang & membentuk pengertian dari
benda itu dengan melepaskan, tidak menghiraukan
ciri2 khusus indvidual. Karena itu universalitas
pengertian2 itu tidak ada dasarnya atau sumbernya
pada intelek, melainkan pada esensi barang2.
ii. Putusan analitis  predikat di dalam subjek, maka
untuk menyusun putusan analitis tidak perlu
pengalaman, tidak perlu menyusun putusan itu, tetapi
pengalaman & abstraksi dibutuhkan untuk
mendapatkan pengertian2 dari mana putusan itu
diadakan/disusun.
iii. Putusan sintetis a priori

21
 putusan serentak sintetis dan a priori. Yang sintesis
itu berarti pred lain dari subjek. Segala putusan selalu
memerkaya pengetahuan manusia karena predikat
mengeksplisitkan sesuatu yang ada secara implisit
pada subjek. Dalam suatu putusan, pengertian subjek
menunjukan suatu objek dalam keseluruhannya,
sedangkan dalam predikatnya yang predikat
menunjuk pada suatu aspek tertentu dari subjek.
Pembedaan sintetis – analitis tidak menyangkut suatu
pembagian putusan2 atas 2 macam hal yang berbeda
dari hanya ada 2 macam cara untuk memandang
putusan yang sama. Suatu putusan kelihatan analitis
kalau kita memandang bagaimana P terdapat pada S.
Putusan yang sama itu kelihatan sintetis kalau kita
menghiraukan perbedaan S – P. Istilah a priori dan a
posteriori dipakai secara tegas hanya untuk
pembuktian:
i. A priori: dari prinsip ke konsekuensinya, dari sebab
ke akibat
ii. A posteriori: sebaliknya dari akibat ke sebab.

29. Bagaimana diskusi tentang rasionalisme yang Anda ketahui?


a. Aspek Positif
i. peranan intelek yang mengatasi pengetahuan indrawi
ii. Adanya pengertian-pengertian intelektual
iii. Prinsip-prinsip dasar bukan hanya pengalanan
indrawi
b. Aspek Negatif
Dengan adanya ide2 bawaan dan bentuk2 a priori,
Rasionalisme mengabaikan:
i. Sifat pasif roh manusia. Roh menjadi aktif kalau
dirangsang, digiatkan oleh suatu objek yang dia
terima dari pengalaman indrawi.
ii. Jadi meremehkan, mengecilkan pengalaman. Menurut
rasionalisme radikal, pengalaman tidak punya
peranan apa2 dalam munculnya dan organisasi
pengetahuan Kesalahan yang paling dalam dari

22
Rasionalisme ialah bahwa Rasionalisme menyatakan
bahwa pengalaman memberi hanya fakta partikular
dan kontingen, serta tidak pernah essensia universalis.

30. Apa yang dapat Anda simpulkan tentang rasionalisme?


a. Empirisme tidak didasarkan pada pengalaman saja. Jelas
bahwa konstruksi sistem itu adalah karya intelek &
pemikiran (reasoning) tetapi intelek & pemikiran dari satu
pihak mengandaikan pengalaman tetapi di pihak lain
mengatasinya.
b. Kesalahan dasar rasionalisme: menolak abstraksi karena
menganggapnya sebagai suatu unsur empirisme dan
psikologisme.
c. Benar bahwa pengertian kita itu dari pengalaman, tetapi
abstraksi adalah proses dari yang partikular (konkret)
menuju ke yang universal.

V. Idealisme
31. Aliran2 idealisme?
a. Descartes menyangkal pengalaman indrawi. Prinsip
pertamanya COGITO. Idee innate merupakan objek
pengetahuan; soal jembatan antara ide dan realitas.
b. Kant melihat sistem yang jelas, konsekuen, lengkap.
Manusia tidak bisa kenal barang in se, tetapi fenomen; kita
mengorganisasi fenomen-fenomen.
c. Menurut idealisme mutlak, kita tidak kenal barang-barang
sendiri; maka kita harus bicara yang kita kenal. Fenomen
yang merupakan representasi kita adakan, forma2 dan
kategori2 sebagai hukum2 a priori dari mengenal, keg.
rohani pendiri dunia.
d. 2 aliran idealisme absolut:
i. Hegel  idealisme dialektik. Tugas filsafat mendirikan
sistem kategori.
ii. Fichte  idealisme kritis. Tugas filsafat mengenal roh.

23
e. Essensi Idealisme.
i. Tidak menyangkal jiwa dan Allah.
ii. Idealisme absolut mengakui adanya dunia, manusia, &
Allah.
iii. Definisi-definisi: ‘Ada’ adalah yang dimengerti. Subjek
dan objek dapat didefinisi melalui penghubungnya,
yakni mengenal.
32. Argumen2 idealisme dan aplikasi prinsip?
a. Semua didasarkan atas prinsip yang sama yang
merupakan hasil dari suatu yang jelas secara langsung.
b. Prinsip dasar: immanen yaitu mengenal berarti suatu
persatuan antara subjek – objek.
c. 2 prinsip yang menjelaskan prinsip dasar:
i. Prinsip fenomenisme: suatu ungkapan lain dari prinsip
dasar. Manusia bisa mengenal hanya fenomen, bukan
sesuatu yang ada dalam objek yang tampak.
ii. Prinsip relativisme: variasi prinsip dasar. Segala
pengetahuan selalu relatif pada subjek. Kesadaran:
syarat mengenal, tempat di mana objek tampak.
Mengenal: suatu aktus dari subjek.
Aplikasi prinsip-prinsip.
a. Kebenaran: persesuaian antara pengertian, ide, dan objek.
UNTUK memastikan persesuaian dibutuhkan suatu intuisi
langsung dari objek.
b. Sensasi: suatu keadaan dari kesadaran. Pengalaman
sensasi ada pada subjek. Sensasi hanya mampu
menangkap fenomen subjektif. Bukti subjektivitas sensasi:
ilusi, halusinasi, mimpi, dsb. Tak mungkin roh dapat
berkontak dengan suatu objek yang luas yang dipengaruhi
barang material
Bukti pembenaran idealisme:
*Roh manusia mengenal secara langsung hanya pikirannya
sendiri.
a. Bukti: prinsip 'cogito'
b. Bukti kantian: soal ke- a priori -an ruang, waktu,
kebenaran-kebenaran universal & harus; dunia real itu

24
kumpulan fenomen yang kemudian dibawa ke forma a
priori dan kategori.
c. Bukti kantian & cartesian: dunia tak ada sebelum didirikan
& ditentukan ilmu-ilmu itu.

33. Analisis argumen idealisme?


Aplikasi rasionalisme (khususnya Descartes)
Argumen:
a. Prinsip imanensi: Benar. Yang penting penafsiran dan
aplikasinya.
b. Mengenal = aktus imanen yang ada pada subjek dan
menyempurnakannya.
c. Objek pengetahuan, dalam arti tertentu, ada pada subjek;
tetapi tidak berarti subjek itu tertutup.
d. Kelemahan idealisme: pikirannya terlalu materialistis
(membayangkan realitas rohani secara material, spesial
dan kuantitatif)
e. Prinsip imanensi juga bergantung pada metafisika
Descartes. Realitas dibedakan antara res extensa (benda
material) & res cogitans (roh atau jiwa); keduanya tak ada
hub.
f. Prinsip imanensi bergantung pada psikologi Descartes.
‘Mengenal’ selalu terarah pada yang lain.
g. Husserl: kesadaran selalu tentang sesuatu
h. Heidegger: dunia selalu sdh ada, hadir
i. Sartre: kesadaran bersifat ekstatis
j. Objek ada pada roh manusia lewat aksi & pengaruhnya.
k. Roh menerima forma dan objek: ada informasi; tetapi roh
tidak pasif
l. Yang roh kenal secara langsung adalah adanya, ada sesu-
atu, pengertian bukan objek mengenal melainkan medium
(melalui mana) mengenal.

34. Diskusi tentang idealisme?

25
a. Idealisme: usaha memperbaiki kesalahan realisme dengan
bertolak dari prinsip dasar yang sdh ada dalam
rasionalisme dengan prinsip imanensi. Menurut Descartes
ada res extensa sebagai res material. Bagi Kant: manusia
tak bisa mengenal barang in se.
b. Soal psikologi dan metafisika: idealisme dapat diatasi jika
kita menerima unsur psikologi filosofis yang realis. Ada
pada barang-barang suatu forma yang adalah dasar &
sumber kesatuan, kegiatan dan mengenal barang-barang.
Aktus mengenal itu bukan produksi atau representasi,
tetapi suatu cara adanya sendiri: forma dari suatu objek.
c. Soal epistemologi: kebenaran dan res in se. Secara teoretis,
kebenaran idealisme adalah persesuaian pikiran dengan
hukum-hukumnya. Res in se: menyangkalnya tetapi
mengandaikan empat res in se:
i. Descartes menyamakan pikiran dengan kesadaran
ii. Pluralitas kesadaran harus diterima
iii. Pikiran manusia menunjukkan bahwa dunia ada
sebelum adanya manusia
iv. Jelas bahwa dalam dunia ada fakta dan barang2 yang
kontingens

35. Apa simpulannya?


a. Idealisme harus ditolak karena prinsipnya yang dasar
(imanentisme) salah. Prinsip tersebut tidak dapat dipakai
secara konsekuen tanpa menimbulkan suatu kontradiksi
antara sistem itu dan realitas yang konkret.
b. Secara logis idealisme menyamakan manusia dengan
Tuhan (Pencipta) dan menuju ke panteisme. Tetapi banyak
kali panteisme tidak diakui secara eksplisit untuk
menyelamatkan individualitas dan pribadi manusia.

UTS EPISTEMOLOGI 2008


1. 3 pertimbangan perlunya belajar epistemologi? (No.9)
2. Apa saja pengandaian-pengandaian dalam epistemologi? (No.10)
3. Apa saja argumen dari kaum skeptis? (No.14)

26
4. Jelaskan yang anda ketahui tentang diskusi mengenai
Skeptisisme! (No.16)
5. Yang anda tahu tentang analisis terhadap argumen Empirisme
melawan abstraksi & universalia? (No.22)
6. Jelaskan diskusi tentang Empirisme? (No.24)

UTS EPISTEMOLOGI 2009


1. Istilah2 lain untuk Epistemologi! (No.2)
2. Sebutkan dan jelaskan macam2 skeptisisme! (No.13)
3. Jelaskan relativisme Epistemologis! (No.17)
4. Jelaskan Empirisme di Perancis! (No.21)
5. Apa yang Anda tahu tentang Empirisme John Locke? (No.23)
6. Jelaskan prinsip2 dasar Empirisme! (No.23)
7. Jelaskan Rasionalisme beserta evaluasi kritis Anda! (No.25-30)

27

Anda mungkin juga menyukai