Anda di halaman 1dari 15

ORIENTASI KOLABORATIF

(COLLABORATIVE ORIENTATION)

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Analisis Model dan
Pendekatan Supervisi

Dosen Pengasuh : Dr. H. Muhammad Saleh, M.Pd.

Oleh:

KELOMPOK 2

1. Hernina Halimah NIM 2020111320060


2. Mardhatina Diniy NIM 2020111320084
3. Miliyana NIM 2020111320065
4. Muhammad Herliadi NIM 2020111310001
5. Normaini NIM 2020111320069
6. Rahmad Hidayat NIM 2020111310078
7. Silfiati NIM 2020111320059
8. Syaikhul Islam NIM 2020111310091
9. Wartinah NIM 2020111320090

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Taufiq dan Hidayah, sehingga kami dapat menyusun salah satu tugas
mata kuliah Analisis Model dan Kebijakan Supervisi.
Tentu saja tugas yang kami paparkan ini masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangannya di sana sini, baik yang menyangkut isi, tata bahasa
maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun guna perbaikan selanjutnya yang sangat kami nantikan pada
saat presentasi nanti.
Dengan telah selesainya penyusunan makalah ini dan masukan-masukan
yang sifatnya membangun pada saat presentasi nanti, sebelum dan sesudahnya
kami haturkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Muhammad Saleh, M.Pd.selaku Dosen pembimbing mata kuliah
Analisis Kebijakan Pendidikan.
2. Rekan-rekan mahasiswa(i) Program Magister Manajemen Pendidikan
Angkatan 2020.
Semoga makalah ini ada manfaatnya bagi kita semua Amin Ya Rabbal
alamin.

Banjarmasin, Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Batasan Masalah...........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

A. Pengertian Pendekatan Supervisi Orientasi Kolaboratif...............................5

B. Proses Pendekatan Supervisi dengan Orientasi Kolaboratif.........................8

C. Sasaran dalam Pendekatan Supervisi dengan Orientasi Kolaboratif..........12

BAB III PENUTUP..............................................................................................14

A. Kesimpulan.................................................................................................14

B. Saran............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan tidak terlepas dari peran guru, kepala sekolah, dan
pengawas dalam menjalankan pendidikan di garda terdepan. Peran guru dapat
dikatakan menjadi sebuah kunci dalam keberhasilan proses pendidikan di
sekolah. Guru yang bertugas memberikan pengajaran dan pembelajaran
kepada peserta didik, diharapkan mampu memiliki kemampuan-kemampuan
yang selalu up to date dan terbarukan dalam hal iptek yang dapat
meningkatkan kualitas pendidikan.
Guna membutuhkan bantuan kepala sekolah dan pengawas yang
secara structural dianggap memiliki kelebihan dari guru. Guru dan pengawas
dapat memberikan supervise kepada guru di sekolah terkait dengan
pembelajaran yang dilakukannya. Seorang supervisor yang berkualitas adalah
supervisor yang dapat memberikan bantuan kepada guru kearah usaha
pemecahan masalah dan perbaikan kualitas proses pembelajaran secara
sistematis, berkelanjutan, dan komprehensif.
Berdasarkan kemampuan yang dimiliki, maka guru dapat
dikelompokkan sesuai dengan kemampuannya, sehingga dapat diberikan
pendekatan supervise yang berbeda pula. Pendekatan-pendekatan itu
diantaranya adalah pendekata direktif, pendekatan non direktif, dan
pendekatan kolaboratif.
Dalam makalah ini, akan dibahas materi yang berkaitan dengan
pendekatan supervisi yang berorientasi pada kolaboratif, yang mana
merupakan gabungan dari pendekatan direktif dan non direktif.

B. Batasan Masalah
Adapun pembahasan pada makalah ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Pengertian pendekatan supervisi dengan orientasi kolaboratif,
2. Proses pendekatan supervisi dengan orientasi kolaboratif, dan
3. Sasaran dalam pendekatan supervisi dengan orientasi kolaboratif.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Supervisi Orientasi Kolaboratif


Supervisi dapat diartikan melihat bagian mana dari kegiatan di sekolah
yang masih negatif dan diupayakan untuk menjadikannya positif. Kegiatan
yang sudah positif agar menjadi lebih positif lagi dengan diadakannya
pembinaan [ CITATION Ari04 \l 1033 ] . Supervisi juga diartikan sebagai suatu
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan
pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Kata supervise sendiri berasal dari bahasa Inggris yang berarti
pengawasan. Dari kata ini muncul kata supervisor yang artinya adalah
pengawas. Dalam kaitannya dengan sekolah, muncul kata school supervisor
yang artinya pengawas sekolah, dalam hal ini adalah guru dan kepala sekolah.
Dalam kamus besar bahasa Indoneisa supervisi diartikan sebagai pengawasan
utama, atau pengontrolan tertinggi. Sedangkan supervise dibidang pendidikan
adalah suatu proses pemberian bimbingan dari pihak yang kompeten kepada
dewan guru dan anggota sekolah lainnya yang menangani masalah pendidikan
di sekolah untuk memperbaiki situasi belajar mengajar sehingga dapat
meningkat[ CITATION Soe88 \l 1033 ].
Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah tentu memiliki misi dan
tujuan tertentu. Dalam hal ini supervise lebih ditunjukkan untuk memberikan
pelayanan kepada guru dalam melakukan kinerja profesionalnya secara efektif
dan efisien, serta mampu mengembangkan mutu pembelajaran. Dalam konteks
pengawasan mutu pendidikan, maka supervise oleh kepala sekolah antara lain
berupa pengamatan secara intensif terhadap proses pembelajaran di sekolah,
kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed back [ CITATION Raz95 \l
1033 ].
Supervisi juga diartikan suatu istilah yang sophisticated, sebab hal ini
memiliki arti yang luas, yakni identic dengan proses manajemen, administrasi,
evaluasi, dan akuntabilitas atau berbagai aktivitas serta kreatifitas yang
berhubungan dengan pengelolaan sekolah.

2
Supervisor adalah seseorang yang professional. Dalam menjalankan
tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Untuk melakukan supervise diperlukan kelebihan yang dapat
melihat dengan tajam terhadap permasalahan peningkatan mutu pendidikan,
menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar
menggunakan mata penglihatan biasa. Supervisor membina peningkatan mutu
akademik melalui penciptaan situasi belajar yang lebih baik, baik dalam hal
fisik maupun lingkungan non fisik [ CITATION Mut19 \l 1033 ].
Berdasarkan beberapa pendpat di atas dapat disimpulkan bahwa
supervise pendidikan merupakan pembinaan guru oleh kepala sekolah atau
pengawas sekolah untuk memperbaiki dan meningkatkan proses dan prestasi
yang dibinanya. Keberhasilan kegiatan supervise sangat bergantung pada
pendekatan yang diterapkan. Pendekatan supervise dalam dunia pendidikan
dibagi menjadi tiga jenis yaitu pendekatan langsung atau direktif, pendekatan
tidak langsung atau non direktif, dan pendekatan kolaboratif [ CITATION Nol11 \l
1033 ].
1. Pendekatan langsung atau direktif
Pendekatan langsung adalah pendekatan supervise oleh supervisor dengan
memberikan arahan secara langsung dalam merespon stimulus dari orang
yang disuprvisi. Pendekatan langsung dapat dilakukan dengan melalui
kegiatan menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh,
menetapkan tolak ukur, dan menguatkan.
2. Pendekatan tidak langsung atau non direktif
Pendekatan tidak langsung adalah pendekatan supervise oleh supervisor
dengan memberikan arahan secara tidak langsung dalam merespon
stimulus dari orang-orang yang disupervisi. Pendekatan ini memberikan
kesempatan kepada orang yang disupervisi untuk mengutarakan
masalahnya. Pendekatan tidak langsung dapat dilakukan melalui kegiatan
mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, dan memecahkan
masalah.
3. Pendekatan kolaboratif

3
Pendekatan kolaboratif merupakan gabungan antara pendekatan langsung
dan tidak langsung. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru
memungkinkan supervisor dan orang yang disupervisi untuk bersama-
sama sepakat dalam menetapkan struktur, proses, dan kriteria dalam
melaksanakan proses supervise. Pendekatan kolaboratif dapat dilakukan
melalui kegiatan menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan
masalah, dan negosiasi.
Pendekatan supervise kolaboratif adalah pendekatan yang memadukan
cara pendekatan direktif dengan pendekatan non direktif menjadi cara
pendekatan baru. Pada pendekatan ini, supervisor dan guru bersama-sama dan
bersepakat untuk melaksanakan proses dan masalah yang dihadapi oleh guru.
Pendekatan kolaboratif didasarkan pada psikologi kognitif yang dalam
prinsipnya menyatakan bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan
individu dengan lingkungan, yang pada gilirannya nanti akan berpengaruh
dalam pembentukan individu. Dengan demikian, pendekatan dalam supervise
berhubungan pada dua arah yaitu dari atas ke bawah dan dari arah bawah ke
atas [ CITATION Ete08 \l 1033 ].
Pendekatan supervise kolaboratif dilaksanakan oleh supervisor dengan
berbagai tanggung jawab dengan orang yang disupervisi. Dengan demikian,
pada saat kepala sekolah melaksanakan supervise kolaboratif, maka kepala
sekolah berbagi tanggung jawab dengan guru. Tugas supervise oleh kepala
sekolah dalam supervise kolaboratif adalah mendengarkan dan memerhatikan
secara langsung dengan cermat keluhan guru-guru terhadap masalah perbaikan,
peningkatan, dan pengembangan kinerjanya. Dalam pendekatan supervise
kolaboratif, kepala sekolah dapat meminta penjelasan guru terhadap hal-hal
yang kurang dipahaminya. Selanjutnya kepala sekolah akan mendorong guru
untuk mengaktualisasikan pemikiran bersama dalam praktik nyata pemecahan
masalah yang berkaitan dengan tugas guru [ CITATION Gli84 \l 1033 ].
Supervisi kolaboratif merupakan supervise yang berbasis kemitraan
antara supervisor dengan yang disupervisinya, di mana supervisor berposisi
sebagai mitra yang lebih berpengalaman untuk melakukan proses inkuiri dan
pemecahan masalah [ CITATION Fla76 \l 1033 ] . Kepala sekolah dalam

4
melaksanakan kinerjanya memiliki harapan untuk berbagi tanggung jawab,
sehingga disimpulkan bahwa pendekatan supervise kolaboratif akan lebih
efektif diterapkan karena adanya kolegialitas antara kepala sekolah sebagai
supervisor dan guru dalam memecahkan masalahnya. Hal ini sejalan dengan
pernyatan bahwa supervise harus didasarkan pada kepedulian oleh orang yang
disupervisi, dan bukan pada kepedulian oleh seorang supervisor.

B. Proses Pendekatan Supervisi dengan Orientasi Kolaboratif


Supervisi kolaboratif merupakan gabungan dari pendekatan seupervisi
secara langsung atau direktif dan pendekatan supervise secara tidak langsung
atau non direktif. Jika diperhatikan dari aspek tanggung jawab terlaksananya
kegiatan supervise, artinya supervisor dan guru saling berbagi tanggung jawab.
tugas supervisor dalam hal ini adalah mendengarkan dan memperhatikan
secara cermat keluhan guru terhadap maslaah perbaikan, peningkatan, dan
pengembangan pengajarannya, serta memperhatikan pula gagasan-gagasan
guru untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan hal tersebut di waktu
yang selanjutnya.
Beberapa pakar supervise mengemukakan bahwa gagasan pendekatan
kolaboratif dalam supervise diilhami oleh gerakan hubungan instansi (the
human relations movement). Menurut Wiles & Lovell, mengatakan bahwa
gagasan ini sekaligus merupakan pula reaksi terhadap praktik model supervise
klasik yang mengatakan bahwa fungsi supervise pengajaran adalah untuk
mengawasi mutu dengan cara mengarahkan, menunjukkan, mengharuskan,
memantau, menilai, dan mengajar. Dalam praktik supervise, pendekatan ini
disebut juga sebagai supervise kolegiat, kesejawatan, atau korepatif, yang lebih
banyak mengilhami karya parak supervise klinis [ CITATION Wil75 \l 1033 ].
Perilaku supervisor dalam pendekatan kolaboratif adalah menyajikan,
mejelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi. Perilaku
supervisor dilakukan secara bertahap, mulai dari pertanyaan awal sampai
dengan mengemukakan permasalahan yang kemudian dinegosiasi bersama-
sama dan dicari pemecehan masalahnya [ CITATION Ete08 \l 1033 ].

5
Menurut Glickman, Stephen, dan Jovita (2009) proses yang dilakukan
dalam pendekatan supervise kolaboratif ini mencakup 10 langkah, yaitu
clarifying, listening, reflecting, presenting, clarifying, problem solving,
encouraging, negotiating, standardizing, and reflecting [ CITATION Gli09 \l
1033 ].
1. Clarifying, mengidentifikasi masalah seperti yang terlihat oleh guru.
Supervisor menanyakan kepada guru tentang masalah langsung atau apa
yang dikhawatirkan oleh guru. Contoh pertanyaan yang bisa ditanyakan
oleh supervisor seperti: “Tolong katakana kepada saya apa yang
mengganggu perasaan Anda?” atau “Jelaskan kepada saya apa yang Anda
lihat sebagai perhatian terbesar.”
2. Listening. Mendengarkan dan memahami persepsi guru. Anda (supervisor)
ingin memiliki sebanyak mungkin informasi tentang masalah yang dialami
oleh guru-guru sebelum memikirkan tindakan apa yang akan diberikan.
Oleh karena itu, ketika guru menceritakan tentang persepsinya, berbagai
perilaku dalam supervise non direktif harus digunakan, seperti kontak mata,
paraphrase, mengajukan pertanyaan yang sifatnya menyelidik, dan bersedia
untuk memungkinkan guru untuk terus berbicara menyeritakan masalahnya.
Contoh kalimat yang bisa dikatakan oleh supervisor seperti “Ceritakan lebih
banyak. Uh huh, ya aku mendengarkan jalan ceritamu. Bagaimana
selanjutnya?”
3. Reflecting. Merefleksikan, memverifikasi persepsi guru. Ketika guru telah
menyelesaikan deskripsi masalahnya, memeriksa akurasi dengan meringkas
pernyataan guru dan menanyakan apakah ringkasannya. Kalimat yang bisa
digunakan oleh seorang supervisor seperti “Saya memahami bahwa Anda
melihat masalah sebagai …. apakah ini akurat?”
4. Presenting. Menyajikan, menyediakan sudut pandang. Hingga saat ini
sering kali ditemui konferensi dalam supervise non direktif yang
dipersingkat. Alih-alih meminya guru untuk mulai memikirkan tindakan
sendiri. Tapi, supervisor harus tetap bergerak dan menjadi bagian dari
proses pengambilan keputusan. Supervisor harus memberikan poin dan
masukan tentang situasi kesulitan yang dialami guru saat ini dan berikan

6
saran informasi tentang situasi yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapinya. Contoh kalimat yang digunakan supervisor seperti “Masalah
yang saya lihat adalah …. Anda bisa melakukan ini dan itu untuk
memperbaikinya.” Untuk meminimalkan mempengaruhi posisi sang guru,
lebih baik supervisor memberikan persepsi setelah guru memberikan
masalahnya.
5. Clarifying. Klarifikasi, mencari pemahaman guru tentang persepsi
supervisor. Dengan cara yang sama, seorang supervisor meminta guru untuk
melakukan hal yang sama. Guru dan supervisor dapat saling mencari
penyelesaian masalah secara bersama. Contoh yang bisa dikatakan oleh
supervisor “Anda bisa mengulangi apa yang Anda pikir, saya sedang
mencoba untuk mengatakan setelah Anda merasa yakin bahwa Anda
memahami apa yang saya sampaikan”
6. Problem Solving. Pemecahan masalah, bertukar saran dan opsi. Jika
supervisor dan guru akrab satu sama lain dan telah bekerja sama
sebelumnya. Supervisor hanya dapat meminta daftar saran seperti “Mari kita
berdua berpikir tentang apa yang mungkin dapat dilakukan untuk
memperbaiki situasi ini.” Kemudian mendengarkan ide masing-masing. Jika
guru tidak akrab dengan supervisor, ia tidak akan terbiasa dengan supervise
kolaboratif, sehingga ia mungkin akan merasa khawatir untuk menyarankan
ide yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh seupersior (kepala
sekolah maupun pengawas). Jika hal ini terjadi, alangkah baiknya untuk
menghentikan kegiatan supervise terlebih dahulu selama beberapa menit,
baik itu pengawas dan guru bisa menuliskan tindakan-tindakan dahulu
sebelum berbicara. Sehingga antara supervisor dan guru bisa saling terbuka
dan tidak mempengaruhi satu sama lain pada solusi yang mungkin
diutarakan. Kemudian di menit-menit berikutnya, mulai dengan menuliskan
apa kegiatan yang mungkin diambil dan kemudian membaca daftar masing-
masing. Tindakan yang sudah ditulis, tidak akan berubah dengan apa yang
orang lain tulis. Seorang pengawas, telah memiliki kemampuan ide-ide
pribadi yang siap untuk dibagikan dan didiskusikan.

7
7. Encouraging, menguatkan/mendorong, menerima konflik. Untuk menjaga
kegiatan supervise menjadi kompetitif, seorang supervisor perlu
meyakinkan guru bahwa pasti ada kritik dan saran yang walaupun tidak
disukai tetap harus diterima, dan dalam kegiatan supervise tidak ada
pemenang dan pecundang. Tampaknya antara supervisor dan guru yang
disupervisi memiliki beberapa ide yang berbeda tentang bagaimana
menangani situasi atau masalah yang dihadapi. Guru harus benar-benar
percaya bahwa ide dari seorang supervisor yang sudah professional dan
sangat peduli merupakan suatu solusi terbaik dari permasalahan yang
dihadapi.
8. Negotiating. Negosiasi. Menemukan solusi yang dapat diterima. Setelah
berbagi dan mendiskusikan permasalahan yang dihadapi, supervisor dapat
bertanya terlebih dahulu apakah ada saran umum yang terpikirkan oleh
guru. Jika akhirnya saran dan masukan dapat disepakati, kegiatan supervise
dapat berlangsung dengan baik. Tapi jika ada perbedaan saran antara guru
dan supervisor, maka dapat diambil tindakan: (1) Cek untuk melihat apakah
perbedaan yang muncul dengan mementingkan diri sendiri dan guru
menjelaskan secara menyeluruh apa yang dimaksud dengan sarannya
masing-masing, (2) Jika ketiaksepakatan masih nyata, kemudian cari tahu
seberapa yakin masing-masing guru dengan saran yang mereka ajukan,
bagaimana penting saran itu jika dilakukan dengan masalah yang dihadapi?
Jika hanya penting untuk satu orang disbanding orang lain, maka apakah
yang lain bisa menerima saran dari orang yang menyampaikan. (3) Jika
alasan untuk kesepakatan tidak tercapai, supervisor dapat
mempertimbangkan kompromi untuk menemukan solusi terbaik dari
masalah yang dihadapi, (4) Jika masih belum ada gerakan dan jalan buntu,
maka supervise dapat memberikan panggilan di lain waktu dan kesempatan
kepada pihah-pihak yang bermasalah untuk dapat mereka merenungi
tentang masalah-masalah yang terjadi sebelum bertemu lagi. Yang harus
diketahui oleh guru adalah bahwa prosedur supervise kolaborasi
memastikan bahwa seorang yang disupervisi tidak akan pulang tanpa

8
membawa solusi yang tidak disepakati. Selalu ada pilihan lain dari solusi-
solusi yang diutarakan.
9. Standardizing. Standarisasi. Menyepekati rincian rencana. Setelah
kesepakatan tindakan yang dapat diterima telah tercapai, supervisor perlu
menghadiri rincian waktu dan tempat. Kapan rencana akan dilaksanakan? Di
mana hal itu akan berlangsung? Siapa yang akan membantu? Sumber daya
apa yang dibutuhkan? Rincian ini perlu dibahas dan disepakati sehingga
akan ada kejelasan dan ketepatan dengan rencana akhir.
10. Reflecting. Refleksi. Meringkas rencana akhir. Supervisro menyimpulkan
kegiatan dengan memeriksa seluruh pihak apakah setuju dengan tindakan
dan rincian yang telah disampaikan. Supervisor dapat melakukan ini secara
lisan [ CITATION Gli09 \l 1033 ].

C. Sasaran dalam Pendekatan Supervisi dengan Orientasi Kolaboratif


Dalam bukunya The Basic Guide Supervision Gilckman, dkk
menjabarkan adanya tiga tahapan perkembangan professional, yaitu
perkembangan professional tahap rendah (1), perkembangan professional
tingkat moderat (tahap II), dan perkembangan professional tingkat tinggi (tahao
III). Tahapan itu digunakan untuk menetapkan pilihan pendektan supervise
terhadap guru. Dengan demikian guru yang diduga berada pada tahap I,
supervise yang digunakan adalah supervise langsung atau direktif. Sedangkan
guru yang telah berada pada tahap II menggunakan pendekatan supervise
kolaboratif. Untuk guru yang telah memasuki tahap III, pendekatan supervise
yang digunakan adalah supervise tidak langsung atau non direktif [ CITATION
Gli09 \l 1033 ].
Supervisi dengan pendekatan kolaboratif tepat digunakan kepada guru
yang berada pada tingkat professional moderat (Tahap II). Kategorisasi oleh
Glickman terhadap guru diklarifikasinya dalam tiga kategori kepedulian diri
sendiri, siswa, dan profesionalitas. Dan untuk abstraksi dipakainya istilah
kekompakan, panduan tingkat kekompakan dan tingkat kepedulian, yang
masing-masing kategori terbagi menjadi rendah, sedang, dan tinggi.

9
Selanjutnya digunakan untuk menetapkan pilihan pendekatan supervise
pengajaran.
Ada situasi di mana seorang supervisor pasti harus menggunakan
perilaku kolaboratif, yaitu:
1. Ketika guru berfungsi pada tingkat defelopmental sedang atau campuran,
2. Ketika guru dan pengawas memiliki tingkat keahlian yang sama dalam
masalah ini. Jika supervisor tahu bagian dari masalah dan guru mengetahui
bagian rangka, pendekatan kolaboratif harus digunakan,
3. Ketika guru dan pengawas keduanya akan terlibat dalam melaksanakan
pengambulan keputusan. Guru dan pengawas akan bertanggung jawab atas
menunjukkan hasil kepad orang lain. Maka pendekatan kolaboratif harus
digunakan.
4. Ketika guru dan pengawas keduanya berkomitmen untuk memecahkan
masalah. Jika guru ingin terlibat dan jika meninggalkan mereka akan
menyebabkan moral yang rendah dan tidak percaya, maka pendekatan
kolaboratif harus digunakan [ CITATION Gli09 \l 1033 ].

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan
pendekatan direktif (langsung) dan non direktif (tidak langsung) menjadi
pendekatan baru. Pendekatan kolaboratif ini diaplikasikan pada guru yang
termasuk kategori guru Tahap II. Dengan demikian pendekatan dalam
supervise ini berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari
bawah ke atas.

Perilaku supervisor saat melakukan supervise kolaboratif adalah


sebagai berikut: (1) Mengklarifikasi/mencari tahu permaslaahan, (2)
Mendengarkan, (3) Merefleksi, (4) Menyajikan, (5) Mengklarifikasi
pemahaman guru, (6) Pemecahan Masalah, (7) Menguatkan, (8) Negosiasi,
(9) Menstandarisasi, dan (10) Merefleksi dengan meringkas rencana akhir

Supervisor mengajak guru agar tidak bergenti di tengah jalan


melainkan memberikan dorongan dan bantuan agar proyek-proyeknya dapat
terselesaikan. Bagi guru konseptor kerja supervisor memberi dorongan dan
fasilitas agar guru bersedia menjadi ketua pelaksana dari ide yang ia
ciptakan agar buah ide itu dapat dinikmati oleh warga sekolah, terutama
para siswa.

Pembinaan guru dengan pendekatan kolaboratif memberikan


keleluasaan bagi guru untuk mengungkapkan segala permasalahannya yang
dihadapinya. Pendekatan ini memandang seorang guru sebagai seorang
mitra bukan sebagai bawahan yang senantiasa dicari-cari kesalahannya.

B. Saran
Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan saat
kegiatan presentasi diskusi kelompok berlangsung, agar terciptanya kegiatan
diskusi yang menarik dan ilmu yang lebih disempurnakan selain dari bahan
literature yang dimuat pada makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2004). Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.


Etek, Y. (2008). Supervisi Akademik dan Evaluasi. Jakarta: Transmisi Media.
Flanders, N. A. (1976). Interaction Analysis and Clinical Supervision. Journal of
Research and Development Education, Volume 9 (2).
Glickman, C. D. (1984). Developmental Supervision: Alternatif Practices for
Helping Teacher Improve Intruction. Alexandria, Virginia: ASCD.
Glickman, C. D., Stephen, G., & Jovita M, R. G. (2009). The Basic Guide to
Supervision and Instructional Leadership. New York: Pearson.
Mutahajar. (2019). Penerapan Supervisi Kolaboratif untuk Meningkatkan
Kompetensi Profesional Guru SDN 6 Jurit Kecamatan Pringgasela.
Bintang: Jurnal Pendidikan dan Sains , 282-303.
Nolan, J. F. (2011). Teacher Supervision and Evaluation. United State of
America: Wiley.
Razik, T., & Swanson, A. (1995). Fundamental Concept of Educational
Leadership and Management . New Jersey: Prentice Hall Inc.
Soetopo, H., & Mataheru, F. (1988). Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan.
Jakarta: PT. Bina Aksara.
Wiles, K., & John, T. L. (1975). Supervision for Better Schools. New Jersey:
Prentice-Hall.

12

Anda mungkin juga menyukai