Anda di halaman 1dari 18

PRINSIP, TEKNIK-TEKNIK DAN METODE SUPERVISI PENDIDIKAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mandiri

MATA KULIAH ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : GUSMA AFRIANI. S.Ag., M.Ag.

Oleh

ANNISA AMELIA

NIM. 11910120462

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2021 M / 1442 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayahnya kepada kita, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah Administrasi Dan Supervisi Pendidikan
tentang “Prinsip, Teknik-Teknik Dan Metode Supervisi Pendidikan’’. Dan tidak
lupa Sholawat beserta salam tetap kami curahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad S.AW. yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju
alam terang benderang yakni agama Islam.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.


Akhirnya, kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis butuhkan
untuk dijadikan pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Aamiin ya rabbal ‘Alamin.

Pekanbaru, 5 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

C. Tujuan Masalah .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Prinsip Supervisi Pendidikan .............................................................. 3

B. Teknik-teknik Supervisi Pendidikan .................................................. 4

C. Metode Supervisi Pendidikan .............................................................. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 14

B. Saran ...................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai organisasi
nirlaba yang melayani masyarakat. Meski pun sifatnya nirlaba, namun bukan
berarti sekolah tidak dituntut untuk terus meningkatkan mutu proses
maupun output pendidikannya. Sebaliknya, sekolah sangat diharapkan  benar-
benar memer-hatikan mutu, karena tugas suci yang diembannya adalah turut
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia.
 Dalam menjaga mutu proses tersebut, diperlukan adanya quality
controll yang mengawasi jalannya proses dan segala komponen pendukung-
nya. Meski demikian pengawasan mutu dalam dunia pendidikan tentu berbeda
dengan peruasahaan yang memproduksi barang/jasa. Sekolah adalah
sebuah people changing institution, yang dalam proses kerjanya selalu
berhadapan dengan uncertainty and. Maksudnya mekanisme kerja (produksi)
di lembaga pendidikan secara teknologis tidak dapat dipastikan karena
kondisi input dan lingkungan yang tidak pernah sama. Selain itu proses
pendidikan di sekolah juga tidak terpisahkan dengan lingkungan keluarga
maupun pergaulan peserta didik.
Dalam situasi demikian, maka pengawasan terhadap sekolah pasti
berbeda model dan pendekatannya. Peran seorang pengawas pendidikan pun
tentu berbeda dengan pengawas pada perusahaan produksi. Untuk dapat
melaksanakan tugasnya tersebut pengawas tentu harus menguasai berbagai
prinsip, metode dan teknik supervisi sehingga ia dapat menentukan strategi,
pendekatan atau model supervisi yang cocok untuk menyelesaikan suatu
permasalahan atau program. Materi ini merupakan salah satu bahan yang
ditujukan bagi supervisor untuk menguasai kompetensi tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip supervis pendidikan ?
2. Bagaimana teknik-teknik supervise pendidikan ?
3. Bagaimana metode supervise pendidikan ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui prinsip supervis pendidikan.
2. Untuk mengetahui teknik-teknik supervise pendidikan.
3. Untuk mengetahui supervise pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan


Supervisi ialah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu
para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif.
Ngalim Purwanto dalam bukunya Administrasi dan Supervisi Pendidikan
bahwa Moh. Rifai, M. A., untuk menjalanlkan tindakan-tindakan supervisi sebaik-
baiknya kepala sekolah hendaklah memperhatikan prinsi-prinsip berikut :
a. Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif, yaitu pada yang
dibimbing dan diawasi harus dapat menimbulkan dorongan untuk bekerja.1
b. Supervisi didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenar-benarnya
(realistis, mudah dilaksanakan).
c. Supervisi harus sederhana dan informal pelaksanaannya.
d. Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada guruguru/ustadz dan
pegawai-pegawai sekolah/madrasah yang di supervisi.
e. Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional, bukan atas dasar
hubungan pribadi.
f. Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap, dan mungkin
prasangka guru-guru dan pegawai sekolah/madrasah.
g. Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat menimbulkan
perasaan gelisah atau bahkan antipati dari guru-guru/ustadz.
h. Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat, kedudukan, atau
kekuasaan pribadi.
i. Supervisi tidak bersifat mencari-cari kesalahan dan kekurangan. Ingat bahwa
supervisi berbeda dengan inspeksi.2

1
Burhanuddin, Yusak. Administrasi Pendidikan. Bandung: (Pustaka Setia, 2005). Hal. 104-105
2
B. Suryosubroto. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004). Hal:
  175-176.

3
j. Supervisi tidak dapat terlalu cepat mengharapkan hasil, dan tidak boleh lekas
merasa kecewa.
k. Supervisi hendaknya bersifat preventif, korektif, dan kooperatif. Preventif
berarti berusaha mencegah jangan sampai timbul hal-hal negatif;
mengusahakan/memenuhi syarat-syarat sebelum terjadinya sesuatu yang tidak
diharapkan. Korektif berarti memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah
diperbuat. Kooperatif berarti bahwa mencari kesalahan-kesalahan atau
kekurangan-kekurangan dan usaha memperbaikinya dilakukan bersama-sama
oleh supervisor dan orangorang yang diawasi.3

Itulah prinsip-prinsip supervisi pendidikan kalau dijalankan dengan


profesional tentu akan meningkatkan mutu pendidikan. Jika hal tersebut diatas
diperhatikan dan benar-benar dilaksanakan oleh pengawas, kepala
sekolah/madrasah, kiranya dapat diharapkan setiap sekolah/madrasah akan
berangsur-angsur maju dan berkembang mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan sekolah/madrasah.4

B. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan


Teknik supervisi yang dipandang bermanfaat untuk merangsang dan
mengarahkan perhatian guru-guru terhadap kurikilum dan pengajaran. Untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang bertalian dengan mengajar dan belajar,
kemudian untuk menganalisis kondisi-kondisi yang mengelilingi mengejar dan
belajar. Tekniksupervisi terdiri dari ; (1) teknik individual, dalam rangka
pengembangan proses belajar mengajar meliputi kunjungan kelas, observasi kelas,
percakapan pribadi, seling mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri; dan (2)
teknik supervisi kelompok dalam menbangun staf melipiti pertemuan orientasi

3
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Cet. xix, (Bandung: Rosdakarya,
2009), 117
4
Ahmad Sabandi, Supervise Pendidikan Untuk Mengembangkan Profesionalitas Pengembangan
Guru Berkelanjutan , Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan: Volume XIII No.2 November 2013

4
bagi guru baru, panitia penyelenggara, rapat guru, studi guru, diskusi sebagai
proses kelompok, tukar menukar pengalaman, seminar organisasi jabatan.5
1. Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang
diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat
perorangan. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang
dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang
dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi
kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri.
Berikut ini dijelaskan pengertian-pengertian dasarnya secara singkat satu persatu.
a. Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah,
pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses
belajar mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka
pembinaan guru. Tujuan kunjungan ini adalah semata-mata untuk menolong guru
dalam mengatasi kesulitan atau masalah mereka di dalam kelas. Melalui
kunjungan kelas, guru-guru dibantu melihat dengan jelas masalah-masalah yang
mereka alami. Menganalisisnya secara kritis dan mendorong mereka untuk
menemukan alternatif pemecahannya. Kunjungan kelas ini bisa dilaksanakan
dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa juga
atas dasar undangan dari guru itu sendiri.
Empat tahap kunjungan kelas. Pertama, tahap persiapan. Pada tahap ini,
supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama
kunjungan kelas. Kedua, tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini,
supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung. Ketiga, tahap
akhir kunjungan.  Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian
untuk membicarakan hasil-hasil observasi, sedangkan tahap terakhir adalah tahap
tindak lanjut. Ada beberapa kriteria kunjungan kelas yang baik, yaitu: (1)
memiliki tujuan-tujuan tertentu; (2) mengungkapkan aspek-aspek yang dapat
5
Abbas, IMPLEMENTASI TEKNIK SUPERVISI AKADEMIK DALAM MENINGKATKAN KUALITAS
PEMBELAJARAN, Jurnal kependidikan : Volume 12 No.1. Juni 2018, ISSN: 1978-0214

5
memperbaiki kemampuan guru; (3) menggunakan instrumen observasi tertentu
untuk mendapatkan daya yang obyektif; (4) terjadi interaksi antara pembina dan
yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian; (5) pelaksanaan
kunjungan kelas tidak menganggu proses belajar mengajar; (6) pelaksanaannya
diikuti dengan program tindak lanjut

b. Observasi Kelas
Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan
secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi
yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobyektif mungkin
mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar. Secara
umum, aspek-aspek yang diamati selama proses pembelajaran yang sedang
berlangsung adalah:
1) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran
2) cara penggunaan media pengajaran
3) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar
4) keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya.

Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1) persiapan
observasi kelas; (2) pelaksanaan observasi kelas; (3) penutupan pelaksanaan
observasi kelas; (4) penilaian hasil observasi; dan (5) tindak lanjut. Dalam
melaksanakan observasi kelas ini, sebaiknya supervisor menggunakan instrumen
observasi tertentu, antara lain berupa evaluative check-list, activity check-list.

c. Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar
pikiran antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha
meningkatkan kemampuan profesional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan
kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang
dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki

6
segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan (4) menghilangkan atau
menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.
Swearingen mengklasifikasi jenis percakapan individual ini menjadi empat
macam sebagai berikut6
1. classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di
dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
2. office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang
kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat
bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
3. causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang
dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru
4. observational visitation. Yaitu percakapan individual yang dilak- sanakan
setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas

Dalam percakapan individual ini supervisor harus berusaha mengem-


bangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya,
dan memberikan pengarahan, hal-hal yang masih meragukan sehingga terjadi
kesepakatan konsep tentang situasi pembelajaran yang sedang dihadapi.

d. Kunjungan Antar Kelas


Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara
perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan
sekolah itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antarkelas ini, guru akan
memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan
proses pembelajaran pengelolaan kelas, dan sebagainya.
Agar kunjungan antarkelas ini betul-betul bermanfaat bagi pengembangan
kemampuan guru, maka sebelumnya harus direncanakan dengan sebaik-baiknya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh supervisor apabila menggunakan
teknik ini dalam melaksanakan supervisi bagi guru-guru.

6
Swearingen. 1961. Supervision of Instruction. London: Methuen & CO. Ltd.

7
1. Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya.
Upayakan mencari guru yang memang mampu memberikan pengalaman baru
bagi guru-guru yang akan mengunjungi.
2. Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi
3. Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas.
4. Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan cermat. Amatilah apa-apa
yang ditampilkan secara cermat, dan mencatatnya pada format-format tertentu.
5. Adakah tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Misalnya dalam
bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
6.  Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan
menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
7. Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas
berikutnya.

e. Menilai Diri Sendiri


Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi
pendidikan. Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan
profesional guru. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif
kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada
guru mempelajari metoda pengajarannya dalam mempengaruhi murid. Semua ini
akan mendorong guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya. Nilai
diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru. Untuk mengukur
kemampuan mengajarnya, di samping menilai murid-muridnya, juga menilai
dirinya sendiri. Ada beberapa cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai
diri sendiri, antara lain sebagai berikut.
1) Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid
untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk
pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut
nama.
2) Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.

8
3) Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja
secara perorangan maupun secara kelompok.

2. Teknik Supervisi Kelompok


Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-
kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-
sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan
permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi 7. Ada empat teknik supervisi
kelompok, sebagai berikut;
a. Mengadakan pertemuan atau rapat (metting)
Fungsi komunikasi dalam manajemen sekolah mdapat terlaksana dengan baik
hanya apabila masing-masing warga sekolah mem[unyai hak yang sama untuk
mengemukakan pendapat, dan segala informasi yang ada dapat dengan segera
sampai ke semua warga dengan cepat, dan dengan isi yang tepat pula. Seorang
kepala sekolah yang memenuhi fungsinya dengan baik, fungsi
pengarahan(directing), pengkoordinasian (coordinating) dan
pengkomunikasian (communicating), dan staf TU secara rutin, tentu saja
beberapa waktu jarak antara pertemuan tergantung dari pertimbangan dan
kepentingansekolah masing-masing.
b. Mengadakan diskusi kelompok
Seperti sudah dikemukakan pada bagian terdahulu, diskusi kelompok ini
sangat baik dilakukan sebagai metode untuk mengumpulkan data. Meskipun
sudah dikelompokan dalam wawancara tersebut dapat digabung atau
dikombinasikan dengan kelompok diskusi. Diskusi kelompok dapat juga
digunakan untuk mempertemukan pendapat antar pemimpin dalam bentuk
pertemuan khusus antar staf pemimpin saja. Barangkali juga sekolah dapat
mengadakan semacam pertemuan khusus yang dihadiri oleh guru-guru mata
pelajaran tertentu, atau kelompok dengan tugas khusus, misalnya panitia

7
Ary H. Gunawan.  Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro). (Jakarta: PT Rineka
Cipta 2002). Hal: 202-203

9
pembangunan. Didkusi kelompok dapat diselenggarakan dengan mengundang
atau mengumpulkan guru-guru bidang studi sejenis atau yang berlainan sesuai
dengan keperluannya.
c. Mengadakan penataran-penataran
Salah satu wadah untuk meningkatkan kemampuan guru dan staf sekolah
adalah penataran. Dalam klasifikasi pendidikan, penataran dikategorikan
sebagai in-service training, sebagai jenis lain dari preservice training, yang
merupakan pendidikan sebelum yang bersangkutan diangkat jadi pegawai
yang resmi. Peraturan semacam ini dapat dilakukan di sekolah sendiri dengan
mengundang narasumber, tetapi dapat siselenggarakan bersama antar beberapa
sekolah, jika diinginkan biaya yang lebih irit.
d. Seminar
Sejak diberlakukan kenaikan pangkat dengan jabatan fungsional, banyak guru
yang membutuhkan sertifikat yang dapat diakui sebagai angka kredit. Apabila
tujuannya hanya mencari sertifikat, dan setelah mendaftar kemudian tidak
mendatangi seminarnya dan hanya titip teman untuk mengembalikan
sertifikatnya, itu bukanlah tindakan yang terpuji. Cara yang baik dalam
mengikuti acara seminar adalah apabila dilakukandengan sungguh-sungguh,
serius, dan cermat mengikuti persentasi dan acara tanya jawab.

C. Metode Supervisi Pendidikan


1. Monitoring dan Evaluasi
Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan dalam
supervisi tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.8
a. Monitoring/Pengawasan
Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai
dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta
menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan
8
Moch Wahid Ilham, SUPERVISI PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI ISLAM, Jurnal
Pedagogik, Vol. 04 No. 01, Januari-Juni 2017 ISSN : 2354-7960, E-ISSN : 2528-5793

10
program.9 Monitoring lebih berpusat pada pengontrolan selama program
berjalan. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau
pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek
yang dicermati dalam monitoring adalah hal-hal yang dikembangan dan
dijalankan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan
monitoring ini tentunya pengawas harus melengkapi diri dengan parangkat
atau daftar isian yang memuat seluruh indikator sekolah yang harus diamati
dan dinilai.
Secara tradisional pelaksanaan pengawasan melibatkan tahapan: (a)
menetapkan standar untuk mengukur prestasi, (b) mengukur prestasi, (c)
menganalisis apakah prestasi memenuhi standar, dan (d) mengambil tindakan
apabila prestasi kurang/tidak memenuhi standar.10
b. Evaluasi
Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan
pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keber- hasilan yang
telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah
untuk (a) mengetahui tingkat keterlaksanaan program, (b) mengetahui
keberhasilan program, (c) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan
tahun berikutnya, dan (d) memberikan penilaian (judgement) terhadap
sekolah.
2. Refleksi dan Focused Group Discussion
Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu
pemberdayaan dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau kegagalan
sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai standar bukan
hanya menjadi otoritas pengawas. Hasil monitoring yang dilakukan pengawas
hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Secara bersama-sama
pihak sekolah dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan
9
Rochiat, Perilaku Organisasi. (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. 2008.) Hal.115
10
Nanang, Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996).
Hal.102

11
menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama
ini mereka rasakan. Forum untuk ini dapat berbentuk  Focused Group
Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi
kelompok terfokus ini dapat dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan
kebutuhan. Tujuan dari FGD adalah untuk menyatukan
pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan)
sekolah, serta menentukan  langkah-langkah strategis maupun operasional
yang akan diambil untuk memajukan sekolah. Peran pengawas dalam hal ini
adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila diperlukan,
untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
3. Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu
pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep
MBS, dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah
sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realistis
yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta
pandangan seluruh stakeholder.
Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi
dalam  susunan kalimat “yang bagus”, tanpa dilandasi oleh filosofi dan penda-
laman terhadap potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi tersebut tidak
realistis, dan tidak memberikan inspirasi kepada warga sekolah untuk
mencapainya.
Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan
banyak stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering
menjadi kendala  dalam sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya sekolah
mengadakan pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh
masyarakat, orang murid dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya
didominasi oleh orang-orang tertentu yang percaya diri untuk berbicara dalam
forum. Selebihnya peserta hanya akan menjadi pendengar yang pasif.

12
Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala
sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak.
Langkah-langkahnya adalah seba- gai berikut:11
a. Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami
persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan
sekolah;
b. Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis
tanpa disertai nama/identitas
c. Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya
sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama.
d.  Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak
tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.
e. Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan
menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang
dimintai pendapatnya.
4. Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu  metode yang dapat
ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini
tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah,
wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan
workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat
diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau
organisasi sejenis lainnya.  Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil
inisiatif untuk mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP, peran
serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.

BAB III
PENUTUP

11
Gorton, R.A.. School Administration Challenge and Opportunity For Leadershi. Dubuque, Iowa:
Wm. C. Brown. (1976). Hal 26-27

13
A. Kesimpulan
Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif, yaitu pada yang
dibimbing dan diawasi harus dapat menimbulkan dorongan untuk bekerja. Di
dasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenar-benarnya (realistis, mudah
dilaksanakan). Kemudian supervisi harus sederhana dan informal
pelaksanaannya. Adapun teknik supervise pendidikan itu ada 2, teknik
individu dan teknik kelompok.
Teknik kelompok, Bila supervisor memperhitungkan bahwa masalah yang
dihadapi bawahannya adalah sejenis, maka penyelesaiannya dapat dilakukan
dengan teknik kelompok, seperti rapat kerja sekolah, lokakarya, penataran,
seminar, diskusi, dan sebagainya. Teknik individu, Bila masalah yang dihadapi
adalah masalah yang bersifat pribadi apalagi khusus atau “secret”, maka
teknik yang digunakan sebaiknya adalah teknik individual/perorangan, dengan
pertemuan “empat mata” dan dijamin kerahasiaannya, misalnya kasus evaluasi
guru/pegawai dengan DP3, kasus konflik guru dengan guru/pegawai/ murid
dan sebagainya.
Metode supervise pendidikan : Monitoring dan Evaluasi, Refleksi
dan Focused Group Discussion, metode Delphi, Workshop.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggungjawabkan. Kritik dari pembaca sangat diharapkan agar makalah
ini bisa diperbaiki menjadi lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rochiat, 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.


Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1996)
Gorton, R.A. (1976). School Administration Challenge and Opportunity For
Leadershi. Dubuque, Iowa: Wm. C. Brown.
Swearingen. 1961. Supervision of Instruction. London: Methuen & CO. Ltd.
Purwanto, M. Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Cet. Xix,
Bandung: Rosdakarya, 2009
Burhanuddin, Yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Gunawan, Ary H. 2002. Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan


Mikro). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suryosubroto, B. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Moch Wahid Ilham, Supervisi Pendidikan Dalam Perspektif Epistemologi Islam,


Jurnal Pedagogik, Vol. 04 No. 01, Januari-Juni 2017 ISSN : 2354-7960, E-
ISSN : 2528-5793
Abbas, IMPLEMENTASI TEKNIK SUPERVISI AKADEMIK DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN, Jurnal kependidikan :
Volume 12 No.1. Juni 2018, ISSN: 1978-0214

Sabandi, Ahmad. 2013. “Supervisi Pendidikan Untuk Pengembangan


Profesionalitas Guru Berkelanjutan.” Pedagogi, Jurnal Ilmiah Ilmu
PendidikanXIII(2):1–9.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi/article/view/4275.

Anda mungkin juga menyukai