Anda di halaman 1dari 42

SUPERVISI PENDIDIKAN

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Manajemen Pendidikan
yang dibimbing oleh Ibu Siti Rahma Yunus, S.Pd.,M.Pd

Oleh:
Huznul Amalia. S/1916042021
Reguler A

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
PRODI S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
MEI 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah yang berjudul
“Supervisi Pendidikan” ini bisa terselesaikan. Makalah ini merupakan tugas Mata
Kuliah Manajemen Pendidikan dengan Dosen Pengampu Ibu Siti Rahma Yunus, S.
Pd,.M.Pd. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu
persatu sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis
berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Makassar, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................... 3
C. Tujuan ..................................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
A. Hakikat Supervisi Pendidikan ............................................................................. 4
B. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan ........................................................ 5
C. Fungsi Supervisi Pendidikan................................................................................ 8
D. Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan .............................................................. 13
E. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan ............................................................... 14
F. Teknik, Strategi dan Keterampilan-Keterampilan Supervisi Pendidikan .... 18
G. Supervisor ........................................................................................................ 25
H. Supervisi Klinis ............................................................................................... 28
I. Program dan Evaluasi Supervisi Pendidikan ................................................... 33
BAB III............................................................................................................................. 37
PENUTUP ........................................................................................................................ 37
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 37
B. Saran .................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 39

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pengawasan terhadap sekolah pasti berbeda model dan
pendekatannya. Peran seorang pengawas pendidikan pun tentu berbeda
dengan pengawas pada perusahaan produksi. Supervisor harus mampu
mengkoordinasikan programs, goups, materials, and reports yang berkaitan
dengan sekolah dan para guru. Supervisor juga harus mampu berperan
sebagai konsultan dalam manajemen sekolah, pengembangan kurikulum,
teknologi pembelajaran, dan pengembangan staf. Ia harus melayani kepala
sekolah dan
guru, baik secara kelompok maupun individual. Ada kalanya supervisor
harus berperan sebagai pemimpin kelompok dalam pertemuan-pertemuan
yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum, pembelajaran atau
manajemen sekolah secara umum. Menghadapi tugas tersebut pengawas
juga tentu harus menguasai strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan
yang up to date. Bila pengetahuan pengawas sudah ketinggalan, apa lagi
hanya mengandalkan pengalaman tanpa didukung teori-teori, maka
pengawas tidak akan mandapatkan respek dari para guru yang dibinanya.
Terakhir, pengawas juga harus melakukan evaluasi terhadap pengelolaan
sekolah dan pembelajaran pada sekolah-sekolah
yang menjadi lingkup tugasnya.
Supervisi pendidikan sebagai suatu kegiatan yang tidak terpisahkan
dari kegiatan manajemen pendidikan perlu diupayakan secara simultan dan
ditingkatkan kualitas pelaksanaannya. Bukti yang menunjukan bahwa
supervisi menjadi bagian dari manajemen pendidikan nasional adalah
terdapatnya bab khusus mengenai pengawasan dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 yang diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah. Oleh karena supervisi pendidikan mempunyai
kedudukan strategis dan penting dalam manajemen pendidikan, maka sudah

1
menjadi keharusan pemerintah untuk berupaya secara terus menerus
menjadikan para pelaksana supervisi pendidikan sebagai tenaga yang
profesional. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan
profesionalisasi tenaga pengawas pendidikan, maka dikeluarkanlah sebuah
keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor:
118 tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah. Standar
kinerja dalam jabatan fungsional pengawas sekolah diarahkan pada
peningkatan kualitas pengawasan pendidikan di sekolah dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan.
Perubahan kebijakan yang berkiaitan dengan supervisi pendidikan
tersebut dalam pelaksanaanya tidak dapat menghindarkan diri dari berbagai
hambatan. Hambatan yang dihadapi terutama yang berkaitan dengan
kondisi nyata di lapangan bahwa pada umumnya masih terdapat
penyimpangan-penyimpangan dalam supervisi. Hal ini sejalan dengan apa
yang dikemukakan oleh Arikunto (1998:157) bahwa bentuk penyimpangan
tersebut antara lain: (1) supervisi dilakukan sebagai pekerjaan menginfeksi
atau mengadakan penilaian semata-mata, sehingga seringkali mereka itu
tidak disukai oleh personil-personil yang disupervisi, (2) kegiatan supervisi
dilakukan tanpa memberitahukan terlebih dahulu sehingga mereka yang
disupervisi merasa “kena jebak”, (3) tidak jarang terjadi supervisor tetap
“menjaga jarak” dengan guru-guru yang disupervisi sehingga jalinan
kekeluargaan menjadi tidak tampak, (4) prakarsa supervisi datang dari
supervisor, menentukan sasaran dan waktu sendiri untuk berkunjung, jarang
sekali datang dari yang disupervisi, (5) sasaran supervisi masih terlalu
umum sehingga hasilnya belum operasional, dan (6) supervisi dilakukan
tanpa memberikan umpan balik , kalaupun data umpan balik tersebut kurang
memadai.
Mengingat begitu pentingnya peranan guru dalam upaya
peningkatan mutu Pendidikan maka selayaknyalah bila kemampuan guru
ditingkatkan melalui program pembinaan secara terus agar para guru benar-
benar memiliki kamampuan yang sesuai tuntutan professional Salah satu

2
cara untuk melakukaan pembinaan profesionalitas
kinerja gurudalam bidang akademik perlu diadakan kegiatan pengawasan a
kademik di sekolah oleh pengawas akademik yang professional.
Dalam makalah ini dibahas mengenai Hakikat supervise Pendidikan,
Tujuan dan sasaran supervise Pendidikan, Fungsi supervise Pendidikan,
Ruang lingkup supervise Pendidikan, Prinsip-prinsip supervise Pendidikan,
Teknik, strategi, dan keterampilan supervise Pendidikan, Supervisor,
Superviser klinis, Program dan evaluasi supervise Pendidikan.

B. Rumusan masalah
1. Hakikat supervise Pendidikan
2. Tujuan dan sasaran supervise Pendidikan
3. Fungsi supervise Pendidikan
4. Ruang lingkup supervise Pendidikan
5. Prinsip-prinsip supervise Pendidikan
6. Teknik, strategi, dan keterampilan supervise Pendidikan
7. Supervisor
8. Superviser klinis
9. Program dan evaluasi supervise Pendidikan

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui Hakikat supervise Pendidikan
2. Dapat mengetahui Tujuan dan sasaran supervise Pendidikan
3. Dapat mengetahui Fungsi supervise Pendidikan
4. Dapat mengetahui Ruang lingkup supervise Pendidikan
5. Dapat mengetahui Prinsip-prinsip supervise Pendidikan
6. Dapat mengetahui Teknik, strategi, dan keterampilan supervise
Pendidikan
7. Dapat mengetahui Supervisor
8. Dapat mengetahui Superviser klinis
9. Dapat mengetahui Program dan evaluasi supervise Pendidikan

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Hakikat Supervisi Pendidikan
Secara etimologi, istilah supervisi diambil dari perkataan bahasa inggris
supervision artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan
supervisi disebut dengan supervisor. Secara morfologi supervisi terdiri dari dua
kata, yaitu super berarti atas atau lebih, visi artinya lihat, tilik awasi. Seorang
supervisor memiliki kedudukan diatas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari
orang yang disupervisinya. Secara semantik menurut Willes dalam Jasmani
supervisi adalah bantuan pengembangan situasi belajar mengajar agar lebih baik.
Menurut Depdiknas dalam Jasmani supervisi adalah pembinaan yang diberikan
kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan situasi belajar yang lebih baik.
Bantuan atau pembinaan yang dimaksudkan perlu diperjelas. Bantuan dapat
berupa material maupun moral yang diberikan secara terus-menerus dapat
mengakibatkan anak didik (yang disupervisi) tidak akan menjadi “dewasa” dalam
arti pedagogis yaitu sanggup berdiri sendiri. Oleh karena itu bantuan yang
dimaksudkan hendaklah sesuai dengan proses dan taraf perkembangan orang yang
disupervisi.
Menurut Adam dan Dickey telah merumuskan supervisi sebagai suatu
pelayanan khususnya menyangkut pengajaran dan perbaikannya-menyangkut
proses belajar dan mengajar, termasuk segala faktor di dalam situasi itu. Perumusan
supervisi ini sesungguhnya menyangkut hakikat dari supervisi pendidikan yaitu
memberikan pelayanan kepada orang yang disupervisi. Amatembun menyimpulkan
supervisi pendidikan adalah pembinaan kearah perbaikan situasi pendidikan.
Pembinaan yang dimaksud adalah berupa bimbingan atau tuntunan kearah
perbaikan situasi pendidikan (pengajarannya) pada umumnya peningkatan mutu
mengajar dan belajar pada khususnya.

4
Dalam pengertian itu supervisi pendidikan artinya pembinaan. Pembinaan
adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perencanaan,
penyusunan, pengembangan, pembangunan, pengarahan, penggunaan serta
pengendalian segala sesuatu secara berdaya guna dan berhasil guna. Pembinaan
yang dilakukan bertujuan agar situasi pendidikan menjadi lebih baik. Situasi
pendidikan memiliki cakupan yang sangat luas dapat dimaknai dengan segala hal
yang terkait dengan pendidikan, misalnya metode, motivasi, kultur dan lain-lain.
Jasmani menyebutkan supervisi pendidikan adalah segala bantuan dari
supervisor dan atau semua pimpinan kepala sekolah untuk memperbaiki
manajemen pengelolaan sekolah dan meningkatkan kinerja guru/staf dalam
menjalankan tugas, fungsi dan kewajibannya sehingga tujuan pendidikan dapat
tercapai dengan optimal. Caranya dengan memberikan bantuan, dorongan,
pembinaan, bimbingan, dan memberi kesempatan bagi pengelola sekolah dan para
guru untuk memperbaikki dan mengembangkan kinerja dan profesionalismenya.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami secara lebih komprehensif makna dan
hakikat supervisi pendidikan yakni usaha seseorang (supervisor) dalam
memberikan bantuan, layanan kepada orang lain (orang yang disupervisi) dalam
melaksanakan tugas, kinerja dan kewajibannya. Supervisi pendidikan ditujukan
untuk memberi bantuan dalam pengembangan situasi pembelajar yang lebih baik
sehingga rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi
keseluruhan situasi belajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an
environment). Situasi belajar inilah harusnya yang seharusnya diperbaiki dan
ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi.
B. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan
Tujuan pelaksanaan supervisi terkait dengan apa yang hendak dicapai dari kegiatan
supervisi. Tujuan dari supervisi pendidikan oleh Amatembun dibagi kedalam 2
bagian :

1. Tujuan Umum Supervisi Pendidikan

5
Supervisi pendidikan merupakan bagian dari integral dari seluruh kegiatan
pendidikan, tidak terlepas dari tujuan umum pendidikan dan tujuan pendidikan
nasional.

a. Tujuan Umum Pendidikan


Langeveld dalam Amatembun menyebutkan tujuan umum dari pendidikan
adalah “kedewasaan”. Kedewasaan oleh Langeveld diartikan dengan
“zelfverantwoordelijke zelfbepaling” yaitu apabila anak telah sanggup
mengambil keputusan sendiri atas tanggung jawab sendiri.
Dari pengertian ini maka tujuan umum dari supervisi pendidikan adalah
untuk membina orang-orang yang disupervisi menjadi dewasa yang sanggup
berdiri sendiri.

b. Tujuan Pendidikan Nasional


Tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional yakni,
untuk meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, dan mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-
manusia pembangunan yang bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Dalam undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional tujuan pendidikaan nasional adalah untuk berkembangnya peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreaktif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Berdasarkan tujuan itu maka supervisi pendidikan bertujuan untuk
membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia pembangunan,
dewasa dan berakhlak karimah.

c. Tujuan Tersendiri dari Supervisi Pendidikan


Selain tujuan umum di atas, supervisi pendidikan memiliki tujuan umum
tersendiri. Amatembun menjelaskan bahwa tujuan umum dari supervisi

6
pendidikan adalah perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada
umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.

2. Tujuan Khusus Supervisi Pendidikan


Amatembun dalam Jasmani menyebutkan tujuan khusus supervisi
pendidikan adalah sebagai berikut :

a. Membina kepala sekolah dan guru-guru memahami tujuan pendidikan yang


sebenarnya dan peranan madrasah dalam merealisasikan tujuan tersebut.
b. Memperbesar kesanggupan kepada sekolah dan guru-guru untuk
mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang lebih
efektif.
c. Membantu kepala sekolah dan guru untuk mengadakan diagnosis secara
kritis terhadap aktivitas-aktivitas dan kesulitan-kesulitan pembelajaran serta
menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
d. Meningkatkan kesadaran sekolah dan guru-guru serta warga sekolah
terhadap cara kerja yang demokratis dan komprehensif serta memperbesar
kesediaan untuk tolong menolong.
e. Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasi
untuk mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam profesinya.
f. Membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan pengembangan program
pendidikan dimadrasah kepada masyarakat. Melindungi orang-orang yang
disupervisi terhadap tuntunan yang tidak wajar dan kritik-kritik yang tidak
sehat dari masyarakat.
g. Membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam melaksanakan aktivitasnya
untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitasnya peserta didik.
h. Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan diantara guru.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diinterpretasi bahwa tujuan khusus dari


supervisi pendidikan adalah untuk membina orang-orang yang disupervisi dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Sasaran yang ingin dicapai dari
pelaksanaan supervisi pendidikan adalah guru dapat melaksanakan tanggung
jawabnya “belajar dan mengajar” dengan baik, kinerja baik dan profesional.

7
Secara lebih tegas dapat disimpulkan bahwa sasaran supervisi terbagi menjadi
tiga bagian :

a. Supervisi akademik, yang menitikberatkan pengamatan supervisor pada


masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang langsung berada dalam
lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses
mempelajari sesuatu.
b. Supervisi administrasi, yang menitikberatkan pengamatan supervisor pada
aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar
terlaksananya pembelajaran.
c. Supervisi lembaga, yang menebarkan atau menyebarkan objek pengamatan
supervisor pada aspek-aspek yang berada diseluruh sekolah. Jika supervisi
akademik dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran maka
supervisi lembaga dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah
atau kinerja sekolah secara keseluruhan.

C. Fungsi Supervisi Pendidikan


Seorang supervisor pendidikan perlu memahami dengan jelas tugas dan
tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya dalam usaha ke arah tercapainya
tujuan tersebut. Fungsi utama yang merupakan tugas-tugas pokok seorang
supervisor dibidang pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Penelitian
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan obyektif situasi pendidikan, maka
perlu diadakan penelitian. Proses suatu penelitian ilmiah meliputi :

a. Perumusan pokok (topik) masalah yang akan diselediki. Pada fase ini
supervisor merumuskan dan membatasi dengan tegas dan jelas tentang
apa yang diselidiki.
b. Pengumpulan data. Pada fase ini supervisor mengumpulkan sebanyak
mungkin data (keterangan-keterangan) mengenai masalah tersebut.
Data itu baik bersifat faktual (fakta-fakta konkrit) atau berupa opini

8
(pendapat atau tanggapan) orang-orang yang disupervisi. Pengumpulan
data dapat dilakukan secara langsung melalui obsevasi atau wawancara
atau tidak secara langsung melalui angket dan sebagainya.
c. Pengolahan data. Pada fase ini bahan atau data yang telah terkumpul
diolah dalam hal ini dilakukan :
1) Koreksi : Memeriksa data yang diperoleh, apakah data yang
diperoleh memenuhi syarat-syarat untuk diolah atau tidak.
2) Seleksi : Memilih data yang sesuai atau data yang tidak sesuai
dengan yang dibutuhkan.
3) Klasifikasi : Menggolongkan atau mengelompokkan data yang
sejenis, sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan menurut
jenis kelamin, umur, ijazah dan sebagainya.
4) Komparasi : Membandingkan atau mengelompokkan data.
5) Interpretasi : Menafsirkan hasil pengolahan itu.

Dalam proses pengolahan data diadakan perhitungan-perhitungan statistik,


seperti menghitung persenan (%), menyusun tabel-tabel dan sebagainya.

2. Penilaian
Dalam suatu penelitian, supervisor dapat menarik suatu kesimpulan
terhadap situasi atau masalah yang diselidiki. Kesimpulan itu berupa tanggapan
terhadap masalah atau situasi yang diselidiki.
Fungsi penilaian atau evaluasi dalam supervisi modren, lebih menitik
beratkan kepada aspek-aspek positif (kebaikan-kebaikan) dari aspek-aspek
negatif (kesalahan-kesalahan). Hal ini yang perlu dipahami oleh para supervisor
pendidikan sehingga tidak terus-menerus mencari kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh orang-orang yang disupervisi, akan tetapi menemukan dan
mengembangkan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai.

3. Perbaikan
Dari hasil-hasil penilaian (evaluasi) supervisor dapat mengetahui
bagaimana keadaan atau situasi pendidikan/pengajaran pada umumnya dan

9
situasi mengajar/belajar pada khususnya, serta segala fasilitas dan upaya yang
dipergunakan apakah baik atau buruk, memuaskan atau tidak, mengalami
kemajuan atau kemunduran, mengalami kemacetan dan sebagainya.
Dalam supervisi pendidikan modren, tugas utama seorang supervisor adalah
mengadakan perbaikan (improvement). Bahwasanya apa yang belum baik atau
belum memuaskan atau yang mengalami kemacetan atau kemunduran supaya
segera diperbaiki.

4. Peningkatan
Situasi yang sudah ada sudah baik atau belum, sudah memuaskan atau
mengalami kemajuan. Situasi yang demikian harus ditingkatkan atau
dikembangkan (fungsi “development”) agar apa yang sudah baik itu supaya
lebih baik lagi, apa yang sudah memuaskan itu supaya lebih memuaskan lagi,
apa yang telah mengalami kemajuan supaya lebih maju lagi. Inilah fungsi
supervisor pendidikan sebagai “developer”.
Fungsi-fungsi itu harus teritegrasi dalam tugas “pembinaan” sebagai tugas
inti sepervisor pendidikan. Dalam supervisinya pembinaan yang diberikan
supervisor berupa bimbingan (guidence) atau tuntunan (tut wuri handayani)
kearah pembinaan dari orang-orang yang disupervisi.
Inilah fungsi keempat supervisi pendidikan sebagai “developer”. Dalam
perwujudan fungsi inti supervisi ini tidak terlepas pula dari fungsi pembinaan
dari supervisor sendiri, bahkan hal ini merupakan “conditio sie qua non” (syarat
mutlak) yang harus dipenuhi supervisor untuk membina orang-orang lain.
Secara pedagogis dikatakan bahwa proses pembinaan diri ini bukan hanya dari
luar tetapi terutama pembinaan dari dalam diri sendiri (selbstblibung). Jadi
fungsi inti yang merupakan fungsi sentral seorang supervisor dibidang
kependidikan, yaitu sebagai (educator)
Fungsi-fungsi utama supervisi pendidikan ini tidak dapat dipisah-pisahkan
merupakan suatu kesatuan dalam kegiatan supervisi dibidang kependidikan
yang harus dilaksanakan para supervisor secara simultan (serentak), konsisten
(mantap), dan kontinu (berkesinambungan).

10
Menurut Ngalim Purwanto fungsi supervisi terbagi menjadi beberapa
bagian sebagai berikiut :
a. Dalam bidang pendidikan

1) Menyusun rencana dan policy bersama.


2) Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok (guru-guru, pegawai)
dalam berbagai kegiatan.
3) Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan
memecahkan persoalan-persoalan.
4) Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok, atau memupuk
moral yang tinggi kepada anggota kelompok.
5) Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan putusan-putusan.
6) Membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab
kepada anggota kelompok, sesuai dengan fungsi-fungsi dan kecakapan
masing-masing.
7) Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.

b. Dalam hubungan kemanusian

1) Memanfaatkan kekeliruan atau pun kesalahan-kesalahan yang di alami


untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya, bagi diri sendiri
maupun anggota kelompoknya.
2) Membantu mengatasi kekurangan atau pun kesulitan yang dihadapi
anggota kelompok.
3) Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokratis.
4) Memupuk rasa saling menghormati diantara sesama anggota kelompok
dan sesama manusia.
5) Menghilangkan rasa curiga-mencurigai antara anggota kelompok.

c. Dalam pembinaan proses kelompok

1) Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan


maupun kemampuan masing-masing.

11
2) Menimbulkan dan memelihara sikap percaya-mempercayai antara
sesama anggota maupun antara anggota dan pemimpin.
3) Memupuk sikap dan kesediaan tolong-menolong.
4) Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok.
5) Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertentangan atau
perselisihan pendapat di antara anggota kelompok.
6) Mengusai teknik-teknik memimpin rapat dan pertemuan-pertemuan
lainnya.

d. Dalam bidang administrasi personel

1) Memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang


diperlukan untuk suatu pekerjaan.
2) Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang sesuai dengan
kecakapan dan kemampuan masing-masing.
3) Mengusahakan sususanan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan
daya kerja serta hasil maksimal.

e. Dalam bidang evaluasi

1) Mengusai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan


terinci.
2) Mengusai dan memiliki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan
digunakan sebagai kriteria penilaian.
3) Mengusai teknik-teknik pengumpulan data untuk memperoleh data
yang lengkap, benar, dan dapat diolah menurut norma-norma yang ada.
4) Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga
mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk
mengadakan perbaikan-perbaikan.

12
D. Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan
Ruang lingkup supervisi pendidikan merupakan seluruh aspek kemampuan
yang ada kaitannya dengan penyelenggaraan suatu sekolah. Bafadhal dalam
Mukhtar dan Iskandar mengatakan pada hakikatnya ruang lingkup supervisi suatu
sekolah meliputi :

1. Supervisi dibidang kurikulum.


2. Supervisi dibidang kesiswaan.
3. Supervisi dibidang kepegawaian.
4. Supervisi dibidang sarana dan prasarana.
5. Supervisi dibidang keuangan.
6. Supervisi dibidang humas.
7. Supervisi dibidang ketatausahaan.

Ruang lingkup supervisi pendidikan secara umum meliputi supervisi akademik


yang berhubungan dengan aspek pelaksanaan proses pembelajaran, supervisi
akademik dilakukan dengan pendekatan supervisi klinis, dan supervisi manajerial
yang berhubungan dengan aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang
mengacu pada 8 (delapan) standar nasional pendidikan meliputi :

1. Standar isi.
2. Standar proses.
3. Standar kompetensi lulusan.
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Standar sarana dan prasarana.
6. Standar pengelolaan.
7. Standar pembiayaan.
8. Standar penilaian pendidikan.

13
E. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Sebagai seorang supervisor yang baik harus memahami prinsip-prinsip atau
asas-asas supervisi pendidikan untuk dapat dipergunakan sebagai landasan dalam
menunaikan tugas supervisi.
Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa supervisi dilakukan agar supervisi
dapat memenuhi prinsip-prinsip supervisi secara umum sebagai berikut :
1. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada
guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi
kesulitan, dan bukan mencari-cari masalah.
2. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung.
3. Apabila pengawas atau kepala sekolah merencanakan akan memberikan
saran atau umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegara mungkin agar
tidak lupa.
4. Kegiatan supervisi sebaikannya dilakukan secara berkala.
5. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya
mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang
disupervisi.
6. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang
atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi hal-
hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan.

Amatembun membagi prinsip supervisi menjadi 2 bagian :

1. Prinsip Fundamental

Supervisi pendidikan sebagai bagian yang integral dari seluruh kegiatan


pendidikan tidak terlepas dari dasar-dasar pendidikan nasional Indonesia yaitu :
Pancasila, pandangan hidup dan dasar Negara Republik Indonesia. Majelis
Permusyawaratan Rakayat (MPR) Republik Indonesia dalam ketetapannya No. IV
Tahun 1978 menegaskan “Pendidikan Nasional Berdasarkan Pancasila“.
Dengan demikian Pancasila merupakan dasar atau prinsip yang
Fundamental bagi setiap supervisor pendidikan Indonesia. Seorang supervisor

14
pendidikan Indonesia harus Pancasilais sejati yang harus menghayati dan
mengamalkan sila-sila Pancasila.
a. Harus ber-Ketuhanan Yang Maha Esa

1) Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
atau kepercayaan yang dianutnya.
2) Bersikap menghormati dan bekerja sama dengan orang-orang yang
disupervisi yang menganut agama atau kepercayaan yang lain.
3) Rukun hidup beragama dengan orang-orang yang disupervisi.
4) Bersifat menghormati dan kebebasan orang-orang yang disupervisi
menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan masing-masing.
5) Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada orang-orang
yang disupervisi.

b. Harus ber-Kemanusian yang adil dan beradab

1) Mengikuti dan memperlakukan orang-orang yang disupervisi sesuai dengan


harkat dan martabatnya.
2) Tidak membeda-bedakan suku, keturunan, jenis kelamin, agama suatu
kepercayaan orang-orang yang disupervisi.
3) Bersikap mencintai tenggang rasa dan tepa selira terhadap orang-orang yang
disupervisi.
4) Tidak bersikap dan semena-mena terhadap orang-orang yang disupervisi.
5) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian.
6) Gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusian.
7) Berani membela kebenaran dan keadilan.
8) Bersifat hormat-menghormati dan bekerja sama dengan orang-orang yang
disupervisi.

c. Harus mempunyai rasa Persatuan Indonesia yang mendalam.

1) Menempatkan persatuan dan kesatuan serta kepentingan Bangsa dan Negara


diatas kepentingan pribadi atau golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban bagi kepentingan Bangsa dan Negara.

15
3) Bangga akan Bahasa dan Tanah Air Indonesia.
4) Memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia.

d. Harus ber-Kerakyatan yang menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat.

1) Memperhatikan dan mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.


2) Tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada orang-orang yang
disupervisi.
3) Mengadakan musyawarah sebelum mengambil keputusan yang
menyangkut kepentingan bersama.
4) Mengambil keputusan atas dasar musyawarah.
5) Mengembangkan semangat kekeluargaan dalam musyawarah untuk
mencapai mufakat.
6) Menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah.
7) Mempercayakan wakil-wakil dalam melaksanakan musyawarah.

e. Harus ber-Keadilan sosial

1) Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana


kegotong royongan.
2) Bersikap adil terhadap orang-orang yang disupervisi.
3) Memelihara keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak-hak orang yang disupervisi.
5) Bersikap rela menolong orang-orang yang disupervisi yang memerlukan
bantuan.
6) Tidak bersifat memeras terhadap orang-orang yang disupervisi.
7) Tidak memboros dan bergaya hidup mewah.
8) Bersikap bekerja keras.
9) Bersikap menghargai hasil karya orang-orang yang disupervisi.

Berdasarkan prinsip-prinsip supervisi yang fundamental para Supervisor


Pendidikan Indonesia harus merasa mampu mengendalikan diri dan kepentingan
sendiri dalam rangka pembinaan diri sendiri dapat menunaikan fungsinya sebagai
supervisor dengan sebaik-baiknya.

16
2. Prinsip-prinsip Praktis
Dalam melaksanakan kegiatan supervisi, seorang supervisor sewajarnya
berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar atau prinsip yang paling
fundamental yang harus menjiwai seluruh kegiatan supervisi. Disamping itu
sebagai pedoman praktis dalam melaksanakan supervisi sehari-hari. Amatembun
menyebutkan prinsip praktis dalam supervisi terbagi menjadi dua bagian yakni
prinsip-prinsip negatif dan prinsip-prinsip positif.

a. Prinsip-prinsip Negatif

1. Supervisi tidak boleh bersifat mendesak (otoriter). Supervisor tidak boleh


memaksakan kemauannya kepada bawahannya. Jika hendak memberikan
intruksi hendaklah terlebih dahulu dijelaskan argumentasi (alasan-alasan)
yang mendasari tindakan-tindakan yang akan diambil.
2. Supervisi tidak didasarkan atas kekuasaan pangkat (kedudukan) atau
kekuasaan pribadi.
3. Supervisi tidak boleh dilepaskan dari tujuan pendidikan dan pengajaran.
4. Supervisi hendaklah tidak hanya mengenai hal-hal yang langsung lihat.
5. Supervisi janganlah terlalu banyak mengenai detail cara-cara mengajar atau
detail bahan-bahan pelajaran.
6. Supervisi bukanlah mencari kelemahan-kelemahan, kekurangan-
kekurangan atau kesalahan-kesalahan dan janganlah pernah kecewa.
7. Supervisi janganlah terlalu cepat mengharapkan hasil.

b. Prinsip-prinsip Positif

1. Supervisi harus konstruktif dan kreatif.


2. Supervisi hendaklah lebih berdasarkan sumber-sumber kolektif dari
kelompok dari pada usaha-usaha kolektif dari kelompok dari pada usaha-
usaha supervisor sendiri
3. Supervisi hendaklah lebih didasarkan kepada hubungan profesional dari
pada atas hubungan pribadi.

17
4. Supervisi hendaklah dapat mengembangkan kesanggupan para guru dan
karyawan pendidikan dalam segi-segi kekuatannya.
5. Supervisi hendaklah memperhatikan kesejahteraan guru-guru, para
karyawan pendidikan dan hubungan baik diantara mereka.
6. Supervisi hendaklah progresif, dilaksanakan bertahap tapi dengan
ketekunan.
7. Supervisi hendaklah dimulai dengan keadaan dan kenyataan yang
sebenarnya.
8. Supervisi hendaklah selalu memperhitungkan kesanggupan dan sikap-
sikap orang yang akan disupervisi bahkan juga prasangka-prasangka
mereka.
9. Supervisi hendaklah sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.
10. Supervisi hendaklah obyektif dan sanggup mengevaluasi diri sendiri

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa prinsip-prinsip praktis


dalam pelaksanaan kedudukan/jabatan, prasangka, situasi/keadaan, cara, motivasi
dan lain-lain. Dengan demikian seorang supervisor berdasarkan prinsip
fundamental atau praktis melakukan kegiatan supervisi pendidikan tidak
sembarangan bahkan berorientasi kepada tujuan pendidikan dan pengajaran.

F. Teknik, Strategi dan Keterampilan-Keterampilan Supervisi


Pendidikan
Supervisi atau pengawasan yang baik perlu menggunakan cara-cara yang baik.
Cara dalam konteks supervisi dikenal dengan istilah metode. Metode dalam
supervisi adalah suatu cara yang ditempuh oleh seorang supervisor pendidikan guna
merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik oleh sistem perorangan maupun
kelembagaan pendidikan itu sendiri. Sedangkan teknik adalah langkah-langkah
konkrit yang dilakukan oleh seorang supervisor. Teknik yang dilaksanakan dalam
supervisi dapat ditempuh melalui berbagai cara, yakni pada prinsip supervisi
berusaha merumuskan harapan-harapan menjadi sebuah kenyataan.
Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh supervisor untuk
mencapai tujuan tertentu baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah

18
manajerial dengan sasaran kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan
serta masalah-masalah lain yang berhubungan dengan serta berorientasi pada
peningkatan mutu pendidikan dan masalah akademik dengan sasaran para guru
kelas dan mata pelajaran untuk memperbaiki proses pembelajaran dikelas,
dilaboratorium dan di alam bebas serta memperbaiki pencapaian hasil belajar
peserta didik.
Dengan demikian supervisi yang baik perlu menggunakan metode dan teknik
yang dapat memudahkan seorang supervisor dalam melaksanakan tugasnya dan
tujuan apa yang hendak disupervisi tercapai dengan baik. Metode dalam supervisi
terbagi menjadi dua, yakni metode langsung (direct method) dan metode tak
langsung.

1. Metode Langsung (direct method)


Metode langsung dalam supervisi pendidikan merupakan cara pendekatan
langsung terhadap sasaran supervisi. Metode ini merupakan suatu cara yang
dilakukan oleh supervisor yang secara pribadi dan langsung berhadapan dengan
orang yang disupervisi, baik secara perorangan maupun secara kelompok. Contoh
nya observasi kelas, pertemuan individual, rapat guru dan sebagainya.

2. Metode Tidak Langsung


Metode ini dilakukan oleh seorang supervisor secara tidak langsung akan
tetapi melalui media (alat) komunikasi. Supervisor tidak secara langsung
menghadapi atau berhadapan dengan orang-orang yang disupervisi tetapi
menggunakan berbagai alat atau media komunikasi. Umiarso dan Imam Gojali
membagi pendekatan dalam supervisi menjadi tiga bagian. Pertama, pendekatan
direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung.
Supervisor memberikan arahan langsung, yakni menjelaskan, memberi contoh,
menetapkan tolak ukur, dan menguatkan. Kedua, pendekatan tidak langsung
(nondirektif) yakni cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak
langsung. Supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan tetapi, ia
terlibat terlebih dahulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh
guru-guru. Prilaku supervisor adalah mendengarkan, memberanikan, menjelaskan,

19
menyajikan, dan memecahkan masalah. Ketiga, pendekatan kolaborasi adalah cara
pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non direktif menjadi
pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru-guru bersama-
sama dan bersepakat untuk menetapkan struktur, proses, dan kriteria dalam
melaksanakan proses percakapan masalah yang dihadapi guru. Prilaku supervisor
adalah menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan
negosiasi.

Teknik-teknik dalam supervisi secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu
teknik perseorangan dan teknik kelompok.

1) Teknik Perseorangan

Menurut Amatembun teknik perseorangan dalam supervisi pendidikan


digunakan bila orang yang disupervisi dihadapi secara tersendiri (individual)
biasanya dilakukan terhadap individu yang mengalami masalah khusus atau bersifat
pribadi. Menurut Ngalim Purwanto teknik perseorangan adalah supervisi yang
dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain
sebagai berikut :

a. Mengadakan kunjungan kelas (clasroom visition).


b. Mengadakan kunjungan observasi (observasi visit).
c. Membinmbing guru tentang cara-cara mempelajari siswa dan mengatasi
problema yang dihadapi siswa.
d. Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sekolah :
➢ Menyusun program-program semester.
➢ Menyusun atau membuat program satuan pelajaran.
➢ Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas.
➢ Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran.
➢ Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar.
➢ Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang
ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya.

20
2) Teknik Kelompok

Teknik kelompok dalam supervisi pendidikan adalah cara pelaksanaan


supervisi terhadap sekelompok orang yang disupervisi. Orang-orang yang diduga
mempunyai masalah yang sama dapat dihadapi secara bersama-sama dalam situasi
supervisi oleh supervisor. Misalnya dalam rapat guru, lokakarya, sebagainya.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan supervisor dalam melaksanakan teknik ini
adalah:

➢ Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings).


➢ Mengadakan diskusi kelompok (group discussions).
➢ Mengadakan penataran-penataran (inservice-training).

Selain metode dan teknik diatas seorang supervisor dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya secara baik (efektif dan efisien), seorang supervisor pendidikan perlu
memiliki “skill” (keterampilan-keterampilan) tertentu sekurang-kurangnya
supervisor perlu memiliki keterampilan dalam kepemimpinan, proses kelompok,
hubungan insani, administrasi personil dan evaluasi pendidikan.

1. Keterampilan dalam kepemimpinan

Kepemimpinan (leadhership) menyangkut dua aspek bipolar yaitu


pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan yang baik bila terjalin suatu interaksi
yang harmonis anatara kedua unsur itu. Dalam proses kepemimpinan ini seorang
supervisor sebagai pemimpin pendidikan, mungkin menempuh cara-cara sebagai
berikut :

1) “working on” bekerja diatas. Yaitu supervisor yang menganggap fungsinya


sebagai penguasa yang mengusai (mendominir), memerintah, mengarahkan
bawahannya. Supervisor memperlihatkan power over (kekuasaan atas)
orang-orang yang disupervisinya.
2) “working for” bekerja bagi. Yaitu supervisor yang menganggap bahwa
fungsinya ialah sebagai pembantu bagi orang-orang yang disupervisinya
untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari orang-orang yang disupervisinya.

21
Supervisor yang demikian mempunyai daya kerja keras bagi kepentingan
orang-orang yang disupervisinya, yang disupervisi merasa keenakan karena
segala sesuatu telah dipersiapkan dan dikerjakan sendiri oleh supervisornya.
3) “working within” bekerja bersama dengan orang-orang yang disupervisi.
Supervisor yang demikian menganggap bahwa fungsinya adalah membina
orang-orang yang disupervisi untuk menentukan dan melaksanakan tujuan
bersama yang telah ditetapkan.

Dari penjelasan diatas bahwa keterampilan dalam kepemimpinan, seorang


supervisor pendidikan menempatkan posisinya sebagai atasan yang siap untuk
mengarahkan, memerintahkan atau menginstruksikan bawahannya dengan aturan-
aturan yang telah dibuat. Supervisor juga menempatkan posisinya sebagai
pembantu bagi orang-orang yang disupervisinya dalam mewujudkan tujuan yang
ingin dicapai. Disamping itu supervisor pendidikan juga menempatkan posisinya
sebagai mitra yang siap bekerja bersama-sama dengan orang yang disupervisi
dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Keterampilan dalam proses kelompok

Pemimpin dan yang dipimpin merupakan satu kesatuan yang saling


bergantungan (interdepensi). Adanya pemimpin karena ada sekelompok orang-
orang yang dipimpinnya. Seorang supervisor sebagai pemimpin pendidikan harus
dapat menciptakan situasi dimana dia dan orang-orang yang disupervisi dapat
bekerja secara bergotomg royong (kooperatif). Dalam hal ini supervisor yang baik
di alam proses kelompok setidaknya mencakup beberapa hal sebagai berikut :

➢ Membangkitkan semangat kerja sama dalam kelompok.


➢ Merumuskan bersama tujuan yang akan dicapai.
➢ Merencanakan bersama.
➢ Mengambil keputusan bersama.
➢ Menciptakan tanggung jawab bersama.
➢ Menilai dan merevisi bersama rencana kearah terwujudnya tujuan yang
telah ditetapkan bersama dan sebagainya

22
Disamping itu supervisor juga perlu melibatkan orang-orang yang
berkepentingan dalam pendidikan. Dalam hal ini supervisor perlu membekali
dirinya dengan berbagai teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan untuk
melaksanakan supervisinya.

3. Keterampilan dalam hubungan insani

Keterampilan dalam hubungan manusia (human relations) merupakan


keterampilan penting bagi supervisor, sebab dalam melaksanakan fungsi dan
tugasnya seorang supervisor berhubungan secara langsung atau tidak langsung,
baik hubungan vertikal atau horizontal, baik sepihak maupun timbal balik dengan
orang-orang yang disupervisi. Hubungan insani dapat dibedakan menjadi :

a. Hubungan pribadi

Pribadi dalam hal ini menjadi perhatian utama. Berkat terjalinnya hubungan
yang baik antar pribadi seseorang dapat membuka hati dan bersahabat sehingga
dapat saling menerima.

b. Hubungan fungsiona

Hubungan ini berkaitan dengan dan tugas yang dilaksanakan oleh


seseorang. Hubungan ini juga disebut dengan hubungan profesional yaitu hubungan
dalam menunaikan profesinya (jabatan) yang diemban oleh seseorang.

c. Hubungan instrumental

Hubungan ini didasarkan pada “memperalat” bawahan. Bahwa orang-orang


yang disupervisi kadang-kadang dianggap hanya sebagai alat untuk memenuhi
keinginan supervisor.

d. Hubungan konvensional

Hubungan ini diidasarkan atas kebiasaan atau konvensi yang berlaku.


Hubungan ini disebut juga dengan hubungan tradisional yaitu berdasarkan tradisi
atau adat kebiasaan yang berlaku, misalnya bawahan wajar memberi hormat kepada
atasan. Penghargaan terhadap pribadi dalam hubungan ini menjadi perhatian

23
penting. Penghargaan terhadap pribadi yang disupervisi oleh supervisor tampak
pada :

1) Memperhatikan mereka dan masalah-masalahnya.


2) Bersedia melayani kepentingan mereka.
3) Memberikan perhatian terhadap gagasan dan saran-saran mereka.
4) Mendorong kegiatan-kegiatan sosial guna terjalin relasi-relasi yang akrab
diantara mereka.
5) Menciptakan kondisi-kondisi kerja yang menarik dan memuaskan.
6) Mengadakan pertemuan-pertemuan yang memungkinkan mereka bertukar
pendapat dan sebagainya.

4. Keterampilan dalam administrasi personil

Keterampilan ini berkaitan dengan keahlian seorang supervisor dalam


menempatkan seseorang pada posisi yang tepat (in the right man in the right place).
Supervisor perlu memiliki keterampilan dalam bidang administrasi personil.
Administrasi personil (personil administrasion) pembinaan dan pemanfaatan secara
maksimal potensi-potensi orang-orang dalam staf. Orang-orang yang terlibat dalam
administrasi personil adalah kepala sekolah, guru-guru atau staf pengajar baik tetap
maupun tidak tetap, staf bukan pengajar (tenaga administratif) seperti para
karyawan tata usaha sekolah, penjaga sekolah dan murid-murid.

5. Keterampilan dalam evaluas

Seorang supervisor perlu memiliki keterampilan dalam menggunakan


prosedur dan teknik-teknik evaluasi pendidikan. Evaluasi mengandung
keterampilan dalam :

➢ Merumuskan tujuan kriteria-kriteria guna mempertimbangkan berbagai


perubahan.
➢ Mengumpulkan fakta-fakta perubahan.
➢ Menetapkan kriteria-kriteria dalam menyusun pertimbangan-pertimbangan
mengenai perubhan secara wajar.
➢ Merevisi rencana-rencana yang telah disusun.

24
➢ Supervisor hendaklah membina orang-orang yang disupervisinya untuk :
➢ Menilai aktivitas-aktivitas mereka.
➢ Mengambil keputusan-keputusan guna memperbaiki proses-proses
kelompok.

G. Supervisor
Siapakah yang berhak menjadi supervisor/pengawas dalam pendidikan?
Siapakah sebenarnya supervisor/pengawas pendidikan itu? Jawaban dari dua
pertanyaan itu dapat memberi gambaran jelas tentang siapa sebenarnya
“supervisor”. Untuk lebih tepat dan dalam pengetahuan tentang
supervisor/pengawas, pemerintah telah mengeluarkan aturan sebagai landasan
yuridis bagi pengawas sekolah. Di dalam SK Menpan Nomor
91/KEP/M.PAN/10/2001 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan
Angka Kreditnya adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan pra sekolah, sekolah dasar dan
sekolah menengah.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 097/U/2002
tentang Pedoman Pengawasan Pendidikan, Pembinaan Pemuda dan Pembina
Olahraga Pasal 1 Ayat 4 berbunyi : pengawas adalah salah satu fungsi manajemen
untuk menjaga agar kegiatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi dalam
rangka mencapai tujuan dapat berjalan dengan efektif dan efisien sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya Pasal 12 berbunyi Pengawasan teknis adalah kegiatan pengawasan
yang dilakukan oleh pengawas sekolah, penilik pada pendidikan luar sekolah,
pembinaan pemuda, dan pembinaan olahraga untuk memantau, menilai, dan
memberi bimbingan terhadap penyelenggaraan pendidikan, pembinaan pemuda dan
pembinaan olahraga.
Berdasarkan peraturan tersebut yang dimaksud dengan pengawas/supervisor
adalah pejabat yang berwenang melakukan pengawasan pada satuan pendidikan

25
melalui usaha memantau, menilai, memberi bimbingan, dan pembinaan secara
efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas.
Supervisi merupakan kegiatan yang kompleks, oleh karena itu harus dilakukan
oleh orang-orang profesional atau ahli. Didalam pengertian tersebut tergambar
bahwa seorang supervisor harus orang yang memiliki jabatan resmi yang memiliki
kewenangan dalam pengawasan. Pengawasan dalam arti ini berarti orang yang
diangkat oleh pemerintah untuk mengawasi satuan pendidikan atau lembaga
pendidikan. Supervisor/pengawas dalam hal ini berarti orang yang berada atau
bertugas diluar satuan pendidikan yang mengawasi terhadap pelaksanaan proses
belajar-mengajar disekolah. Pengawas ini melakukan fungsi dan tugasnya kepada
orang-orang yang disupervisi mencakup kepala sekolah dan guru-guru disekolah.
Supervisor yang bertugas mengawasi tugas kepala sekolah disebut penilik.
Penilik memiliki jabatan yang lebih tinggi dari pada kepala sekolah. Sebagai penilik
ia melaksanakan fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan yang bukan
hanya sekedar mengontrol apakah segala kegiatan telah dilaksanakan dengan
rencana atau program yang telah digariskan, tetapi lebih dari pada itu meneliti
penentu kondisi untuk terciptanya situasi belajar-mengajar yangdan usaha
memenuhi syarat-syarat yang sesuai dengan kebutuhan.
Sementara didalam satuan pendidikan, kepala sekolah dalam arti formal adalah
pejabat yang diangkat pemerintah dan diberikan wewenang untuk memimpin
sekolah dalam mencapai tujuannya, dapat bertugas menjadi supervisor pada satuan
pendidikan tersebut. Hal ini dapat dipahami bahwa salah satu kompetensi supervisi
artinya kepala sekolah menjadi supervisor bagi guru-guru pada satuan pendidikan
yang dipimpinnya.
Lebih tegas Oteng Sutisna seperti yang dikutip Dadang Suhardan mengatakan
supervisor adalah orang yang melakukan kegiatan supervisi ia mungkin seorang
pengawas umum pendidikan atau kepala sekolah yang karena perannya sebagai
pemimpin memiliki tanggung jawab tentang mutu program pengajaran di
sekolahnya, atau seorang petugas khusus yang diangkat untuk memimpin perbaikan
suatu bidang pengajaran tertentu misalnya pendidikan jasmani, seni rupa, musik,
keterampilan-keterampilan dan sebagainya.

26
Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya supervisor yang baik perlu memiliki
ciri-ciri pribadi sebagai guru yang baik, memiliki kecerdasan yang tinggi,
pandangan yang luas mengenai proses pendidikan dalam masyarakat, kepribadian
yang menyenangkan dan kecakapan melaksanakan human relation (hubungan
manusia) yang baik. Lebih tegas Ngalim Purwanto mengatakan seorang supervisor
yang baik perlu memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai berikut :
1. Berpengetahuan luas tentang seluk-beluk semua pekerjaan yang berada
dibawah pengawasannya.
2. Menguasai/memahami benar-benar rencana dan program yang telah
digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.
3. Berwibawa, dan memiliki kecakapa praktis tentang teknis-teknis
kepengawasan, dan terutama human relation.
4. Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah, dan rendah hati.
5. Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang
telah digariskan/disusun.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa seorang supervisor kualifikasi


tertentu agar pelaksanaan supervisi yang dilakukan terlaksana dengan baik.
Daryanto menyebutkan syarat-syarat supervisi yang baik dilihat dari sisi
kepribadiannya adalah sebagai berikut :

1. Ia harus mempunyai prikemanusian dan solidaritas yang tinggi, dapat


menilai orang lain secara teliti dari segi kemanusiaannya, serta dapat
bergaul dengan baik.
2. Ia harus dapat memelihara dan menghargai dengan sungguh-sunguh, semua
kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang yang berhubungan
dengannya.
3. Ia harus berjiwa optimis yang berusaha mencari yang baik, mengharapkan
yang baik, dan melihat segi-segi yang baik.
4. Hendaknya bersifat adil dan jujur, sehingga tidak dapat dipengaruhi oleh
penyimpangan manusia.

27
5. Hendaknya ia cukup tegas dan obyektif (tidak memihak) sehingga guru-
guru yang lemah dalam nya tidak “hilang dalam bayangan” orang-orang
yang kuat pribadinya.
6. Ia harus berjiwa terbuka dan luas, sehingga lekas dan mudah dapat
memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi yang baik.
7. Jiwanya yang terbuka tidak boleh menimbulkan prasangka terhadap
seseorang selama-lamanya hanya karena satu kesalahan saja.
8. Ia hendaknya sedemikian jujur, terbuka dan penuh tanggung jawab.
9. Ia harus cukup taktik sehingga kritiknya tidak menyingung perasaan orang
lain.
10. Sikapnya yang bersimpati terhadap guru-gurunya tidak akan menimbulkan
depresi dan putus asa pada anggotanya.
11. Sikapnya harus ramah, terbuka dan mudah dihubungi sehingga guru-guru
dan siapa saja yang memerlukannya tidak akan ragu-ragu untuk
menemuinya.
12. Ia harus dapat bekerja dengan tekun dan rajin serta teliti, sehingga
merupakan contoh bagi anggota stafnya.
13. Personel Appreance terpelihara dengan baik, sehingga dapat menimbulkan
respect dari orang-orang lain.
14. Terhadap murid-murid ia harus memiliki perasaan cinta sedemikian rupa,
sehingga ia secara wajar dan serius mempunyai perhatian terhadap mereka.

H. Supervisi Klinis
Istilah “Klinis” erat kaitannya dengan cara pengobatan yang dilakukan oleh
seorang dokter kepada para pasiennya. Pemberian obat oleh dokter setelah dokter
melakukan pengamatan secara langsung terhadap pasien. Dalam istilah supervisi.
Klinis berkaitan langsung dengan pengajaran. Istilah klinis dalam pengajaran
karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada lebih mencari sebab-
sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses belajar-mengajar.

28
Ngalim Purwanto menyebutkan dalam supervisi klinis cara “memberikan obat”
setelah supervisor melakukan pengamatan langsung terhadap cara guru mengajar,
dengan mengadakan diskusi balikan antara supervisor dengan guru yang
bersangkutan. Diskusi balikan adalah diskusi yang dilakukan segera setelah guru
selesai mengajar dan bertujuan untuk memperoleh balikan tentang kebaikan
ataupun kelemahan yang terdapat selama guru mengajar serta bagaimana usaha
untuk memperbaikinya.
Cogan dalam Saiful Sagala mengatakan supervisi Klinis adalah upaya yang
dirancang secara rasional dan praktis untuk memperbaiki performansi guru dikelas,
dengan tujuan untuk mengembangkan profesionalisme guru dan perbaikan
pengajaran. Dengan demikian supervisi klinis adalah supervisi yang dilakukan
supervisor untuk membantu para guru dalam melaksanakan proses belajar-
mengajar, perbaikan pengajaran dengan hubungan yang intens, berlanjut dan
matang antara supervisor dan guru searah dengan perbaikan praktek profesional
guru yang dapat menjamin kualitas pelayanan belajar secara berkelanjutan dan
konsisten.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah
supervisi yang dilakukan supervisor untuk membantu para guru dalam
melaksanakan tugas profesionalnya. Tugas itu berkaitan langsung dengan proses
belajar-mengajar, disamping itu pelaksanaan supervisi telah dirancang secara
rasional dan praktis untuk memperbaiki performa guru di dalam kelas. Supervisor
klinis mengadakan hubungan secara intens, berlanjut dan matang demi perbaikan
praktek profesional guru dengan tujuan menjamin kualitas pelayanan belajar atau
perbaikan proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru.
Mukhtar dan Iskandar menyebutkan bahwa istilah klinis merujuk kepada unsur-
unsur khusus sebagai berikut :

➢ Adanya hubungan tatap muka antara supervisor dan guru didalam proses
supervisi.
➢ Fokus pada tingkah laku yang sebenar dari guru didalam kelas.
➢ Observasi secara cermat.
➢ Pendeskripsian data observasi secara terperinci.

29
➢ Supervisor dan guru secara bersama-sama menilai penampilan guru.
➢ Fokus observasi sesuai dengan kebutuhan dan penampilan guru.

Jadi fokus supervisi klinis adalah penampilan guru secara nyata di kelas,
termasuk pula guru sebagai peserta atau partisipasi aktif dalam proses supervisi
tersebut.

a. Tujuan Umum Supervisi Klinis

Supervisi klinis bertujuan untuk membantu guru dalam memenuhi


kebutuhannya yang berhubungan dengan tugasnya. Tujuan ini dimaksudkan agar
guru benar-benar profesional. Guru profesional merupakan idaman dalam
pembaruan pendidikan dan untuk memerangi kemerosotan pendidikan dengan cara
memperbaiki cara mengajar dikelas.

b. Tujuan Khusus Supervisi Klinis

Disamping memiliki tujuan umum, supervisi klinis bertujuan untuk :

1. Menyediakan guru suatu balikan yang efektif dari kegiatan mereka yang
baru saja mereka jalankan, ini merupakan cerminan agar guru dapat melihat
apa yang sebenarnya yang mereka perbuat saat mengajar, sebab apa yang
mereka lakukan mungkin sangat berbeda dengan perkiraan mereka.
2. Mendiagnosis, memecahkan atau membantu, memecahkan cara mengajar.
3. Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam mengembangkan
strategi-strategi.
4. Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi,
jabatan atau pekerjaan mereka.
5. Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan diri
secara terus-menerus dalam karier dan profesi mereka secara mandiri.
6. Perhatian utama pada kebutuahan guru.

Dengan demikian jelas bahwa supervisi klinis secara khusus bertujuan untuk
membantu para guru dalam melaksanakan tugas, meniagnosis, memecahkan

30
masalah-masalah mengajar, mengembangkan keterampilan mengajar serta
membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam karir dan profesinya.

c. Ciri-Ciri Supervisi Klinis

La Sulo seperti yang dikutip Ngalim Purwanto mengatakan ciri-ciri


supervisi klinis sebagai berikut :

1. Bimbingan supervisor kepada guru/calon guru bersifat bantuan, bukan


perintah atau instruksi.
2. Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau calon
guru yang akan disupervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama
antar guru dan supervisor.
3. Meskipun guru atau calon guru mempergunakan sebagai keterampilan
mengajar secara integritas, sasaran supervisi hanya pada keterampilan
supervisi saja.
4. Instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antar supervisi
dan guru antar kontrak (lihat butir 3 diatas).
5. Balikan di berikan segera dan secara objektif (sesuai dengan data yang
direkam oleh instrumen observasi).
6. Meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasi data yang
direkam oleh instrumen observasi, didalam diskusi atau pertemuan balikan
guru/calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis penampilannya.
7. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan dari pada memerintah
atau mengarahkan.
8. Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka.
9. Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi
dan diskusi/pertemuan balikan.
10. Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukkan atau peningkatan
dan perbaikan keterampilan mengajar, di pihak lain dipakai dalam konteks
pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan.

d. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis

31
Piet Suhartian dalam Mukhtar dan Iskandar mengatakan adapun prinsip
yang harus dilakukan dalam supervisi klinis adalah sebagai berikut:

1. Supervisi klinis yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif dari


guru,prilaku supervisor harus demikian teknis sehingga guru-guru
terdorong untuk berusahan meminta bantuan dari supervisor.
2. Ciptakan hubungan yang bersifat manusiawi yang bersifat interaktif dan
rasa kesejawatan.
3. Ciptakan suasana bebas di mana setiap orang bebas dan berani
mengemukakan apa yang di alaminya supervisor berusaha menjawab
dan menemukan solusinya atas apa yang di harapkan guru.
4. Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang riil tentunya yang
mereka alami.
5. Perhatikan dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus
diangkat untuk diperbaiki.

Berdasrkan prinsip-prinsip diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis


menghendaki adanya pengawasan yang lebih fleksibel, artinya kegiatan supervisi
dilakukan berdasarkan kesepakatan para guru dan supervisor, supervisi dilakukan
berdasarkan hubungan yang manusiawi dan suasana bebas dimana guru dan
supervisor dapat melakukan mengemukakan dengan senang hati tanpa paksaan atas
apa yang dialaminya kemudian supervisor dengan senang hati menjawab dan
menemukan solusi bersama-sama terhadap masalah-masalah yang nyata (riil) yang
perlu diperbaiki dalam rangka menunjang keprofesionalan seorang guru.

e. Kelebihan Supervisi Klini

Kebaikan dari pelaksanaan supervisi klinis adalah sebagai berikut :

1. Dapat dipakai untuk memperbaiki kinerja guru-guru yang sangat lemah


kinerjanya.
2. Perbaikan yang dilakukan sangat intensif, sebab masing-masing kelemahan
ditangani satu persatu, sampai semua kelemahan menjadi berkurang atau
hilang.

32
3. Proses memperbaiki kelemahan dilakukan secara mendalam, termasuk:
4. Guru merefleksi kemampuannya melaksanakan proses pembelajaran.
5. Supervisor mengobservasi secara mendalam bila perlu memakai video.
6. Bagi guru-guru lain yang ingin tahu cara penyelesaian kelemahan-
kelemahan guru yang disupervisi diperbolehkan ikut menjadi pendengar
dalam pertemuan balikan.

f. Kelemahan Supervisi Klinis

Disamping memiliki kebaikan supervisi klinis juga memiliki kelemahan


yakni terlalu mahal, sebab membutuhkan waktu yang panjang, karena kelemahan
diperbaiki satu persatu dan menyita pikiran serta tenaga yang besar sebab dilakukan
secara mendalam agar intensif.

I. Program dan Evaluasi Supervisi Pendidikan


Pelaksanaan supervisi yang baik perlu langkah-langkah strategis yang baik,
dalam supervisi kegiatan ini dinamakan “programming” yakni memprogram
kegiatan pelaksanaan supervisi yang direncanakan. Program supervisi pendidikan
adalah suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan yang erat hubungannya satu
sama lain dan seluruhnya terarah kepada tercapainya tujuan supervisi pendidikan.
James Curtin dalam Amatembun menegaskan “a supervisory program is a planned
series of activities which results in instructional improvement”.
Lebih lanjut Amatembun mengatakan suatu program supervisi pendidikan
adalah dalam rangka program perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan dan
pengajaran, jadi bukanlah terbatas hanya pada perbaikan/peningkatan mekanis
mengajar belajar atau program yang hanya terbatas pada supervisor guru murid
belaka. Makin lebih ambisius suatu program supervisi pendidikan makin lebih
edukatif efek potensinya, dan lebih banyak melibatkan orang-orang (kepala
sekolah, guru-guru, murid-murid, orangtua/wali murid, dan masyarakat umum)
kedalam program supervisi yang direncankan.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa suatu program supervisi
pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang direncanakan yang saling
berhubungan terarah kepada tujuan supervisi pendidikan. Pertanyaan pokok

33
dibawah ini dapat membantu seorang supervisor menyusun program supervisi
pendidikan, yakni :
1. Apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki situasi
pendidikan/pengajaran disekolah atau kelompok sekolah lain?
2. Sejauh mana supervisor baik melalui usaha-usahanya sendiri maupun
bersama rekan-rekannya dapat berkontribusi (menyumbang) bagi
perbaikan?
3. Daya upaya, alat-alat atau teknik supervisi apa kiranya sesuai untuk
mensukseskan perbaikan ini?

Dari pertanyaan diatas dapat dipahami program supervisi pendidikan terkait


dengan apa yang dilakukan, kontribusi atau hubungan usaha, serta daya atau teknik
yang sesuai untuk mensukseskan perbaikan.
Program-program supervisi antar satu sekolah dengan sekolah lain dapat
berbeda hal dapat disebabkan oleh :
➢ Perbedaan staf.
➢ Perbedaan sarana dan fasilitas pendidikan.
➢ Perbedaan finansial.
➢ Perbedaan masyarakat dan setempatnya.

Adapun elemen-elemen atau unsur-unsur suatu program supervisi yang baik adalah
sebagai berikut :

1. Identifikasi aspek-aspek yang terkait dengan kebutuhan dan relevansinya


terhadap situasi. Relevansi dapat ditentukan dengan suatu penelaahan yang
seksama terhadap program instruksional berdasarkan kepda informasi yang
dapat dipercaya melalui :
o Hasil-hasil test yang telah distandarisasikan.
o Hasil test susunan guru sendiri.
o Partisipasi murid dalam pelajaran.
o Penyelesaian tugas-tugas dan sebagainya.
2. Perumusan tujuan-tujuan program. Dalam rangka perumusan tujuan secara
seksama jelas maka hendaklah diperhatikan agar tujuan-tujuan itu :

34
o Dinamis yaitu mengindikasikan tindakan-tindakan dan dapat
dilaksanakan.
o Achieable yaitu dapat tercapai dan dimungkinkan oleh fasilitas-
fasilitas yang tersedia.
o Develtmet yaitu terarah kepada tingkat pencapaian yang lebih
tinggi.
o Limited yaitu cukup terbatas dalam jumlah kegiatan sehingga
simpang siur.
3. Penentuan aktivitas-aktivitas adapun aktivitas-aktivitas itu adalah :
o Observasi-observasi kelas.
o Pembicaraan-pembicaraan individual.
o Rapat-rapat supervisi.
o Lokakarya (workshop) atau seminar-seminar.
4. Perumusan kriteria-kriteria evaluatif. Untuk menentukan sejauh mana
perbaikan-perbaikan/peningkatan-peningkatan telah terlaksana, maka
supervisor perlu menetapkan kriteria-kriteria evaluasinya. Dalam hal ini
evaluasi harus dihubungkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
bagi program.

Dari pembahasan diatas dapat dipahami bahwa supervisi yang baik perlu untuk
diprogram atau direncakan dengan baik serta disusun berdasarkan elemen-elemen
program yang dapat menjadi acuan dalam menyusun program supervisi pendidikan.
Dalam melaksanakan program supervisi perlu program itu untuk dievaluasi.
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui pencapaian tujuan pelaksanaan program
serta untuk mengetahui sejauh mana program itu dilaksanakan demi tercapainya
tujuan supervisi. Evaluasi program hendaklah merupakan proses yang kontinu,
paralel denga perkembangan program supervisi. Adapun tujuan evaluasi tidak
hanya menyangkut hasil-hasil terakhir, melainkan pula untuk membina program
agar berjalan lebih lancar dan efektif.
Evaluasi program supervisi menurut Amatembun terkait dengan :

1. Menilai keefektifan program setiap saat.

35
2. Mengkalkulasi kemajuan-kemajuan sehubungan dengan tujuan-tujuan yang
dicita-citakan.
3. Mencatat hambatan dan kesulitan yang dialami.
4. Menyarankan modifikasi (perubahan-perubahan) yang diperlukan sesuai
dengan perkembangan situasi baru dan sebagainya.

Empat poin diatas merupakan isi dari evaluasi program supervisi pendidikan
untuk mengetahui keekfetifan program, mengetahui kemajuan-kemajuan, untuk
mengetahui hambatan dan kesulitan yang dialami, serta melakukan perbaikan
sesuai dengan perkembangan situasi yang baru.

36
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Supervisi ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar
mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi
belajar-mengajar yang lebih baik. Orang yang melakukan supervisi disebut
dengan supervisor. Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan
sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha.
Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula pembinaan guru.
Tujuan supervisi pendidikan ialah mengembangkan situasi belajar mengajar
yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Fungsi
dan tujuan supervisi pendidikan diantaranya adalah Sebagai arah
pendidikan,tujuan sebagai titik akhir, tujuan sebagai titik pangkal mencapai
tujuan lain. Dalam hal ini, tujuan pendidikan yang satu dengan yang lain
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Supervisi memiliki tujuan yang sangat penting untuk dicapai, oleh karena
itu supervisi tentunya memiliki manfaat yang sangat penting. Diantara manfaat
supervisi adalah Mengkoordinasi semua usaha sekolah, Memperlengkapi
kepemimpinan sekolah, Memperluas pengalaman guru, Menstimukasi usaha-
usaha sekolah yang kreatif, Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus
dan masih banyak lagi manfaat atau fungsi supervisi pendidikan tersebut. Selain
memiliki tujuan dan fungsi, supervisi juga memiliki prinsip dasar dalam proses
pelaksanaannya. Kemudian supervisi juga memiliki berbagi tipe, diantarannya
adalah otokrasi, demokratis, demokratis semu, manipulasi diplomasi bdan
Laissez-faire.

B. Saran
Di penghujung abad kedua puluh dan memasuki milenium ketiga yang
ditandai dengan era globalisasi, semua bangsa berusaha untuk meningkatkan
sumber daya manusia, termasuk sumber daya pendidikan. Salah satu usaha
untuk meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan melalui proses

37
pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya
pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus
dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru
dilaksanakan melalui program pendidikan prajabatan (pre-service education)
maupun program pendidikan dalam jabatan ( in-service education). Tidak
semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan
kualified (well training and well qualified).
Potensi sumber daya guru itu perlu terus-menerus bertumbuh dan
berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional. Selain itu,
pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-
menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta mobilitas masyarakat. Itulah sebabnya ulasan mengenai
perlunya supervisi pendidikan, baik dari segi definisi, visi dan misi, orientasi
dan strategi, langkah-langkah pembinaan kemampuan guru, teknik dan metode,
serta model dan pendekatan dalam supervisi pendidikan.

38
DAFTAR PUSTAKA
Maryono. 2011. Dasar-Dasar & Teknik Menjadi Supervisor
Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Nawawi, Hadari. 1993. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung
Rifai, Moh. 1982. Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars
Subari. 1994. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Subroto, Suryo. 1988. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah.
Jakarta: Bina Aksara
Sohiron, 2015, Admiistrasi Dan Supervisi Pendidikan, pekanbaru, KDT

39

Anda mungkin juga menyukai