DISUSUN OLEH
NAMA
DOSEN PENGAMPU
pembelajaran
sampai
peserta
didik
menguasai
materi
(Mastery
Level)
terhadap
kompetensi
tertentu.
Dengan
sekolah
tentang
bagaimana
pembelajaran
tuntas
seharusnya
dilaksanakan.
Dalam suatu lingkup pendidikan diperlukan suatu proses belajar
mengajar yang yang sangat efektif karena hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap perkembangan belajar siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk
menguasai tiga aspek dalam belajar, yakni psikomotor, afektif, dan kognitif. Di
sisi lain siswa juga diharapkan mampu menguasai semua materi pelajaran yang
diberikan oleh guru, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan seorang guru
ikut terlibat di dalam mengantarkan anak didiknya menuju kesuksesan. Di era
sekarang ini telah diterapkan "Mastery Learning" untuk belajar tuntas. Tujuan
diadakannya sistem pembelajaran tuntas tersebut diharapkan terciptanya suatu
tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas lebih lanjut
tentang belajar tuntas "Mastery Learning".
1. Pengertian Belajar Tuntas
Konsep belajar tuntas adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar
bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa.
Belajar tuntas ini merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
dengan menggunakan pendekatan kelompok (group based approach). Dengan
sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan
agar tujuan instruksional yang akan dicapai dapat diperoleh secara optimal
sehingga proses belajar lebih efektif dan efisien. Tingkat ketuntasan
bermacam-macam dan merupakan persyaratan yang harus dicapai siswa.
Persyaratan penguasaan bahan tersebut berkisar antara 75% sampai dengan
90%.
Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah filosofi pembelajaran yang
berdasar pada anggapan bahwa semua siswa dapat belajar bila diberi waktu
yang cukup dan kesempatan belajar yang memadai. Selain itu, dipercayai
bahwa siswa dapat mencapai penguasaan akan suatu materi bila standar
kurikulum dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas, penilaian mengukur
dengan tepat kemajuan siswa dalam suatu materi, dan pembelajaran
berlangsung sesuai dengan kurikulum.
Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah pendekatan pembelajaran
berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika
mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat. Dalam pelaksanaannya peserta
didik memulai belajar dari topik yang sama dan pada waktu yang sama pula.
Perlakuan awal belajar terhadap siswa juga sama. Siswa yang tidak dapat
menguasai seluruh materi pada topik yang dipelajarinya mendapat pelajaran
tambahan sehingga mencapai hasil yang sama dengan kelompoknya. Siswa
yang telah tuntas mendapat pengayaan sehingga mereka pun memulai
mempelajari topik baru bersama-sama dengan kelompoknya dalam kelas.
Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua
peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang
maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik
memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan
dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran
yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar,
melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik
yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran harus
diorganisir secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar, bahan
perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu,dan penguasaan bahan
yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar dituntut dari para
peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya.
2. Dasar- Dasar Konsep Belajar Tuntas
Landasan konsep dan teori belajar tuntas (Mastery Learning Theory)
adalah pandangan tentang kemampuan siswa yang dikemukakan oleh John B.
Carroll pada tahun 1963 berdasarkan penemuannya, yaitu Model of School
Learning yang kemudian dirubah oleh Benyamin S. Bloom menjadi model
belajar yang lebih operasional. Selanjutnya oleh James H. Block model
tersebut lebih disempurnakan lagi.
Sedangkan menurut Carroll bakat atau pembawaan bukanlah kecerdasan
alamiah, melainkan jumlah waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai
suatu materi pelajaran tertentu. Benyamin melaksanakan konsep belajar tuntas
itu ke dalam kelas melalui proses belajar mengajar pelaksanaaannya sebagai
berikut:
1.
Bagi satuan pelajaran disediakan waktu belajar yang tetap dan pasti.
2.
2.
c. Tingkat hasil belajar bergantung pada waktu yang digunakan secara nyata
oleh siswa untuk mempelajari sesuatu dibandingkan dengan waktu yang
dibutuhkan untuk mempelajarinya.
d. Model Carroll Tingkat belajar sama dengan ketentuan, kesempatan belajar
bakat, kualitas pengajaran, dan kemampuan memahami pelajaran.
e. Setiap siswa memperoleh kesempatan belajar yang berdiferensiasi dan
kualitas pengajaran ynag berdiferensiaisi pula.
f. Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah
ditentukan lebih dahulu
g. Memperhatikan perbedaan individu siswa (asal perbedaan) terutama dalam
kemampuan dan kecepatan belajarnya
h. Menggunakan prinsip belajar siswa aktif
i. Menggunakan satuan pelajaran yang kecil
j. Menggunakan system evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan atas kriteria,
agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan
k. Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan.
l. Pendekatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa (child center),
m. Mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa (individual
personal),
n. Strategi pembelajaran berasaskan maju berkelanjutan (continuous progress),
o. Pembelajaran dipecah-pecah menjadi satuan-satuan (cremental units).
4. Variabel - Variabel Belajar Tuntas
a. Bakat siswa (aptitude): Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi
yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran
b. Ketekunan belajar (perseverance): Ketekunan erat kaitannya dengan
dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah
informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan minat dan sikap
yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional.
c. Kualitas pembelajaran (quality of instruction): Kualitas pembelajaran
merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belkajar belajar dan
mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima
hasil
belajar
tidak
menggunakan
acuan
norma,
tetapi
normal
normal
bakat
prestasi
tetapi
diberikan
perlakuan
yang
berbeda
dalam
kualitas
condong
prestasi
b.
c.
d.
b.
c.
d.
e.
strategi
belajara
tuntas,
maka
guru
terlebih
dahulu
tabel
spesifikasi
tentang
arti
dan
car
menentukan
tingkat
penguasaan
bahan
berdasarkan
kriteria
Perbedaan
antara
Pembelajaran
Tuntas
dengan
Pembelajaran
Konvensional
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip
ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta
untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas
menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar
ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan
melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa,
sehingga
dengan
penerapan
pembelajaran
tuntas
memungkinkan
terbiasa
dilakukan,
sifatnya
berpusat
pada
guru,
sehingga
Perbandingan
Kualitatif
antara
Pembelajaran
Tuntas
dengan
Pembelajaran
Konvensional
Langkah
A. Persiapan
Aspek Pembeda
1. Tingkat
Ketuntasan
Pembelajaran Tuntas
Diukur
dari
performance
peserta
Pembelajaran Konvensional
Diukur dari performance
peserta didik yang dilakukan
secara acak
3. Pandangan
terhadap
kemampuan
peserta didik
saat
memasuki
satuan
pembelajaran
tertentu
4. Bentuk
pembelajaran
dalam
satu
unit
kompetensi
atau
kemampuan
dasar
Kemampuan
hampir
sama, namun tetap ada
variasi
Kemampuan peserta
dianggap sama
Dilaksanakan melalui
pendekatan
klasikal,
kelompok
dan
individual
Dilaksanakan
sepenuhnya
melalui pendekatan klasikal
5. Cara
pembelajaran
dalam setiap
standar
kompetensi
atau
kompetensi
dasar
Pembelajaran
dilakukan
melalui
penjelasan
guru
(lecture),
membaca
secara mandiri dan
terkontrol, berdiskusi,
dan belajar secara
individual
Dilakukan
melalui
mendengarkan (lecture), tanya
jawab, dan membaca (tidak
terkontrol)
6. Orientasi
pembelajaran
Pada
terminal
performance
peserta
didik (kompetensi atau
kemampuan
dasar)
secara individual
7. Peranan guru
Sebagai
pengelola
pembelajaran
untuk
memenuhi kebutuhan
peserta didik secara
individual
Sebagai
pengelola
pembelajaran
untuk
memenuhi kebutuhan seluruh
peserta didik dalam kelas
8. Focus
kegiatan
pembelajaran
Ditujukan
kepada
masing-masing peserta
didik secara individual
2. Satuan
acara
pembelajaran
B. Pelaksanaan
pembelajaran
didik
C. Umpan Balik
9. Penentuan
keputusan
mengenai
satuan
pembelajaran
10. Instrument
umpan balik
Menggunakan berbagai
jenis
serta
bentuk
tagihan
secara
berkelanjutan
11. Cara
membantu
peserta didik
Menggunakan sistem
tutor dalam diskusi
kelompok
(smallgroup
learning
activities) dan tutor
yang dilakukan secara
individual
diri,
dan
memecahkan
masalah
sendiri
dengan
Kesimpulan
Belajar pada hakikatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan
perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar.
Perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena usaha individu yang
bersangkutan. Aktivitas belajar sangat berkaitan dengan fungsi otak manusia.
Sebagai organisme hidup, manusia merupakan suatu organisasi biologik yang
dalam ujud strukturalnya terjadi secara genetik.
Belajar tuntas (Mastery learning) adalah proses belajar mengajar yang
bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya
oleh siswa. Teori belajar tuntas (Mastery Learning Theory) merupakan salah
satu usaha dalam pembaharuan pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan
motivasi serta usaha belajar siswa agar siswa dapat mencapai tingkat
ketuntasan (Mastery Level). Kegiatan belajar tuntas memiliki beberapa
keunggulan, namun juga memiliki beberapa kelemahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu., dan Joko Tri Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia.
Anni, Tri Catharina., dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES
Press.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
_________. 2004. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Joyce, B., dan M. Well. 1986. Models of Teaching. Englewood, N.J, Prentice-Hall
Mansyur. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Ditjen Pembinaan dan
Kelembagaan Agama Islam
Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT UNNES Press.