Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran I

Konsep Belajar Tuntas

DISUSUN OLEH
NAMA

RIO JUWANDA (06081011037)


PRADANA N (06081011019)

DOSEN PENGAMPU

Drs. ABIDIN PASARIBU, M.Pd


MUHAMAD YUSUP, S.Pd, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010

KONSEP BELAJAR TUNTAS


Pendahuluan
Setiap orang, baik disadari maupun tidak, selalu melaksanakan aktivitas
belajar. Kegiatan harian yang dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur
kembali akan selalu diwarnai oleh aktivitas belajar. Seseorang yang tiba-tiba
melihat petani sedang mencangkul di sawah, misalnya, kemudian didalam
otaknya terlintas pikiran betapa beratnya kehidupan petani dalam menghasilkan
bahan makanan, sehingga muncul perasaan menghargai jerih payah petani.
Fenomena ini telah menunjukkan adanya pengalaman belajar dan telah
menghasilkan perubahan perilaku berupa menghargai karya petani pada diri
orang tersebut.
Efektifitas belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah tidak sematamata ditentukan oleh derajat pemilikan potensi siswa yang bersangkutan,
melainkan juga lingkungan, terutama guru yang profesional. Pengembangan
belajar masuk dalam katagori untuk menjadikan pembelajaran itu menjadi
efektif. Pengembangan pembelajaran adalah cara yang sistematis dalam
mengidentivikasi, mengembangkan dan mengevaluasi seperangkat bahan dan
strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Hasil akhir
pengembangan pembelajaran adalah diperolehnya system pembelajaran yang
memudahkan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum
menerapkan

pembelajaran

sampai

peserta

didik

menguasai

materi

pembelajaran secara tuntas. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak


menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari
sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah.
Sesuai dengan cita-cita dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu
memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan
kemampuan internal peserta didik di dalam merancang strategi dan
melaksanakan pembelajaran. Berbicara tentang rendahnya daya serap atau
prestasi belajar, atau belum terwujudnya keterampilan proses dan pembelajaran
yang menekankan pada peran aktif peserta didik, inti persoalannya adalah pada

masalah ketuntasan belajar yakni pencapaian taraf penguasaan minimal yang


ditetapkan bagi setiap kompetensi secara perorangan. Masalah ketuntasan
belajar merupakan masalah yang penting, sebab menyangkut masa depan
peserta didik, terutama mereka yang mengalami kesulitan belajar.
Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam
pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai
penguasaan

(Mastery

Level)

terhadap

kompetensi

tertentu.

Dengan

menempatkan pembelajaran tuntas (Mastery Learning) sebagai salah satu


prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi,
berarti pembelajaran tuntas merupakan sesuatu yang harus dipahami dan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah. Untuk itu
perlu adanya panduan yang memberikan arah serta petunjuk bagi guru dan
warga

sekolah

tentang

bagaimana

pembelajaran

tuntas

seharusnya

dilaksanakan.
Dalam suatu lingkup pendidikan diperlukan suatu proses belajar
mengajar yang yang sangat efektif karena hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap perkembangan belajar siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk
menguasai tiga aspek dalam belajar, yakni psikomotor, afektif, dan kognitif. Di
sisi lain siswa juga diharapkan mampu menguasai semua materi pelajaran yang
diberikan oleh guru, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan seorang guru
ikut terlibat di dalam mengantarkan anak didiknya menuju kesuksesan. Di era
sekarang ini telah diterapkan "Mastery Learning" untuk belajar tuntas. Tujuan
diadakannya sistem pembelajaran tuntas tersebut diharapkan terciptanya suatu
tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas lebih lanjut
tentang belajar tuntas "Mastery Learning".
1. Pengertian Belajar Tuntas
Konsep belajar tuntas adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar
bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa.
Belajar tuntas ini merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
dengan menggunakan pendekatan kelompok (group based approach). Dengan
sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan

agar tujuan instruksional yang akan dicapai dapat diperoleh secara optimal
sehingga proses belajar lebih efektif dan efisien. Tingkat ketuntasan
bermacam-macam dan merupakan persyaratan yang harus dicapai siswa.
Persyaratan penguasaan bahan tersebut berkisar antara 75% sampai dengan
90%.
Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah filosofi pembelajaran yang
berdasar pada anggapan bahwa semua siswa dapat belajar bila diberi waktu
yang cukup dan kesempatan belajar yang memadai. Selain itu, dipercayai
bahwa siswa dapat mencapai penguasaan akan suatu materi bila standar
kurikulum dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas, penilaian mengukur
dengan tepat kemajuan siswa dalam suatu materi, dan pembelajaran
berlangsung sesuai dengan kurikulum.
Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah pendekatan pembelajaran
berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika
mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat. Dalam pelaksanaannya peserta
didik memulai belajar dari topik yang sama dan pada waktu yang sama pula.
Perlakuan awal belajar terhadap siswa juga sama. Siswa yang tidak dapat
menguasai seluruh materi pada topik yang dipelajarinya mendapat pelajaran
tambahan sehingga mencapai hasil yang sama dengan kelompoknya. Siswa
yang telah tuntas mendapat pengayaan sehingga mereka pun memulai
mempelajari topik baru bersama-sama dengan kelompoknya dalam kelas.
Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua
peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang
maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik
memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan
dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran
yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar,
melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik
yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran harus
diorganisir secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar, bahan
perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu,dan penguasaan bahan

yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar dituntut dari para
peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya.
2. Dasar- Dasar Konsep Belajar Tuntas
Landasan konsep dan teori belajar tuntas (Mastery Learning Theory)
adalah pandangan tentang kemampuan siswa yang dikemukakan oleh John B.
Carroll pada tahun 1963 berdasarkan penemuannya, yaitu Model of School
Learning yang kemudian dirubah oleh Benyamin S. Bloom menjadi model
belajar yang lebih operasional. Selanjutnya oleh James H. Block model
tersebut lebih disempurnakan lagi.
Sedangkan menurut Carroll bakat atau pembawaan bukanlah kecerdasan
alamiah, melainkan jumlah waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai
suatu materi pelajaran tertentu. Benyamin melaksanakan konsep belajar tuntas
itu ke dalam kelas melalui proses belajar mengajar pelaksanaaannya sebagai
berikut:
1.

Bagi satuan pelajaran disediakan waktu belajar yang tetap dan pasti.

2.

Tingkat penguasaan materi dirumuskan sebagai tingkat penguasaan tujuan


pendidikan yang esensial.
Untuk lebih menggalakkan konsep belajar tuntas James H. Block

mencoba mengurangi waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi


pelajaran di dalam waktu yang tersedia, yaitu dengan cara meningkatkan
semaksimal mungkin kualitas pengajaran. Jadi pelaksanaan oleh James H
Block mengandung arti bahwa:
1.

Waktu yang sebenarnya digunakan diusakan diperpanjang semaksimal


mungkin.

2.

Waktu yang tersedia diperpendek sampai semaksimal mungkin dengan


cara memberikan pelayanan yang optimal dan tepat.
Dengan sistem belajar tuntas diharapkan program belajar mengajar dapat

dilaksanakan sedemikian rupa agar tujuan instruksional yang hendak dicapai


dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar mengajar lebih efektif

dan efisien. Secara operasional perwujudannya adalah: Nilai rata-rata seluruh


siswa dalam satuan kelas dapat ditingkatkan dan jarak antara siswa yang cepat
dan lambat belajar menjadi semakin pendek.
Evaluasi yang dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan
suatu kegiatan belajar tertentu merupakan dasar untuk memperoleh balikan
(feedback). Tujuan utama evaluasi adalah memperoleh informasi tentang
pencapaian tujuan dan penguasaan bahan oleh peserta didik. Hasil evaluasi
digunakan untuk menentukan dimana dan dalam hal apa para peserta didik
perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehinga seluruh peserta
didik dapat mencapai tujuan ,dan menguasai bahan belajar secara maksimal
(belajar tuntas).
Kurikulum belajar tuntas biasanya terdiri dari beberapa topik berbeda
yang mulai dipelajari oleh para siswa secara bersamaan. Siswa yang tidak
menyelesaikan suatu topik dengan memuaskan diberi pembelajaran tambahan
sampai mereka berhasil. Siswa yang menguasai topik tersebut lebih cepat akan
dilibatkan dalam kegiatan pengayaan sampai semua siswa dalam kelas tersebut
bisa melanjutkan ke topik lainnya secara bersama-sama. Dalam lingkungan
belajar tuntas, guru melakukan berbagai teknik pembelajaran, dengan
pemberian umpan balik yang banyak dan spesifik menggunakan tes diagnostik,
tes formatif, dan pengoreksian kesalahan selama belajar. Tes yang digunakan
di dalam metoda ini adalah tes berdasarkan acuan kriteria dan bukan atas acuan
norma.
3. Ciri-Ciri Belajar Tuntas
Pada dasarnya ada beberapa macam ciri pokok pada belajar/mengajar
dengan prinsip belajar tuntas, yaitu:
a. Siswa dapat belajar dengan baik dalam kondisi pengajaran yang tepat sesuai
dengan harapan pengajar.
b. Bakat seorang siswa dalam bidang pengajaran dapat diramalkan, baik
tingkatannya maupun waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bahan
tersebut. Bakat berfungsi sebagai indeks tingkatan belajar siswa dan sebagai
suatu ukuran satuan waktu.

c. Tingkat hasil belajar bergantung pada waktu yang digunakan secara nyata
oleh siswa untuk mempelajari sesuatu dibandingkan dengan waktu yang
dibutuhkan untuk mempelajarinya.
d. Model Carroll Tingkat belajar sama dengan ketentuan, kesempatan belajar
bakat, kualitas pengajaran, dan kemampuan memahami pelajaran.
e. Setiap siswa memperoleh kesempatan belajar yang berdiferensiasi dan
kualitas pengajaran ynag berdiferensiaisi pula.
f. Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah
ditentukan lebih dahulu
g. Memperhatikan perbedaan individu siswa (asal perbedaan) terutama dalam
kemampuan dan kecepatan belajarnya
h. Menggunakan prinsip belajar siswa aktif
i. Menggunakan satuan pelajaran yang kecil
j. Menggunakan system evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan atas kriteria,
agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan
k. Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan.
l. Pendekatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa (child center),
m. Mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa (individual
personal),
n. Strategi pembelajaran berasaskan maju berkelanjutan (continuous progress),
o. Pembelajaran dipecah-pecah menjadi satuan-satuan (cremental units).
4. Variabel - Variabel Belajar Tuntas
a. Bakat siswa (aptitude): Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi
yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran
b. Ketekunan belajar (perseverance): Ketekunan erat kaitannya dengan
dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah
informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan minat dan sikap
yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional.
c. Kualitas pembelajaran (quality of instruction): Kualitas pembelajaran
merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belkajar belajar dan
mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima

pelajaran.Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian,


penjelasan, dan pengaturan unsure-unsur tugas belajar
d. Kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for learning): Penyediaan
waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan
instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atu
pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran dan
tujuan yang ditetapkan.
5. Prinsip - Prinsip Belajar Tuntas
Para pengembang konsep belajar tuntas mendasarkan pengembangan
pengajarannya pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat
menguasai sebagian terbesar bahan yang diajarkan. Tugas guru untuk
merancang pengajarannya sedemikian rupa sehingga sebagian besar siswa
dapat menguasai hampir seluruh bahan ajaran
2. Guru menyusun strategi pengajaran tuntan mulai dengan merumuskan
tujuan-tujuan khusus yang hendak dikuasai oleh siswa.
3. Sesuai dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajar
menjadi satuan-satuan bahan ajaran yang kecil yang medukung pencapaian
sekelompok tujuan tersebut.
4. Selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun
bahan ajaran untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan. Konsep belajar
tuntas sangat menekankan pentingnya peranan umpan balik.
5. Penilaian

hasil

belajar

tidak

menggunakan

acuan

norma,

tetapi

menggunakan acuan patokan.


6. Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan
individual. Prinsip ini direalisasikan dengan memberikan keleluasaan waktu,
yaitu siswa yang pandai atau cepat belajar bisa maju lebih dahulu pada
satuan pelajaran berikutnya, sedang siswa yang lambat dapat menggunakan
waktu lebih banyak atau lama sampai menguasai secara tuntas bahan yang
diberikan.

6. Metode Pembelajaran Tuntas


Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik
mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam
pemilihan metode mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih
strategi belajar). Dengan demikian makin baik metode, akan makin efektif
pula pencapaian tujuan belajar. Langkah metode pembelajaran yang dipilih
memainkan peranan utama, yang berakhir pada semakin meningkatnya
prestasi belajar peserta didik.
Belajar tuntas tidak berhubungan dengan isi topik, melainkan hanya
dengan proses penguasaannya. Metoda ini berdasar pada model yang dibuat
oleh Benjamin S. Bloom, dengan penyempurnaan oleh James H. Block.
Belajar tuntas dapat dilakukan melalui pembelajaran kelas oleh guru, tutorial
satu per satu, atau belajar mandiri dengan menggunakan materi terprogram.
Dapat dilakukan menggunakan pembelajaran guru secara langsung,
kerjasama dengan teman sekelas, atau belajar sendiri. Di dalamnya diperlukan
tujuan pembelajaran yang terumuskan dengan baik dan disusun menjadi unitunit kecil secara berurutan.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran
berbasis kompetensi dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran
yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar
kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dalam model
yang paling sederhana, dikemukakan bahwa jika setiap peserta didik
diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat
penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar
kemungkinan peserta didik akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi.
Tetapi jika peserta didik tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat
menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan
kompetensi peserta didik tersebut belum optimal. Block menyatakan tingkat
penguasaan kompetensi peserta didik sebagai berikut :
Degree of learning = f

Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi


(degree of learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar
digunakan (time actually spent) untuk belajar dibagi dengan waktu yang
diperlukan (time needed) untuk menguasai kompetensi tertentu.
Dalam pembelajaran konvensional, bakat (aptitude) peserta didik
tersebar secara normal. Jika kepada mereka diberikan pembelajaran yang
sama dalam jumlah pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar,
maka hasil belajar yang dicapai akan tersebar secara normal pula. Dalam hal
ini dapat dikatakan bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan
adalah tinggi.
Secara skematis konsep tentang prestasi belajar sebagai dampak
pembelajaran dengan pendekatan konvensional dapat digambarkan sebagai
berikut :
Pembelajaran Konvensional

normal

normal

bakat

prestasi

Sebaliknya, apabila bakat peserta didik tersebar secara normal, dan


kepada mereka diberi kesempatan belajar yang sama untuk setiap peserta
didik,

tetapi

diberikan

perlakuan

yang

berbeda

dalam

kualitas

pembelajarannya, maka besar kemungkinan bahwa peserta didik yang dapat


mencapai penguasaan akan bertambah banyak. Dalam hal ini hubungan
antara bakat dengan keberhasilan akan menjadi semakin kecil.
Secara skematis konsep prestasi belajar sebagai dampak pembelajaran
dengan pendekatan pembelajaran tuntas, dapat digambarkan sebagai berikut:
Pembelajaran Tuntas
normal
bakat

condong
prestasi

Dari konsep-konsep di atas, kiranya cukup jelas bahwa harapan dari


proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas adalah untuk
mempertinggi rata-rata prestasi peserta didik dalam belajar dengan
memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta perhatian
khusus bagi peserta didik yang lambat agar menguasai standar kompetensi
atau kompetensi dasar. Dari konsep tersebut, dapat dikemukakan prinsipprinsip utama pembelalaran tuntas adalah:
a.

Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan


yang hirarkis,

b.

Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap


kompetensi harus diberikan feedback,

c.
d.

Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan,


Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai
ketuntasan belajar lebih awal.
Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran

tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau


sejawat (peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil. Berbagai jenis
metode (multi metode) pembelajaran harus digunakan untuk kelas atau
kelompok.
Dalam metoda belajar tuntas, siswa tidak berpindah ke tujuan belajar
selanjutnya bila ia belum menunjukkan kecakapan dalam materi sebelumnya.
a.

Belajar tuntas berdasar pada beberapa premis, diantaranya:

b.

Semua individu dapat belajar

c.

Orang belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda

d.

Dalam kondisi belajar yang memadai, dampak dari perbedaan individu


hampir tidak ada

e.

Kesalahan belajar yang tidak dikoreksi menjadi sumber utama kesulitan


belajar.

7. Pelaksanaan Belajar Tuntas


Dalam pelaksanaan konsep belajar tuntas apabila kelas itu belum biasa
mengguanaakn

strategi

belajara

tuntas,

maka

guru

terlebih

dahulu

memperkenalkan prosedur belajar tuntas kepada siswa dengan maksud


memberikan motivasi, menumbuhkan kepercayaan diri, dan memberikan
petunjuk awal.
Pelaksanaan belajar tuntas terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
a. Kegiatan Orientasi
Kegiatan ini mengorientasikan setiap siswa terhadap belajar tuntas yang
berkenaan terhadpa orientasi tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa
dalam jangka waktu satu semester dan cara belajar yang harus dilakukan
oleh siswa. Guru menjelaskan keseluruhan bahan yang telah dirancang, lalu
melanjutkan dengan pra test.
b. Kegiatan Belajar Mengajar
1) Guru mengenalkan TIK pada satuan pelajaran yang akan dipelajari
dengan cara:
Memperkenalkan

tabel

spesifikasi

tentang

arti

dan

car

mempergunakannya untuk kepentingan belajar.


Mengajukan pertanyaan yang menonjolkan isi bahan yang disajikan
Mengajukan topik umum/konsep umum yang akan dipelajari.
2) Penyajian rencana kegiatan belajar berdasarkan standar kelompok.
Tujuannya adalah menjelaskan apa yang akan dilakuakan siswa dalam
kegoiatan kelompok.
3) penyajian pelajaran dalam situasi kelompok berdasarkan satuan
pelajaran. Guru menyampaikan pelajaran sambil memberi peringatan
secara periodik untuk menarik perhatian siswa.
4) Mengidentifikasikan kemajuan belajar siswa yang telah memuaskan dan
yang belum. Tes dilakukan setelah satu satuan pelajaran selesai
diajarkan.

5) Menetapkan siswa yang hasil pelajarannya telah memuaskan. Mereka


diminta untuk membantu temen-temannya sebagai tutor atau diberi tugas
pengayaan bahan baginya sendiri.
6) Memberikan kegiatan kolektif kepada siswa ang hasil belajarnya belum
memuaskan.
7) Menetapkan siswa yang hasil belajaranya memuaskan.
c. Penentuan tingkat penguasaan bahan
Setelah satuan pengajaran selesai diberikan, diadakan tes sumatif, dan
diperiksa oleh temannya sendiri berdasarkan petunjuk guru. Mereka sendiri
yang

menentukan

tingkat

penguasaan

bahan

berdasarkan

kriteria

penguasaan yang telah ditetapkan sebelumnya.


d. Memberikan atau melaporkan tingkat penguasaan setiap siswa yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat pengayaan mereka, bahan yang sudah
dikuasai ditandai dengan M (mastery) dan yang belum dikuasai ditandai
dengan NM (non mastery).
e. Pengecekan keefektifan seluruh program
Keefektifan strategi belajar tuntas ditandai dengan hasil yang dicapai siswa,
yakni persen siswa yang mampu tingkat mastery (standar A). Ada dua cara
untuk menetukannya yang dapat dilakukan oleh guru:
a. Membandingkan hasil yag dicapaioleh kelas yang menggunakan strategi
belajar tuntas dengan kelas yang menggunakan strategi lain.
b. Membuat hipotesis tentang hasil belajar, lalu dibuktikan berdasar hasil
belajar kelas (membandingkan tes awal dan tes akhir).
8. Ketuntasan Belajar
Konsep ketuntasan belajar didasarkan pada konsep pembelajaran tuntas.
Pembelajaran tuntas merupakan istilah yang diterjemahkan dari istilah
mastery Learning. Mastery learning atau belajar tuntas, artinya penguasaan
penuh. Penguasaan penuh ini dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai
materi tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang
baik pada materi tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan
penuh, yaitu:

a. Bakat untuk mempelajari sesuatu,


b. Mutu pengajaran,
c. Kesanggupan untuk memahami pengajaran,
d. Ketekunan,
e. Waktu yang tersedia untuk belajar. Kelima faktor tersebut perlu
diperhatikan guru, ketika melaksanakan pembelajaran tuntas. Sehingga
siswa dapat mencapai ketuntasan belajar sesuai kriteria yang telah
ditetapkan.
Dalam pembelajaran tuntas seorang siswa yang dapat mempelajari unit
pelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pelajaran berikutnya jika
siswa yang bersangkutan telah menguasai secara tuntas sesuai standar
ketuntasan belajar minimal yang telah ditentukan oleh sekolah. Dalam
pembelajaran tuntas terdapat dua layanan yang diberikan pada siswa, yaitu
layanan program remedial dan layanan program pengayaan.
Pertama, layanan program remedial dilaksanakan dengan cara:
a. Memberikan bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang
mengalami kesulitan,
b. Memberikan tugas-tugas atau perlakuan secara khusus yang sifatnya
penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran reguler,
c. Materi program remedial diberikan pada kompetensi dasar (kd) yang
belum dikuasai siswa,
d. Pelaksanaan program remedial dilakukan setelah siswa mengikuti tes/ujian
semester.
Kedua, layanan program pengayaan dilaksanakan dengan cara:
a. Memberikan bacaan tambahan atau diskusi yang bertujuan untuk
memperluas wawasan yang masih dalam lingkup seputar KD yang
dipelajari,
b. Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model, grafik,
bacaan/paragraf dan lainnya,
c. Memberikan soal-aoal latihan tambahan yang bersifat pengayaan,

d. Membantu guru dalam rangka membimbing teman-temannya yang belum


mencapai ketuntasan,
e. Materi pengayaan diberikan sesuai dengan KD yang dipelajari,
f. Program pengayaan dilaksanakan setelah mengikuti tes/ujian KD tertentu
atau tes/ujian semester.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tuntas menjadi
dasar dari konsep ketuntasan belajar. Sehingga guru diharapkan menerapkan
pembelajaran tuntas dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan pembelajaran
tuntas, siswa dapat mencapai kriteria ketuntasan belajar yang ideal.
Ketuntasan belajar merupakan salah satu muatan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Standar ketuntasan belajar siswa ditentukan dari
hasil prosentase penguasaan siswa pada Kompetensi Dasar dalam suatu
materi tertentu. Kriteria ketuntasan belajar setiap Kompetensi Dasar berkisar
antara 0-100%. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, idealnya untuk
masing-masing indikator mencapai 75%. Sekolah dapat menetapkan sendiri
kriteria ketuntasan belajar sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, sekolah perlu menetapkan
kriteria ketuntasan belajar dan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar
secara berkelanjutan sampai mendekati ideal.
9.

Perbedaan

antara

Pembelajaran

Tuntas

dengan

Pembelajaran

Konvensional
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip
ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta
untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas
menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar
ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan
melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa,
sehingga

dengan

penerapan

pembelajaran

tuntas

memungkinkan

berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal. Dasar

pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya


pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing peserta didik.
Untuk merealisasikan pengakuan dan pelayanan terhadap perbedaan
individu, pembelajaran harus menggunakan strategi pembelajaran yang
berasaskan maju berkelanjutan (continuous progress). Untuk itu, pendekatan
sistem yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam teknologi pembelajaran
harus benar-benar dapat diimplementasikan. Salah satu caranya adalah standar
kompetensi dan kompetensi dasar harus dinyatakan secara jelas, dan
pembelajaran dipecah-pecah ke dalam satuan-satuan (cremental units). Peserta
didik belajar selangkah demi selangkah dan boleh mempelajari kompetensi
dasar berikutnya setelah menguasai sejumlah kompetensi dasar yang ditetapkan
menurut kriteria tertentu.
Dalam pola ini, seorang peserta didik yang mempelajari unit satuan
pembelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya
jika peserta didik yang bersangkutan telah menguasai sekurang-kurangnya 75%
dari kompetensi dasar yang ditetapkan. Sedangkan pembelajaran konvensional
dalam kaitan ini diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang
sudah

terbiasa

dilakukan,

sifatnya

berpusat

pada

guru,

sehingga

pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar (non belajar


tuntas).
Dengan memperhatikan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa
perbedaan antara pembelajaran tuntas dengan pembelajaran konvensional
adalah bahwa pembelajaran tuntas dilakukan melalui asas-asas ketuntasan
belajar, sedangkan pembelajaran konvensional pada umumnya kurang
memperhatikan ketuntasan belajar khususnya ketuntasan peserta didik secara
individual. Secara kualitatif perbandingan ke dua pola tersebut dapat dicermati
pada tabel berikut,
Tabel 1:

Perbandingan

Kualitatif

antara

Pembelajaran

Tuntas

dengan

Pembelajaran

Konvensional
Langkah
A. Persiapan

Aspek Pembeda
1. Tingkat
Ketuntasan

Pembelajaran Tuntas
Diukur
dari
performance
peserta

Pembelajaran Konvensional
Diukur dari performance
peserta didik yang dilakukan

didik dalam setiap unit


(satuan
kompetensi
atau
kemampuan
dasar). Setiap peserta
didik harus mencapai
nilai 75

secara acak

Dibuat untuk satu


minggu pembelajaran,
dan dipakai sebagai
pedoman guru serta
diberikan
kepada
peserta didik

Dibuat untuk satu minggu


pembelajar-an, dan hanya
dipakai sebagai pedoman guru

3. Pandangan
terhadap
kemampuan
peserta didik
saat
memasuki
satuan
pembelajaran
tertentu
4. Bentuk
pembelajaran
dalam
satu
unit
kompetensi
atau
kemampuan
dasar

Kemampuan
hampir
sama, namun tetap ada
variasi

Kemampuan peserta
dianggap sama

Dilaksanakan melalui
pendekatan
klasikal,
kelompok
dan
individual

Dilaksanakan
sepenuhnya
melalui pendekatan klasikal

5. Cara
pembelajaran
dalam setiap
standar
kompetensi
atau
kompetensi
dasar

Pembelajaran
dilakukan
melalui
penjelasan
guru
(lecture),
membaca
secara mandiri dan
terkontrol, berdiskusi,
dan belajar secara
individual

Dilakukan
melalui
mendengarkan (lecture), tanya
jawab, dan membaca (tidak
terkontrol)

6. Orientasi
pembelajaran

Pada
terminal
performance
peserta
didik (kompetensi atau
kemampuan
dasar)
secara individual

Pada bahan pembelajaran

7. Peranan guru

Sebagai
pengelola
pembelajaran
untuk
memenuhi kebutuhan
peserta didik secara
individual

Sebagai
pengelola
pembelajaran
untuk
memenuhi kebutuhan seluruh
peserta didik dalam kelas

8. Focus
kegiatan
pembelajaran

Ditujukan
kepada
masing-masing peserta
didik secara individual

Ditujukan kepada peserta


didik dengan kemampuan
menengah

2. Satuan

acara

pembelajaran

B. Pelaksanaan
pembelajaran

didik

C. Umpan Balik

9. Penentuan
keputusan
mengenai
satuan
pembelajaran

Ditentukan oleh peserta


didik dengan bantuan
guru

Ditentukan sepenuhnya oleh


guru

10. Instrument
umpan balik

Menggunakan berbagai
jenis
serta
bentuk
tagihan
secara
berkelanjutan

Lebih mengandalkan pada


penggunaan tes objektif untuk
penggalan waktu tertentu

11. Cara
membantu
peserta didik

Menggunakan sistem
tutor dalam diskusi
kelompok
(smallgroup
learning
activities) dan tutor
yang dilakukan secara
individual

Dilakukan oleh guru dalam


bentuk tanya jawab secara
klasikal

10. Keunggulan dan Kelemahan Belajar Tuntas


Strategi belajar tuntas memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:
a. Memungkinkan siswa belajar lebih aktif, karena memberikan kesempatan
mengembangakn

diri,

dan

memecahkan

masalah

sendiri

dengan

menemukan dan bekerja sendiri.


b. Sesuai dengan psikologi belajra modern yang berpegang pada prinsip
perbedaan individual dan belajar kelompok.
c. Berorientasi pada peningkatan produktivitas hasil belajar, yakni menguasai
bahan ajar secara tuntas.
d. Guru dan siswa bekerjasama secara partisipatif dan persuasif.
e. Penilaian yang dilakukan mengandung nilai obyektifitas yang tinggi karena
penilaian dilakukan oleh guru, teman dan diri sendiri.
f. Strategi ini tidak mengenal kegagalan siswa, karena siswa yang kurang
mampu dibantu oleh guru dan temannya.
g. Berdasarkan perencanaan yang sistematik.
h. Menyediakan waktu berdasarkan kebutuhan masing-masing individu.
i. Berusaha menutupi kelemahan-kelemahan strategi belajr yang lain.
j. Mengaktifkan para guru sebagai regu yang harus bekerjasama secara efektif
sehingga proses belajar mengajar dapat dilaksanakan secara optimal.

Kelemahan Belajar Tuntas, antara lain:


a. Sulit dalam pelaksanaan karena melibatkan berbagai kegiatan.
b. Guru-guru masih kesulitan membuat perencanaan karena dibuat dalam satu
semester.
c. Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan teknik lama sulit beradaptasi.
d. Memerlukan berbagai fasilitas, dan dana yang cukup besar.
e. Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari
standar yang ditetapkan.
f. Diberlakukannya sistem ujian (UN) yang menuntut penyelenggaraan
program bidang studi pada waktu yang telah ditetapkan dan usaha persiapan
siswa untuk menempuh ujian.

Kesimpulan
Belajar pada hakikatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan
perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar.
Perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena usaha individu yang
bersangkutan. Aktivitas belajar sangat berkaitan dengan fungsi otak manusia.
Sebagai organisme hidup, manusia merupakan suatu organisasi biologik yang
dalam ujud strukturalnya terjadi secara genetik.
Belajar tuntas (Mastery learning) adalah proses belajar mengajar yang
bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya
oleh siswa. Teori belajar tuntas (Mastery Learning Theory) merupakan salah
satu usaha dalam pembaharuan pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan
motivasi serta usaha belajar siswa agar siswa dapat mencapai tingkat
ketuntasan (Mastery Level). Kegiatan belajar tuntas memiliki beberapa
keunggulan, namun juga memiliki beberapa kelemahan.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu., dan Joko Tri Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia.
Anni, Tri Catharina., dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES
Press.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
_________. 2004. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Joyce, B., dan M. Well. 1986. Models of Teaching. Englewood, N.J, Prentice-Hall
Mansyur. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Ditjen Pembinaan dan
Kelembagaan Agama Islam
Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT UNNES Press.

Anda mungkin juga menyukai