PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tugas penting yang seringkali dilupakan oleh staf pengajar
adalah tugas melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah digunakan
untuk mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya. Alat pengukur
dimaksud adalah tes hasil belajar, yang batang tubuhnya terdiri dari kumpulan
butir-butir soal.1
Alat pengukur itu bisa dilakukan dengan jalan melakukan penganalisisan
terhadap tes hasil belajar yang telah dijadikan alat pengukur dalam rangka
mengukur keberhasilan belajar dari para peeserta tes tersebut. Disini tester perlu
melakukan penelusuran dan pelacakan dengan secara cermat, terhadap butir-butir
soal yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes hasil belajar sebagai suatu
totalitas. penelusuran dan pelacakan dilaksanakan oleh tester dengan tujuan untuk
mengetahui, apakah butir-butir item yang membangun tes hasil belajar itu sudah
dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pengukur hasil belajar yang memadai
atau belum. Identifikasi terhadap setiap butir soal tes hasil belajar itu dilakukan
dengan harapan akan menghasilkan berbagai informasi berharga, yang pada
dasarnya akan merupakan umpan balik guna melakukan perbaikan, pembenahan,
dan penyempurnaan kembali terhadap butir-butir item yang telah dikeluarkan
dalam tes hasil belajar, sehingga pada masa-masa yang akan datang tes hasil
belajar yang disusun atau dirancang oleh tester itu betul-betul dapat menjalankan
fungsinya sebagai alat pengukur hasil belajar yang memilki kualitas yang tinggi.2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teknik Analisis Soal Tes ( Item Analisis ) ?
2. Bagaimana Teknik Analisis Tingkat Kesukaran ?
3. Bagaimana Teknik Analisis Daya Pembeda Item ?
1
Prof. Drs. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1996), hlm. 367-368
2
Ibid, hlm. 369-370
1
4. Bagaimana Teknik Analisis Fungsi Distraktor ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Teknik Analisis Soal Tes ( Item Analisis ) ?
2. Untuk Mengetahui Teknik Analisis Tingkat Kesukaran ?
3. Untuk Mengetahui Teknik Analisis Daya Pembeda Item ?
4. Untuk Menetahui Teknik Analisis Fungsi Distraktor ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (yogyakarta:pustaka pelajar, 2009), hlm.97.
3
2. Dari segi daya pembeda itemnya
3. Dari segi fungsi distraktornya.4
4
M. Ngalim Purwanto, Prinsip- Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, ( Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 118
5
Wayan Nurkancana, Evaluasi Hasil Belajar, (Surabaya: usana offset printing, 1990),
hlm.155-156
6
Prof. Drs. Anas Sudijono, Op. Cit, hlm. 370- 371
4
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
2. Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
3. Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah7
7
Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2010), hlm.208
8
Sumarna suprapranata, Analisi,Validitas, Rehabilitas dan Interprestasi Hasil Tes,
(bandung: pt remaja rosda karya), 2006, hlm.23
9
Prof. Drs. Anas Sudijono, Op.Cit, hlm. 385-386
10
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm.211
5
dimiliki oleh sebutir item. Daya pembeda pada dasarnya dihitung atas dasar
pembagian siswa ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas yakni kelompok
yang tergolong pandai, dan kelompok bawah, yaitu kelompok siswa yang
tergolong bodoh. Dalam hubungan ini, jika sebutir item memiliki angka indeks
diskriminasi item dengan tanda positif, hal ini merupakanmpetunjuk bahwa butir
item tersebut telah memiliki daya pembeda, dalam arti bahwa siswa yang
termasuk kategori pandai lebih banyak yang dapat menjawab dengan betul
terhadap butir item yang bersangkutan, sedangkan siswa yang termasuk kategori
bodoh lebih banyak yang menjawab salah.
Jika sebutir item angka indeks diskriminasinya = 0,00 (nihil), maka hal
ini menunjukkan bahwa butir item yang bersangkutan tidak memiliki daya
pembeda sama sekali, dalam arti bahwa jumlah siswa kelompok atas yang
jawabannya betul (atau salah) sama dengan jumlah siswa kelompok bawah yang
jawabannya betul. Jadi diantara kedua kelompok siswa tersebut tidak ada
perbedaannya sama sekali, atau perbedaannya sama dengan nol.
Adapun apabila angka indeks diskriminasi item dari sebutir item bertanda
negatif, maka pengertian yang terkandung didalamnya adalah, bahwa butir item
yang bersangkutan lebih banyak dijawab betul oleh siswa kelompok bawah
ketimbang siswa kelompok atas.11
Dengan demikian ada tiga titik pada daya pembeda yaitu:
1. Besarnya angka indeks diskriminasi item (D)
2. Klasifikasi
3. Interpretasi
a. Kurang dari 0,20
Poor (jelek)
Butir item yang bersangkutan daya pembedanya lemah sekali,
dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik.
b. 0,20 – 0.40
Satisfactory (cukup)
11
Prof. Drs. Anas Sudijono, Op, Cit, hlm, 387-388
6
Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang
cukup (sedang).
c. 0,40 – 0,70
Good (baik)
Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang
baik.
d. 0,70 – 1,00
Excellent (sangat baik)
Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang
baik sekali.
e. Bertanda negative
(-)
Butir item yang bersangkutan daya pembedanya negatif (jelek
sekali).12
12
Prof. Drs. Anas Sudijono, Op, Cit, hlm, 389
7
padahal bukan. Semakin banyak testee yang terkecoh, maka dapat dinyatakan
bahwa distraktor yang dipasang itu makin dapat menjalankan fungsinya dengan
sebaik-baiknya. Sebaliknya, apabila distraktor yang dipasang pada setiap butir
item itu “tidak laku”(maksudnya: tidak ada seoangpun dari sekian banyak testee
yang merasa tertarik untuk memilih distraktor tersebut sebagai jawaban betul),
maka hal ini mengandung makna bahwa distraktor tersebut tidak menjalankan
fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, distraktor baru dapat dikatakan telah
dapat menjalankan fungsinya dengan baik, apabila distraktor tersebut telah
memiliki daya tarik demikian rupa, sehingga para testee (khususnya yang
termasuk kategori kemampuan rendah) merasa bimbang, dan ragu-ragu sehingga
pada akhirnya mereka menjadi terkecoh untuk memilih distraktor sebagai jawaban
betul, sebab mereka mengira bahwa yang mereka pilih itu kunci jawaban item,
padahal bukan.
Menganalisis fungsi distraktor sering dikenal dengan istilah lain, yaitu:
menganalisis pola penyebaran jawaban item. Adapun yang dimaksud pola
penyebaran item ialah suatu pola yang dapat menggambarkan bagaimana testee
menentukan pilihan jawabnya terhadap kemungkinan-kemungkinan jawab yang
telah dipasangkan pada setiap butir item.
Suatu kemungkinan dapat terjadi, yaitu bahwa dari keseluruhan alternatif
yang dipasang pada butir item tertentu, samasekali tidak dipilih oleh testee.
Dengan kata lain, testee menyatakan “blangko”. Pernyataan blangko ini sering
dikenal dengan istilah Oniet dfan biasa diberi lambang dengan huruf O.13
Sesuatu distraktor dapat diperlakukan dengan tiga cara:
1. Diterima, karena sudah baik
2. Ditolak, karena tidak baik
3. Ditulis kembali, karena kurang baik
Kekurangannya mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya
sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya. Menulis soal
adalah suatu pekerjaan sulit, sehingga apabila masih dapat diperbaiki saja, tidak
dibuang. Suatu distraktor dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih
oleh 5% pengikut tes.14
13
Ibid, hlm. 409-411
14
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 220
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teknik Analisis Soal Tes (Item Analisis). Pada analisis butir, butir akan
dilihat karakteristiknya dan dipilih butir-butir yang baik. butir yang baik
adalah butir-butir yang karakteristiknya memenuhi syarat sebagaimana
kriteria karakteristik butir yang baik.
2. Teknik Analisis Tingkat Kesukaran. Suatu tes tidak boleh terlalu mudah,
dan juga tidak boleh terlalu sukar. Sebuah item yang terlalu mudah
sehingga dapat dijawab dengan benar oleh semua siswa bukanlah
merupakan item yang baik. Begitu pula item yang terlalu sukar sehingga
tidak dapat dijawab oleh semua siswa juga bukan merupakan item yang
baik. Jadi item yang baik adalah item yang mempunyai derajat kesukaran
tertentu.
3. Teknik Analisis Daya Pembeda Item. Daya pembeda (item
discriminination) adalah untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal
membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan
perbedaan yang ada dalam kelomppok itu. Indeks yang digunakan dalam
membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan
peserta tes yang berkemampuan rendah. Indeks ini menunjukkan
kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan.
4. Teknik Analisis Fungsi Distraktor. Menganalisis fungsi distraktor sering
dikenal dengan istilah lain, yaitu: menganalisis pola penyebaran jawaban
item. Adapun yang dimaksud pola penyebaran item ialah suatu pola yang
dapat menggambarkan bagaimana testee menentukan pilihan jawabnya
terhadap kemungkinan-kemungkinan jawab yang telah dipasangkan pada
setiap butir item.
9
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Drs. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1996
10