Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS INSTRUMEN EVALUASI, TINGKAT KESUKARAN, DAYA

PEMBEDA DAN DISTRAKTOR

DOSEN PENGAMPU : Dr. Harun Sitompul, M.Pd.

Drs. Sorgang Siagian, M.Pd.

Kelompok 5 :

Rizki Fadilla 5182111005

Vivi Azhari 5181111012

Charlos Daniel Sianturi 5183111025

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEDAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang
senantiasa menganugerahkan nikmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tugas rutin mata kuliah Evaluasi Belajar dan. Kami
berterima kasih kepada Bapak dosen mata kuliah Evaluasi Belajar Bapak Dr.
Harun Sitompul, M.Pd dan Drs. Sorgang Siagian, M.Pd yang sudah memberikan
bimbingannya untuk makalah tugas rutin ini.

Hal yang utama dari penyusunan makalah tugas rutin ini dimaksudkan
sebagai upaya melengkapi tugas-tugas mata kuliah dan penambahan bahan
sumber belajar bagi mahasiswa pada mata kuliah mata kuliah Evaluasi Belajar.

Kehadiran makalah tugas rutin ini diharapkan bermanfaat bagi kami


khususnya dan pembaca pada umumnya untuk menambah wawasan ilmu
mengenai mata kuliah Evaluasi Belajar.

Pada akhirnya kami menyadari bahwa makalah tugas rutin ini tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran dari seluruh pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan dimasa-masa mendatang. Semoga dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca, akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Medan, April 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Teknik Analisis Soal Tes ( Item Analisis )............................................. 3


B. Teknik Analisis Tingkat Kesukaran........................................................ 4
C. Teknik Analisis Daya Pembeda Item...................................................... 6
D. Teknik Analisis Fungsi Distraktor.......................................................... 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran.
Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran diperlukan evaluasi dan
proses analisis dari evaluasi.  Manfaat dari analisis evaluasi untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan pembelajaran dalam rangka meningkatkan proses
pembelajaran. Karena itu  begitu pentingnya guru mengadakan analisis butir
soal (distraktor, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan kualitas soal).

Hasil dari proses penilaian perlu dilakukan analisis, untuk melihat validitas
dan efektivitas instrument, serta untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan
proses pembelajaran. Ada tiga sasaran pokok ketika guru melakukan analisis
terhadap hasil belajar, yaitu terhadap guru, siswa dan prosedur pembelajaran.
Fungsi analisis untuk guru terutama untuk mendiagnosis keberhasilan
pembelajaran dan sebagai bahan untuk merevisi dan mengembangkan
pembelajaran dan tes. Bagi siswa, analisis diharapkan berfungsi  mengetahui
keberhasilan belajar, mendiagnosa mengoreksi kesalahan belajar, serta
Memotivasi siswa belajar lebih baik.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai analisis soal berupa daya beda,
indeks kesukaran dan fungsi distraktor yang berguna sebagai pedoman bagi
pendidikan dalam melakukan analisis soal.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Teknik Analisis Soal Tes ( Item Analisis )?


2. Bagaimana Teknik Analisis Tingkat Kesukaran ?
3. Bagaimana Teknik Analisis Daya Pembeda Item ?
4. Bagaimana Teknik Analisis Fungsi Distraktor ?

1
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan Teknik Analisis Soal.
2. Mendeskripsikan Teknik Analisis Tingkat Kesukaran
3. Mendeskripsikan Teknik Analisis Daya Pembeda Item
4. Mendeskripsikan Analisis Fungsi Distraktor

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teknik Analisis Soal Tes ( Item Analisis )


Pada analisis butir, butir akan dilihat karakteristiknya  dan dipilih
butir-butir yang baik. butir yang baik adalah butir-butir yang
karakteristiknya  memenuhi syarat sebagaimana kriteria  karakteristik butir
yang baik.1
Adapun cara untuk memperbaiki proses belajar- mengajar yang
paling efektif ialah dengan jalan mengevaluasi tes  hasil belajar yang
diperoleh dari proses belajar- mengajar itu sendiri. Dengan kata lain, hasil
tes itu di olah sedemikian rupa sehingga dari hasil pengolahan itu dapat
diketahui komponen –komponen manakah dari proses mengajar itu yang
masih lemah.
Pengolahan tes hasil belajar dalam rangka memperoleh proses
belajar mengajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
     1.    Dengan membuat analisis soal ( item analysis )
   2.    Dengan menghitung validitas dan keandalan tes
Menurut Thorndike dan Hagen (1977), analisis terhadap soal-soal
tes yang telah dijawab oleh murid- murid mempunyai dua tujuan penting.
Pertama, jawaban- jawaban soal itu merupakan informasi diagnostik
untuk meneliti pelajaran dari kelas itu dan kegagalan- kegagalan belajar,
serta selanjutnya untuk membimbing ke arah cara yang lebih baik. Kedua,
jawaban- jawaban terhadap soal yang terpisah dan perbaikan ( review )
soal- soal yang didasarkan atas jawaban – jawaban itu merupakan basis
bagi persiapan tes- tes yang lebih baik untuk tahun berikutnya.

1 Ngalim purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 97

3
Jadi tujuan khusus dari items analisis ialah mencari soal tes mana
yang baik dan mana yang tidak baik, dengan membuat analisis soal,
sedikitnya dapat mengetahui dari tiga segi  yang dapat diperoleh dari tiap
soal, yaitu:
a.    Dari segi derajat kesukaran itemnya
b.    Dari segi daya pembeda itemnya
c.    Dari segi fungsi distraktornya.2

B. Teknik Analisis Tingkat Kesukaran


Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha pemecahannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar
akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Perhitungan
tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat
kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang
(proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Item yang
baik adalah item yang mempunyai derajat kesukaran tertentu.3

Menurut Witherington dalam bukunya berjudul psychological


Education, mengatakan bahwa sudah atau belum memadainya derajat
kesukaran item tes hasil belajar dapat diketahui dari besar kecilnya angka
yang melambangkan tingkat kesulitan dari item tersebut. Angka yang
dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat kesukaran item itu dikenal
dengan istilah difficulty index ( angka index kesukaran item), yang dalam
dunia evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan dengan huruf P,
yaitu singkatan dari kata proportion( proporsi =proposa).
Angka indek kesukaran item itu besarnya berkisar antara 0,00
sampai dengan 1,00. Artinya, angka indek kesukaran itu paling rendah
adalah 0,00 dan paling tinggi adalah 1,00. Angka indek kesukaran sebesar

2 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2002), hlm. 118
3 Wayan nurkancana, evaluasi hasil belajar, (Surabaya: usana offset printing, 1990),
hlm.155-156

4
0,00 ( P= 0,00) merupakan petunjuk bagi tester bahwa butir item tersebut
termasuk dalam katagori item yang terlalu sukar, sebab di sini seluruh
testee tidak dapat menjawab item dengan betul ( yang dapat menjawab
dengan betul =0). Sebaliknya, apabila angka indek kesukaran item itu
adalah 1,00 ( P= 1,00) hal ini mengandung makna bahwa butir item yang
bersangkutan adalah termasuk dalam katagori item yang terlalu mudah,
sebab di sini seluruh testee dapat menjawab dengan betul butir item yang
bersangkutan ( yang dapat menjawab dengan butir = 100%= 100= 1,00.
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
         Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
         Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
         Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

Rumusan mencari indeks kesukaran menurut Daryanto (2005,180) adalah :

Dimana :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

Contoh:
Jumlah siswa peserta tes dalam suatu kelas ada 40 orang.dari 40 orang
siswa tersebut 12 orang dapat mengerjakan soal no 1 dengan betul. Maka
indeks kesukarannya adalah:

Berarti soal ini berada dalam kategori sedang.

5
C. Teknik Analisis Daya Pembeda Item
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu
butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai
kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai
kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi koefisien daya
pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan
antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta didik
yang kurang menguasai kompetensi.4
Mengetahui daya pembeda item itu penting sekali, sebab salah satu
dasar yang dipegang untuk menyusun butir-butir item tes hasil belajar
adalah adanya anggapan, bahwa kemampuan antara siswa yang satu
dengan siswa yang lain itu berbeda-beda, dan bahwa butir-butir tes hasil
belajar itu haruslah mampu memberikan hasil tes yang mencerminkan
adanya perbedaan-perbedaan kemampuan yang terdapat di kalangan siswa
tersebut.5
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D. Seperti halnya indeks kesukaran, indeks
diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya
bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada
indeks diskriminasi ada tanda negatif.6
Daya pembeda item itu dapat diketahui melalui atau dengan
melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Angka indeks
diskriminasi item adalah sebuah angka yang menunjukkan besar kecilnya
daya pembeda yang dimiliki oleh sebutir item. Daya pembeda pada
dasarnya dihitung atas dasar pembagian siswa ke dalam dua kelompok,
yaitu kelompok atas yakni kelompok yang tergolong pandai, dan
kelompok bawah, yaitu kelompok siswa yang tergolong bodoh. Dalam
hubungan ini, jika sebutir item memiliki angka indeks diskriminasi item
4 Sumarna suprapranata, Analisi,validitas, rehabilitas dan interprestasi hasil tes,
(bandung: pt remaja rosda karya, 2006), hlm.23

5 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996), hlm. 385-386
6 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2010) hlm.211

6
dengan tanda positif, hal ini merupakanmpetunjuk bahwa butir item
tersebut telah memiliki daya pembeda, dalam arti bahwa siswa yang
termasuk kategori pandai lebih banyak yang dapat menjawab dengan betul
terhadap butir item yang bersangkutan, sedangkan siswa yang termasuk
kategori bodoh lebih banyak yang menjawab salah.
Jika sebutir item angka indeks diskriminasinya = 0,00 (nihil), maka
hal ini menunjukkan bahwa butir item yang bersangkutan tidak memiliki
daya pembeda sama sekali, dalam arti bahwa jumlah siswa kelompok atas
yang jawabannya betul (atau salah) sama dengan jumlah siswa kelompok
bawah yang jawabannya betul. Jadi diantara kedua kelompok siswa
tersebut tidak ada perbedaannya sama sekali, atau perbedaannya sama
dengan nol.

Rumus Mencari Daya Pembeda menurut Daryanto ( 2005, 186) yaitu :

Dimana :

D         = Daya pembeda

J           = jumlah peserta tes

JA        = banyak peserta kelompok atas

JB        = banyak peserta kelompok bawah

BA      = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar

BB       = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan


benar

7
PA     = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ( ingat P
sebagai indeks kesukaran )

PB       = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Adapun klasifikasi daya pembeda adalah:

Besarnya angka
indeks diskriminasi Klasifikasi Interpretasi
item (D)
Butir item yang bersangkutan
daya pembedanya lemah sekali,
Kurang dari 0,20 Poor (jelek)
dianggap tidak memiliki daya
pembeda yang baik
Butir item yang bersangkutan
0,20 – 0.40 Satisfactory (cukup) telah memiliki daya pembeda
yang cukup (sedang)
Butir item yang bersangkutan
0,40 – 0,70 Good (baik) telah memiliki daya pembeda
yang baik
Butir item yang bersangkutan
Excellent (sangat
0,70 – 1,00 telah memiliki daya pembeda
baik)
yang baik sekali

Butir item yang bersangkutan


Bertanda negatif - daya pembedanya negatif (jelek
sekali)7

7 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm, 389

8
Dari hasil analisis tes yang terdiri dari 10 butir soal yang dikerjakan oleh
20 orang siswa, didapat skor sebagai berikut:

A = 5                F = 6                           K = 7                              P = 3

B = 7               G = 6                            L = 5                            Q = 8

C = 8               H = 6                           M = 3                             R = 8

D = 5                I = 8                           N = 7                              S = 6

E = 10              J = 7                           O = 9                             T = 6

Dari angka yang belum teratur tersebut kemudian dibuat urutan


penyebaran, dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah.

9
Uraian  ini menunjukkan adanya kelompok atas ( JA) dan kelompok
bawah ( JB).
Pada uraian di atas dapat ditunjukkan kelompok A dan B. Dan hal ini
mempermudah menentukan BA dan BB.

Dimana

BA = Banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas A dan

BB = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah B

Seperti yang diketahui, soal yang baik adalah soal yang dapat
membedakan antara anak berkemampuan tinggi dengan anak
berkemampuan rendah, dilihat dari dapat atau tidaknya ia mengerjakan
soal tes.

Bila diperhatikan tabel diatas, dilihat khusus untuk butir soal no satu, dari
kelompok atas yang menjawab benar adalah 8 orang, dari kelompok
bawah yang menjawab betul adalah 3 orang. Dan diterapkan rumus daya
pembeda maka :

JA         = 10

JB        = 10

PA        = 0,8

10
PB        = 0,9

BA       = 8

BB        = 9

Maka D =  PA  –  P B

=  0,8  –  0,9

D =  0,1

Dengan demikian maka daya pembeda untuk soal no 1 adalah 0,1 dan ini
berarti butir soal no satu ini jelek.

D. Teknik Analisis Fungsi Distraktor


Disebut juga dengan pola jawaban atau fungsi pengecoh, yaitu
distribusi siswa dalam hal menentukan pilihan pada soal bentuk pilihan
ganda. Fungsi distraktor ini diperoleh dengan menghitung banyaknya
siswa yang memilih pilihan jawaban a, b, c, d dan e yang tidak memiliki
pilihan manapun. Dalam istilah evaluasi disebut omit disingkat O.
Pada saat membicarakan tentang objektif bentuk multiple choice
item telah dikemukakan bahwa pada tes objektif bentuk multiple choice
item tesebut untuk setiap butir item yang dikeluarkan dalam tes hasil
belajar telah dilengkapi dengan beberapa kemungkinan jawab, atau yang
sering dikenal dengan istilah option atau alternatif.
Option atau alternatif itu jumlahnya berkisar antara tiga sampai
dengan lima buah, dan dari kemungkinan-kemungkinan jawab yang
terpasang pada setiap butir item itu, salah satu diantaranya adalah
merupakan jawaban betul, sedangkan sisanya adalah merupakan jawaban
salah. Jawaban-jawaban salah itulah yang biasa dikenal dengan istilah
distraktor (pengecoh).
Tujuan utama dari pemasangan distraktor pada setiap butir item itu
adalah, agar dari sekian banyak testee yang mengikuti tes hasil belajar ada
yang tertarik untuk memilihnya, sebab mereka menyangka bahwa

11
distraktor yang mereka pilih itu merupakan jawaban betul. Jadi mereka
terkecoh, menganggap bahwa distraktor yang terpasang pada item itu
sebagai kunci jawaban item, padahal bukan. Semakin banyak testee yang
terkecoh, maka dapat dinyatakan bahwa distraktor yang dipasang itu
makin dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya,
apabila distraktor yang dipasang pada setiap butir item itu “tidak
laku”(maksudnya: tidak ada seoangpun dari sekian banyak testee yang
merasa tertarik untuk memilih distraktor tersebut sebagai jawaban betul),
maka hal ini mengandung makna bahwa distraktor tersebut tidak
menjalankan fungsinya dengan baik.
Dengan kata lain, distraktor baru dapat dikatakan telah dapat
menjalankan fungsinya dengan baik, apabila distraktor tersebut telah
memiliki daya tarik demikian rupa, sehingga para testee (khususnya yang
termasuk kategori kemampuan rendah) merasa bimbang, dan ragu-ragu
sehingga pada akhirnya mereka menjadi terkecoh untuk memilih distraktor
sebagai jawaban betul, sebab mereka mengira bahwa yang mereka pilih itu
kunci jawaban item, padahal bukan.
Menganalisis fungsi distraktor sering dikenal dengan istilah lain,
yaitu: menganalisis pola penyebaran jawaban item. Adapun yang
dimaksud pola penyebaran item ialah suatu pola yang dapat
menggambarkan bagaimana testee menentukan pilihan jawabnya terhadap
kemungkinan-kemungkinan jawab yang telah dipasangkan pada setiap
butir item.8

Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh


berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak
dipilih sama sekali oleh siswa berarti pengecoh itu jelek, dan terlalu
menyolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah distraktor dapat dikatakan
berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik
yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep
atau kurang menguasai bahan. Dengan melihat pola jawaban soal, dapat
diketahui :
8 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 409-411

12
a. taraf kesukaran soal

b. taraf pembeda soal

c. baik tidaknya distraktor.

Sesuatu distraktor dapat diperlakukan dengan tiga cara:


a.       Diterima, karena sudah baik
b.      Ditolak, karena tidak baik
c.       Ditulis kembali, karena kurang baik
Kekurangannya mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya
sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya.
Menulis soal adalah suatu pekerjaan sulit, sehingga apabila masih dapat
diperbaiki saja, tidak dibuang. Suatu distraktor dapat dikatakan berfungsi
baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes.9

Contoh perhitungan :

Dari analisis sebuah item, pola diketahui sebagai berikut ;

Dari pola jawaban soal ini dapat dicari :

1. P = 21/60 = 0,35

9 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan , hlm. 220

13
2. D = PA – PB = 15/30 – 6/30 = 0,30

3. distraktor : semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena


sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes.

4. dilihat dari segi omit 9 kolom pilihan paling kanan) adalah baik. Sebuah
item dikatakan baik jika omitnya tidak lebih dari 10% pengikut tes.

( 5% dari pengikut tes = 5% x 60 orang = 3 orang). Sebenarnya ketentuan


ini hanya berlaku untuk tes pilihan ganda dengan 5 alternatif dan p = 0,80.
tetapi demi kepraktisan diberlakukan untuk semua

BAB III
PENUTUP

14
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan makalah diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan
yaitu:
Pengolahan tes hasil belajar dalam rangka memperoleh proses belajar mengajar
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan membuat analisis soal ( item
analysis ) dan dengan menghitung validitas dan keandalan tes.
 Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat
kesukaran suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau
tidak terlalu sukar. Item yang baik adalah item yang mempunyai derajat kesukaran
tertentu.
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal
mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan
peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria
tertentu.
Fungsi distraktor disebut juga dengan pola jawaban atau fungsi pengecoh, yaitu
distribusi siswa dalam hal menentukan pilihan pada soal bentuk pilihan ganda.
Fungsi distraktor ini diperoleh dengan menghitung banyaknya siswa yang
memilih pilihan jawaban a, b, c, d dan e yang tidak memiliki pilihan manapun.

Demikian makalah ini penulis sampaikan. Penulis menyadari masih banyak


kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kritik dan
saran dari pembaca dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi


Aksara, 2010

Purwanto , M. Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,


Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002

Purwanto , M. Ngalim, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009

Nurkancana,Wayan, evaluasi hasil belajar, Surabaya: usana offset printing, 1990

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada, 1996

Suprapranata, Sumarna, Analisi,validitas, rehabilitas dan interprestasi hasil


tes,Bandung: pt remaja rosda karya, 2006

16

Anda mungkin juga menyukai