1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Menganalisis Butir Soal ini dengan baik. Kami juga berterima kasih pada selaku dosen Ibu
Dr. Hj. Erni Ratna Dewi, M,Si sebagai dosen pengampuh dalam mata kuliah Evaluasi
penilaian pembelajaran di SD yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai analisis butir soal dan analisis tingkat kesukaran soal . Kami
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar..................................................................................................................2
Daftar isi.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................4
A. Latar belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan masalah....................................................................................................4
C. Tujuan penulisan......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
1.1 Pengertian Analisis Butir Soal....................................................................................6
1.2 Macam-macam teknik analisis butir soal..................................................................7
1.3 Tujuan dan manfaat analisis butir soal.....................................................................15
1.4 Langkah-langkah analisis butir soal..........................................................................16
2.1........................................................................................................................................Peng
ertian analisis tingkat kesukaran soal.......................................................................19
2.2........................................................................................................................................Tuju
an analisis tingkat kesukaran soal.............................................................................19
2.3........................................................................................................................................
Teknik analisis tingkat kesukaran soal.....................................................................20
2.4........................................................................................................................................
Kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal..............................................................21
BAB III PENUTUP...........................................................................................................23
A. KESIMPULAN......................................................................................................23
B. SARAN...................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................24
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia pendidikan, penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari proses belajar mengajar. Sistem penilaian yang baik akan mendorong guru
menggunakan strategi mengajar yang lebih baik dan memotivasi siswa untuk belajar
lebih giat. Penilaian biasanya dimulai dengan kegiatan pengukuran. Pengukuran
bertujuan untuk membangun dasar-dasar pengembangan tes yang lebih baik sehingga
menghasilkan tes yang berfungsi secara optimal, valid, dan reliabel. Proses belajar
mengajar dilaksanakan dengan mempunyai misi atau tujuan bersama. Dalam usaha
untuk mencapai misi dan tujuan itu perlu diketahui apakah usaha yang dilakukan
sudah sesuai dengan tujuan? Untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah
tercapai perlu diadakan tes. Sebuah tes yang dapat baik sebagai alat pengukur harus
dianalisis terlebih dahulu.
Menunurut Aiken (1994) dalam Suprananto (2012), kegiatan analisis butir soal
merupakan kegiatan penting dalam penyusunan soal agar diperoleh butir soal yang
bermutu.Tujuan kegiatan ini adalah mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar
diperoleh soal yang bermutu sebelum digunakan, meningkatkan kualitas butir tes
melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta mengetahui informasi
diagnostik pada siswa apakah mereka telah memahami materi yang telah diajarkan.
Soal yang bermutu adalah soal dapat memberikan informasi setepat-tepatnya tentang
siswa mana yang telah menguasai meteri dan siswa yang belum menguasai materi.
B. RUMUSAN MASALAH
Makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari analisis butir soal ?
2. Apa saja macam-macam teknik analisis butir soal?
3. Apa tujuan dan manfaat dari menganalisis butir soal?
4. Bagaimana langkah-langkah analisis butir soal
5. Apa yang dimaksud dengan analisis tingkat kesukaran soal?
4
6. Apa tujuan dilakukannya analisis tingkat kesukaran soal?
7. Apa saja teknik yang digunakan untuk menganalisis tingkat kesukaran soal?
8. Apa kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan pengertian analisis butir soal.
2. Mengetahui macam-macam teknik analisis butir soal.
3. Mengetahui tujuan dan manfaat dari menganalisis butir soal.
4. Mengetahui langkah-langkah analisis butir soal.
5. Untuk mengetahui definisi analisis tingkat kesukaran soal.
6. Untuk mengetahui tujuan analisis tingkat kesukaran soal.
7. Untuk mengetahui teknik-teknik analisis tingkat kesukaran soal.
8. Untuk mengetahui kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
1.2 Macam-macamTeknik Analisis Butir Soal
Analisis soal dilakukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan sebuah soal.
Analisis pada umumnya dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif (qualitatif
control) dan analisis kuantitatif (quantitatif control).
1). Analisis Butir Soal Secara Kualitatif
Dalam analisis butir soal secara kualitatif digunakan format penelaahan soal.Biasanya
hal-hal yang ditelaah dalam analisis kualitatif adalah hal hal yabg terkait materi soal dan
kaitannya dengan bahasa serta budaya di masyarakat tempat soal tersebut akan diujikan.
Ada beberapa teknik yang digunakan untuk menganalisis butir soal secara kualitatif,
yaitu teknik moderator dan teknik panel. Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi
yang didalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir
soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli.
Sedangkan teknik panel adalah teknik menelaah butir soal berdasarkan kaidah
penulisan butir soal. Kaidah itu diantaranya adalah materi, kontruksi, bahasa atau budaya,
kebenaran kunci jawaban. Caranya beberapa penelaah diberikan beberapa butir soal yang
akan ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penelaahan.
Dalam menganalisis butir soal secara kualitatif penggunaan format penelaahan soal akan
membantu dan mempermudah prosedur pelaksanaannya. Format penelaahan soal digunakan
sebagai dasar untuk menganalisis setiap butir soal.
2). Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif
Penelaahan soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal didasarkan pada bukti
empirik. Salah satu tujuan utama pengujian butir-butir soal secara emperik adalah untuk
mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal membedakan antara mereka yang tinggi
kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria dari mereka yang rendah
kemampuannya.
Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan. Ada dua pendekatan dalam
analisis secara kuantitatif yaitu pendekatan secara klasik dan modern.
1). Analisis Butir Soal Secara Klasik
Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi
dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dangan
7
menggunakan teori tes klasik. Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara
klasik adalah setiap butir soal ditelaah dari segi tingkat kesukaran butir , daya pembeda,
penyebaran pilihan jawaban (untuk soal bentuk obyektif) atau frekuensi jawaban pada setiap
pilihan jawaban, dan realibilitas soal.
a. Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong
mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau
mudahnya suatu soal. (Arikunto, 1999: 207).
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang
terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkan. Sebaliknya
soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.
Dalam menentukan kriteria soal, apakah soal tersebut termasuk mudah, sedang, atau
sukar adalah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut antara
lain adalah:
Aspek yang di ukur dalam pernyataan tersebut.
Sifat materi yang di ujikan atau ditanyakan.
Isi bahan yang di tanyakan sesuai dcngan bidang keilmuannya, baik luasnya maupun
kedalamannya.
Cara melakukan analisis, untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut
Rumus mencari indeks kesukaran soal objektif:
P=B /Js x 100 %
Dengan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
Js = J
jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus berikut ini.
Mean
Tingkat Kesukaran=
Skor maksimum Yang ditetapkan
8
Kriteria indeks kesukaran soal sebagai berikut. Kriteria yang digunakan adalah makin
kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang
diperoleh makin mudah soal tersebut.
0 , 00 – 0 ,30 Soal sukar
0 , 31 – 0 , 70 Soal sedang
0 , 71 – 0 , 90 Soal mudah
Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan
kegunaan bagi pengujian dan pengajaran (Nitko, 1996: 310-313).
Kegunaannya bagi guru adalah :
1. Sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan
kepada siswa tentang hasil beiajar mereka.
2. Memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai terhadap butir
soal yang biasa.
Adapun kegunaannya bagi pengujian dan pengajaran adalah :
1. Pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang.
2. Tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah.
3. Memberi masukan kepada siswa.
4. Tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang biasa.
5. Merakit tes yang memiliki ketepatan data soal.
Di samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkat kesukaran butir soal
sangat penting karena tingkat kesukaran butir dapat :
1. Mempengaruhi karakteristik distribusi skor (mempengaruhi bentuk dan penyebaran skor
tes atau jumlah soal dan korelasi antarsoal).
2. Berhubungan dengan reliabilitas. Menurut koefisien alfa dan KR-2O, semakin tinggi
korelasi antarsoal, semakin tinggi reliabilitas (Nunnally, 1981 : 270-271).
Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk memprediksi alat ukur itu
sendiri (soal) dan kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan guru.
Misalnya satu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap informasi ini
adalah seperti berikut:
1. Pengecoh butir soal itu tidak berfungsi.
2. Sebagian besar siswa menjawab benar butir soal itu, artinya bahwa sebagian besar siswa
telah memahami materi yang ditanyakan.
Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka prediksi terhadap informasi ini
adalah sebagai berikut.
9
1. Butir soal itu "mungkin" salah kunci jawaban.
2. Butir soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar.
3. Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya,
sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai.
4. Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal yang
diberikan (misalnya meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk
pilihan ganda).
5. Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.
a. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda adalah mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes
tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam kategori rendah dan
kategori tinggi prestasinya. Tujuan daya pembeda yaitu untuk mengetahui
kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi
prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya.
Manfaat daya pembeda butir soal adalah seperti berikut ini :
1. Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan
indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik,
direvisi, atau ditolak.
2. Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/membedakan
kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami
materi yang diajarkan guru. Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan
kedua kemampuan siswa itu, maka butir soal itu dapat dicurigai
"kemungkinannya" seperti berikut ini :
Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.
Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar.
Kompetensi yang diukur tidak jelas.
Pengecoh tidak berfungsi.
Materi yang ditanyakan terlalu sulit, sehingga banyak siswa yang menebak.
Sebagian besar siswa yang rnemahami materi yang ditanyakan berpikir ada
yang salah informasi dalam butir soalnya.
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan
menggunakan rumus berikut ini.
10
BA−BB
DP= 2(BA−BB)
1 atau DP=
N N
2
DP = Daya pembeda soal
BA = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB = Jumlah jawaban bénar pada kelompok bawah
N = Jumlah siswa yang mengerjakan tes
Di samping rumus di atas, untuk mengetahui daya Pembeda soal bentuk pilihan
ganda dapat dipergunakan rumus korelasi poin biserial
(r pbis) dan korelasi biserial (r bis) (Miliman and (ireene, I993: 359 -360) dan (Glass
and Stanley, 1970: 169-470) seperti berikut.
X b− X s Y b−Y s nb . ns
rpbis= √ pq dan rbis= .
SD SD un √ n2−n
Xb, Yb = Rata-rata skor warga belajar/siswa yang menjawab benar
Xs, Ys= Rata-rata skor warga belajar siswa yang menjawab salah
SD = Simpangan baku skor total
nb dan ns = Jumlah siswa yang menjawab benar dan jumlah siswa yang menjawab
salah, serta nb + ns = n.
p = Proporsi jawaban benar terhadap semuajawaban siswa
q=1–p
U= Ordinat kurva normal.
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan menggunakan
rumus berikut ini.
11
0.20−0 , 29 soal diperbaiki
0 , 19−0 ,00 soal tidak dipakai/dibuang
b. Validitas
Sebuah item atau soal dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar
terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau
rendah. Dengan kata lain dapat dikemukakan di sini bahwa sebuah item memiliki
validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total.
Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi sehingga untuk mengetahui validitas
item digunakan rumus korelasi.
N ∑ XY − (∑ X ) ( ∑ Y )
r xy =
√ {( N ∑ X ) −( ∑ X ) }{N ∑ Y
2 2 2
−¿ ¿
Ket :
r xy= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y,
dua variabel yang dikorelasikan.
Koofisien korelasi umumnya dibagi dalam lima bagian seperti tampak pada tabel
berikut :
Angka Korelasi Makna
0,800-1,000 Sangat Tinggi
0,600-0,799 Tinggi
0,400-0,599 Cukup
0,200-0,399 Rendah
0,000-0,199 Sangat Rendah
12
Sugiyono (2012; 184)
13
Keajegan pengukuran setara : kesesuaian hasil pengukuran dan 2 atau lebih alat ukur
berdasarkan kompetensi kisi-kisi yang lama.
Keajegan belah dua : kesesuaian antara basil pengukuran belahan pertama dan
belahan kedua dari alat ukur yang sama.
Metode yang digunakan untuk menganalisis Reliabilitas soal salah satunya bisa
menggunakan Metode belah dua atau split-half method, namun tidak menutup
kemungkinan untuk menggunakan metode lain.
Pada saat penskoran, tes dibelah menjadi dua sehingga tiap siswa memperoleh dua
macam skor, yakni skor yang diperoleh dari soal-soal benomor genap. Skor total
diperoleh dengan menjumlah skor ganjil dan genap. Selanjutnya skor-ganjil dikorelasikan
dengan skor genap, hasilnya adalah koetisien korelasi r ¿ Atau koefisien korelasi ganjil
genap.
2r 1 ¿ 1¿
rumus Spearman – Brown r 11 =
(1+r 1¿ 1 ¿)
Ket :
r 1 ¿1 ¿= Korelasi antara skor – skor setiap belahan tes.
r 11= Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan.
Menentukan reliabilitas, dengan menggunakan Metode alpha (Cronbach,s)
Rumusnya :
2
K ∑σ b
r 11 = ( ¿ (1− 2
)
K−1 Vt
r 11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.
2
∑σ b = Jumlah varian/ butir
2
V t = Varian total
Penentuan Kategori dari validitas instrument yang mengacu pada pengklafikasian
validitas yang dikemukakan oleh Guilford:
0 , 80 ≤ r 11 ≤1 Reliabilitas Sangat Tinggi
0 , 60 ≤ r 11 ≤0 , 80 Reliabilitas Tinggi
0 , 40 ≤ r 11 ≤ 0 , 06 Re l iabilitas Sedang
0 , 20 ≤ r 11 ≤ 0 , 40 Reliabilitas Rendah
−1 , 00 ≤r 11 ≤ 0 , 20 Reliabilitas sangat rendah (Tidak Reliabel)
2) Analisis Butir Soal Secara Modern
14
Analisis butir soal secara modern yaitu penelaahan butir soal dengan menggunakan Item
Response Theory (IRT) atau teori jawaban butir soal. Teori ini merupakan suatu teori yang
menggunakan fungsi matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar
suatu soal dengan kemampuan siswa Nama lain IRT adalah latent trait theory (LTT), atau
characteristics curve theory (ICC).
Asal mula IRT adalah kombinasi suatu versi hukum phigamma dengan suatu analisis
faktor butir soal (item factor analisis) kemudian bernama Teori Trait Latent (Latent Trait
Theory). kemudian sekarang secara umum dikenal menjadi teori jawaban butir soal (Item
Response Theory) (McDonald, 1999:1)
15
9. Memberi masukan pada aspék tertentu untuk pengembangan kurikulum.
10. Merevisi materi yang dinilai atau diukur.
11. Meningkatkan keterampilan penulisan soal.
Adapun pendapat yang diungkapkan oleh Anastasia dan Urbina (1997) dalam
Suprananto (2012), analisis butir soal memiliki banyak manfaat, diantaranya yakni:
1. Membantu pengguna tes dalam mengevaluasi kualitas tes yang digunakan,
2. relevan bagi penyusunan tes informal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa
dikelas,
3. mendukung penulisan butir soal yang efektif,
4. secara materi dapat memperbaiki tes di kelas,
5. meningkatkan validitas soal dan reliabilitas.
Linn dan Gronlund (1995) dalam Suprananto (2012: 163), menambahkan bahwa
pelaksanaan kegiatan analisis butir soal, biasanya didesain untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut:
1. Apakah fungsi soal sudah tepat?
2. Apakah soal telah memiliki tingkat kesukaran yang tepat?
3. Apakah soal bebas dari hal-hal yang tidak relevan?
4. Apakah pilihan jawabannya efektif?
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa analisis butir soal memberikan
manfaat:
1. Menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi dengan baik,
2. meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu, tingkat kesukaran, daya
pembeda dan pengecoh soal,
3. merevisi soal yang tidak relevan degan materi yang diajarkan, ditandai dengan banyaknya
anak yang tidak dapat menjawab butir soal tertentu.
16
2) Menghitung banyaknya responden.
3) Membagi jumlah jawaban yang benar dengan banyaknya responden, sehingga
didapatlah tingkat kesukaran.
4) Lihatlah tabel klasifikasi tingkat kesukaran untuk menentukan tingkatannya.
3. Langkah-langkah menentukan daya pembeda
1) Menentukan kelas atas dan kelas bawah, dangan cara :
a. Menghitung skor total dari tiap siswa.
b. Merangking dari yang tertinggi ke yang terendah berdasarkan skor total.
c. Ambil 27% siswa dengan skor tertinggi dan 27% siswa dengan skor terendah.
2) Menghitung jumlah responden.
3) Untuk menentukan daya pembeda, selisih dari kelas atas dan kelas bawah, kemudian
dibagi dengan setengah dari responden.
4) Setelah didapat daya pembeda, lihatlah tabel klasifikasi untuk menentukan jenis
kualitas daya pembeda soal tersebut.
4. Langkah-langkah menentukan efektivitas pengecoh
1) Menentukan kelas atas dan kelas bawah, dengan cara :
a. Menghitung skor total dari tiap siswa.
b. Merangking dari yang tertinggi ke yang terendah berdasarkan skor.
c. Ambil 27% siswa dengan skor tertinggi dan 27% siswa dengan skor terendah.
2) Menentukan jumlah responden.
3) Menghitung persentase dari setiap pilihan jawaban, dengan cara menghitung
banyaknya testee yang memilih option , kemudian masing-masing dibagi dengan
jumlah peserta tes.
Banyaknya testee yang mmemilih option
Distraktor= × 100 %
Jumlah peserta tes(testee)
4) Jika persentase ¿ 5 % , maka kualitas pengecoh pada soal tersebut adalah baik.
Sedangkan jika persentase ¿ 5 % , maka kualitas pengecoh pada soal tersebut adalah
buruk.
5. Langkah-langkah menentukan Validitas soal
1) Menentukan nilai r tabel melalui tabel korelasi untuk validitas.
2) Menentukan jumlah responden (N).
3) Menentukan jumlah responden yang memilih jawaban benar pada butir soal tersebut
(∑ X ).
17
4) Mengkuadratkan masing-masing pilihan jawaban yang benar pada butir soal tersebut,
kemudian menjumlahkan seluruhya (∑ X 2 ).
5) Menghitung skor setiap responden, kemudian mejumlahkan seluruhnya (∑Y ).
6) Mengkuadratkan masing-masing skor dari setiap responden, kemudian
menjumlahkan seluruhnya (∑Y 2).
7) Mencari nilai r hitung , dengan memasukkan nilai-nilai yang telah didapat ke
dalam rumus :
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
√¿ ¿ ¿
8) Membandingkan nilai r hitung dan r tabel yang telah diketahui. Jika r hitung > r tabel
maka soal tersebut valid, tetapi jika sebaliknya, maka soal tersebut tidak valid.
6. Langkah-langkah menentukan reliabilitas
- Metode belah dua
1) Menentukan nilai r tabel melalui tabel korelasi.
2) Mengelompokkan soal menjadi dua kelompok, yaitu kelompok nomor soal ganjil
dan kelompok nomor soal genap.
3) Menghitung seluruh jumlah responden (N).
4) Menghitung jumlah jawaban benar untuk kelompok soal ganjil dari setiap
responden, kemudian menjumlahkan seluruhnya (∑X).
5) Mengkuadratkan jumlah jawaban benar untuk kelompok soal ganjil dari setiap
responden, kemudiankan menjumlahkan seluruhnya (∑ X 2 ).
6) Menghitung jumlah jawaban benar untuk kelompok soal genap dari setiap
responden, kemudian menjumlahkan seluruhnya(∑Y).
7) Mengkuadratkan jumlah jawaban benar untuk kelompok soal genap dari setiap
responden, kemudian menjumlahkan seluruhnya (∑Y 2).
8) Mengalikan masing-masing jumlah jawaban benar untuk kelompok soal ganjil dan
kelompok soal genap dari setiap responden, kemudian menjumlahkan seluruhnya
(∑XY).
9) Mencari nilai r hitung , dengan memasukkan nilai-nilai yang telah didapat ke dalam
rumus :
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
a. r xy =
√¿ ¿ ¿
b. Setelah didapat nilainya, kemudian dimasukkan lagi ke rumus :
18
2 r 11
22
r 11 =
( 1+ r )
11
22
10) Membandingkan r hitung dan r tabel yang telah diketahui. Jika r hitung > r tabel , maka
semua soal tersebut reliabel.
kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu
soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal
tersebut baik.
Menurut Sukardi (2011:136), tingkat (indeks) kesulitan soal adalah angka yang
menunjukkan proporsi siswa yang menjawab betul dalam satu soal yang dilakukan dengan
menggunakan tes objektif. Menurut Aiken (1994:66), tingkat kesukaran soal adalah peluang
untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan
dalam bentuk indeks. Menurut Asmawi Zainul, dkk (1997) tingkat kesukaran butir soal
adalah proporsi peserta tes menjawab benar terhadap butir soal tersebut. Dari beberapa
19
pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran soal adalah angka
yang menunjukkan bahwa apakah soal yang diujikan termasuk mudah, sedang atau sukar.
Menurut Nitko (1996:310-313), analisis tingkat kesukaran butir soal memiliki tujuan:
Pada analisis butir soal secara klasikal, seperti yang dijelaskan oleh Depdikbud
(1997), tingkat kesukaran dapat diperoleh dengan beberapa cara: (1) skala kesukaran linier;
(2) skala bivariat; (3) indeks davis; (4) proporsi menjawab benar. Cara yang paling umum
digunakan adalah proporsi menjawab benar atau proportion correct: jumlah peserta tes yang
menjawab benar pada soal yang dianalisis dibandingkan dengan peserta tes seluruhnya.
Pada teknik analisis proportion correction terdapat bilangan yang menunjukkan sukar
dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks
kesukaran antara 0,00 sampai 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.
Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya
indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.. Indeks tingkat kesukaran ini pada
umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00.
Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P singkatan dari
“Proporsi”. Rumus mencari P:
B
P=
JS
20
Keterangan:
P = indeks kesukaran
Walaupun demikian ada yang berpendapat bahwa soal-soal yang dianggap baik, yaitu
soal-soal sedang yaitu soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,30 – 0,70. Perlu
diketahui bahwa soal-soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar tidak berarti tidak boleh
digunakan.
Langkah-langkah untuk mencari tingkat kesukaran butir soal menurut Arifin (2012:266):
a. Menyusun lembar jawaban peserta didik dari skor tertinggi sampai dengan skor terendah.
b. Mengambil 27% lembar jawaban dari atas yang selanjutnya disebut kelompok atas
(higher group), dan 27% lembar jawaban dari bawah yang selanjutnya disebut kelompok
bawah (lower group). Sisa 46% disisihkan.
c. Membuat tabel untuk mengetahui jawaban (benar atau salah) dari setiap peserta didik,
baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah. Jika jawaban peserta didik benar,
diberi tanda 1 (satu). Sebaliknya jika jawaban peserta didik salah, diberi tanda 0 (nol).
Seperti yang dikemukakan oleh Arifin (2009:270), adapun kriteria penafsiran tingkat
kesukaran soal:
21
Cara menghitung persentase tingkat kesukaran soal objektif (pilihan ganda) yaitu
dengan menggunakan rumus:
WL+WH
TK= ×100 %
nL+ nH
Keterangan:
TK = tingkat kesukaran
WL = jumlah peserta didik yang menjawab soal dengan salah dari kelompok bawah
WH = jumlah peserta didik yang menjawab soal dengan salah dari kelompok atas
Cara menghitung persentase tingkat kesukaran soal uraian yaitu dengan menggunakan
rumus:
X
TK=
S
Keterangan:
TK = tingkat kesukaran
22
23
BAB III
A. KESIMPULAN
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan
memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita
susun. Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap
item soal benar-benar baik,sehingga di perlukan analisis terhadapnya.
B. SARAN
Dari hasil penulisan makalah ini, penulis berharap kepada teman-teman
mahasiswa atau mahasiswi untuk lebih banyak lagi membaca dibuku-buku lain agar
memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam dan luas tentang MATERI
EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD khususnya “ANALISIS BUTIR SOAL”.
Karena penulis merasa bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Bagi siapa
saja yang membaca makalah ini baik dosen, teman- teman atau pun yang lainnya
penulis mengharapkan kritikan, saran maupun teguran dari semua pihak agar
kiranya dapat menunjang makalah ini, sehingga ke depannya dapat penulis buat
lebih baik lagi, demikian saya ucapkan terima kasih.
24
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/38215858/
EVALUASI_PEMBELAJARAN_Makalah_Tingkat_Kesukaran_dan_Daya_Butir_Soal_ZUL
FIAN_pdf
https://smanegeri1cipongkor.sch.id/read/41/analisis-butir-soal-pg
https://id.scribd.com/document/458114852/Makalah-Analisis-Tingkat-Kesukaran-Soal
25