Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEKNIK PENGANALISAAN ITEM TES HASIL BELAJAR


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan IPS
Dosen pengampu: Dr. Heru Suparman, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 11
Afif Hasbullah Al-Afkari (20227370081)
Lula Tazkia Mawaddah (20227370093)
Zainal Fahmi (20227370103)
Rizki Amalia (20227370127)

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang mana telah
memberikan Rahmat dan Karunia-NYA kepada penulis kesehatan maupun
kekuatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat dan salam penulis
ucapkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Makalah ini disusun oleh penulis guna memenuhi tugas Mata kuliah Evaluasi
Pendidiksn IPS. Penulis berharap, dengan adanya makalah ini dapat menambah
referensi para pembacanya. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan
makalah ini melibatkan banyak pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Heru Suparman, M.Pd Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Evaluasi Pendidikan IPS Fakultas Pascasarjana di Universitas Indraprasta
PGRI
2. Rekan-rekan dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah banyak membantu dalam penulisan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dengan
segalakekurangannya. Untuk itu penulis berharap adanya kritik dan saran dari
semua pihakdemi kesempurnaan dari laporan kegiatan ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
rekan-rekan mahasiswa dan pembaca sekaligus menambah pengetahuan tentang
Evaluasi Pendidikan IPS.

Jakarta, Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Menjelaskan Teknik Analisis Derajat Kesukaran Item Tes ................... 3
B. Menjelaskan Teknik Analisis Daya Pembeda ........................................ 7
C. Menjelaskan Teknik Analisis Fungsi Distractor Item Tes ..................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
A. Simpulan ............................................................................................... 12
B. Saran ..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi pembelajaran adalah sistem. Artinya suatu rangkaian kegiatan yang
melibatkan berbagai unsur sebagai satu kesatuan. Masing-masing unsur
mempunyai fungsi dan peran tersendiri dan perubahan dalam salah satu unsur akan
berpengaruh pada unsur yang lainnya. Dalam dunia pendidikan, evaluasi
merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dan sama pentingnya dengan proses
pembelajaran.
Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi akan kehilangan makna. Sebab guru
tidak akan memperoleh informasi penting tentang tingkat pencapaian tujuan,
tingkat penguasaan materi belajar, kekuatan, kelemahan siswa dalam belajar, serta
kekuatan-kelemahan guru dalam proses pembelajaran yang dikembangkan.
Walaupun evaluasi dianggap penting dan sudah merupakan pekerjaan rutin guru,
namun dalam kenyataan sehari-hari di lapangan sistem evaluasi dalam
pembelajaran bukan berarti tanpa persoalan. Berdasar pengamatan sepintas di
lapangan, beberapa persoalan tersebut paling tidak berkaitan dengan pemahaman
konsep dasar evaluasi, pelaksanaan dan pemanfaatannya, serta evaluasi program
pengajaran.
Dalam proses pembelajaran ada tiga komponen utama yang merupakan satu
kesatuan, yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi hasil
belajar. Masing-masing komponen dalam proses pembelajaran tersebut saling
bergantung. Oleh karena itu ketiga komponen harus senantiasa sesuai satu sama
lainnya.Dalam melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah digunakan
untuk mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya (muridnya, siswa,
mahasiswa dan lain-lain). Alat pengukur dimaksud adalah tes hasil belajar, yang
sebagai mana telah kita maklumi, batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir
soal (item, tes). Dalam aplikasinya mempunyai fungsi dan peranan yang sangat
penting dalam hal untuk mengetahui tujuan yang ingin dicapai.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan teknik analisis derajat kesukaran item tes.
2. Menjelaskan analisis daya pembeda.
3. Menjelaskan teknik analisis fungsi distractor item tes.

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui teknik analisis derajat kesukaran item tes.
2. Mengetahui analisis daya pembeda.
3. Mengetahui teknik analisis fungsi distractor item tes.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menjelaskan Teknik Analisis Derajat Kesukaran Item Tes


1. Teknik Analisis Soal Tes (Item Analysis)
Analisis soal dilakukan untuk mengetahui berfungsi atau tidaknya sebuah
soal.Analisis pada umumnya dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif
(qualitatif control) dan analisis kuantitatif (quantitatif control).
1.1. Analisis Butir Soal Secara Kualitatif
Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan
berdasarkan kaidahpenulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Penelaahan
ini biasanya dilakukansebelum soal digunakan atau diujikan.
Ada beberapa teknik yang digunakan untuk menganalisis butir soal secara
kualitatif,yaitu teknik moderator dan teknik panel. Teknik moderator merupakan
teknik berdiskusi yang didalamnya terdapat satu orang sebagai penengah.
Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara bersama-sama
dengan beberapa ahli.
Sedangkan teknik panel adalah teknik menelaah butir soal berdasarkan
kaidah penulisan butir soal. Kaidah itu diantaranya adalah materi, kontruksi,
bahasa atau budaya, kebenaran kunci jawaban. Caranya beberapa penelaah
diberikan beberapa butir soal yang akan ditelaah, format penelaahan, dan
pedoman penelaahan.
Dalam menganalisis butir soal secara kualitatif penggunaan format
penelaahan soalakan membantu dan mempermudah prosedur pelaksanaannya.
Format penelaahan soal digunakan sebagai dasar untuk menganalisis setiap butir
soal. Format penelaahan yang dimaksud adalah format penelaahan butir soal:
constructed response, selected response, tes perbuatan dan instrumen non tes.
1.2. Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif
Penelaahan soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal didasarkan
pada bukti empiric.Salah satu tujuan utama pengujian butir-butir soal secara
emperik adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal

3
4

membedakan antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang


didefinisikan oleh kriteria dari mereka yang rendah kemampuannya. Data
empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan. Ada dua pendekatan dalam
analisis secara kuantitatif yaitu pendekatan secara klasik dan modern.
Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal
melalui informasi dari jawaban peserta tes guna meningkatkan mutu butir soal
yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik. Pada teori tes klasik,
analisis item tes dilakukan dengan memperhitungkan kedudukan item dalam
suatu kelas atau kelompok. Karakteristik atau kualitas item sangat tergantung
pada kelompok dimanadiujicobakan sehingga kualitas item terikat pada sampel
responden atau peserta tes yang memberikan respons (sample bounded).
Ada beberapa kelebihan analisis butir soal secara klasik adalah murah,
sederhana,familiar, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan cepat menggunakan
komputer dandapat menggunakan beberapa data dari peserta tes. Analisis butir
soal secara modern adalah penelaahan butir soal dengan menggunakan teori
respon butir atau item response theory. Teori ini merupakan suatu teori yang
menggunakan fungsi matematika untuk menghubungkan antara peluang
menjawab benar suatu butir dengan kemampuan siswa.
Teori ini muncul karena adanya beberapa keterbatasan pada analisis secara
klasik,yaitu :
a. Tingkat kemampuan dalam teori klasik adalah true score. Artinya,
jika suatu tes sulit maka tingkat kemampuan peserta tes akan
rendah.sebaiknya, jika suatu tes mudah maka tingkat kemampuan
peserta tes tinggi.
b. Tingkat kesukaran butir soal didefinisikan sebagai proporsi peserta tes
yang menjawabbenar. Mudah atau sulitnya butir soal tergantung pada
kemampuan peserta tes.
c. Daya pembeda, reliabilitas, dan validitas tes tergantung pada kondisi
peserta tes.
2. Parameter Item Tes yang Baik
Sebagaimana telah disebut sebelumnya, bahwa item tes yang baik adalah item
5

yang memenuhi syarat sebagaimana kriteria atau karakteristik item tes yang baik.
Karakteristik item yang dimaksud adalah tingkat kesulitan atau kesukaran, daya
pembeda, dan efektivitas pengecoh.
2.1. Tingkat Kesulitan atau Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada
tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.
Tingkat kesukaran dinyatakan dalam indeks kesukaran (dificulty index), yaitu
angka yang menunjukkan proporsi siswa yang menjawab benar soal tersebut.
Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dan hasil hitungan,
berarti semakin mudahsoal itu.
Dalam hal ini, item yang baik adalah item yang tingkat kesukarannya dapat
diketahui, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Sebab, tingkat kesukaran
item itu memiliki korelasi dengan daya pembeda. Bilamana item memiliki
tingkat kesukaran yang maksimal, maka daya pembedanya akan rendah,
demikian pula bila item itu terlalu mudah maka tidak akan memiliki daya
pembeda.
Oleh karena itu, sebaiknya tingkat kesukaran soal itu dipertahankan dalam
batas yang mampu memberikan daya pembeda. Namun, jika terdapat tujuan
khusus dalam penyusunan tes, maka tingkat kesukaran itu bisa dipertimbangkan.
Misalnya, tingkat kesukaran item untuk tes sumatif berbeda dengan tingkat
kesukaran pada tes diagnostik.
Untuk menghitung taraf kesukaran soal dari suatu tes dipergunakan rumus
sebagai berikut:
𝑼+𝑳
𝑻𝑲 =
𝑻
Keterangan:
U = Jumlah siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) yang
menjawab benar untuk tiap soal.
L = Jumlah siswa yang termasuk kurang (lower group) yang menjawab
benar untuk tiap soal.
6

T = Jumlah siswa dari kelompok pandai dan kelompok kurang (jumlah


upper group dan lower group)

Misalkan suatu tes yang terdiri atas N soal yang diberikan kepada 40 siswa.
Dari hasil tes tersebut, tiap-tiap soal dianalisis taraf kesukarannya. mula-mula
hasil tes itukita susun kedalam peringkat, kemudian kita ambil 25% (10 lembar
jawaban siswa kelompok pandai), dan 10 lembar jawaban siswa dari kelompok
yang kurang pandai.Kemudian kita tabulasikan. Misalkan dari tabulasi soal no.
1 kita peroleh hasil sebagai berikut: yang menjawab benar dari kelompok pandai
ada 9 siswa, dan yang menjawab benar dari kelompok kurang pandai ada 4 siswa.
Dengan menggunakan rumus diatas, maka taraf kesukaran atau TK dari
soal no. 1 adalah:
𝑼+𝑳 𝟗+𝟒
𝑻𝑲 = = = 𝟎, 𝟔𝟓 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝟔𝟓%
𝑻 𝟐𝟎

Jadi dapat disimpilkan bahwa nilai dari TK atau tingkat kesukarannya


adalah 65%. Sedangkan dalam bukunya Drs. H. Daryanto, rumus untuk mencari
taraf kesukaranatau indeks kesukaran adalah:
𝑩
𝑷=
𝑱𝑺
Keterangan:
P = Indeks kesukaran.
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar.
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes.

Jumlah siswa peserta tes dalam suatu kelas ada 40 siswa. Dari 40 siswa
tersebut terdapat 12 siswa yang mampu mengerjakan soal no. 1 dengan benar.
Maka berapa indeks kesukarannya?
7

Jawab:
𝑩
𝑷=
𝑱𝑺
𝟏𝟐
𝑷=
𝟒𝟎
𝑷 = 𝟎, 𝟑𝟎

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering


diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar.
b. Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang.
c. Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.

B. Menjelaskan Teknik Analisis Daya Pembeda


Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal
mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan
peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria
tertentu.
Semakin tinggi koofisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu
butir soal tersebut membedakan antara peerta didik yang menguasai kompetensi
dengan pesertan didik yang kurang menguasai kompetensi.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi. Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
𝑼−𝑳
𝑫𝑷 =
𝟏
𝟐 𝒙𝑻
Keterangan:
DP = Indeks DP atau daya pembeda yang dicari.
U = Jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok pandai yang mampu
menjawab benar untuk tiap soal.
L = Jumlah siswa yang termasuk kurang yang menjawab benar untuk tiap soal.
8

T = Jumlah siswa keseluruhan.

Contoh:
Dari hasil tes psikologi kelas 11 SPG, jumlah siswa yang dites adalah 40
siswa, sedangkan tes tersebut terdiri dari 20 soal. Setelah hasil tes tersebut
diperiksa, kemudian disusun kedalam peringkat untuk menentukan 25% siswa yang
termasukkelompok pandai (upper group) dan 25% siswa yang termasuk kelompok
kurang (lower group).
Kemudian hasil tes tersebut ditabulasikan dengan menggunakan format
tabulasi jawaban tes, kemudian hasil tabulasi dari kedua kelompok tersebut
dimasukkan kedalam format analisis soal tes, sehingga kita dapat menghitung
tingkat kesukarandan daya pembeda tiap soal yang kita analisis.
Misalkan dari tabulasi soal no. 1 kita peroleh hasil sebagai berikut: yang
menjawab benar dari kelompok pandai ada 10 siswa, dan yang menjawab benar dari
kelompok kurang ada 9 siswa.

Maka daya pembedanya adalah:


𝑼−𝑳
𝑫𝑷 =
𝟏
𝟐 𝒙𝑻
𝟏𝟎 − 𝟗
𝑫𝑷 =
𝟏
𝟐 𝒙 𝟐𝟎
𝟏
𝑫𝑷 =
𝟏𝟎
𝑫𝑷 = 𝟎, 𝟏𝟎

Jadi, dapat disimpulkan bahwa indeks pembedanya adalah 0,10.


Dalam bukunya Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, dijelaskan mengenai klasifikasi daya
pembeda, yaitu:
D = 0,00 – 0,20 = jelek (poor).
D = 0,20 – 0,40 = cukup (satisfactory).
9

D = 0,40 – 0,70 = baik (good).

D = 0,70 – 1,00 = baik sekali (excellent).

C. Menjelaskan Teknik Analisis Fungsi Distractor Item Tes


Instrumen evaluasi yang berbentuk tes dan objektif, selain harus memenuhi
syarat-syarat yang telah disebutkan terdahulu, harus mempunyai distraktor yang
efektif. Yang disebut dengan distraktor atau pengecoh adalah opsi-opsi yang bukan
merupakan kunci jawaban (jawaban benar).
Butir soal yang baik pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta
didik yang menjawabsalah. Sebaliknya, butir soal yang kurang baik, pengecohnya
akan dipilih secara tidak merata. Pengecoh dianggap baik bila jumlah peserta didik
yang memilih pengecoh itu sama atau mendekati jumlah ideal. Indeks pengecoh
dihitung dengan rumus:
𝑰𝑷 = 𝑷 𝒙 𝟏𝟎𝟎% (𝑵 − 𝑩)(𝒏 − 𝟏)
Keterangan:
IP = Indeks pengecoh
P = Jumlah peserta didik yang memilih pengecoh
N = Jumlah peserta didik yang ikut tes
B = Jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal
n = Jumlah alternatif jawaban
*1 = Bilangan tetap

Catatan:
Jika semua peserta didik menjawab benar pada butir soal tertentu (sesuai kunci
jawaban), maka IP = 0 yang berarti soal tersebut jelek. Dengan demikian pengecoh
tidak berfungsi.

Contoh:
50 orang peserta didik dites dengan 10 soal bentuk pilihan ganda. Tiap soal memiliki
alternatif jawaban (a, b, c, d, e). Kunci jawaban (jawaban yang benar) no. 8 adalah
c. Setelah soal no.8 diperiksa untuk semua peserta didik, ternyata dari 50 orang
10

peserta didik, 20 peserta didik menjawab benar dan 30 peserta didik menjawab
salah. Idealnya, pengecoh dipilih secara merata.
Berikut ini adalah contoh soal no.8.

Alternatif
A B C D E
jawaban

Distribusi
jawaban 7 8 20 7 8
peserta didik

IP 93% 107% ** 93% 107%

Kualitas
++ ++ ++ ++ ++
pengecoh

Keterangan:
** = Kunci jawaban
++ = Sangat baik
+ = Baik
= Kurang baik
_ = Jelek
_ _ = Sangat jelek

Pada contoh diatas, IP butir a, b, c, d, dan e adalah 93%, 107%, 93%, dan 107%.
Semuanya dekat dengan angka 100%, sehingga digolongkan sangat baik sebab
semua pengecoh itu berfungsi. Jika pilihan jawaban peserta didik menumpuk pada
satu alternatif jawaban, misalnyaseperti berikut:
11

Alternatif
A B C D E
jawaban

Distribusi
jawaban 20 2 20 8 0
peserta didik

IP 267% 27% ** 107% 0%

Kualitas
- - ** ++ -
pengecoh

Dengan demikian, dapat ditafsirkan pengecoh (d) yang terbaik, pengecoh (e) dan
(b)tidak berfungsi, pengecoh (a) menyesatkan, maka pengecoh (a) dan (e) perlu
digantikarena termasuk jelek, danpengecoh (b) perlu direvisikarena kurang baik.
adapun kualitas pengecoh berdasar indeks pengecoh adalah:

Sangat baik IP = 76% - 125%


Baik IP = 51% - 75% atau 126% - 150%

Kurang baik IP = 26% - 50% atau 151% - 175%

Jelek IP = 0% - 25% atau 176% - 200%

Sangat jelek IP = lebih dari 200%


BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis butir soal merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyakinkan bahwa bahwa butir-butir soal
tersebut bermutu dan memenuhi kriteria yang ditentukan. Kriteria atau karakteristik
yang baik adalah yang berkaitan dengan tingkat kesukaran, daya pembeda, dan
efektivitas pengecoh. Analisis butir soal dapat dilakukan, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
Tujuan Penganalisaan Item Tes: Penganalisaan item tes bertujuan untuk
mengevaluasi kualitas dan karakteristik item tes yang digunakan dalam mengukur
hasil belajar peserta didik. Hal ini penting untuk memastikan bahwa item tes
tersebut valid, reliabel, dan memadai dalam mengukur tingkat pemahaman dan
pencapaian peserta didik.
Hasil penganalisaan item tes dapat memberikan informasi berharga dalam
meningkatkan kualitas dan validitas item tes. Interpretasi hasil penganalisaan item
tes harus dilakukan dengan cermat dan dapat digunakan untuk:
a. Memperbaiki item tes: Jika item tes ditemukan tidak valid atau reliabel,
langkah-langkah perbaikan seperti merevisi pertanyaan, mengubah
format, atau menggantinya dengan item yang lebih baik dapat dilakukan.
b. Mengidentifikasi item yang perlu dihapus atau diperbaiki: Hasil
penganalisaan dapat membantu mengidentifikasi item tes yang tidak
bekerja dengan baik dan perlu dihapus atau diperbaiki.
c. Mengidentifikasi item yang paling efektif: Penganalisaan item tes dapat
membantu mengidentifikasi item tes yang paling efektif dalam mengukur
hasil belajar dan memberikan informasi yang relevan.
Dalam keseluruhan, penganalisaan item tes merupakan proses penting dalam
mengukur hasil belajar peserta didik. Dengan menggunakan teknik pengukuran
yang tepat, dapat meningkatkan kualitas item tes, meningkatkan validitas dan
reliabilitasnya, serta memberikan informasi yang akurat tentang kemampuan dan

12
13

pemahaman peserta didik.


B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini penulis mengharapkan agar
senantiasa dapat dimanfaatkan dan sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa dalam
menambah wawasan pengetahuannya. Sehingga mampu memberikan kontribusi
dalam proses pembelajaran dan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

http://multazam-einstein.blogspot.co.id/2013/01/analsis-butir-tingkat-kesukaran-
dan.html
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=W509WISVDYjxvASw9bTYBA#q
=teknik+analisis+derajat+kesukaran+item

http://victoryforpbi-a.blogspot.co.id/2012/05/kelompok-9-tingkat-kesukaran-item-
tes.html
http://www.academia.edu/19776907/PENGUKURAN_DAYA_PEMBEDA_TAR
AF_KESUKARAN_DAN_POLA_JAWABAN_TES_Analisis_Butir_Soal
http://edukasi-tp.blogspot.co.id/2014/06/teknik-penganalisisan-item-teshasil.html

14

Anda mungkin juga menyukai