Anda di halaman 1dari 20

EVALUASI PENDIDIKAN

ANALISIS BUTIR BUTIR SOAL

Dosen Pengampu : Giartama M,pd

Oleh
Kelompok 1
A.Gusti Vahvi Putra : (0606128
Agusti Heni Hunggraini :(06061281520109)

PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul Analisis Butir Butir Soal
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dalam makalah ini, baik dari segi penyusunan maupun
kelengkapan dan ketepatan isi makalah. Untuk itu kami mengaharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak agar selanjutnya dapat ditingkatkan dan disempurnakan.
Demikian makalah ini disusun agar dapat bermanfaat, diterima dan
digunakan sebagai acuan untuk makalah-makalah selanjutnya.

Inderalaya, 19 Januari 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakag.........................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................
C. Tujuan ....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Butir
Soal......................................................
B. Tujun Analisis Butir Soal .................................................
C. Taraf Kesungkaran .............................................................
D. Daya Pembeda ...................................................................
E. Pola Jawaban ...........................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................
B. Saran ................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Evaluasi pembelajaran adalah sistem. Artinya suatu rangkaian kegiatan yang


melibatkan berbagai unsur sebagai satu kesatuan. Masing-masing unsur
mempunyai fungsi dan peran tersendiri dan perubahan dalam salah satu unsur
akan berpengaruh pada unsur yang lainnya. Dalam dunia pendidikan, evaluasi
merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dan sama pentingnya dengan
proses pembelajaran.
Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi akan kehilangan makna. Sebab guru
tidak akan memperoleh informasi penting tentang tingkat pencapaian tujuan,
tingkat penguasaan materi belajar, kekuatan, kelemahan siswa dalam belajar, serta
kekuatan-kelemahan guru dalam proses pembelajaran yang dikembangkan.
Walaupun evaluasi dianggap penting dan sudah merupakan pekerjaan rutin
guru, namun dalam kenyataan sehari-hari di lapangan sistem evaluasi dalam
pembelajaran bukan berarti tanpa persoalan. Berdasar pengamatan sepintas di
lapangan, beberapa persoalan tersebut paling tidak berkaitan dengan pemahaman
konsep dasar evaluasi, pelaksanaan dan pemanfaatannya, serta evaluasi program
pengajaran.
Dalam proses pembelajaran ada tiga komponen utama yang merupakan satu
kesatuan, yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi hasil
belajar. Masing-masing komponen dalam proses pembelajaran tersebut saling
bergantung. Oleh karena itu ketiga komponen harus senantiasa sesuai satu sama
lainnya.
Dalam melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah digunakan untuk
mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya (muridnya, siswa,
mahasiswa dan lain-lain). Alat pengukur dimaksud adalah tes hasil belajar, yang
sebagai mana telah kita maklumi, batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-
butir soal (=item, tes). Dalam aplikasinya mempunyai fungsi dan peranan yang
sangat penting dalam hal untuk mengetahui tujuan yang ingin dicapai.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka dapat kita rumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian analisis butir soal(item Analysis)?
2. Apa Tujuan Analisis Soal?
3 Bagaiman Taraf Kesungkaran?
4. Apa daya Pembeda Analisis Butir Soal?
5 Bagaimana Pola jawaban analisis butir soal?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian analisis butir soal
2. Mengetahui tujuan penganalisisan
3. Mengetahu bagaimana taraf kesungkaran analisis butir soal
4. Mengetahui daya pembeda Analisis Butir soal
5. Mengetahui pola jawaban analisis butir soal

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Butir Soal


Agar proses evaluasi pendidikan berfungsi dengan semestinya dan sesuai
dengan tujuan, maka alat evaluasi tersebut haruslah baik juga. Kegiatan
menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru
untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses
pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi setepat-tepatnya sesuai
dengan tujuannya.
Analisis butir soal Adalah sebagai pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes
agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.
Tujuan melakukan analisis butir soal menurut penuturan. (Daryanto,2007: 179)
Analisis butir soal adalah betujuan untuk mengidentifikasi soal-soal baik, kurang
baik, dan soal jelak dan memperoleh petunjuk untuk melakukan perbaikan.
Menurut (Suharsimi,2007:207) Analisis butir soal bertujuan untuk mengadakan
identifikasi soal-soal yang baik,kurang baik,dan soal yang jelek.Dengan analisis
soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk
untuk mengadakan perbaikan.
Dari pendapat diatas, kami menyimpulkan Analisis butir soal bertujuan
untuk mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk dalam kategori baik,
kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita memperoleh
informasi mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk
untuk melakukan perbaikan.
Cara menilai tes yaitu: (1) meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun; (2)
mengadakan analisis soal; (3) mengadakan checking validitas dan (4) mengadakan
35 checking reliabilitas. Dan didalam poin dua yaitu mengadakan analisis soal
terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan yaitu (a) taraf kesukaran; (b) daya
pembeda; dan (c) pengecoh.
Jadi, analisis butir soal tes adalah serangkaian proses atau kegiatan
identifiksi terhadap seperangkat alat evaluasi untuk mengetahui tingkat alat
evaluasi yang telah dibuat agar diperoleh informasi tentang tindakan lanjutan
terhadap alat evaluasi tersebut. Analisis butir soal dilaksanakan untuk memperoleh
informasi penting bagi guru mengenai kualitas soal yang telah dibuatnya. Dari
hasil analisis ini, guru dapat melakukan perbaikan atau penyempurnaan pada soal
yang dibuatnya. Analisis butir soal dilakukan dengan cara mengkaji validitas,
reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan efektivitas pengecoh.

A.Tingkat Kesukaran (TK)

Menurut (Suharsimi,2009:207) Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah atau tidak terlalu sukar. Menurut (Daryanto,2007 :199) Soal yang baik
adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar Bilangan yang
menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran .
Dari Pendapat diatas dapat Kami simpulkan Soal yang baik adalah soal yang
tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Analisis tingkat kesukaran soal yaitu mengkaji soal-soal tes dari segi
kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah,
sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau
kemampuan siswa dalam menjawab, bukan dilihat dari sudut guru sebagai
pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran
soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang
dan sukar. Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu
soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
indeks.
Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat
diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-
masing butir item tersebut. Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan
sebagai butir-butir item yang baik apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu
sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu
adalah sedang atau cukup. Bertitik tolak dari pernyataan tersebut di atas maka
butir-butir item hasil belajar di mana seluruh testee tidak dapat menjawab dengan
betul (karena terlalu sukar) tidak dapat disebut sebagai item yang baik. Demikian
pula sebaliknya, butir-butir item tes hasil belajar dimana seluruh testee dapat
menjawab dengan betul (karena terlalu mudah) juga tidak dapat dimasukkan
dalam kategori item yang baik.
Pertanyaan yang akan segera muncul adalah: Bagaimana cara yang dapat
ditempuh untuk mengetahui butir-butir item tes hasil belajar tertentu yang dapat
dikatakan adalah memiliki derajat kesukaran yang memadai? Dalam hubungan
ini, (Suharsmi,2009:208) mengatakan, bahwa sudah atau belum memadainya
derajat kesukaran item tes hasil belajar dapat diketahui dari besar kecilnya angka
yang melambangkan tingkat kesulitan dari item tersebut. Angka-angka yang dapat
memberikan petunjuk mengenai tingkat kesulitan item itu dikenal dengan istilah
difficulty index (=angka indeks kesukaran item), yang dalam dunia evaluasi hasil
belajar umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata
proportion (proporsi =proporsa).
Menurut (Suharsimi,2009:207) angka indeks kesukaran item itu besarnya
berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Artinya, angka indeks kesukaran itu
paling rendah adalah 0,00 dan paling tinggi adalah 1,00. Angka indeks kesukaran
sebesar 0,00 (P = 0,00) merupakan petunjuk bagi tester bahwa butir item termasuk
dalam kategori item yang terlalu sukar, sebab disini seluruh tastee tidak dapat
menjawab item dengan betul (yang dapat menjawab dengan betul = 0).
Sebaliknya, apabila angka indeks kesukaran item itu adalah 1,00 (P = 1,00) hal ini
mengandung makna bahwa butir item yang bersangkutan adalah termasuk dalam
kategori item yang terlalu mudah, sebab disini seluruh testee dapat menjawab
dengan betul butir item yang bersangkutan (yang dapat menjawab dengan butir =
100% = 100 : 100 = 1,00).
Angka indeks kesukaran item itu dapat diperoleh dengan rumus yang
dikemukakan oleh Du Bois, yaitu
P = Angka indeks kesukaran item
Np = Banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item
yang bersangkutan.
N = Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar
Mengenai bagaimana cara memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap
angka indeks kesukaran item, Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen dalam
bukunya berjudul Measurement and Evaluation in Psychology and Education
mengemukakan sebagai berikut:
Besarnya P Interpretasi
Kurang dari 0,30 Terlalu sukar
0,30 0,70 Cukup (Sedang)
Lebih dari 0,70 Terlalu Mudah

Sedangkan menurut Witherington dalam bukunya berjudul Psychology


Education adalah sebagai berikut:
Besarnya P Interpretasi
Kurang dari 0,25 Terlalu sukar
0,25 0,70 Cukup (Sedang)
Lebih dari 0,70 Terlalu Mudah

Soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu sukar atau terlalu
mudah. Soal yang terlalu mudah, yakni semua anak dapat mengerjakan dengan
benar, adalah tidak baik. Demikian juga soal yang terlalu sukar, yaitu semua anak
tidak dapat mengerjakan soal dengan benar, juga merupakan soal yang tidak baik.
Hal itu disebabkan karena soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik
untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Dan soal yang terlalu sukar
menyebabkan peserta didik putus asa serta menjadi tidak mempunyai semangat
untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal
kategori mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya
keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ketiga kategori tersebut. Artinya,
soal mudah, sedang, dan sukar jumlahnya seimbang. Persoalan lain adalah
menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk menentukan apakah soal tersebut
termasuk mudah, sedang atau sukar. Dalam menentukan kriteria ini digunakan
judgment dari guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tersebut antara lain adalah :
a. Abilitas yang diukur dalam pertanyaan tersebut
b. Sifat materi yang diujikan atau ditanyakan
c. Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan bidang keilmuannya, baik luasnya
maupun kedalamannya
d. Bentuk soal
Dalam kaitannya dengan hasil analisis item dari segi derajat kesukarannya
seperti telah dikemukakan di atas, maka tindak lanjut yang perlu dikemukakan
oleh tester adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk butir-butir item yang berdasarkan hasil analisis termasuk
dalam kategori baik (dalam arti derajat kesukaran itemnya cukup atau sedang),
seyogyanya butir item tersebut segera dicatat dalam buku bank soal.
Kedua, untuk butir-butir item yang termasuk dalam kategori terlalu sukar,
ada tiga kemungkinan tindak lanjut, (1) butir soal tersebut dibuang/didrop, (2)
diteliti ulang, dilacak dan ditelusuri sehingga dapat diketahui faktor yang
menyebabkan butir item yang bersangkutan sulit dijawab oleh testee, (3) Haruslah
dipahami bahwa tidak setiap butir item yang termasuk dalam kategori terlalu
sukar itu sama sekali tidak memiliki kegunaan.
Ketiga, untuk butir-butir item yang termasuk dalam kategori terlalu
mudah, juga ada tiga kemungkinan tindak lanjutnya. Yaitu (1) butir soal tersebut
dibuang/didrop, (2) diteliti ulang, dilacak dan ditelusuri sehingga dapat diketahui
faktor yang menyebabkan butir item yang bersangkutan mudah dijawab oleh
testee, (3) Seperti halnya butir-butir yang terlalu sukar, butir-butir item yang
terlalu mudah juga masih mengandung manfaat, yaitu bahwa butir-butir item yang
termasuk dalam kategori ini dapat dimanfaatkan pada tes-tes (terutama tes seleksi)
yang sifatnya longgar.

B. DAYA PEMBEDA
Menurut Daryanto(2007:2997) Daya pembeda item adalah kemampuan
suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi)
antara kemampuan tinggi dan rendah.Menurut (Suharsimi, 2009:231) Daya
pembeda Adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang
pandai(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah
Dari pendapat dapat kami simpulkan, Daya Pembeda adalah kemampuan
sesuatu soal untuk membedakan setiap siswa yang berkemampuan tinggi dan
kemampuan rendah.
Daya pembeda item itu penting sekali bagi salah satu dasar untuk
menyusun butir item tes hasil belajar adalah adanya anggapan.
Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut, jika
diujikan kepada anak berprestasi tinggi, hasilnya rendah tetapi bila diberikan
kepada anak yang lemah hasilnya lebih tinggi. Atau bila diberikan kepada kedua
kategori siswa tersebut hasilnya sama saja.
Dengan demikian, tes yang tidak memiliki daya pembeda, tidak akan
menghasilkan gambaran hasil yang sesuai dengan kemampuan siswa yang
sebenarnya. Akan terlihat aneh apabila anak pandai tidak lulus tetapi anak bodoh
lulus dengan baik tanpa dilakukan manipulasi oleh tester (si penilai) atau di luar
faktor kebetulan.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks daya
pembeda (item discrimination) disingkat D (d besar). Indeks daya pembeda
didefinisikan sebagai selisih antara proporsi jawaban benar pada kelompok atas
(peserta didik tes yang mampu/pandai) dengan proporsi jawaban benar pada
kelompok bawah (peserta didik tes yang kurang mampu/pandai). Umumnya, para
ahli tes membagi kelompok ini menjadi 27% atau 33% kelompok atas dan 27%
atau 33% kelompok bawah (Cureton, 1957).
Contoh: Pembagian Kelompok 27%
Responden SKOR BUTIR SOAL SETIAP NOMOR SOAL Total Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9
2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8
4 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7
5 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 7
6 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
7 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 6
8 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 6
9 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 6
10 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 6
11 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 6
12 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 5
13 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5
14 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 5
15 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 5
16 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5
17 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 5
18 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 4
19 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3
20 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3

(Suharsimi, 2009:215)

Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai 1,00. Tanda negatif
menunjukkan bahwa peserta didik tes yang kemampuannya rendah dapat
menjawab benar sedangkan peserta didik tes yang kemampuannya tinggi
menjawab salah. Dengan demikian, soal yang indeks daya pembedanya negatif
menunjukkan terbaliknya kualitas peserta didik tes. Indeks daya pembeda dapat
dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini.
D = indeks daya pembeda
A = jumlah peserta didik tes yang menjawab benar pada kelompok atas
B = jumlah peserta didik tes yang menjawab benar pada kelompok bawah
nA = jumlah peserta didik tes kelompok atas
nB = jumlah peserta didik tes kelompok bawah
Pada kebanyakan kasus, jumlah peserta didik tes kelompok atas sama
dengan jumlah peserta didik tes kelompok bawah, nA = nB = n. Dengan demikian
maka rumus daya pembeda menjadi:
Kriteria indeks daya pembeda berdasarkan Crocker dan Algina (1986)
adalah sebagai berikut :
Daya Pembeda Kualifikasi
0,00 0,19 soal tidak dipakai/dibuang
0,20 0,29 soal diperbaiki
0,30 0,39 soal diterima tapi perlu diperbaiki
0,40 1,00 soal diterima/baik

Contoh:
Tingkat Kesukaran 27% kelompok atas (5 orang dari 20 peserta didik tes)
Responden SKOR BUTIR SOAL SETIAP NOMOR SOAL Total
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9
2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8
4 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7
5 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 7
Xatas 4 5 4 5 4 4 2 4 4 4
Skor maks 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kel. Atas 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
(P) kel. Atas 0.8 1.0 0.8 1.0 0.8 0.8 0.4 0.8 0.8 0.8

Tingkat Kesukaran 27% kelompok bawah (5 orang dari 20 peserta didik tes)
Responden SKOR BUTIR SOAL SETIAP NOMOR SOAL Total
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
16 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5
17 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 5
18 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 4
19 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3
20 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3
Xatas 3 1 3 2 1 3 0 3 1 3
Skor maks 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kel. Bawah 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
(P) kel. Bawah 0.6 0.2 0.6 0.4 0.2 0.6 0 0.6 0.2 0.6

Untuk mengetahui besar kecilnya angka indeks diskriminasi item dapat


dipergunakan rumus berikut ini:
D = Discriminatory power (angka indeks diskriminasi item)
PA = Proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir item yang
bersangkutan
PB = Proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir item
yang bersangkutan
Tabel berikut menunjukkan daya pembeda soal nomor 1 sampai dengan
nomor 10 berdasarkan perbedaan 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah.
Daya Pembeda Soal
Soal Tingkat kesukaran Tingkat kesukaran Daya pembeda Soal
kelompok atas kelompok bawah (D)
1 0.80 0.60 0.20
2 1.00 0.20 0.80
3 0.80 0.60 0.20
4 1.00 0.40 0.60
5 0.80 0.20 0.60
6 0.80 0.60 0.20
7 0.40 0 0.40
8 0.80 0.60 0.20
9 0.80 0.20 0.60
10 0.80 0.60 0.20

Soal nomor 1, 3, 6, 8, dan 10 berdaya pembeda 0.20. Hal ini berarti


kelompok lima soal tersebut mempunyai kualifikasi soal yang harus diperbaiki.
Hal ini sesuai dengan pengklasifikasian daya pembeda oleh Crocker dan Algina
yang telah dijelaskan di atas.
Dalam hubungan ini, patokan yang pada umumnya dipegangi adalah
sebagai berikut:
Besarnya Angka
Indeks Diskriminasi Klasifikasi Interpretasi
Item
Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya lemah sekali (jelek),
Kurang dari 0,20 Poor
dianggap tidak memiliki daya
pembeda yang baik
Butir yang bersangkutan telah
0,20-0,40 Satisfactory memiliki daya pembeda yang cukup
(sedang)
Butir yang bersangkutan telah
0,40-0,70 Good
memiliki daya pembeda yang baik
0,70-1,00 Excellent Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang baik
sekali
Butir item yang bersangkutan daya
Bertanda negatif -
pembedanya negative (jelek sekali)

C POLA JAWABAN SOAL

Menurut (Suharsimi,200:219) Pola jawaban soal adalah Distribusi Testee


dalam hal menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda, dari pola
jawaban soal dapat ditemukan apkah pengecoh berfungsi sebagai pengecoh
dengan baik dan tidak.Menurut (Daruanto,2007:205) Pola Jawaban adalah pola
jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih
jawaban pilihan ganda memilih salah satu atau tidak memilih pilihan ganda
manapun.

Kesimpulan dari pendapat diatas Adalah Pola distribusi testee dalam hl


menentukan pilihan jawaban pada soal pilihan ganda.

Contoh

Pilihan a B C(*) d 0 jumlah


jawaban
Kelompok 5 7 15 3 0 30
atas
Kelompok 8 8 6 5 3 30
bawah
Jumlah 13 15 21 9 4 60
C, diberi tanda (*) adalah kunci jawaban

1. P = 21:60 =0,35
2. D=Pa-Pb = 15:30 - 6:30 = 9:30 = 0,30
3. Distraktor semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena
sudah dipih oleh lebih dari 5% pengikut tes
4. Dilihat dari Segi omit (kolom pilihan paling kanan) adalah baik.semua
item dikatakan baik jika omitnya tidak lebih dari 10% pengikut tes
5. (5% dari pengikut tes=5% x 60 orang = 3 orang )
Sebenarnya ketentuan ini hanya berlaku untuk tes pilihan ganda
dengan 5 alternatif dan p= 0,80.tetapi demi praktisnya diberlakukan
untuk semua

Contoh soal pilihan ganda kelas 3 sd penjaskes

1. Alat yang digunakan utuk Memukul permainan tenis meja Adalah ...
a.raket
b.stik
c bet
d baseboll
2. Olahraga bela diri yang dari berasal dari leluhur kita adalah ..
a. Karate
b. Pencak silat
c. Taekwono
d. Gulat
3. Senam yang diiringi denan musik adalah.....
a.senam dumang
b. senam irama
c. senam lantai
d. senam pramuka

contoh soal essay

1. Induk organisasi pencak silat adalah?


2. Olahraga dilakukan untuk?
3. apa kepanjangan pssi?
A. Simpulan
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan
memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan
kita susun. Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah
setiap item soal benar-benar baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya.
Analisis butir tes bertujuan untuk mengidentifikasi butir-butir manakah
yang termasuk dalam kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes
memungkinkan kita memperoleh informasi mengenai baik tidaknya suatu butir,
sekaligus memperoleh petunjuk untuk melakukan perbaikan.
Penganalisisan terhadap butir-butir soal dapat dilakukan dari tiga segi
yaitu:
1. Teknik analisis kesukaran item soal
Analisis tingkat kesukaran soal yaitu mengkaji soal-soal tes dari segi
kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah,
sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau
kemampuan siswa dalam menjawab, bukan dilihat dari sudut guru sebagai
pembuat soal.
Angka indeks kesukaran item ini dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus yang dikemukakan oleh Dubois yaitu:
2. Teknik analisis daya pembeda
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar
untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara kemampuan tinggi dan
rendah. Daya pembeda item itu penting sekali bagi salah satu dasar untuk
menyusun butir item tes hasil belajar.
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:

3. Teknik analisis fungsi distraktor


Distraktor adalah pengecoh, jawaban-jawaban yang mengecoh. Ini
bertujuan menarik untuk menjawabnya padahal itu salah. Sebagai tindak lanjut
atas hasil penganalisaan terhadap fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang
sudah menjalankan fungsinya dengan baik dapat dipakai lagi pada tesnya.

B. Saran
Analisis butir soal hendaknya kita lakukan untuk dapat mengidentifikasi
butir-butir tes secara baik dan tepat dan dapat memahami informasi yang
diperoleh untuk melakukan perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara


Depdikbud
Daryanto,H.M.2012.Evaluasi Pendidikan.Jakarta:PT.Rineka Cipta
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Rosnita. 2007. Evaluasi Pendidikan. Bandung: Cita Pustaka Setia
Sudaryono.2012.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.yogyakarta.Graha ilmu.

Anda mungkin juga menyukai