Anda di halaman 1dari 13

“ANALISIS TINGKAT KESUKARAN SOAL”

Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran PAI

Dosen Pengampu: Ade Rahman Matondang, M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 7 :

Mas Teguh Wibowo (0301193250)

Muhrim Alfarizi (0301193239)

Rina Yuhana (0301192064)

Riska Ardianti (0301191010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala
nikmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.

Tak lupa pula shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga serta para sahabat dan para pengikut yang senantiasa setia mengikuti ajarannya.
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran PAI yang di bimbing oleh Bapak Dosen Ade Rahman Matondang,
M.Pd.

Selanjutnya kami ucapkan ribuan terimakasih kepada bapak dosen yang telah
memberikan tugas makalah ini. Kami harap jika dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan
dan kekurangan maka kepada pembaca saya selaku penulis memohon maaf, oleh karena itu,
dengan senang hati saya menerima segala saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan tugas ini. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi pembaca dan bagi penulis
sendiri khusus nya.

Medan, 20 September 2021

Kelompok 7

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
A. Analisis Butir Soal ......................................................................................... 3
B. Pengertian dan Tujuan Analisis Tingkat Kesukaran Soal .............................. 4
C. Teknik Analisis Tingkat Kesukaran Soal ....................................................... 7
D. Kriteria Penafsiran Tingkat Kesukaran Soal .................................................. 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 9
A. Kesimpulan .................................................................................................... 9
B. Saran .............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 10

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Evaluasi Pembelajaran merupakan sebuah sistem, Artinya Evaluasi Pembelajaran adalah
suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai unsur sebagai satu kesatuan. Masing - masing
unsur mempunyai fungsi dan perannya tersendiri dan perubahan dalam salah satu unsur akan
berpengaruh pada unsur yang lainnya. Dalam dunia pendidikan, evaluasi merupakan suatu
kegiatan yang tak terpisahkan dan sama pentingnya dengan proses pembelajaran.
Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi akan kehilangan makna. Sebab guru tidak akan
memperoleh informasi penting tentang tingkat pencapaian tujuan, tingkat penguasaan materi
belajar, kekuatan, kelemahan siswa dalam belajar, serta kekuatan sampai kelemahan guru dalam
proses pembelajaran yang dikembangkannya. Dalam proses pembelajaran ada tiga komponen
utama yang merupakan satu kesatuan, yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan
evaluasi hasil belajar. Masing - masing komponen dalam proses pembelajaran tersebut saling
bergantung. Oleh karena itu ketiga komponen tersebut haruslah senantiasa sesuai satu dengan yang
lainnya.
Dalam melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah digunakan untuk mengukur
keberhasilan belajar dari para peserta didiknya (muridnya, siswa, mahasiswa dan lain-lain). Alat
pengukur dimaksud adalah tes hasil belajar, yang mana telah kita sama - sama ketahui yaitu terdiri
dari kumpulan butir - butir soal (item, tes). Dalam pengaplikasiannya, suatu butir soal (tes)
mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam hal untuk mengetahui tujuan yang ingin
dicapai. Akan tetapi alat yang digunakan untuk mengukur tersebut harus dibuat sedemikian rupa
dengan memperhatikan soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan.
Oleh sebab itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat soal dengan baik
dan benar, caranya yaitu dengan mengukur tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. Tingkat
kesukaran soal dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesulitan soal, apakah soal tesebut
tergolong mudah atau sukar. Sedangkan daya pembeda soal digunakan untuk membedakan
kelompok yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah. Dalam makalah ini akan
dijelaskan lebih mendalam tentang tingkat kesukaran suatu butir soal apakah soal tesebut
tergolong mudah atau sukar.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan analisis butir soal ?

2. Apa pengertian dan tujuan analisis tingkat kesukaran soal ?

3. Bagaimana teknik menganalisis tingkat kesukaran soal ?

4. Bagaimana kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui maksud dari analisis butir soal.

2. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan analisis tingkat kesukaran soal.

3. Untuk mengetahui teknik menganalisis tingkat kesukaran soal.

4. Untuk mengetahui kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Butir Soal


Penilaian terhadap butir soal pada dasarnya merupakan istilah lain dari analisis butir soal,
dan selama ini pada umumnya para ahli pengukuran mengatakan bahwa analisis butir soal
maksudnya adalah penilaian terhadap soal itu sendiri. Telah diketahui bersama bahwa
penyusunan tes sangat mempengaruhi kualitas butir soal. Pendekatan untuk menganalisis butir
soal yang berkembang saat ini terdiri dari dua pendekatan yaitu pendekatan klasik dan
pendekatan modern. Kedua pendekatan ini masing - masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Namun keduanya masih sering digunakan dalam analisis butir soal. analisis butir soal
dengan pendekatan klasik diantaranya dapat dilakukan menggunakan Program ITEMAN
(Item and Test Analysis).

ITEMAN (Item and Test Analysis) adalah salah satu program analisis butir soal yang
dapat digunakan untuk menganalisa hasil tes. Dengan melihat beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi, penyusunan tes dituntut agar mengikuti pedoman penyusunan tes dan
melakukan ujicoba. Kemudian berdasarkan hasil ujicoba, respon peserta dianalisis
menggunakan Program ITEMAN untuk mendapatkan karakteristik butir soal. Data hasil analisis
dengan Program ITEMAN dianalisis kembali menggunakan instrumen penilaian butir soal yang
memenuhi syarat sebagai alat ukur yang baik.

Analisis butir soal mencakup telaah soal atau analisis kualitatif dan analisis terhadap
data empirik hasil ujicoba atau analisis kuantitatif. Analisis butir soal secara kualitatif
menekankan penilaian dari ketiga segi yaitu materi, konstruksi, dan bahasa. Analisis kuantitatif
sering disebut dengan analisis item yang menghasilkan karakteristik atau parameter butir dan
tes, yaitu : tingkat kesukaran, daya beda dan distribusi jawaban dan kunci setiap butir, serta
reliabilitas dan kesalahan pengukuran (SEM) dalam tes. Tujuan analisis soal adalah untuk
mengadakan identifikasi soal - soal yang baik, kurang, lebih, sedang, dan soal yang tidak baik.
dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kekurangan sebuah soal tes dan
“petunjuk” untuk mengadakan perbaikan.1

1
Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion, Penilaian Hasil Belajar, (Pusat Antar Universitas, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi : Departemen Pendidikan Dan kebudayaan, 1997) hlm. 64.
3
Dalam tes dan pengukuran, dikenal beberapa karakteristik butir soal. Untuk tes hasil
belajar pada umumnya dipertimbangkan tiga karakteristik butir soal, yaitu : tingkat kesukaran
soal, daya beda soal dan distribusi jawaban atau berfungsi tidaknya pilihan jawaban (distraktor).
Ketiga karakteristik butir soal ini secara bersama - sama akan menentukan mutu butir soal.
Bila salah satu dari ketiga karakteristik ini tidak memenuhi persyaratan maka mutu butir soal
akan turun.
Ada beberapa alasan mengapa diperlukan analisis butir soal. Menurut (Asmawi
Zainul, dkk :1997) alasan tersebut antara lain :
a) Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan butir tes, sehingga dapat dilakukan seleksi
dan revisi butir soal.
b) Untuk menyediakan informasi tentang spesifikasi butir soal secara lengkap, sehingga
akan lebih memudahkan bagi pembuat soal dalam menyusun perangkat soal yang akan
memenuhi kebutuhan ujian dalam bidang dan tingkat tertentu.
c) Untuk segera dapat mengetahui masalah yang terkandung dalam butir soal, seperti :
kemenduaan butir soal, kesalahan meletakkan kunci jawaban, soal yang terlalu sukar
dan terlalu mudah, atau soal yang mempunyai daya beda rendah. Masalah ini bila
diketahui dengan segera akan memungkinkan bagi pembuat soal untuk mengambil
keputusan apakah butir soal yang bermasalah itu akan digugurkan atau direvisi guna
menentukan nilai peserta didik.
d) Untuk dijadikan alat guna menilai butir soal yang akan disimpan dalam kumpulan soal.
e) Untuk memperoleh informasi tentang butir soal sehingga memungkinkan untuk menyusun
beberapa perangkat soal yang paralel. Penyusunan perangkat seperti ini sangat
bermanfaat bila akan melakukan ujian ulang atau mengukur kemampuan beberapa
kelompok peserta tes dalam waktu yang berbeda.

B. Pengertian dan Tujuan Analisis Tingkat Kesukaran Soal


Proses belajar mengajar bertujuan untuk mencetak peserta didik yang memiliki
kualitas unggul. Oleh karena itu, proses belajar mengajar yang kurang tepat pada peserta
didik harus diperbaiki agar mendapatkan kualitas peserta didik yang unggul. Salah satu
cara untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang paling efektif ialah dengan jalan
mengevaluasi tes hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar mengajar itu sendiri.
Dengan kata lain, hasil tes itu dapat di olah sedemikian rupa sehingga dari hasil
pengolahan tersebut dapat diketahui komponen - komponen manakah dari proses belajar
mengajar itu yang masih lemah.
4
Tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi peserta didik dalam menjawab benar
atau salahnya terhadap butir soal tersebut. Tingkat kesukaran butir soal biasanya
dilambangkan dengan p. Makin besar nilai p yang berarti makin besar proporsi yang
menjawab benar terhadap butir soal tersebut, makin rendah tingkat kesukaran butir soal
itu. hal ini mengandung arti bahwa soal itu makin mudah, demikian pula sebaliknya.
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal
yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya. Tingkat kesukaran butir soal tidaklah menunjukkan bahwa butir soal itu
baik atau tidak. Tingkat kesukaran butir hanya menunjukkan bahwa butir soal itu sukar
atau mudah untuk kelompok peserta tes tertentu. Butir soal hasil belajar yang terlalu sukar
atau terlalu mudah tidak banyak memberi informasi tentang butir soal atau peserta tes.
Menurut Allen dan Yen (1979:120) dalam buku yang dikutip oleh Suwarto, “the item
difficulty for item i, p is defined as the proportion of examinees who get that item correct.”
Artinya tingkat kesukaran tes didefinisikan sebagai proporsi peserta yang menjawab butir
itu dengan benar. Apabila butir tes dijawab dengan benar oleh semua peserta tes, berarti
butir tes tersebut sangat mudah. Sebaliknya apabila tidak ada peserta tes yang menjawab
benar, berati butir tes tersebut sangat sukar.2
Perhitungan analisis tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat
kesukaran suatu soal. Suatu soal tes hendaknya tidak terlau sukar dan tidak pula terlalu
mudah.3 Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik disamping
memenuhi validitas dan reabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal
tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal - soal yang termasuk
mudah, sedang, dan sukar secara proporsional. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran
seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Tingkat
kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya,
bukan dilihat dari sudut pandang guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam
melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang
termasuk mudah, sedang, dan sukar. Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan
proporsi jumlah soal kategori mudah, sedang, dan sukar.
2
Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran : Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon
Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), hlm.105.
3
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran : Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 266.
5
Pertimbangan pertama adalah keseimbangan, yaitu jumlah soal sama untuk ketiga
kategori tersebut. Artinya, soal mudah, sedang, dan sukar jumlahnya seimbang. Misalnya
perbandingan antara soal mudah, sedang, dan sukar dapat dibuat, 30% kategori mudah,
40% kategori sedang, dan 30% kategori sukar.
Kedua, menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk menentukan apakah soal
tersebut termasuk mudah, sedang, atau sukar. Dalam menentukan kriteria ini digunakan
judgment (keputusan) dari guru berdasarkan pertimbangan - pertimbangan tertentu. Oleh
karena itu, dalam menyusun soal guru harus memperhatikan kualitas soal yang akan
diberikan kepada peserta didiknya.4
Tingkat kesukaran butir soal memiliki dua kegunaan, yaitu untuk guru dan untuk
pengujian atau pengajaran. Kegunaan bagi guru diantaranya adalah :
1. Sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan kepada
peserta didik tentang hasil belajar mereka.
2. Memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai terhadap butir
soal yang bias.
Adapun kegunaan bagi pengujian dan pengajaran adalah :
1. Pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang.
2. Tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah.
3. Member masukan kepada siswa.
4. Tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang bias.
5. Merakit tes yang memiliki ketepatan data soal.

Menurut Suharsimi Arikunto (2001) soal - soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar
tidak berarti tidak boleh digunakan. hal ini tergantung dari tujuan penggunaannya. Jika dari
peserta tes banyak, padahal yang dikehendaki lulus hanya sedikit maka diambil peserta yang
terbaik, untuk itu diambilkan butir soal tes yang sukar. demikian sebaliknya jika kekurangan
peserta tes, maka dipilihkan soal-soal yang mudah. Selain itu, soal-soal yang sukar akan
menambah motivasi belajar bagi siswa-siswa yang pandai, sedangkan soal-soal yang mudah
akan membangkitkan semangat kepada siswa yang lemah.

4
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2014), hlm.135.
6
C. Teknik Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Menurut Zainal Arifin, dalam menganalisis tingkat kesukaran soal dibedakan


menjadi dua jenis soal, yaitu :
1. Soal Bentuk Objektif.
Langkah - langkah yang harus ditempuh terlebih dahulu sebelum menghitung tingkat
kesukaran soal sebagai berikut.
a) Menyusun lembar jawaban peserta didik dari skor tertinggi sampai dengan skor
terendah.
b) Mengambil 27% lembar jawaban dari atas yang disebut dengan kelompok atas (higher
group), dan 27% lembar jawaban dari bawah yang disebut kelompok bawah (lower
group). Sisanya sebanyak 46% disisihkan.
c) Membuat tabel untuk mengetahui jawaban (benar atau salah) dari setiap peserta didik,
baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah. Jika jawaban peserta didik benar
diberi angka 1, jika jawaban peserta didik salah diberi angka 0.
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif dapat digunakan dengan
rumus berikut.5
(Rumus 1)

TK =

Keterangan :

WL = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah

WH = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas

nL = jumlah kelompok bawah

nH = jumlah kelompok atas

2. Soal Bentuk Uraian.


Cara menghitung tingkat kesukaran untuk soal bentuk uraian adalah menghitung
beberapa persen peserta didik yang gagal menjawab benar atau ada dibawah batas lulus
(passing grade) untuk tiap - tiap butir soal.6

5
Zainal Arifin, Op. Cit, hlm. 266.
6
Zainal Arifin, Op. Cit, hlm. 273.
7
D. Kriteria Penafsiran Tingkat Kesukaran Soal
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori
mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni
jumlah soal sama untuk ketiga kategori tersebut. Artinya, soal mudah, sedang, dan sukar
jumlahnya seimbang. Persoalan lain adalah menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk
menentukan apakah soal tersebut termasuk mudah, sedang atau sukar. Dalam menentukan
kriteria ini digunakan judgment dari guru berdasarkan pertimbangan - pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tersebut antara lain adalah :
1. Abilitas yang diukur dalam pertanyaan tersebut.
2. Sifat materi yang diujikan atau ditanyakan.
3. Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan bidang keilmunya, baik luasnya maupun
kedalamnya.
Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soalnya dapat digunakan kriteria sebagai
berikut ;7
1. Jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27% termasuk mudah.
2. Jika jumlah peserta didik yang gagal antara 28% sampai dengan 72% termasuk sedang.
3. Jika jumlah peserta didik yang gagal 73% ke atas termasuk sukar.

7
Zainal Arifin, Op. Cit, hlm. 270.
8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan
informasi - informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun. Analisis
pbutir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar
baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya. Analisis butir tes bertujuan untuk
mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk dalam kategori baik, kurang baik, dan
jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita memperoleh informasi mengenai baik tidaknya
suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk untuk melakukan perbaikan.
Tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi peserta didik dalam menjawab benar
atau salahnya terhadap butir soal tersebut. Tingkat kesukaran butir soal biasanya
dilambangkan dengan p. Makin besar nilai p yang berarti makin besar proporsi yang
menjawab benar terhadap butir soal tersebut, makin rendah tingkat kesukaran butir soal
itu. hal ini mengandung arti bahwa soal itu makin mudah, demikian pula sebaliknya.
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori
mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni
jumlah soal sama untuk ketiga kategori tersebut. Artinya, soal mudah, sedang, dan sukar
jumlahnya seimbang. Persoalan lain adalah menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk
menentukan apakah soal tersebut termasuk mudah, sedang atau sukar. Dalam menentukan
kriteria ini digunakan judgment dari guru berdasarkan pertimbangan - pertimbangan
tertentu.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, kami selaku penulis berharap
makalah ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca, bagi pemakalah
sendiri, dan terkhususnya bagi para pelajar yang ingin mempelajari tentang materi teknik
analisis tingkat kesukaran yang telah kita pelajari bersama.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.
Maka dari itu, kami mengharap saran dan kritik yang konstruktif agar nantinya bisa lebih
baik dalam pembuatan makalah berikutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran : Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung :


Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.

Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran : Panduan Praktis


Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Zainul, Asmawi dan Noehi Nasoetion. 1997. Penilaian Hasil Belajar. Pusat Antar
Universitas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan
Dan kebudayaan.

10

Anda mungkin juga menyukai