Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala
nikmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Tak lupa pula shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga serta para sahabat dan para pengikut yang senantiasa setia mengikuti ajarannya.
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran PAI yang di bimbing oleh Bapak Dosen Ade Rahman Matondang,
M.Pd.
Selanjutnya kami ucapkan ribuan terimakasih kepada bapak dosen yang telah
memberikan tugas makalah ini. Kami harap jika dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan
dan kekurangan maka kepada pembaca saya selaku penulis memohon maaf, oleh karena itu,
dengan senang hati saya menerima segala saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan tugas ini. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi pembaca dan bagi penulis
sendiri khusus nya.
Kelompok 7
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
ITEMAN (Item and Test Analysis) adalah salah satu program analisis butir soal yang
dapat digunakan untuk menganalisa hasil tes. Dengan melihat beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi, penyusunan tes dituntut agar mengikuti pedoman penyusunan tes dan
melakukan ujicoba. Kemudian berdasarkan hasil ujicoba, respon peserta dianalisis
menggunakan Program ITEMAN untuk mendapatkan karakteristik butir soal. Data hasil analisis
dengan Program ITEMAN dianalisis kembali menggunakan instrumen penilaian butir soal yang
memenuhi syarat sebagai alat ukur yang baik.
Analisis butir soal mencakup telaah soal atau analisis kualitatif dan analisis terhadap
data empirik hasil ujicoba atau analisis kuantitatif. Analisis butir soal secara kualitatif
menekankan penilaian dari ketiga segi yaitu materi, konstruksi, dan bahasa. Analisis kuantitatif
sering disebut dengan analisis item yang menghasilkan karakteristik atau parameter butir dan
tes, yaitu : tingkat kesukaran, daya beda dan distribusi jawaban dan kunci setiap butir, serta
reliabilitas dan kesalahan pengukuran (SEM) dalam tes. Tujuan analisis soal adalah untuk
mengadakan identifikasi soal - soal yang baik, kurang, lebih, sedang, dan soal yang tidak baik.
dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kekurangan sebuah soal tes dan
“petunjuk” untuk mengadakan perbaikan.1
1
Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion, Penilaian Hasil Belajar, (Pusat Antar Universitas, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi : Departemen Pendidikan Dan kebudayaan, 1997) hlm. 64.
3
Dalam tes dan pengukuran, dikenal beberapa karakteristik butir soal. Untuk tes hasil
belajar pada umumnya dipertimbangkan tiga karakteristik butir soal, yaitu : tingkat kesukaran
soal, daya beda soal dan distribusi jawaban atau berfungsi tidaknya pilihan jawaban (distraktor).
Ketiga karakteristik butir soal ini secara bersama - sama akan menentukan mutu butir soal.
Bila salah satu dari ketiga karakteristik ini tidak memenuhi persyaratan maka mutu butir soal
akan turun.
Ada beberapa alasan mengapa diperlukan analisis butir soal. Menurut (Asmawi
Zainul, dkk :1997) alasan tersebut antara lain :
a) Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan butir tes, sehingga dapat dilakukan seleksi
dan revisi butir soal.
b) Untuk menyediakan informasi tentang spesifikasi butir soal secara lengkap, sehingga
akan lebih memudahkan bagi pembuat soal dalam menyusun perangkat soal yang akan
memenuhi kebutuhan ujian dalam bidang dan tingkat tertentu.
c) Untuk segera dapat mengetahui masalah yang terkandung dalam butir soal, seperti :
kemenduaan butir soal, kesalahan meletakkan kunci jawaban, soal yang terlalu sukar
dan terlalu mudah, atau soal yang mempunyai daya beda rendah. Masalah ini bila
diketahui dengan segera akan memungkinkan bagi pembuat soal untuk mengambil
keputusan apakah butir soal yang bermasalah itu akan digugurkan atau direvisi guna
menentukan nilai peserta didik.
d) Untuk dijadikan alat guna menilai butir soal yang akan disimpan dalam kumpulan soal.
e) Untuk memperoleh informasi tentang butir soal sehingga memungkinkan untuk menyusun
beberapa perangkat soal yang paralel. Penyusunan perangkat seperti ini sangat
bermanfaat bila akan melakukan ujian ulang atau mengukur kemampuan beberapa
kelompok peserta tes dalam waktu yang berbeda.
Menurut Suharsimi Arikunto (2001) soal - soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar
tidak berarti tidak boleh digunakan. hal ini tergantung dari tujuan penggunaannya. Jika dari
peserta tes banyak, padahal yang dikehendaki lulus hanya sedikit maka diambil peserta yang
terbaik, untuk itu diambilkan butir soal tes yang sukar. demikian sebaliknya jika kekurangan
peserta tes, maka dipilihkan soal-soal yang mudah. Selain itu, soal-soal yang sukar akan
menambah motivasi belajar bagi siswa-siswa yang pandai, sedangkan soal-soal yang mudah
akan membangkitkan semangat kepada siswa yang lemah.
4
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2014), hlm.135.
6
C. Teknik Analisis Tingkat Kesukaran Soal
TK =
Keterangan :
5
Zainal Arifin, Op. Cit, hlm. 266.
6
Zainal Arifin, Op. Cit, hlm. 273.
7
D. Kriteria Penafsiran Tingkat Kesukaran Soal
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori
mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni
jumlah soal sama untuk ketiga kategori tersebut. Artinya, soal mudah, sedang, dan sukar
jumlahnya seimbang. Persoalan lain adalah menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk
menentukan apakah soal tersebut termasuk mudah, sedang atau sukar. Dalam menentukan
kriteria ini digunakan judgment dari guru berdasarkan pertimbangan - pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tersebut antara lain adalah :
1. Abilitas yang diukur dalam pertanyaan tersebut.
2. Sifat materi yang diujikan atau ditanyakan.
3. Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan bidang keilmunya, baik luasnya maupun
kedalamnya.
Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soalnya dapat digunakan kriteria sebagai
berikut ;7
1. Jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27% termasuk mudah.
2. Jika jumlah peserta didik yang gagal antara 28% sampai dengan 72% termasuk sedang.
3. Jika jumlah peserta didik yang gagal 73% ke atas termasuk sukar.
7
Zainal Arifin, Op. Cit, hlm. 270.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan
informasi - informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun. Analisis
pbutir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar
baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya. Analisis butir tes bertujuan untuk
mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk dalam kategori baik, kurang baik, dan
jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita memperoleh informasi mengenai baik tidaknya
suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk untuk melakukan perbaikan.
Tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi peserta didik dalam menjawab benar
atau salahnya terhadap butir soal tersebut. Tingkat kesukaran butir soal biasanya
dilambangkan dengan p. Makin besar nilai p yang berarti makin besar proporsi yang
menjawab benar terhadap butir soal tersebut, makin rendah tingkat kesukaran butir soal
itu. hal ini mengandung arti bahwa soal itu makin mudah, demikian pula sebaliknya.
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori
mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni
jumlah soal sama untuk ketiga kategori tersebut. Artinya, soal mudah, sedang, dan sukar
jumlahnya seimbang. Persoalan lain adalah menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk
menentukan apakah soal tersebut termasuk mudah, sedang atau sukar. Dalam menentukan
kriteria ini digunakan judgment dari guru berdasarkan pertimbangan - pertimbangan
tertentu.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, kami selaku penulis berharap
makalah ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca, bagi pemakalah
sendiri, dan terkhususnya bagi para pelajar yang ingin mempelajari tentang materi teknik
analisis tingkat kesukaran yang telah kita pelajari bersama.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.
Maka dari itu, kami mengharap saran dan kritik yang konstruktif agar nantinya bisa lebih
baik dalam pembuatan makalah berikutnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Nana Sudjana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Zainul, Asmawi dan Noehi Nasoetion. 1997. Penilaian Hasil Belajar. Pusat Antar
Universitas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan
Dan kebudayaan.
10