Anda di halaman 1dari 27

MENELAAH PERBEDAAN DAN PERUBAHAN STANDAR KOMPETENSI

LULUSAN, STANDAR ISI, STANDAR PROSES, DAN STANDAR PENILAIAN


DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM 2006 KE KURIKULUM 2013

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah: Telaah Kurikulum

Oleh kelompok 7:

Nama: Adelia Fitri Lubis (0301192109)

Siti Fadilla Putri Ginting (0301192069)

Yunita (0301192180)

Dosen Pengampu: Dr. Neliwati, M.Pd

Semester 5/ PAI-6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Menelaah Perbedaan dan Perubahan
Standar Kompetensi Lulusan; Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian
dalam Pengembangan Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum.
Selan itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang perbedaan dan
perubahan kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Neliwati, M.Pd selaku
dosen Mata Kuliah Telaah Kurikulum. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 21 September 2021

Adelia Fitri Lubis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1-2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) .............................3-4


1.1 Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) .4-5
1.2 Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006)
...........................................................................................................5-8
2. Kurikulum 2013 ......................................................................................8-10
2.1 Karakteristik kurikulum 2013 ..........................................................10-11
2.2 Struktur dan Muatan Kurikulum 2013 .............................................11-12
3. Perbedaan dan Perubahan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar
Proses, dan Standar Penilaian dalam Pengembangan Kurikulum 2006 ke
Kurikulum 2013 .....................................................................................12-13
3.1 Perbedaan Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 .............................13-16
3.2 Perubahan Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 .............................16-21

BAB III PENUTUP .......................................................................................................22-23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Studi kurikulum merupakan bidang relatif baru berkembang dibandingkan bidang-


bidang pendidikan lainnya. Sebagai bidang yang masih baru maka konsepsi mengenai
kurikulum masih beragam. Keragaman ini disebabkan pendekatan, sudut pandang, dan
landasan berpikir yang dipakai sebagai pijakan.

Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya
pelari dan curere yang berarti berpacu. Jadi istilah kurikulum pada awalnya berhubungan
dengan kegiatan olahraga pada jaman Romawi Kuno di Yunani yang mengandung pengertian
sutau jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Secara terminology istilah kurikulum yang
digunakan dalam dunia pendidikan mengandung pengertian sejumlah pengetahuan yang
harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mendapatkan suatu tingkatan atau ijazah.

Para ahli kurikulum dalam memberikan pengertian, bergerak dari suatu pengertian
yang spesifik menuju ke arah pengertian yang lebih umum dan luas. Dalam pengertian
spesifik kurikulum diartikan sebagai daftar mata pelajaran yang harus dipelajari siswa.
Kelompok yang mendefinisikan kurikulum dalam arti luas mengartikan kurikulum sebagai
semua pengalaman belajar yang dialami siswa baik didalam maupun diluar kelas untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Oliver (1977) mengartikan kurikulum sebagai program pendidikan untuk mendapat


sejumlah pengalaman belajar yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk diikuti siswa,
yang meliputi program studi, program pengalaman, program layanan, dan kurikulum
tersembunyi. Doll (1982) mengartikan kurikulum sebagai rancangan pengalaman belajar
yang mengacu kepada hasil belajar yang diharapkan dapat menumbuhkan kompetensi
personal dan sosial siswa, melalui rumusan pengetahuan, keterampilan, dan juga sikap yang
sistematis di bawah tanggung jawab dan bantuan lembaga pendidikan.

Kurikulum merupakan alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dalam
pendidikan, dan juga sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Sebuah kurikulum
mencerminkan falsafah hidup suatu bangsa, kearah mana dan bagaimana bentuk kehidupan
itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang.
Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderung/ selalu mengalami perubahan
yang diakibatkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum harus dapat

1
mengantisipasi terjadinya perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara yang dianggap
paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kurikulum dapat sedikit meramalkan hasil pendidikan/ pengajaran yang diharapkan


karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dilakukan oleh
peserta didik. Namun hasil pendidikan tidak dapat diketahui dengan segera atau setelah
peserta didik menyelesaikan suatu program pendidikan. Pembaharuan dalam kurikulum perlu
dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai untuk sepanjang masa, kurikulum
harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah.

Perubahan dalam kurikulum melibatkan berbagai faktor, bak itu orang-orang yang
terlibat dalam pendidikan maupun faktor-faktor penunjang dalam pelaksanaan pendidikan.
Konsekuensi dan perubahan kurikulum juga akan mengakibatkan perubahan dalam
operasionalisasi kurikulum tersebut, baik orang yang terlibat maupun faktor penunjang dalam
pelaksanaan kurikulum.

Sejak berakhirnya era Presiden Soekarno yang disebut masa Orde Lama, bangsa
Indonesia telah melakukan 6 kali penggantian kurikulum. Bahkan dalam 10 tahun terakhir,
sudah terjadi 2 kali pergantian kurikulum. Pada dasarnya, kurikulum-kurikulum tersebut
memiliki tujuan yang sama, hanya saja berbeda dalam segi pelaksanaannya. Setelah merdeka,
dalam dunia pendidikan Indonesia dikenal beberapa masa pemberlakuan kurikulum yaitu
kurikulum sederhana (1947-1964), pembaharuan kurikulum (1968 dan 1975), kurikulum
berbasis keterampilan proses (1984 dan 1994), dan kurikulum berbasis kompetensi (2004 dan
2006). Melalui uraian di bab ini Anda akan mempelajari perkembangan kurikulum sekolah.
Penjelasan mengenai hal tersebut akan dikemas dalam tiga subunit yang terdiri atas: (1)
Kurikulum Rencana Pelajaran (2) Kurikulum Berbasis Pencapaian Tujuan serta (3)
Kurikulum Berbasis Kompetensi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP 2006)


Kurikulum adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
proses belajar mengajar untuk mencapau tujuan pendidikan.Tujuannya yakni tujuan
pendidikan nasional yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik, kondisi, dan
potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Kurikulum sekolah yang disusun
dan dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan dinamakan “Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)”.
KTSP yang disusun dan dikemabnagkan oleh masing-masing satuan
pendidikan bisa beragam antar sekolah satu dengan sekolah lainnya yang telah
disesuaikan, namuntetap menggunakan acuan. Kurikulum yang disusun dan
dikembagkan harus tetap memenuhi standar nasional, maka penysusunan dan
pengembangan kurikulum perlu mengacu pada standar nasional pendidikan yang
meliputi: 1) standar isi; 2) standar proses; 3) standar kompetensi lulusan; 4) standar
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan; 5) standar sarana dan prasarana; 6) standar
pembiayaan; dan 8) standar penilaian pendidikan. Yang berkeitan langsung dengan
penyusunan dan pengembangan kurikulum yaitu standar isi dan standar kompetensi
lulusan.
Sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasioonal Pendidikan, kurikulum pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah disusun dan dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan mengacu
pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada
panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP)
Standar Isi, sebagaimana tertuang dalam pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005, mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Sedangkan pada Pasal
1 Peraturam Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 diperjelas bahwa
standar isi pada satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup lingkup materi
minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan

3
minimal jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Secara keselurruhan Standar Isi
mencakup:
1) Kerangka Dasar dan Struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam
penyusunan KTSP
2) Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan
menengah
3) KTSP yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan
panduan penysuunan kurikulum sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
standar isi
4) Kalender pendidikan untuk penyelnggaraan pendidikan pada satuan
pendidikan jenajng pendidikan dasar dan menengah.

Disamping Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagaimana


tertuang dalam Peratuan Menteru Pendidikan Nomor 23 Tahun 2006 juga merupakan
salah satu acuan dalam penyusunan dan pengembangan KTSP oleh satuan
pendidikan. Di samping sebagao acuan dalam penysuuann dan pengembanagan
KTSP, SKL seperti yang tertuang dalam Paasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 23 Tahun 2006 juga digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
menentukan kelulusan peserta didik. Secara keseurruhan SKL mencakup:

1) Standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan


menengah
2) Standar kompetensi lulusan mnimal kelompok mata pelajaran
3) Standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran1
1.1 Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006)
Menurut Mulyasa (2007), Karasteristik kurikulum tingkat satuan pendidikan
adalah ciri khas dalam pengembangan adapun karasteristik yang dimaksud adalah:
1. Pemberian otonomi luas kepada satuan pendidikan.
2. Partisipasi masyarakat dan orang tua.
3. Kepemimpinan yang demokratis dan profesional
4. Tim kerja yang kompak dan transparan

1
Oleh Baedhowi., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Kebijakan dan Harapan., Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, No 065, 2017., hlm 174-176

4
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan dengan
beberapa prinsip, adapun prinsip yang dimaksud menurut Mansur Muhlich (2007)
adalah sebagai berikut:

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta


didik dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan tehknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antar kepentingan nasional dan kepentingan daerah2
1.2 Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006)
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang
tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan
f. Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau
kegiatan

pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 Pasal 7.

Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan


kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan
pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan
diri termasuk ke dalam isi kurikulum

a) Mata Pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat
satuan pendidikan berpedoman pada struktur kurikulum yang
tercantum dalam SI.

2
Trisnawati., Gunawan., Hasan Nongkeng., Perbandingan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Kurikulum 2013 di SMAN 1 Sinjai Utara., Jurnal Mirai Management Vol 1 No 1, 2016., hlm 3

5
b) Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah, yang mana materinya tidak sesuai untuk
menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak
sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan
lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata
pelajaran keterampilan saja. Muatan lokal merupakan mata pelajaran,
sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal
yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan
satu mata pelajaran muatan lokal pada tiap semesternya. Ini berarti
bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan
dua mata pelajaran muatan lokal.
c) Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik dalam mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan
diri ini difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga
kependidikan dan dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara
lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan
masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan juga
pengembangan karier peserta didik serta kegiatan kepramukaan,
kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja. Khusus untuk sekolah
menengah kejuruan pengembangan diri terutama ditujukan untuk
pengembangan kreativitas dan bimbingan karier. Pengembangan diri
untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada peningkatan
kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus
peserta didik. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran.
Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif,
tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.

6
Adapun untuk pengaturan beban belajar kurikulum tingkat satuan pendidikan
meliputi:

a) Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan
SD/MI/SLDB, SMP/MT/SMPLB baik kategori standar maupun mandiri,
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar.
b) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk
setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu
tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang
tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam
pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
c) Alokasi waktu untuk penugasan terstuktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
dalam sistem paket untuk SD/MI/ SDLB 0%-40%, SMP/MTs/SMPLB 0%-50%
dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0%-60% dari waktu kegiatan tatap muka dari
mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut
mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai
kompetensi.
d) Alokasi waktu untuk praktik adalah dua jam kegiatan praktik di sekolah setara
dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu
jam tatap muka.
e) Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstuktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur utuk SMP/Mts dan SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem
SKS mengikuti aturan sebagai berikut:
1) Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas : 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan
terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
2) Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25
menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur

Kemudian Ketuntasan belajar dari setiap indikator yang telah ditetapkan


dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk
masing-masing indikator adalah 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria
ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta
didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam
penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria

7
ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
Pelaporan hasil belajar (raport) peserta didik diserahkan pada satuan pendidikan
dengan memperhatikan rambu-rambu yang disusun oleh direktorat teknis terkait.

Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran. Kriteria kenaikan
kelas diatur oleh masing-masing direktorat teknis yang terkait.

Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dapat
dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:

a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran


b. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan
dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga, dan kesehatan.
c. Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi
d. Lulus ujian nasional
e. Ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah diatur lebih
lanjut dalam peraturan menteri berdasarkan usulan BSNP

Untuk kalender pendidikan kurikulum timgkat satuan pendidikan Satuan


pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan
kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat,
dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam Standar
Isi3.

2. KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang dilaksanakan secara bertahap
pada satuan pendidikan mulai tahun ajaran baru 2013/2014. Setelah satu tahun
berjalan secara bertahap, kurikulum baru dilaksanakan secara serentak di seluruh
satuan pendidikan mulai tahun pelajaran baru 2014/20154.

3
Sudarman, Pengembangan Kurikulum: Kajian Teori dan Praktik, (Samarinda: Mulawarman University Press,
2019), hlm. 91-95
4
Faridah Alawiyah, Kesiapan Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013, Info Singkat Kesejahteraan Sosial
Kajian Singkat terhadap Isu-isu Terkini, Vol. VI, No. 15/I/P3DI (Agustus,2014), hal. 10

8
Bersamaan dengan diberlakukannya Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan
Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013, dijelaskan bahwa satuan pendidikan
dasar dan pendidikan menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013 sejak semester
pertama pada tahun pelajaran 2014/2015 kembali melaksanakan Kurikulum Tahun
2006 mulai semester dua Tahun Pelajaran 2014/2015 sampai ada ketetapan dari
Kementerian untuk melaksanakan Kurikulum 2013.
Pada pasal 2 (dua) menyebutkan bahwa, satuan pendidikan dasar dan
pendidikan menengah yang telah melaksanakan Kurikulum 2013 selama 3 (tiga)
semester tetap menggunakan Kurikulum 2013. Sekolah-sekolah itu merupakan satuan
pendidikan rintisan penerapan Kurikulum 2013. Sekolah tersebut dapat berganti
melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 dengan melaporkan kepada dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Pada pasal lainnya
disebutkan, satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dapat melaksanakan
Kurikulum Tahun 2006 paling lama sampai dengan Tahun Pelajaran 2019/2020.
Implementasi Kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovativ, serta mampu berkontribusi kepada masyarakat,
bangsa, bangsa, negara dan peradaban dunia.
Kurikulum 2013 merupakan implementasi dari UU no. 32 tahun 2013.
Kurikulum 2013 ini merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) dan KTSP. Akan tetapi lebih mengacu pada kompetensi
sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang terdapat pada pasal 35, dimana
kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Kurikulum 2013 merupakan perangkat mata pelajaran dan program
pendidikan berbasia sains yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara
pendidikan dengan tujuan untuk mempersiapkan lahirnya generasi emas bangsa
indonesia, dengan sistem dimana siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Titik beratnya, kurikulum 2013 ini bertujuan untuk mendorong peserta didik atau
siswa agar lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan
mempresentasikan apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah meneerima
materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan

9
penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan
budaya. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 lebih menekankan
pada ketiga aspek, yaitu menghasilkan peserta didik berakhlak mulia (afektif),
berketerampilan (psikomotorik), dan berpengetahuan (kognitif) yang
berkesinambungan. Sehingga diharapkan agar siswa lebih kreatif, inovatif dan lebih
produktif5.
2.1 Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 mempunyai beberapa karakteristik. Secara umum Kurikulum
2013 mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) belajar tuntas, yaitu peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan
berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang
benar,
b) penilaian autentik,
c) penilaian berkesinambungan, penilaian dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan selama pembelajaran berlangsung,
d) menggunakan teknik penilaian yang bervariasi. Teknik penilaian yang dipilih
dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, proyek,
pengamatan, dan penilaian diri,
e) berdasarkan acuan kriteria.

Selain karakteristik umum tersebut, menurut Peraturan Menteri No. 70 tahun


2013 (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013),
Kurikulum 2013 memiliki karakteristik lain yaitu:

a) Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk


Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi
Dasar (KD) mata pelajaran.
b) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan
psikomotor).
c) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta
didik untuk mata pelajaran di kelas tertentu.

5
Wiwin Fachrudin Yusuf., Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam Sekolah Dasar (SD)., Jural Pendidikan Agama Islam Vol 3 No 2, 2018., hlm 265-267

10
d) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan dasar
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan
menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
e) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements).
f) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched).
g) Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema satu
mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/ MAK).
h) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD 6
2.2 Struktur dan Muatan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis
kompetensi adalah “outcomes-based curriculum” dan oleh karena itu
pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum
diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai
pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh
peserta didik. Karakteristik kurikulum 2013 memang akan mengalami banyak
sekali perubahan, baik mulai jenjang SD sampai dengan SMA, beberapa mata
pelajaran akan dipangkas atau ditiadakan. Kurikulum SD/SMP/SMA/SMK
mengalami perubahan-perubahan antara lain mengenai proses pembelajaran,
jumlah mata pelajaran, dan jumlah jam pelajaran7.
Teknik dan instrument penilaian dalam Kurikulum 2013 dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu :
a. Penilaian Sikap (Spiritual dan Sosial) Penilaian sikap dilakukan melalui
observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat (peer evaluation) oleh
siswa dan jurnal. Sasaran hasil belajar oleh pendidik pada ranah sikap
meliputi menerima sikap, menanggapi sikap, menghargai nilai, menghayati
nilai, dan mengamalkan nilai.
b. Penilaian Pengetahuan Penilaian pengetahuan merupakan penilaian yang
berhubungan dengan kompetensi kognitif. Sasaran hasil belajar oleh

6
Pipi Suhadmida Sari., Yossi Eriawati., Yesi Gusmaniarti., Penerapan Kurikulum Ganda Pada Salah Satu
Sekolah Dasar., Jurnal Menata Vol 2 No 2, 2020., hlm 136-137
7
Hasan Baharun, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Pustaka Nurja, 2017), hlm. 75

11
pendidik pada kemampuan berpikir meliputi mengi ngat, memahami,
menerapkan, menganalisis, meng evaluasi dan mencipta.
c. Penilaian Kompetensi Keterampilan Penilaian keterampilan merupakan
penilaian yang berhubungan dengan kompetensi keterampilan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Sasaran hasil belajar oleh pendidik pada
keterampilan abstrak berupa kemampuan mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi / mencoba, menalar / mengasosiasi, dan
mengkomuniksikan8.
3. PERBEDAAN DAN PERUBAHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN;
STANDAR ISI, STANDAR PROSES, DAN STANDAR PENILAIAN DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM 2006 KE KURIKULUM 2013
Standar Isi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang keseluruhan
mencakup: Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam
penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan, beban belajar bagi peserta
didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah, kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan panduan
penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari Standar Isi, dan
Kalender Pendidikan untuk menyelenggarakan pendidikan pada satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Standar Isi Kurikulum
2013 antara lain mencakup kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
Kompetensi yang digunakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan.
Sedangkan dalam kurikulum 2013, kompetensi menggunakan istilah Kompetensi Inti;
yaitu tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus
dimiliki peserta didik dan sebagai landasan pengembangan Kompetensi Dasar.
Kompetensi Inti ini dirancang seiring dengan perkembangan usia peserta didik.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Isi ditentukan terlebih dahulu
melalui Permendiknas No 22 Tahun 2006 dan kemudian ditentukan SKL (Standar
Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006. Sedangkan dalam

8
Ibd., hlm 83-84

12
kurikulum 2013 SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu
melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013 setelah itu baru ditentukan Standar Isi yang
berbentuk Kerangka Dasar Kurikulum yang dituangkan dalam Permendikbud No 67,
68, 69, dan 70 Tahun 2013. Dalam arti bahwa Standar Isi pada Kurikulum 2013 ini
dibentuk atau disusun setelah menentukan SKL terlebih dahulu.
3.1 Perbedaan Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013
KTSP 2006:
1. Mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu. Untuk semua
jenjang.
2. Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi sendiri.
Untuk semua jenjang.
3. Bahasa Indonesia sejajar dengan Mapel lain. Untuk jenjang SD.
4. Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang berbeda. Untuk semua
jenjang.
5. Tiap jenis konten pembelajaran diajarkan dengan terpisah (separated
curriculum). Untuk jenjang SD.
6. Tematik untuk kelas I-III (belum integrated). Ini khusus untuk jenjang SD.
7. TIK adalah mata pelajaran tersendiri. Ini khusus untuk jenjang SMP.
8. Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan. Untuk jenjang SMP/SMA/SMK.
9. Untuk SMA ada penjurusan sejak kelas XI. Untuk jenjang SMA.
10. SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi. Untuk SMA dan SMK. 11.
Penjurusan di SMK sangat detil (sampai keahlian). Untuk SMK.

Kurikulum 2013:

1. Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi. Untuk semua jenjang.


2. Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki
kompetensi yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas. Untuk semua jenjang.
3. Bahasa Indonesia sebagai penghela Mapel lain (sikap keterampilan
berbahasa).Untuk jenjang SD.
4. Semua mata pelajaran diajarkan terkait dan terpadu dengan pendekatan yang
sama (saintifik) melalui mengamati, menanya, mencoba, dan menalar,...Untuk
semua jenjang.
5. Bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan terkait dan terpadu satu sama
lain ( cross curriculum atau integrated curriculum). Untuk jenjang SD.

13
6. Konten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan dijadikan konten penggerak mata
pelajaran lainnya. Untuk jenjang SD.
7. Tematik untuk kelas I – VI. Untuk jenjang SD.
8. TIK merupakan sarana pembelajaran. Untuk Jenjang SMP.
9. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge. Untuk
jenjang SMP/SMA/SMK.
10. Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar
minat, dan pendalaman minat. Untuk SMA dan SMK.
11. SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasardasar
pengetahuan, keterampilan dan sikap.Untuk SMA dan SMK.
12. Penjurusan di SMK tidak terlalu detil (sampai bidang studi), di dalamnya
terdapat pengelompokan pembelajaran dan pendalaman, Untuk jenjang SMA
dan SMK9.

Secara konseptual Andriani (2015:89-90) mengatakan bahwa kurikulum 2013


dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki perbedaan dalam
sistem pembelajaran. Dimana Kurikulum Satuan Pendidikan pembelajarannya
dilaksanakan masih terpisah-pisah, belum mengaktifkan siswa serta lebih
menekankan hasil daripada proses pembelajaran. Sedangkan kurikulum 2013
dilaksanakan secara tematik integratif dengan menggunakan pendekatan saintifik dan
penilaian otentik. Kegiatan belajar dengan pendekatan saintifik, guru mengajak siswa
mengamati, menanya, mengumpulkan Informasi, mengasosiasi/ mengolah informasi
dan mengkomunikasikan terkait dengan materi yang dipelajari. Adapun penilaian
autentik, guru menilai proses dan hasil belajar siswa. Hasil penilaian tersebut,
kemudian dideskripsikan berbentuk uraian.

Dengan demikian jika dilihat dari sisi kuantitas jam dan mata pelajaran
pembelajaran, jumlah jam belajar pada kurikulum KTSP lebih sedikit yaitu 6 jam
pelajaran dengan mata pelajaran lebih banyak yaitu 12 mata pelajaran. Sedangkan
pada Kurikulum 2013 jumlah jam belajar lebih banyak yaitu 10 jam pelajaran dengan
mata pelajaran lebih sedikit yaitu 8 mata pelajaran. Dilihat dari sisi pendekatan
pembeljarannya, pada kurikulum KTSP menggunakan pendekatan mata pelajaran
sedangkan untuk kurikulum 2013 pendekatan inquiry. Dilihat dari sisi proses

9
Lukmanul Hakim., Analisis Perbedaan Antara Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013., Jurnal Ilmiah
DIDAKTIRA Vol 17 No 2, 2017., hlm 288-289

14
pembelajaran, dalam kurikulum 2013 proses pembelajarannya lebih berpusat pada
siswa, sedangkan kurikulum KTSP proses pembelajarannya lebih berpusat pada guru.
Sedangkan jika dilihat dari sisi penilaian, penilaian Kurikulum 2013 lebih spesifik
yaitu menekankan pada tiga aspek ranah kompetensi yaitukompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan serta sistem pensekoran dengan angka 1-4, sedangkan
Kurikulum KTSP lebih menekankan pada aspek pengetahuan saja dengan system
pensekoran 1-100.

Perbedaan-perbedaan konseptual antara kurikulum KTSP dengan kurikulum


2013 yang demikian mencolok jelas dapat menimbulkan kebingungan dan kekagetan
siswa apabila kedua konsep tersebut diberikan secara bergantian setelah naik kelas,
apalagi jika yang mengalami adalah siswa kelas satu sekolah dasar. Siswa kelas satu
mempunyai tahap berpikir konkrit, tahap berpikir konkrit merupakan tahap berpikir
pada tingkat paling sederhana di Sekolah Dasar. Pada tahap ini siswa kelas 1 perlu
mendapatkan pembimbingan guru tahap demi tahap secara terus menerus. Siswa kelas
1 masih tergantung pada kehadiran benda-benda konkrit sebagai alat peraga dan
media pembelajaran, serta perlu adanya aktivitas bermain sambil belajar di kegiatan
belajar mengajar setiap harinya. Banyaknya perbedaan yang spesifik membuat siswa
sulit menyesuaikan diri terhadap perubahan kurikulum yang mereka rasakan. Oleh
karena itu dibutuhkan manajemen yang terencana dari pihak sekolah, agar kendala-
kendala yang akan muncul dapat diminimalisir tanpa melanggar ketentuan pemerintah
terkait pemberlakuan kurikulum nasional.

Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini perbedaan kurikulum KTSP dengan
Kurikulum 2013 terletak pada:

1) jumlah jam belajar dan jumlah mata pelajaran Jumlah jam belajar pada
kurikulum KTSP lebih sedikit yaitu 6 jam pelajaran dan mata pelajaran
lebih banyak yaitu 12 mata pelajaran, sedangkan pada Kurikulum 2013
jumlah jam belajar lebih banyak yaitu 10 jam pelajarn sedangkan mata
pelajaran lebih sedikit yaitu 8 mata pelajaran;
2) Pendekatan pembelajaran, Pendekatan pembelajaran pada kurikulum
KTSP menggunakan pendekatan mata pelajaran sedangkan untuk
kurikulum 2013 pendekatan inquiry

15
3) proses pembelajaran, dalam kurikulum 2013 proses pembelajarannya lebih
berpusat pada siswa, sedangkan kurikulum KTSP proses pembelajarannya
lebih berpusat pada guru dan
4) Penilaian, perbedaan paling mencolok diantara kurikulum 2013 dan KTSP
adalah dibagian penilaiannya. Penilaian Kurikulum 2013 lebih spesifik
yaitu menekankan pada tiga aspek ranah kompetensi diantaranya
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta system pensekoran
dengan angka 1-4, sedangkan Kurikulum KTSP lebih menekankan pada
aspek pengetahuan saja dengan sistem pensekoran 1-10010
3.2 Perubahan Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013
Perubahan kurikulum pendidikan dasar dan menengah, dari Kurikulum 2006
(KTSP) menunju Kurikulum 2013. Salah satunya yaitu terjadi pada kurikulum
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Ada 4 aspek yang
menjadi fokus analisis perubahan kurikulum PPKn antara KTSP dan Kurikulum
2013, yaitu: tujuan pembelajaran, isi atau materi pembelajaran, strategi atau
metode, dan evaluasi pembelajaran. Penjelasan selengkapnya untuk empat fokus
kajian tersebut disajikan berikut ini.
Pertama, tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran PPKn dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan dengan mengacuStandar Kompetensi
Lulusan (SKL) Satuan Pendidikan, Standar Kompetensi Kelompok Mata
Pelajaran, sekaligus Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah
ditetapkan Pemerintah. Setiap jenjang satuan pendidikan memiliki SKL Satuan
Pendidikan yang berbeda dengan SKL satuan pendidikan pada jenjang lainnya.
SKL Satuan Pendidikan telah ditetapkan per jenjang oleh Pemerintah dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 23 Tahun 2006.
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) menunjukkan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat
dan atau semester untuk kelompok mata pelajaran tertentu. SK-KMP untuk
kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian dikembangkan

10
Wahdan Najib Habiby., Nita Arum., Myshell Nuraini., Firnie Zonna., Dwinita., Manajamen Adaptasi
Pembelajaran Kurikulum 2013 ke Kurikulum 2006 (KTSP) SDN Sondakan Surakarta., Jurnal Profesi
Pendidikan Dasar Vol 4 No 2, 2017., hlm 182-183

16
berdasarkan tujuan, yaitu: "Membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air" .
Selanjutnya, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) untuk Mata
Pelajaran PPKn menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Merujuk pada SKKD Mata Pelajaran PPKn KTSP untuk SD/MI pada
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 bahwa SKKD tersebut mencakup dua ranah,
yaitu ranah pengetahuan dan ranah sikap. Ranah pengetahuan pada SKKD PPKn
di SD/MI, mengacu Taksonomi Bloom (Anderson dan Krathwohl, 2015:116),
paling tinggi berada pada level "Mengaplikasikan" (C3). Untuk ranah sikapnya,
level kompetensi sikap tertinggi berada pada level "Menghargai" (A3).
Sedangkan tujuan pembelajaran dalam mata pelajaran PPKn Kurikulum 2013
untuk SD/MI dikembangkan dari SKL per jenjang pendidikan yang ditetapkan
oleh Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 20 Tahun 2016 (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
2016). Tujuan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 mengacu dan dikembangkan
dari SKL, Standar Isi, dan Kompetensi Inti serta Kompetensi Dasar.
Perubahan kurikulum untuk PPKn SD/MI dari KTSP menuju ke Kurikulum
2013 yaitu dalam KTSP, tujuan pembelajaran PPKn untuk SD/MI hanya
mencakup ranah pengetahuan dan ranah sikap, sedangkan dalam Kurikulum 2013,
tujuan pembelajaran PPKn mencakup semua ranah pembelajaran, merujuk
taksonomi Bloom, yakni ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Bahkan,
KD PPKn SD/MI pada Kurikulum 2013 untuk ranah keterampilan mencapai level
tertinggi yaitu "Menyajikan".
Kedua, isi atau materi pembelajaran. Ruang lingkup PPKn SD/MI pada KTSP
merujuk Permendiknas No. 23 Tahun 2006 (Menteri Pendidikan Nasional, 2006)
mencakup beberapa aspek sebagai berikut: (a) Persatuan dan Kesatuan bangsa, (b)
Norma, hukum dan peraturan, (c) Hak asasi manusia , (d) Kebutuhan warga
negara, (e) Konstitusi Negara, (f) Kekuasan dan Politik, (g) Pancasila, dan (h)
Globalisasi.
Perubahan ruang lingkup materi PPKn SD/MI dalam Kurikulum 2013 pada
dasarnya terletak pada semakin sederhananya materi yang harus dikuasai oleh
peserta didik. Oleh karena, semua materi yang harus dikuasai oleh peserta didik
pada Kurikulum 2013 hanya merupakan sebagian dari materi PPKn yang harus

17
dikuasai oleh peserta didik SD/MI pada KTSP. Adapun materi PPKn SD/MI pada
KTSP yang tidak lagi dibelajarkan yaitu: aspek hak asasi manusia, aspek
konstitusi negara, dan aspek globalisasi.
Ketiga, strategi atau metode. Pembelajaran PPKn SD/MI pada KTSP
dilaksanakan dengan beban belajar yang dirumuskan dalam bentuk satuan waktu
yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran
melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur. Merujuk Permendiknas No. 22 Tahun 2006, kegiatan tatap muka per
satu jam pembelajarannya berlangsung selama 35 menit. Untuk PPKn SD/MI,
beban belajarnya sebesar 2 jam pelajaran per minggu melalui sistem tatap muka.
Sementara itu, melalui penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur maksimum 40% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka. Di samping
itu, mata pelajaran PPKn SD/MI untuk kelas I sampai kelas III dibelajarkan
dengan pendekatan tematik sedangkan untuk kelas IV sampai kelas VI
menggunakan pendekatan mata pelajaran.
Perubahan strategi atau metode pembelajaran PPKn SD/MI pada Kurikulum
2013, yaitu terletak pada penekanan penggunaan pembelajaran tematik yang lebih
spesifik dan operasional serta menyeluruh. Jika pembelajaran PPKn SD/MI pada
KTSP hanya menyebutkan bahwa pembelajaran semua mata pelajaran di kelas I
sampai kelas III dilakukan dengan pendekatan tematik, namun tidak jelas dan
tidak operasional bentuk pendekatan keterpaduan sekaligus tema-temanya. Di
samping itu, pendekatan dan desain pembelajaran PPKn SD/MI pada Kurikulum
2013 dilaksanakan secara menyeluruh dari kelas I sampai kelas IV dengan
pendekatan integrasi yang spesifik seperti intradisipliner, multidisipliner, dan
transdisipliner. Bukti dari pendekatan transdisipliner tersebut ditunjukkan melalui
penetapan tema-tema pembelajaran dari kelas I sampai kelas VI oleh Pemerintah
melalui Permendikbud No. 57 Tahun 2014.
Keempat, evaluasi pembelajaran. Kegiatan evaluasi pembelajaran PPKn
SD/MI pada KTSP dilaksanakan dengan penilaian berbasis kelas (PBK). Penilaian
ini dilakukan melalui suatu proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh
guru untuk memberikan nilai terhadap proses dan hasil belajar peserta didik
berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya, sehingga akan diperoleh profil
kemampuan peserta didik sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum (Arifin, 2012: 57). Teknik-teknik penilaian yang dapat digunakan

18
seperti tes kinerja, demonatrasi, observasi, penugasan, portofolio, tes tertulis, tes
lisan, jurnal, wawancara, inventori, penilaian diri, dan penilaian antarteman.
Dalam kurikulum 2013, evaluasi pembelajaran PPKn juga dilakukan dengan
penilaian authentik. Sebagaimana disebutkan dalam Permendikbud No. 22 Tahun
2016 dan Permendikbud No. 23 Tahun 2016 bahwa penilaian proses pembelajaran
pada pendidikan dasar dan menengah menggunakan pendekatan penilaian otentik
(authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil
belajar secara utuh. Permendikbud No. 23 Tahun 2016 menyebutkan juga secara
eksplisit bahwa evaluasi pembelajaran ranah sikap dapat menggunakan teknik
observasi/ pengamatan dan teknik penilaian lain yang relevan, untuk ranah
pengetahuan dapat menggunakan tes tertulis, tes lisan, dan penugasan, dan untuk
ranah keterampilan menggunakan praktik, produk, proyek, portofolio, dan/atau
teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai11.
Terkait elemen perubahan kurikulum, dalam kurikulum 2013 terdapat elemen-
elemen perubahan, antara lain:
1) Kompetensi lulusan Mengenai kompetensi lulusan, baik tingkat SD, SMP,
SMA, maupun SMK ditekankan pada peningkatan dan keseimbangan soft
skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan,
dan ketrampilan.
2) Kedudukan mata pelajaran Kompetensi yang semula diturunkan dari mata
pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi.
Hal ini berlaku untuk semua mata pelajaran, mulai dari SD, SMP, SMA,
maupun SMK.
3) Pendekatan isi Untuk tingkat SD, kompetensi dikembangkan melalui
tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Untuk SMP dan SMA
dikembangkan melalui pendekatan mata pelajaran. Sementara SMK
melalui pendekatan vokal atau keahlian.
4) Struktur kurikulum
a) Struktur kurikulum tingkat SD, meliputi: holistik berbasis sains (alam,
sosial, dan budaya); jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6; dan
jumlah jam bertambah 4 jam pelajaran per minggu, akibat perubahan
pendekatan pembelajaran.

11
Andi Prastowo., Perubahan Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SD/MI di Indonesia:
Dari KTSP menuju Kurikulum 2013., Jurnal Tarbiyah Al-Awlad Vol VIII Edisi 01, 2018., hlm 44-48

19
b) Struktur kurikulum tingkat SMP, meliputi: TIK menjadi media semua
mata pelajaran; pengembangan diri terintegrasi pada setiap mata
pelajaran dan ekstrakurikuler; jumlah mata pelajaran dari 12 menjadi
10; jumlah jam bertambah 6 jam pelajaran per minggu, akibat
perubahan pendekatan pembelajaran.
c) Struktur kurikulum tingkat SMA, meliputi: perubahan sistem (ada
mata pelajaran wajib dan ada mata pelajaran pilihan); terjadi
pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa; jumlah pelajaran
bertambah 1 jam pelajaran per minggu, akibat perubahan pendekatan
pembelajaran.
d) Struktur kurikulum tingkat SMK, meliputi: penambahan jenis keahlian
berdasarkan spektrum kebutuhan (6 program keahlian, 40 bidang
keahlian, 121 kompetensi keahlian); pengurangan adaptif dan formatif,
penambahan produktif; produktif disesuaikan dengan tren
perkembangan di industri
5) Proses pembelajaran, Dalam proses pembelajaran untuk semua jenjang
pendidikan (SD, SMP, SMA, dan SMK ) standar proses yang semula
terfokus pada eksplorasi,elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan
mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta.26 Belajar dilakukan di ruang kelas, lingkungan sekolah dan
masyarakat. Seorang pendidik (guru) bertugas sebagai teladan yang baik
bagi semua peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
sekolah maupun luar sekolah, di samping sebagai fasilitator. Materi
pembelajaran untuk tingkat SD disampaikan melalui tematik dan terpadu.
Untuk tingkat SMP, materi IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara
terpadu. Untuk SMA ada mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan
bakat dan minat peserta didik. Kemudian untuk tingkat SMK ditekankan
pada kompetensi keterampilan yang sesuai dengan standarindustri.
6) Penilaian hasil belajar
Kriteria penilaian hasil belajar dalam kurikulum 2013 adalah sebagai
berikut:
a) Penilaian berbasis kompetensi.

20
b) Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur hanya berdasarkan
hasil), munuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi, sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).
c) Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan), yaitu pencapaian hasil
belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor
ideal (maksimal).
d) Penilaian tidak hanya level Kompetensi Dasar (KD), tetapi juga
Kompetensi Inti (KI), dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL).
e) Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai
instrumen utama penilaian.
7) Ekstrakurikuler Pada kurikulum 2013 Pramuka menjadi kegiatan
ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan dan dilaksanakan oleh satuan
pendidikan tingkat dasar dan menengah12.

12
Thibatul., Nur Huda., Pengaruh Perubahan Kurikulum 2013 ke Kurikulum 2006v(KTSP) Terhadap Proses
Pembelajaran (Studi Kasus SMP Negeri 1 Kepung)., Jurnal Inovatif Vol 1 No 2, 2015., hlm 123-124

21
BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan

Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang


dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal. Tantangan internal antara lain
terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu
kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar
biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi,
standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Tantangan internal lainnya
terkait dengan social akibat perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan
penduduk usia produktif.

Meskipun perubahan kurikulum sudah merupakan sebuah keniscayaan, akan tetapi


perlu adanya pra kondisi yang harus dan bahkan wajib dipenuhi, terutama terkait dengan
kesiapan para guru selaku garda terdepan dalam proses implementasinya. Sebagai ujung
tombak keberhasilan reformasi kurikulum, guru perlu memiliki kesiapan yang memadai,
mulai dari kesiapan dari segi kualifikasi, kompetensi serta juga siap dalam hal kesamaan
pemahaman dan/mindset (pola pikir) terhadap kurikulum baru tersebut. Tulisan ini telah
berupaya menjelaskan sekilas tentang kurikulum tahun 2013 dan perubahan-perubahannya
serta pentingnya perubahan mindset guru. Bagaimana pula pentingnya perubahan mindset
yang harus terjadi dalam proses pembelajaran dan evaluasinya.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan kurikulum 2013 adalah pengembangan


dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dirintis pada tahun
2004. Kedua Kurikulum tersebut sama-sama menekankan pada pengembangan kompetensi
peserta didik yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara seimbang dan
berjalan secara integratif.

Sedikitnya ada dua faktor besar dalam ke berhasilan kurikulum 2013. Pertama,
penentu, yaitu kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) dengan
kurikulum dan buku teks. Kedua, faktor pendukung yang terdiri dari tiga unsur; (i)
ketersediaan buku sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang mengintegrasikan standar
pembentuk kurikulum; (ii) penguatan peran pemerintah daam pembinaan dan pengawasan; an
(iii) penguatan manajemen dan budaya sekolah.

22
Hadirnya kurikulum baru bukan berarti kurikulum lama tidak bagus. Kurikulum 2013
disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu
kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Pergeseran paradigma
belajar abad 21 dan kerangka kompetensi abad 21 menjadi pijakan di dalam pengembangan
kurikulum 2013.

Ada empat standar dalam kurikulum yang mengalami perubahan, meliputi standar
kompetensi lulusan, proses, isi, dan standar penilaian. Pengembangan Kurikulum 2013
dilakukan dalam empat tahap. Pertama, penyusunan kurikulum di lingkungan internal
Kemdikbud, Kedua, pemaparan desain Kurikulum 2013 di depan Wakil Presiden selaku
Ketua Komite Pendidikan, Ketiga, pelaksanaan uji publik guna mendapatkan tanggapan dari
berbagai elemen masyarakat.

Tahap keempat, dilakukan penyempurnaan untuk selanjutnya ditetapkan menjadi


Kurikulum 2013. Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan
tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam
menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan
masa depan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, F. (2014). Kesiapan guru dalam implementasi kurikulum 2013, Info Singkat
Kesejahteraan Sosial, kajian Singkat terhadap isu-isu terkini, vol. VI, no, 15.

Baedhowi, B. (2016). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp): Kebijakan Dan Harapan.
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 13(65)

Baharun, H. (2017). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Pustaka


Nurja.

Gunawan, B. I. (2017). Perbandingan implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan


(KTSP) dan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sinjai Utara. Jurnal Mirai Management, 1(1)

Habiby, W. N. (2017). Manajemen Adaptasi Pembelajaran Kurikulum 2013 ke Kurikulum


2006 (KTSP) pada Siswa Kelas I SDN Sondakan Surakarta. Profesi Pendidikan Dasar, 4(2

Hakim, L. (2017). Analisis perbedaan antara kurikulum KTSP dan kurikulum 2013.
JURNAL ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran

Prastowo, A. (2018). PERUBAHAN KURIKULUM PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN SD/MI DI INDONESIA: DARI KTSP MENUJU KURIKULUM
2013. Tarbiyah al-Awlad, 8(1)

Sari, P. S., Eriawati, Y., & Gusmaniarti, Y. (2020). Penerapan Kurikulum Ganda Pada Salah
Satu Sekolah Dasar. Jurnal Menata: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 3(2)

Sudarman, S. (2019). Pengembangan Kurikulum: Kajian Teori dan Praktik. , (Samarinda:


Mulawarman University Press)

Thibatul, M., & Huda, N. PENGARUH PERUBAHAN KURIKULUM 2013 KE


KURIKULUM 2006 (KTSP) TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN. (2015)., Jurnal
Inovatif Vol 1 No 2

Yusuf, W. F. (2018). Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Sekolah Dasar (SD). Jurnal Al-Murabbi, 3(2)

24

Anda mungkin juga menyukai