Anda di halaman 1dari 11

“MANFAAT KEJUJURAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah

Mata Kuliah : Materi Pendidikan Agama Islam Kelas X

Dosen Pengampu : Drs. Abd Halim Nasution, M.Ag

Disusun oleh :

Sem-IV/PAI-6

Fitra Wahyu Limbong 0301173467


Mhd Alfat Gunawan 0301183225

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

TAHUN AKADEMIK 2021


Identitas :

Nama : Mhd Alfat Gunawan

: Fitra Wahyu Limbong

SM/PAI :IV/PAI-6

Makalah Ke :6

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

SD/SMP/SMA : SMA Kelas X

Tema : Manfaat Kejujuran Dalam Kehiduan Sehari-hari

KD KI 3 : 3.6 Menganalisis Manfaat Kejujuran Dalam Kehiduan Sehari-hari

KD KI 4 :4.6 menyajikan kaitan antara contoh perilaku jujur dalam kehidupan


sehari-hari dengan keimanan.

1
A. Pendahuluan
Kejujuran merupakan bagian dari sifat positif manusia. Jujur itu mahal harganya,
orang merusak kejujuran mendapat sanksi akan berat dan berlangsung lama. Kejujuran
diikat dengan hati nurani manusia dan keduanya itu merupakan anugerah dari Allah
SWT. Dua eleman ini saling terkait, ketika ucapan tak sesuai dengan kenyataan, hati
menjadi risau karena ucapan dirasa tidak jujur. Kejujuranpun sekarang ini sangat
diutamakan karna sebuah kejujuran sangat berharga. Jujur memang indah, sikap jujur
membuat hidup kita lebih tentram tanpa ada tekanan dari luar maupun dari batin sendiri.
Kejujuran merupakan satu kata yang amat sederhana namun di zaman sekarang
menjadi sesuatu yang langka dan sangat tinggi harganya. Menurut Afif (2012), kejujuran
berarti apa yang dikatakan sesuai dengan hati nurani atau sesuai dengan kenyataan yang
ada. Kenyataan yang ada adalah kenyataan yang sesungguhnya yang terjadi. Jujur juga
dapat diartikan seseorang yang bersih hati dari perbuatanperbuatan yang dilarang oleh
agama dan hukum. Jujur berarti juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir
malalui kata-kata atau perbuatan.
B. Analisis Kompetensi Dasar
1. Indikator Pencapaian KD KI 3
- Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
- Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
- Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

2
- Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
2. Indikator P encapaian KD KI 4
- Meyakini bahwa jujur adalah ajaran pokok agama.
- Menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari.
- Menganalisis manfaat kejujuran dalam kehidupan sehari-hari.
- Menyajikan kaitan antara contoh perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari
dengan keimanan.
3. Materi Pokok dan Sub Materi Pembelajaran
a. Materi Pokok
Manfaat Kejujuran Dalam Kehiduan Sehari-hari
b. Sub Materi
- Memahami Makna Kejujuran
- Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist Tentang Perintah Berlaku Jujur
- Kandungan Al-Qur’an dan Hadist Tentang Perintah Berlaku Jujur
4. Jenis Materi Pembelajaran
a. Fakta
jujur semakna dengan “aś-śidqu” atau “śiddiq” yang berarti benar, nyata, atau
berkata benar.
b. Konsep
Pengertian Kejujuran
c. Prinsip :
- Q.S. Al-Māidah Ayat 8:

‫ َﺎ ِا) َ(ﻦ & ٓ َﻣ ُﻮا ُﻛﻮﻧُﻮا ﻗَﻮا ِﻣ َﲔ ِ ِ" ُﺷﻬَﺪَ َاء ِ ﻟْ ِﻘ ْﺴﻂِ ۖ َو َﻻ َ ْﳚ ِﺮ َﻣ ُ ْﲂ َﺷ ﻨَ ٓ ُن ﻗَ ْﻮ ٍم‬+‫&ﳞ‬- .َ
َ ُ‫ا" َﺧ;ِﲑٌ ِﺑ َﻤﺎ ﺗَ ْﻌ َﻤﻠ‬
‫ﻮن‬ َ ‫ا" ۚ ان‬ َ ‫& ْﻗ َﺮ ُب @ِﻠﺘ ْﻘ َﻮ ٰى ۖ َواﺗ ُﻘﻮا‬- ‫ ِﺪﻟُﻮا ﻫ َُﻮ‬0ْ ‫&ﻻ ﺗَ ْﻌ ِﺪﻟُﻮا ۚ ا‬- ‫َ َ ٰﲆ‬0
=
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan
karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah

3
kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang
kamu kerjakan.
- Q.S At-Taubah Ayat 119 :

‫ا" َو ُﻛﻮﻧُﻮا َﻣ َﻊ اﻟﺼﺎ ِد ِﻗ َﲔ‬


َ ‫ َﺎ ِا) َ(ﻦ & ٓ َﻣ ُﻮا اﺗ ُﻘﻮا‬+‫&ﳞ‬- .َ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.
- Hadist Dari Abdullah Bin Mas’ud RA:

‫َﻠَ ْﯿ ُ ْﲂ ِ ّ ِﻟﺼ ْﺪ ِق ﻓَﺎن‬0 : ‫َﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳ َﲅ‬0 "‫ا‬ ُ ‫ا" َﺻﲆ‬ ِ ‫ﻮل‬ ُ ‫ا" ﻗَﺎ َل ﻗَﺎل َر ُﺳ‬ ِ ‫َﻋ ْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ‬
= ‫ ُﻞ ﯾﺼﺪُ ق‬T‫اﻟﺼ ْﺪق ﳞَ ِﺪي ا َﱃ اﻟْﱪ وان اﻟْﱪ ﳞَ ِﺪي ا َﱃ اﻟْﺠﻨ ِﺔ وﻣﺎ (ﺰ ُال اﻟﺮ‬
ُ َْ ُ ََ َ َ َ ْ ِ َ ِّ ِ ْ َ ِّ
= ِ ِ ْ= = ِ
‫ ُ ْﰼ َو ْاﻟ َﻜ ِﺬ َب ﻓَﺎن ْاﻟ َﻜ ِﺬ َب‬.‫ا" ِﺻ ِّﺪﯾﻘًﺎ َوا‬ َ‫اﻟﺼ ْﺪ َق َﺣﱴ (ُﻜ`َ َﺐ ﻋ ْﻨﺪ‬ ّ ‫َوﯾ َ َﺘ َﺤﺮى‬
‫ ُﻞ =(َ ْﻜ ِﺬ ُب َوﯾ َ َﺘ َﺤﺮى‬Tُ ‫ﳞَ ْ ِﺪي ا َﱃ اﻟْ ُﻔ ُﺠﻮ ِر َوان اﻟْ ُﻔ ُﺠ َﻮر ﳞَ ْ ِﺪي ا َﱃ اﻟﻨﺎ ِر َ =و َﻣﺎ (َ َﺰ ُال اﻟﺮ‬
= َ ِ ِ = ْ =
‫ْاﻟ َﻜ ِﺬ َب َﺣﱴ (ُﻜ َ` َﺐ ﻋ ْﻨﺪَ ا" ﻛﺬ ًا‬
Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku
jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan
mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku
jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai
orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta
membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan
seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih
kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).

C. Pengembangan Materi
A. Pengertian Kejujuran

4
Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna dengan “aś-śidqu” atau “śiddiq” yang berarti
benar, nyata, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam bahasa Arab
”al-kazibu”.

Secara istilah, jujur atau aś-śidqu bermakna (1) kesesuaian antara ucapan dan
perbuatan; (2) kesesuaian antara informasi dan kenyataan; (3) ketegasan dan kemantapan
hati; dan (4) sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan.

Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar (śiddiq) sebagai berikut.
a. Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam
segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah Swt.
b. Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima dengan
yang disampaikan. Setiap orang harus dapat memelihara perkataannya. Ia
tidak berkata kecuali dengan jujur. Barangsiapa yang menjaga lidahnya
dengan cara selalu menyampaikan berita yang sesuai dengan fakta yang
sebenarnya, ia termasuk jujur jenis ini. Menepati janji termasuk jujur jenis ini.
c. Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguhsungguh
sehingga perbuatan żahirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam
batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya.1

Jujur adalah sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan,
baik berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang melaksanakan amanat disebut al-
Amin, yakni orang yang terpercaya, jujur, dan setia. Dinamakan demikian karena segala
sesuatu yang diamanatkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk
gangguan, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Sifat jujur dan
terpercaya merupakan sesuatu yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan, seperti
dalam kehidupan rumah tangga, perniagaan, perusahaan, dan hidup bermasyarakat.

Kejujuran sebagai sumber keberhasilan, kebahagian, serta ketenteraman, harus


dimiliki oleh setiap muslim. Bahkan, seorang muslim wajib pula menanamkan nilai
kejujuran tersebut kepada anak-anaknya sejak dini hingga pada akhirnya mereka menjadi

1
Nelty Khairiyah, Endi Suhendi Zen, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X,
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.2017

5
generasi yang meraih sukses dalam mengarungi kehidupan. Adapun kebohongan adalah
muara dari segala keburukan dan sumber dari segala kecaman akibat yang
ditimbulkannya adalah kejelekan, dan hasil akhirnya adalah kekejian. Akibat yang
ditimbulkan oleh kebohongan adalan namimah (mengadu domba), sedangkan namimah
dapat melahirkan kebencian. Demikian pula kebencian adalah awal dari permusuhan.
Dalam permusuhan tidak ada keamanan dan kedamaian. Dapat dikatakan bahwa, “orang
yang sedikit kejujurannya niscaya akan sedikit temannya.”

B. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist Tentang Perintah Berlaku Jujur


1. Q.S. Al-Māidah Ayat 8:

‫ َﺎ ِا) َ(ﻦ & ٓ َﻣ ُﻮا ُﻛﻮﻧُﻮا ﻗَﻮا ِﻣ َﲔ ِ ِ" ُﺷﻬَﺪَ َاء ِ ﻟْ ِﻘ ْﺴﻂِ ۖ َو َﻻ َ ْﳚ ِﺮ َﻣ ُ ْﲂ َﺷ ﻨَ ٓ ُن ﻗَ ْﻮ ٍم‬+‫&ﳞ‬- .َ
َ ُ‫ا" َﺧ;ِﲑٌ ِﺑ َﻤﺎ ﺗَ ْﻌ َﻤﻠ‬
‫ﻮن‬ َ ‫ا" ۚ ان‬ َ ‫& ْﻗ َﺮ ُب @ِﻠﺘ ْﻘ َﻮ ٰى ۖ َواﺗ ُﻘﻮا‬- ‫ ِﺪﻟُﻮا ﻫ َُﻮ‬0ْ ‫&ﻻ ﺗَ ْﻌ ِﺪﻟُﻮا ۚ ا‬- ‫َ َ ٰﲆ‬0
=
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan
karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang
kamu kerjakan.
2. Q.S At-Taubah Ayat 119 :

‫ا" َو ُﻛﻮﻧُﻮا َﻣ َﻊ اﻟﺼﺎ ِد ِﻗ َﲔ‬


َ ‫ َﺎ ِا) َ(ﻦ & ٓ َﻣ ُﻮا اﺗ ُﻘﻮا‬+‫&ﳞ‬- .َ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.2
3. Hadist Dari Abdullah Bin Mas’ud RA:

‫َﻠَ ْﯿ ُ ْﲂ ِ ّ ِﻟﺼ ْﺪ ِق ﻓَﺎن‬0 : ‫َﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳ َﲅ‬0 "‫ا‬ ِ ‫ﻮل‬


ُ ‫ا" َﺻﲆ‬ ِ ‫َﻋ ْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ‬
ُ ‫ا" ﻗَﺎ َل ﻗَﺎل َر ُﺳ‬
= ‫ ُﻞ ﯾﺼﺪُ ق‬T‫اﻟﺼ ْﺪق ﳞَ ِﺪي ا َﱃ اﻟْﱪ وان اﻟْﱪ ﳞَ ِﺪي ا َﱃ اﻟْﺠﻨ ِﺔ وﻣﺎ (ﺰ ُال اﻟﺮ‬
ُ َْ ُ ََ َ َ َ ْ ِ َ ِّ ِ ْ َ ِّ
= = =
2
Agil Said Husin Al- Munawar. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahannya. PT. Pustaka Agung Harapan : Jakarta.

6
‫ ُ ْﰼ َو ْاﻟ َﻜ ِﺬ َب ﻓَﺎن ْاﻟ َﻜ ِﺬ َب‬.‫ا" ِﺻ ِّﺪﯾﻘًﺎ َوا‬ ِ َ‫اﻟﺼ ْﺪ َق َﺣﱴ (ُ ْﻜ َ` َﺐ ِﻋ ْﻨﺪ‬ ِ ّ ‫َوﯾ َ َﺘ َﺤﺮى‬
‫ ُﻞ =(َ ْﻜ ِﺬ ُب َوﯾ َ َﺘ َﺤﺮى‬Tُ ‫ﳞَ ْ ِﺪي ا َﱃ اﻟْ ُﻔ ُﺠﻮ ِر َوان اﻟْ ُﻔ ُﺠ َﻮر ﳞَ ْ ِﺪي ا َﱃ اﻟﻨﺎ ِر َ =و َﻣﺎ (َ َﺰ ُال اﻟﺮ‬
= َ ِ ِ = ْ =
‫ْاﻟ َﻜ ِﺬ َب َﺣﱴ (ُﻜ`َ َﺐ ﻋ ْﻨﺪَ ا" ﻛﺬ ًا‬
Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku
jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan
mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku
jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai
orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta
membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan
seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih
kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).3

C. Kandungan Al-Qur’an dan Hadist Tentang Perintah Berlaku Jujur


1. Kandungan Q.S. Al-Māidah Ayat 8:
Ayat ini memerintahkan kepada orang mukmin agar melaksanakan amal
dan pekerjaan mereka dengan cermat, jujur, dan ikhlas karena Allah Swt., baik
pekerjaan yang bertalian dengan urusan agama maupun pekerjaan yang bertalian
dengan urusan kehidupan duniawi. Karena hanya dengan demikianlah mereka
dapat sukses dan memperoleh hasil balasan yang mereka harapkan. Dalam
persaksian, mereka harus adil menerangkan apa yang sebenarnya, tanpa
memandang siapa orangnya, sekalipun akan menguntungkan lawan dan
merugikan sahabat dan kerabatnya sendiri. Ayat ini seirama dengan Q.S. an-
Nisā/4:153, yaitu sama-sama menerangkan tentang seorang yang berlaku adil dan
jujur dalam persaksian. Perbedaannya ialah dalam ayat tersebut diterangkan
kewajiban berlaku adil dan jujur dalam persaksian walaupun kesaksian itu akan
merugikan diri sendiri, ibu, bapak, dan kerabat. Selanjutnya, dalam ayat ini
diterangkan bahwa kebencian terhadap sesuatu kaum tidak boleh mendorong

3
https://almanhaj.or.id/12601-berkata-benar-jujur-dan-jangan-dusta-bohong-2.html Diakses Tanggal 25 April
2021 pukul 10.00

7
seseorang untuk memberikan persaksian yang tidak adil dan tidak jujur, walaupun
terhadap lawan.
Menurut Ibnu Kașir, maksud ayat di atas adalah agar orang-orang yang
beriman menjadi penegak kebenaran karena Allah Swt., bukan karena manusia
atau karena mencari popularitas. Mereka dapat menjadi saksi dengan adil dan
tidak curang, jangan pula kebencian kepada suatu kaum menjadikan kalian
berbuat tidak adil terhadap mereka, Terapkanlah keadilan itu kepada setiap orang,
baik teman ataupun musuh karena sesungguhnya perbuatan adil menghantarkan
pelakunya memperoleh derajat takwa.
2. Kandungan Q.S. at-Taubah Ayat 119
Dalam ayat ini, Allah Swt. menunjukkan seruan-Nya dan memberikan
bimbingan kepada orang-orang yang beriman kepada-Nya dan Rasul-Nya.
Mereka diharapkan tetap dalam ketakwaan serta mengharapkan rida-Nya, dengan
cara menunaikan segala kewajiban yang telah ditetapkan-Nya, dan menjauhi
segala larangan yang telah ditentukan-Nya, dan hendaklah senantiasa bersama
orang-orang yang benar dan jujur, mengikuti ketakwaan, kebenaran dan kejujuran
mereka. Dan jangan bergabung kepada kaum munafik, yang selalu menutupi
kemunafikan mereka dengan kata-kata dan perbuatan bohong serta ditambah pula
dengan sumpah palsu dan alasan-alasan yang tidak benar.
3. Kandungan Hadis
Dalam sebuah hadis panjang yang berasal dari Syihab diceritakan bahwa
ketika Rasulullah saw. akan melakukan gazwah (penyerangan) ke Tabuk untuk
menyerang tentara Romawi dan orang-orang Kristen di Syam, salah seorang
sahabat yang bernama Ka’ab bin Malik mangkir dari pasukan perang. Ka’ab
menceritakan bahwa mangkirnya ia dari peperangan tersebut bukan karena sakit
ataupun ada suatu masalah tertentu. Menurutnya, hari itu justru ia sedang dalam
kondisi prima dan lebih prima dari hari-hari sebelumnya. Tetapi entah mengapa ia
merasa enggan untuk bergabung bersama pasukan Rasulullah saw. sampai
akhirnya ia ditinggalkan oleh pasukan Rasulullah saw. Sekembalinya pasukan
Rasulullah saw. ke Madinah, ia pun bergegas menemui Rasulullah saw. dan
berkata jujur tentang apa yang ia lakukan. Akibatnya, Rasul menjadi murka,

8
begitu pula sahabat-sahabat lainnya. Ia pun dikucilkan bahkan diperlakukan
seperti bukan orang Islam, sampai-sampai Rasulullah saw. memerintahkannya
untuk berpisah dengan istrinya. Setelah lima puluh hari berselang, turunlah wahyu
kepada Rasulullah saw. yang menjelaskan bahwa Allah Swt. telah menerima
taubat Ka’ab dan dua orang lainnya. Allah Swt. benarbenar telah menerima taubat
Nabi, orang-orang Muhajirin dan Anśar yang mengikutinya dalam saat-saat sulit
setelah hingga saja hati sebagian mereka bermasalah. Kemudian, Allah Swt.
menerima taubat mereka dan taubat tiga orang yang mangkir dari jihad sampai-
sampai mereka merasa sumpek dan menderita. Sesungguhnya Allah Swt. Maha
Pengasih dan Penyayang.
D. Penutup
1. Kesimpulan

Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna dengan “aś-śidqu” atau “śiddiq” yang berarti
benar, nyata, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta.

Secara istilah, jujur atau aś-śidqu bermakna (1) kesesuaian antara ucapan dan
perbuatan; (2) kesesuaian antara informasi dan kenyataan; (3) ketegasan dan kemantapan
hati; dan (4) sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan.

2. Saran
Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran
bagi pembaca. Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha dengan segenap
kemampuan, namun masih banyak kekurangan dan kesalahan. Kami mempunyai
keterbatasan dan ketidak sempurnaan dalam berbagai hal. Oleh karena itu, kami
meminta saran ataupun tanggapan, serta kritik yang membangun agar makalah kami
ini bias lebih baik lagi kedepannya.

E. Daftar Pustaka

Agil Said Husin Al- Munawar. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahannya. PT. Pustaka Agung
Harapan : Jakarta.

9
https://almanhaj.or.id/12601-berkata-benar-jujur-dan-jangan-dusta-bohong-2.html

Nelty Khairiyah, Endi Suhendi Zen, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Untuk
SMA/MA/SMK/MAK Kelas X, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.2017

10

Anda mungkin juga menyukai