Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Evaluasi Pendidikan

“Langkah-langkah Menilai Tes Yang Dibuat Sendiri”

Kelompok 1

Disusun Oleh:

1. Aulia Wella (2020036)


2. Sarwedi Simbolon (2020037)
3. Mia Septi Amanda (2020038)
4. Zukhrufia Ulfa (2020040)

Dosen Pengampu:

Alfiyandri,S.Pd. M.Pd.T

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Adzkia

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah mata kuliah “Evaluasi Pendidikan”. Shalawat serta salam kami sampaikan
kepada Nabi besar kita Muhammad SAW. yang telah memberikan pedoman hidup
yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan di
program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas ADZKIA Padang.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Alfiyandri,S.Pd. M.Pd.T selaku dosen pembimbing mata kuliah dan kepada segenap
pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah


ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 6 mei 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ………………..i

DAFTAR ISI................................................................................................... ……………….ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang…………………………………………………………………………1
B. RumusanMasalah ................................................................................. ……………….1
C. TujuanPenulisan ................................................................................... ……………….1

BAB II PEMBAHASAN

A. Langkah-langkah menilai tes yang dibuat sendiri…………………………......……..2

B. Analisis butir soal........................………………………………………………….....4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................11

B. Saran........................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi dalam pembelajaran sangatlah penting dilakukan sebagai sarana
meningkatkan mutu pendidikan, terutama bagi guru/pengajar sebagai ujung tombak
pendidikan disekolah. Tes sebagai cara mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan
hendaknya dapat dianalisis hasilnya untuk meningkatkan mutu tes yang disusun dan
dapat memetakan taraf kemampuan siswa sebagai objek pendidikan yang menentukan
berhasil/gagalnya pendidikan yang dilaksanakan.
Menganalisis hasil tes jadi sangat penting dilakukan, adapun untuk
menganalisis hasil tes ada berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru beberara
diantaranya adalah dengan menilai hasil tes yang dibuat sendiri. Menilai tes juga
berguna untuk melihat berhasil tidaknya cara mengajar seorang guru serta untuk
melihat taraf pemahaman siswa akan materi yang guru berikan.
Analisis pada umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu analisis kualitatif
(qualitatif control) dan analisis kuantitatif (quantitatif control). Analisis kualitatif
sering sebagai validitas logis (logical validity) yang dilakukan sebelum soal
digunakan untuk melihat berfungsi tidaknya sebuah soal. Analisis soal empiris
(empirical validity) yang dilakukan untuk melihat lebih berfungsi tidaknya sebuah
soal, setelah soal itu diujicobakan kepada sampel yang representatif. Analisis
kuantitatif meliputi tingkat kesulitan/kesukaran (TK) item, daya beda (DB) item, daya
pengecoh (DP) dan reliabilitas soal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terurai diatas maka penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Untuk apa menilai tes yang dibuat sendiri?
2. Bagaimana langkah-langkah dalam penyusunan tes?
3. Bagaimana cara untuk menilai tes tersebut?
4. Bagaimana menganalisis butir-butir soal?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui bagaimana menilai tes yang dibuat sendiri.
2. Dapat menganalisis butiran-butiran soal yang dibuat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Langkah-langkah menilai tes yang dibuat sendiri
Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang digunakan untuk melakukan
pengukuran. Tes terdiri atas sejumlah pertanyaan yang memilki jawaban benar atau
salah, atau semua benar atau sebagian benar. Tujuan melakukan tes adalah untuk
mengetahui pencapaian belajar atau kompetensi yang telah dicapai peserta didik untuk
bidang tertentu. Hasil tes merupakan informasi tentang karakteristik seseorang atau
sekelompok orang. Tes adalah suatu prosedur yang sistematik untuk mengamati dan
mendeskripsikan karakteristik seseorang dengan menggunakan skala numerik atau
sistem kategori. Tes yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, haruslah
memenuhi syarat-syarat tes yang baik agar dapat berfungsi secara tepat dan akurat.
Tidak ada usaha guru yang lebih baik dari selain usaha untuk selalu
meningkatkan mutu tes yang disususnnya. Namun, hal ini tidak dilaksanakan karena
kecenderungan seseorang untuk beranggapan bahwa hasil karyanya adalah yang
terbaik atau setidak-tidaknya sudah cukup baik. Guru yang sudah banyak
berpengalaman, mengajar, dan menyusun soal-soal tes, juga masih sukar menyadari
bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena itu, cara yang paling baik adalah
secara jujur melihat hasil yang diperoleh oleh siswa.
Secara teoretis, siswa dalam satu kelas merupakan populasi atau kelompok
yang keadaannya heterogen. Dengan demikian, maka apabila dikenai sebuahtes akan
tercermin haslnya dalam suatu kurva normal. Sebagian besar siswa berada didaerah
sedang, sebagian kecil berada di ekor kiri, dan sebagian kecil yang lain berada di ekor
kanan kurva. Apabila keadaan setelah hasil tes dianalisis tidak seperti yang
diharapkan dalam kurva normal, maka tentu ada “apa-apa” dengan soal tesnya.
Apabila hampir seluruh siswa memperoleh skor jelek, berarti bahwa tes yang
disusun mungkin terlalu sukar. Sebaliknya jika seluruh siswa memperoleh skor baik,
dapat diartikan bahwa tesnya terlalu mudah. Tentu saja interpretasi terhadap soal tes
akan lain seandinya tes itu sudah disusun sebaik-baiknya sehingga memenuhi
persyaratan sebagai tes. Dengan demikian apabila kita memperoleh keterangan
tentang hasil tes, akan membantu kita dalam mengadakan penilaian secara objektif
terhadap tes yang kita susun.
Urutan langkah dalam penyusunan tes yang dilakukan adalah :
a. Menentukan tujuan mengadakan tes;
b. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan;
c. Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bahan;
d. Menderetkan semua tujuan tersebut;
e. Menuliskan butir soal berdasarkan TIK yang sudah disusun.

Ada 4 (empat) cara untuk menilai tes, yaitu :

a. Cara pertama yaitu dengan meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun,
kadang-kadang dapat diperoleh ketidak jelasan perintah atau bahasa, taraf
kesukaran, dan lain-lain keadaan soal tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
antara lain :
1. Apakah banyaknya soal untuk tiap topik sudah seimbang?
2. Apakah semua soal menanyakan bahan-bahan yang telah di ajarkan?
3. Apakah soal yang kita susun tidak merupakan soal yang membingungkan?
4. Apakah soal tersebut sukar untuk di mengerti?
5. Apakah soal tersebut dapat dikerjakan oleh sebagian besar siswa?
b. Cara kedua adalah mengadakan analisis soal. Analisis soal adalah suatu prosedur
yang sistematis, yang akan memberikan kita informasi akan butibutir tes yang telah
kita susun. Faedah mengadakan analisis soal :
1. Membantu kita dalam menganalisis butir-butir soal yang jelek.
2. Memperoleh informasi untuk menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan
yang lebih lanjut.
3. Mengambarkan secara selintas tentang gambaran soal yang akan kita susun.
c. Mengadakan Checking validitas, validitas yang paling penting buatan guru adalah
validitas kurikuler(content validity). Untuk mengadakan checking validitas
kurikuler, kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan
jelas sehingga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.
d. Cara keempat adalah dengan mengadakan checking reabilitas. Salah satu indikator
untuk tes yang mempunyai reabilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari
soal-soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.
B. Analisis butir soal
Analisis butir soal dilakukan untuk mengidentifikasi mana butir- butir soal
yang baik dan yang buruk. Dari butir soal tersebut akan diperoleh informasi yang
dapat digunakan untuk menghasilkan soal-soal yang lebih berkulaitas, sehingga
dapat diperoleh informasi yang baik terhadap peserta tes. Analisis soal dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kualitatatif dan analisis kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitaif untuk melihat butir keberfungsian
butir soal dalam suatu tes.
Analisis soal dilakukan untuk mengetahui berfungsi tidaknya sebuah soal.
Analisis pada umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu analisis kualitatif
(qualitatif control) dan analisis kuantitatif (quantitatif control). Analisis kualitatif
sering sebagai validitas logis (logical validity) yang dilakukan sebelum soal
digunakan untuk melihat berfungsi tidaknya sebuah soal. Analisis soal empiris
(empirical validity) yang dilakukan untuk melihat lebih berfungsi tidaknya sebuah
soal, setelah soal itu diujicobakan kepada sampel yang representatif.
a. Analisis Butir Kualitatif
Analisis kualitatif sering juga disebut sebagai validitas logis (logical
validity) yaitu berupa penelaahan yang dimaksudkan untuk menganalisis soal
ditinjau dari teknis, isi, dan editorial:
a). Analisis secara teknis dimaksudkan sebagai penelaahan soal berdasarkan
prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan soal;
b). Analisis secara isi dimaksudakan sebagai penelaahan khusus yang berkaitan
dengan kelayakan pengetahuan yang ditanyakan;
c). Analisis secara editorial dimaksudkan sebagai penelaahan yang khususnya
berkaitan dengan keseluruhan format dan keajegan editorial dari soal yang satu
ke soal yang lainnya.
Analisis kualitatif lainnya dapat juga dikategorikan dari segi materi,
konstruksi, dan bahasa:
a). Analisis materi dimaksudkan sebagai penelaahan yang berkaitan dengan
substansi keilmuan yang ditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuan yang
sesuai dengan soal;
b). Analisis konstruksi dimaksudkan sebagai penelaahan yang umumnya
berkaitan dengan teknik penulisan soal;
c). Analisis bahasa dimaksudkan sebagai penelahaan soal yang berkaitan
dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut EYD.
Melalui analisis kualitatif dapat diketahui berfungsi tidaknya sebuah
soal. Telaah item tes atau analisis kualitatif sering disebut analisis teoretik.
Item tes yang telah ditulis diperiksa kesesuaiannya dengan kisi-kisi yang
diacunya dengan memperhatikan substansi/isi materi, konstruksi, dan bahasa.
Telaah item tes dilakukan oleh:
1) bukan oleh penulis item tes, dan
2) dilakukan oleh pakar yang menguasai isi/materi yang diujikan.
Dari kegiatan tersebut, penulis item tes dapat mengetahui validitas isi
dari item tes yang disusun. Pada analisis kualitatif lebih teknis untuk
penelaahan soal berdasarkan prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan
soal baik dari segi materi, konstruksi maupun bahasa. Dalam penulisan item
perlu periksa agar sesuai dengan kisi-kisi. Sehingga validitas item yang sesuai
dengan tersebut bisa dipertanggungjawabkan dalam pelaksanaan tes .
b. Analisis Butir Kuantitatif
Analisis soal secara kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik
internal tes melalui data yang diperoleh secara empiris. Karakteristik internal
secara kauntitatif dimaksudkan meliputi parameter soal tingkat kesukaran,
daya beda, dan reliabilitas. Khusus soal-soal pilihan ganda, dua tambahan
parameter yaitu dilihat dari peluang untuk menebak atau menjawab soal benar
berfungsi tidaknya pilihan jawaban, yaitu penyebaran semua alternatif
jawaban dari subyek-subyek yang dites.
Validitas empiris merupakan analisis kuantitatif, yang meliputi antara
lain tingkat kesulitan/kesukaran (TK) item, daya beda (DB) item, daya
pengecoh (DP) dan reliabilitas soal, sesuai dengan kaidah prinsip penilaian.
Dengan demikian diketahui kualitas soal tersebut. Dari data empiris ini, item-
item soal tersebut diketahui termasuk kriteria diterima, direvisi atau ditolak.
Item-item soal yang termasuk kriteria baik dimasukkan dalam bank soal.
Sebagai pendeteksi tentunya harus bisa berfungsi dengan baik. Bagaimana
mungkin kesimpulan yang dibuat bisa benar, sedangkan alat ukurnya belum
sesuai dengan standar. Dan masih sering dijumpai, kita masih salah dalam
membedakan antara kumpulan soal dan bank soal. Bank soal, merupakan
kumpulan soal-soal yang telah teruji baik validitas kualitatif dan validitas
empiris dan dilengkapi dengan administrasi manual soal tersebut (SK, KD,
Indikator, nomor soal dan skor). Sedangkan kumpulan soal, hanya sebatas
soal-soal yang dikumpulkan tanpa dilengkapi dengan dokumen seperti pada
bank soal.
1) Tingkat Kesukaran Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar
pertamatama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang
dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut.
Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir
item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan pula
tidak terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang
atau cukup. Selain membantu kita menentukan item untuk menghilangkan dari
tes sebelum itu lagi diberikan, analisis item kuantitatif juga memungkinkan
kita untuk membuat keputusan lain. Untuk contoh, kita dapat menggunakan
analisis item kuantitatif untuk memutuskan apakah item miskeyed, apakah
tanggapan untuk item ditandai dengan menebak, atau apakah item tersebut
ambigu. Untuk melakukannya, kita hanya perlu mempertimbangkan
tanggapan siswa di atas setengah dari kelas.
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu
soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
indeks. Secara klasik indeks tingkat kesukaran ini dinyatakan dalam bentuk
proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00. Ada beberapa besar pertimbangan
dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori mudah, sedang, dan sukar.
Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni jumlah soal sama
untuk kategori tersebut. Artinya, soal mudah, sedang, dan sukar jumlahnya
seimbang. Perbandingan antara soal mudah-sedang-sukar bisa dibuat 3-4-3.
Artinyanya, 30% soal karegori mudah. 40% soal kategori sedang, dan 30%
soal kategori sukar. Misalnya 60 pertanyaan pilihan ganda terdapat 18 soal
kategori mudah, 24 soal kategori sedang, dan 18 soal kategori sukar.
Perbandingan lain yang termasuk sejenis dengan proporsi di atas misalnya 3-
5-2. Artinya 30% soal kategori mudah, 50% soal kategori sedang, 20% soal
kategori sukar.
Tingkat kesukaran item soal selain dapat digunakan untuk
memprediksi alat ukur itu sendiri (soal), juga tentang kemampuan peserta
didik dalam memahami materi yang diajarkan guru. Misalnya satu item soal
termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti
berikut:
1) Pengecoh item soal itu tidak berfungsi;
2) Sebagian besar siswa menjawab benar item soal itu.
Artinya bahwa sebagian besar siswa telah memahami materi yang
ditanyakan. Bila suatu item soal termasuk kategori sukar, maka prediksi
terhadap informasi ini adalah seperti berikut.
a) Item soal itu "mungkin" salah kunci jawaban;
b) Item soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar;
c)Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas
pembelajarannya, sehingga kompetensi minimum yang harus
dikuasai siswa belum tercapai;
d) Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan
bentuk soal yang diberikan;
e) Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.
Klasifikasi tingkat kesukaran soal (Puspendik) dapat dicontohkan
seperti berikut:
0,00 - 0,30 soal tergolong sukar
0,31 - 0,70 soal tergolong sedang
0,71 - 1,00 soal tergolong mudah
2) Daya Beda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu item soal dapat
membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan
siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Atau
dengan kata lain, merupakan indeks perbedaan antara kelompok
berkemampuan tinggi dengan berkemampuan rendah. Indeks daya beda setiap
item soal biasanya juga dinyatakan dalam bentuk proporsi. Semakin tinggi
indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan
membedakan siswa yang telah memahami materi dengan siswa yang belum
memahami materi.
Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai dengan +1,00.
Semakin tinggi daya pembeda suatu soal, maka semakin kuat/baik soal itu.
Jika daya pembeda negatif (-) atau mempunyai indeks kurang dari nol (< 0),
artinya lebih banyak kelompok bawah (siswa yang tidak memahami materi)
menjawab benar soal dibanding dengan kelompok atas (siswa yang memahami
materi yang diajarkan guru). Atau dengan kata lain item soal tidak atau kurang
berfungsi.26 Adapun kriteria indeks daya beda menurut Fernandes dalam I
Wayan Koyan adalah seperti berikut ini:
0,00 – 0,19 = kurang baik
0,20 – 0,39 = cukup baik
0,40 – 0,70 = baik
0,71 – 1,00 = sangat baik
Jika “D” negatif, soal tersebut sangat buruk dan harus dibuang. Tes
yang baik, apabila memiliki D antara 0,15 – 0,20 atau lebih.27 Manfaat daya
pembeda item soal adalah seperti berikut ini.
a) Untuk meningkatkan mutu setiap item soal melalui data empiriknya.
Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap item soal dapat diketahui apakah
item soal itu baik, direvisi, atau ditolak;
b) Untuk mengetahui seberapa jauh setiap item soal dapat
mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah
memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru.
Apabila suatu item soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan
siswa itu, maka item soal itu dapat dicurigai "kemungkinannya" seperti berikut
ini:
(1) Kunci jawaban item soal itu tidak tepat;
(2) Item soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar;
(3) Kompetensi yang diukur tidak jelas;
(4) Pengecoh tidak berfungsi;
(5) Materi yang ditanyakan terlalu sulit, sehingga banyak siswa yang
menebak;
(6) Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada
yang salah informasi dalam item soalnya.
3) Daya Pengecoh (Penyebaran/Distribusi Jawaban).
Penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam penelaahan soal.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang
tersedia. Suatu pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila
pengecoh:
a) paling tidak dipilih oleh 5 % peserta tes/siswa;
b) lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang belum paham materi.
1. Analisis butir soal ditentukan oleh:

a. Tingkat Kesukaran Soal (p) : proporsi peserta tes yang menjawab benar
terhadap butir soal tersebut.

b. Daya Beda Butir Soal (D): indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan
butir soal membedakan kelompok yang berprestasi tinggi (kelompok atas) dari
kelompok yang berprestasi rendah (kelompok bawah) diantara para peserta tes

c. Berfungsi tidaknya pilihan/ pengecoh

2. Analisis Perangkat Soal, ditentukan oleh:

a. Validitas

b. Reliabilitas

3. Prosedur menghitung tingkat kesukaran(p)

a. Tingkat kesukaran:

Sukar bila p = 0,00 – 0,25

sedang bila p = 0,26 – 0,75

mudah bila p = 0,00 – 0,25 ;

b. Nilai p makin besar (Jumlah yang menjawab benar makin banyak) maka
tingkat kesukaran soal makin rendah;

c. Nilai p berkisar antara 0,0 – 1,0 d. Nilai p tidak menunjukkan apakah butir
soal tersebut baik atau tidak;

e. Nilai p dipengaruhi oleh tingkat kemampuan kelompok peserta tes.

4. prosedur mengitung daya beda(D)

Untuk peserta jumlah besar (lebih dari 50 peserta)

a. Susunlah urutan peserta berdasarkan skor yang diperolehnya, mulai skor


tertinggi sampai skor terendah;

b. Bagilah peserta tes tersebut menjadi 2 (dua) kelompok :


Kelompok A: 27% kelompok atas (skor tinggi mulai yang paling atas)

Kelompok B: 27% kelompok bawah (skor rendah mulai paling rendah);

c. Hitung jumlah kelompok atas yang menjawab benar terhadap butir soal
yang yang akan dihitung daya bedanya (Ba);

d. Hitung jumlah kelompok bawah yang menjawab benar terhadap butir soal
yang yang akan dihitung daya bedanya (Bb);

e. Hitung proporsi peserta yang menjawab benar terhadap butir soal tersebut
untuk masing-pmasing kelompok;

f. Indeks Daya Beda = proporsi kelompok atas dikurangi proporsi kelompok


bawah.

g. Catatan:

Daya beda bernilai (-1) hingga (+1)

(-1) artinya semua kelompok bawah menjawab benar

(+1) artinya semua kelopmpok atas menjawab benar

Daya beda dianggap:

a.langsung masuk bank soal bila daya beda D > 0,40;

b.memadai bila daya beda D > 0, 25;

c.tidak dipakai lagi bila D < 0,2.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang digunakan untuk melakukan
pengukuran.
2. Cara menilai tes ada 4 yaitu: meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun,
mengadakan analisis soal, Mengadakan Checking validitas dan dengan
mengadakan checking reabilitas.
3. Analisis butir soal dilakukan untuk mengidentifikasi mana butir- butir soal yang
baik dan yang buruk.
4. Analisis kualitatif sering juga disebut sebagai validitas logis (logical validity)
yaitu berupa penelaahan yang dimaksudkan untuk menganalisis soal ditinjau dari
teknis, isi, dan editorial.
5. Analisis soal secara kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik internal tes
6. analisis butir soal ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu
a. Tingkat Kesukaran Soal (p)
b. Daya Beda Butir Soal (D)
c. Berfungsi tidaknya pilihan/ pengecoh/ distraktormelalui data yang diperoleh
secara empiris.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui tentang
langkah-langkah menilai tes yang dibuat sendiri. Saya sebagai penulis menyadari
masih banyaknya kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Baik
dari aspek penyajian, materi maupun penulisan yang kurang tepat. Maka atas
kekurangan ini diharapkan pembaca dapat memberikan kritikan dan sarannya,
agar penulisan makalah kedepannya dapat disesuaikan dengan ketentuan.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 2. Jakarta: Bumi


Aksara
Departemen P dan K. 1976. Pedoman Penelitian Buku Pedoman Khusus Seri
Kurikulum 1975. Jakarta
Khaerudin. 2017. Administrasi, Analisis Butir, dan Kaidah Penulisan Tes. Jurnal
Madaniyah, Volume 1 Edisi XII
Mardapi, Djemari. 2016. Pengukuran, Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:
Parama Publishing.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai