Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENYUSUN TES
Dosen Pengampu: Syafruddin Muhdar, M,Pd

Oleh :

Kelompok 2

1. Kurnia Febriani (2021A1H084)


2. Nurwahdania (2021A1H108)
3. Julya Laili Faizah (2021A1H081)
4. Nurahman (2021A1H110)
5. Nurfaaqillah (2021A1H112)
6. Nurginda Fitrah (2021A1H114)
7. Julianto (2021A1H079)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah ‘Azza wa Jalla yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas laporan yang di mana suatu kewajiban bagi kami sebagai
mahasiswa.
Adapun tujuan penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Evaluasi pembelajaran SD. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Evaluasi pembelajaran SD mengenai “Penyusun Tes”
bagi para pembaca dan penyusun. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak
Syafruddin Muhdar, M.Pd dan selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata
kuliah yang kami tekuni.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari akan banyaknya kekurangan.
Namun, dengan demikian kami sekaligus sebagai penyusun laporan menyampaikan
permohonan maaf yang tak terhingga kepada para pembaca sekalian dan semoga
laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Mataram, 03 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyusunan Tes
3
B. Langkah-langkah Penyusunan Tes
4
C. Komponen-komponen Tes ............................................................................... 9
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah
informal dan nonformal, tak terhindar dari pengukuran (measurement) dan tes.
Terdapat beberapa macam tes dan berdasarkan tes ini para pendidik memperoleh
informasi tentang siswanya yang kemudian menjadi landasan untuk mengambil
keputusan yang dapat menentukan nasib siswa tersebut. Sebetulnya bukan tes atau
pengukuran itu sendiri yang menjadi penentu nasib siswa, akan tetapi interpretasi dari
hasil pengukuran dan alat pengukuran tersebut. Berdasarkan informasi yang sama,
bermacam-macam orang akan memberi interpretasi yang berlainan. Interpretasi yang
bermacam-macam inilah yang harus dihindari karena akan berbahaya bagi siswa.
Dengan demikian, kita tidak dapat mengabaikan pembuatan suatu tes atau cara
mengukurnya, penyelenggaraannya, maupun cara menginterpretasikannya.
Evaluasi atau melakukan tes menjadi hal yang penting dan harus
diperhitungkan oleh pendidik dalam menilai kemampuan peserta didik terhadap
materi yang diajarkan. Penilaian adalah kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari
kegiatan pendidikan dan pengajaran secara umum. Tes sebagai alat pengukur hasil
belajar siswa, diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat
ditanggungjawabkan kebenarannya. Artinya, alat tes dapat memberikan informasi
tentang siswa sesuai keadaan yang mendekati sesungguhnya. Hal itu penting karena
informasi tersebut akan dipergunakan untuk mempertimbangkan dan kemudian
memutuskan sebagai kebijakan baik yang berkenaan dengan siswa maupun kegiatan
pengajaran secara umum.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa yang Dimaksud Penyusunan Tes?
2. Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan Tes?
3. Apa saja Komponen-komponen Tes?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah disebutkan di atas, maka tujuan
penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui Pengertian Penyusunan Tes.
2. Mengetahui Langkah-langkah Penyusunan Tes.
3. Mengetahui Komponen-komponen Tes.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyusunan Tes
Istilah tes diambil dari bahasa Prancis “testum” yang berarti piring untuk
menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring
yang terbuat dari tanah. Menurut Arikunto dalam bukunya “Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan Edisi 3”, tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suatu suasana dengan cara dan aturan-aturan yang telah
ditetapkan.
Kata penyusunan berasal dari kata dasar susun. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007:1112), kata penyusunan berarti proses, cara, perbuatan menyusun
(seperti menyusun kamus, ensiklopedia). Jadi, penyusunan tes merupakan proses atau
cara mengukur sesuatu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar yang dicapai siswa
selama proses pembelajaran baik kognitif maupun afektif.  Sementara, tes hasil
belajar merupakan salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur
perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran. Dalam penyusunan tes, fungsi tes dapat ditinjau dari
tiga hal, yaitu:
1. Fungsi untuk Kelas
Tes berfungsi untuk mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa;
mengevaluasi celah antara bakat dan pencapaian; meningkatkan tingkat
prestasi; mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok.
2. Fungsi untuk Bimbingan
Tes berfungsi untuk bimbingan dalam menentukan arah pembicaraan antara
pendidik dan wali murid tentang siswa/anak-anak mereka; membantu siswa
dalam menentukan pilihan; membantu siswa dalam mencapai tujuan
pendidikan dan jurusan; memberi kesempatan kepada pembimbing/pendidik,
dan wali murid dalam memahami kesulian anak.
3. Fungsi untuk Administrasi
Tes berfungsi memberi petunjuk dalam pengelompokan siswa; penempatan
siswa baru; membantu siswa dalam memilih kelompok; menilai kurikulum;
memperluas hubungan masyarakat; menyediakan informasi untuk badan-
badan lain di luar sekolah.
Prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar menurut
Anas Sudijono agar tes tersebut dapat mengukur tujuan pembelajaran yang telah
diajarkan, yaitu:
1. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning
outcomes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif
dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap
mewakili seluruh performance yang telah diperoleh. .
3. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi,
sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan
sesuai dengan tujuan tes itu sendiri.
4. Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk
memperoleh hasil yang diinginkan.
5. Tes hasil belajar harus memiliki reliabelitas yang dapat diandalkan.
6. Tes hasil belajar di samping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan
belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang
berguna untuk perbaikan cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri
B. Langkah-langkah Penyusunan Tes
Menurut Arikunto, langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penyusunan
tes adalah:
1. Menentukan tujuan, mengadakan tes yang akan memberikan corak dan bentuk
terhadap penyusunan butir soal, misalnya bila tes itu dimaksudkan sebagai
Ujian Akhir Sekolah (UAS), maka butir soal harus disusun mulai dari yang
muda sampai kepada yang sukar.
2. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan dijadikan tes.
3. Merumuskan tujuan intruksional khusus dari setiap bagian pada bahan yang
akan dijadikan tes.
4. Menjajarkan semua indikator dalam tabel persiapan yang memuat aspek
tingkah laku terkandung dalam indikator yang dibuat. Tabel ini digunakan
untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki agar
tidak terlewati. Contoh bentuk tabel tujuan intruksional khusus (TIK) dan
aspek tingkah laku yang dicakup:

No. Indikator Aspek Ingatan Pemaha- Aplikasi Keterangan


tingkah Laku man

1. Siswa dapat √ √
menjumlahkan 2
bilangan susun

2. Siswa dapat √ √
menjelaskan hukum
distributif dan
seterusnya

5. Menyusun tabel yang spesifik memuat pokok materi, aspek berpikir yang
diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut.
6. Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas indikator-indikator yang sudah
dituliskan pada tabel indikator dan aspek tingkah laku yang dicakup.
Apabila indikator ditulis secara khusus, maka satu indikator diukur dengan satu
butir soal, namun, jika indikatornya adalah indikator esensial, maka satu indikator
dapat diukur dengan lebih dari satu butir soal.
Menurut Syarifuddin dalam Sudaryono (2012), langkah-langkah di dalam
menyusun tes hasil belajar dapat diurutkan sebagai berikut:
1. Menetapkan Tujuan tes
Dalam menetapkan tujuan tes sangat berkaitan dengan maksud penggunaan
tes. Oleh sebab itu, perlu ditetapkan terlebih dahulu penggunaan dari pada tes
yang akan dikembangkan.
2. Analisis Kurikulum
Isi bahan pengajaran yang disajikan di kelas senantiasa mengikuti kurikulum
yang berlaku. Pemahaman dan pendalaman akan kurikulum merupakan
langkah pertama untuk menyusun dan mengembangkan suatu perangkat tes
yang baik. Dengan pemahaman dan pendalaman akan kurikulum tersebut,
maka indikator kemampuan atau ketrampilan yang dituntut untuk dikuasai
peserta didik akan dapat dirumuskan dengan baik dan akan dapat dituangkan
pula dalam bentuk kisi-kisi.
3. Analisis buku pelajaran dan materi sumber belajar lainnya
Analisis buku pelajaran dan materi sumber belajar lainnya disebut juga
pertimbangan buku, yang berarti bahwa penyusunan soal dapat juga
menggunakan buku sumber (literatures) di samping buku paket yang sudah
ada, selama buku-buku tersebut sesuai dengan kurikulum yang sedang
berlangsung dan buku-buku tersebut memang digunakan bersama oleh
pendidik dan peserta didik secara keseluruhannya.
4. Membuat kisi-kisi
Kisi-kisi adalah suatu daftar berbentuk matriks yang memuat komponen-
komponen sebagai berikut:
a. Pokok bahasan dan sub pokok bahasan merupakan ruang lingkup butir
soal yang susun dengan kategori: penting, sedang, dan kurang penting.
b. Aspek intelektual berupa prilaku yang telah dimiliki peserta didik sebagai
hasil belajar, diperinci ke dalam jenjang kemampuan intelektual. Menurut
taksonomi Bloom yang akan diukur dengan tes yang dibuat, adalah
mencakup: (1) Ingatan, (2) Pemahaman, (3) Penerapan, (4) Analisis, (5)
Sintesis dan (6) Evaluasi.
c. Bentuk soal pada umumnya dibedakan atas dua macam yaitu : bentuk
uraian dan bentuk objektif.
d. Penentuan tingkat kesukaran butir soal ditetapkan berdasarkan pendapat
penulis butir soal. Perbandingan jumlah butir soal sesuai dengan tingkat
kesukaran butir soal biasanya adalah 27% mudah dan 27% sukar,
selebihnya adalah sedang.
e. Jumlah dan proporsi butir soal ditentukan oleh waktu yang disediakan
untuk mengerjakan tes tersebut. Oleh sebab itu, perlu ditentukan terlebih
dahulu waktu yang diperlukan mengejakan tes tersebut, sesudah itulah
baru ditentukan jumlah butir soalnya.
5. Penulisan tujuan intruksional khusus
Penulisan tujuan intruksional khusus digunakan untuk mengadakan
identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki agar tidak terlewati. Hal
ini akan memudahkan guru dalam menyusun soal tes.
6. Penulisan soal
Bagi tes objektif terutama tes pilihan ganda, sebaiknya altematif jawaban
tersusun ke bawah walaupun mungkin bisa dibuat dua atau lebih alternatif
jawaban dalam satu-baris.
7. Telaah soal
Analisis/menelaah soal merupakan analisis sehubungan dengan kualitas soal
yang telah dibuat. Soal yang dibuat harus sesuai dengan indikator.
8. Merakit soal menjadi tes
Soal yang telah ditelaah kemudian dilakukan uji coba. Setelah semuanya telah
sesuai, maka soal tersebut kemudia dirakit menjadi tes. Tes dikelompokkan
menjadi dua bagian, yaitu tes yang berfungsi sebagi penguji kemampuan
kognitif dan tes yang berfungsi sebagai penguji afektif.
Guru-guru pada waktu yang lalu, melakukan pengukuran ranah kognitif hanya
ditekankan pada 3 aspek, yaitu ingatan, pemahaman, dan aplikasi. Akan tetapi, dalam
UAS dan SNMPTN aspek-aspek yang lainnya sudah diukur sejalan dengan bentuk
soalnya. Berikut soal-soal yang aspeknya telah diukur, sebagai berikut:
1. Soal ingatan
Pertanyaan ingatan adalah pertanyaan yang mudah didapat jawabannya di
dalam catatan atau buku. Pertanyaan ingatan biasanya dimulai dengan kata:
mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftar, dan
sebagainya. Pertanyaan ingatan biasa digunakan untuk mengukur penguasaan
materi berupa fakta, istilah, definisi, klasifikasi, urutan.
2. Soal pemahaman
Pertanyaan pemahaman dalam mendapatkan jawabannya, siswa dituntut hafal
sesuatu pengertian kemudian mendefinisikannya dengan kalimat sendiri. Atau
siswa memahami dua pengertian atau lebih kemudian memahami dan
menyebutkan hubungannya. Pertanyaan pemahaman lebih tinggi dari
pertanyaan ingatan. Pertanyaan pemahaman biasanya menggunakan kata
perbedaan, perbandingan, menduga, memberikan contoh.
3. Soal aplikasi
Soal aplikasi adalah soal yang mengukur kemampuan siswa dalam
mengaplikasikan pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari
atau permasalahan yang dikemukakan oleh pembuat soal. Kata-kata yang
digunakan dalam soal aplikasi atau kemampuan yang dituntut adalah
mengubah, mengolah, menghitung, mendemonstrasikan, dan sebagainya.
4. Soal analisis
Soal analisis adalah soal yang menuntut siswa untuk menganalisis suatu
permasalahan untuk diketahui bagian-bagiannya. Soal analisis harus dimulai
dengan kasus yang dikarang sendiri oleh guru, bukan mengambil uraian dari
buku atau catatan pelajaran. Kemapuan yang dituntut adalah memerinci,
menyususn diagram, membedakan, mengilustrasikan, menyimpulkan,
memilih, memisahkan, membagi.
5. Soal sintesis
Sebagimana soal analisis, soal sintesis juga harus dimulai dengan suatu kasus.
Berdasarkan penelaahan kasus tersebut siswa diminta mengadakan sintesis,
yaitu menyimpulkan, mengatagorikan, mengkombinasikan, mengarang,
menyusun, menciptakan.
6. Soal evaluasi
Soal evaluasi adalah soal yang buerhungan dengan menilai, mengambil
kesimpulan,mengambilkan, mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan,
membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan.
C. Komponen-kompenen Tes
Apabila guru telah berusaha dengan sekuat tenaganya sebelum melaksanakan
tes, maka hal yang dilakukan selanjutnya akan menjadi lancar, mudah, dan
hasilnyapun lebih baik. Adapun komponen-komponen atau kelengkapan tes, sebagai
berikut:
1. Buku tes, yaitu lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus
dikerjakan oleh siswa.
2. Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh penilai bagi testee
(siswa) untuk mengerjakan tes. Untuk soal pilihan ganda biasanya dibuat
lembaran nomor dan huruf a, b, c, d, menurut banyaknya alternative yang
disediakan.
3. Kunci jawaban tes, dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau
kata/kalimat. Untuk tes bentuk uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci
ataupun kalimat singkat untuk memberikan ancar-ancar jawaban. Ide kunci
jawaban ini adalah agar pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain;
pemeriksaannya betul; dilakukan dengan mudah; sesedikit mungkin masuknya
unsur subjektif.
4. Pedoman penilaian atau pedoman penskoran berisi keterangan perincian
tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah
dikerjakan.
Contoh pedoman penilaian:
1. Tiap soal diberi skor 1
Jumlah skor: 1 x 10 = 10.
2. Tiap soal diberi skor 2
Jumlah skor: 2 x 5= 10.
3. Tiap soal 20
Skor maksimum 40.
Contoh lembar jawaban, sebagai berikut:
Nama : ______________ Bidang Studi :______________
Kelas : ______________ Jam/Waktu :______________
No. :______________

1. a b c d 11. a b c d

2. a b c d 12. a b c d

3. a b c d 13. a b c d

4. a b c d 14. a b c d

5. a b c d 15. a b c d

6. a b c d 16. a b c d

7. a b c d 17. a b c d
8. a b c d 18. a b c d

9. a b c d 19. a b c d

10. a b c d 20. a b c d

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Penyusunan tes harus dilakukan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Tes ini sangat penting dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana
pencapaian siswa selama proses pembelajaran baik kognitif maupun afektif. Tes
dilakukan dengan tiga tinjauan fungsi, yaitu fungsi untuk kelas, fungsi untuk
administrasi, dan fungsi untuk bimbingan.
Penyusunan tes perlu diperhatikan langkah-langkahnya. Langkah-langkah
menyusun tes tersebut, yaitu: Menentukan tujuan mengadakan tes; mengadakan
pembatasan terhadap bahan yang akan dijadikan tes; merumuskan tujuan intruksional
khusus; menjajarkan semua indikator dalam tabel persiapan; menyusun tabel;
menuliskan butir-butir soal.
Pengukuran ranah kognitif pada UAS dan SNMPTN saat ini telah mengukur
banyak aspek. Aspek yang penyusunan tesnya lebih mudah adalah pengukuran aspek
ingatan. Adapun macam-macam aspek yang bisa dilakukan untuk mengukur ranah
kognitif siswa yaitu: soal ingatan, soal pemahaman, soal aplikasi, soal analisis, soal
sintesis, soal evaluasi.
B. Saran
Bagi pendidik terutama pendidik baru, harus banyak berlatih, bila perlu sering
konsultasi kepada senior dalam hal menyusun tes. Menyusun tes harus berlandaskan
kemampuan dan tekad yang tinggi sehingga penyusunan tes dapat terlaksana dengan
baik.
Daftar Pustaka
Sasongko, D. 2018. Teknik Penyusunan dan Pelaksanaan Tes Hasil Belajar.
https://www.researchgate.net/profile/Denis-Sasongko/publication/356412155_
Teknik_Penyusunan_dan_Pelaksanaan_Tes_Hasil_Belajar/links/
6198f95a07be5f31b7a1486e/Teknik-Penyusunan-dan-Pelaksanaan-Tes-Hasil-
Belajar.pdf. 02 Oktober 2022.
Sanita, D. 2017. Makalah Teknik Penyusunan dan Pelaksanaan Tes Hasil Belajar.
https://www.academia.edu/32045887/Makalah_Teknik_Penyusunan_dan_Pelak
sanaan_Tes_Hasil_Belajar_docx. Diakses 02 Oktober 2022.
Arikunto, S. 2018. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Syarifuddin, A. 2022. Langkah-langkah Menyusun Tes.
https://www.academia.edu/11996591/Langkah_Langkah_Menyusun_Tes. 03
Oktober 2022.
Yadnyawati, I. A. G. 2019. Evaluasi Pembelajaran.
http://repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/183/1/EVALUASI
%20PEMBELAJARAN.pdf. 03 Oktober 2022.
Novianti, N dan Tiur, A. S. Telaah Soal Dan Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas Vii Smp Swasta
Mulia Medan. Vol. 6, No. 3. 2018. Hal. 1-10.
https://doi.org/10.24114/kjb.v6i3.10830.

Anda mungkin juga menyukai