Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PEMYUSUNAN PENGUKURAN HASIL BELAJAR


Dosen Pengampu: Dr. Mardiana., S.Pd

SISUSUN OLEH:
MUHAMMAD RAFILIN
A862020022

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP MELAWI


TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Permainan
bola kecil dan bola besar” pada mata kuliah ini tepat waktu.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
isi penulisan maupun kata–kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun guna memperbaiki bagi saya dalam membuat makalah selanjutnya akan
saya terima dengan senang hati. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada yang telah
membantu dalam menyusunan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................2
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Dasar – dasar penyusun tes hasil belajar................................................................6
B. Cara menyusun instrumen tes dan no-tes...............................................................7
C. Mebuat Tes hasil belajar.........................................................................................8
BAB III PENUTUP............................................................................................................9
A. Kesimpulan............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Instrumen hasil belajar yang paling banyak digunakan untuk mengukur kopetensi
peserta didik adalah tes, sedangkan untuk mengukur sikap biasanya digunakan instrumen
notes. Pada bab ini banyak dibahas tentang cara menyususn tes. Instrumen nontes akan
dijelaskan secara khusus dalam bab selanjutnya.
Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa dapat menyususn suatu tes untuk
ujian dan menganlisasinya, serta dapat menganilis item yang baik berdasarkan daya beda
tingkat kesukaran. Menyusun tes hasil belajar yang baik bukan lah pekerjan yang ringan
bagi seorang pendidik. Suatu tes belajar baru dapat dikatakan tes yang baik bila materi
yang tercantum dalam item – item tes tersebut merupakan pilihan yang cukup repsentatif
atau mewakili materi pelajaran yang diberikan dikelas yang bersangkutan.
Isi dari tes hasil belajar harus sesuai dengan tujuan pembelajaran (TP) atau indikator
yang telah disusun sejak awal program pengajaran. Sebuah instrumen pengukuran hasil
belajar juga harus memenuhi syarat validitas dan rehabilitas.

B. Rumusan Masalah
1. Mampu kah mahasiswa menyusun instrumen tes yang berkualitas untuk menilai hasil
belajar
2. Mampu kah mahasiswa menganilis sebuah tes hasil belajar
C. Tujuan Penulisan
1. Menyajikan langkah atau dasar penyusun tes
2. Menyusun cara pengembangan instrumen tes
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar – Dasar Penyususnan Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar (THB) adalah setealah suatu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk
menentukan kebrhasilan peserta didik dalam suatu proses belajar mengajar atau mentukan
keberhasilan suatu program pendidikan. Tes hasil belajar yang umum digunakan adalah tes
pengetahuan dan tes praktik atau tes perbuatan. Alat ukur lainya digunakan secara terbatas antara
lain pedoman wawancara,pedoman observasi, angkat, skala sikap dan daftar isian.
Ketika oenyusunan tes hasil belajar (THB), ada beberapa dasar- dasar tyang perlu dijadikan
pedoman dasar – dasar penyusun THB adalah sebagai berikut :

1. THB harys dapat mengukur apa – apa yang dipelajari dalam proses belajar mengajar sesuai
dengan kopetensi dasar yang tercantum yang berlaku. Sacara operasional, kopetensi dasar
tersebut dijabarkan dalam tujuan instrujsional dan indikator pencapaian kopetensi.
2. THB harus disusun sedemekian sehinga beanr – benar mewakili materi yang telah dipelajari.
Untuk keperluan ini diharapkan penyususn tes dapat mengambil sampel pertanyaan yang
mewakili setiap kegiatan belajar sesuai denga tujauan instruksional atau indikatr yang
dikembangkan. Pengambilan sampel ini tidaklah bagitu sukar, terutama bagi mareka yang
sudah mempunyai pengalaman mengajar.
3. Pertanyaan THB hendaknya disesuaikan dengan aspek – asoek tingakat belajar atau tingkat
kognitif yang diharpkan. Bentuk pertanyaan mungkin digunakan adalah sebagai beriut:
a. Bentuk pertayaan yang memerlukan jawaban yang diuraikan, yang dikatgorikan : a)
bentuk pertayaan uraian terbuka dan uraian tertutup, b) bentuk jawaban singkat, c) bentuk
uraian (complation).
b. Bentuk pertayaan objektif yang terdiri dari : a) bentuk salah benar, b) bentuk dijodohkan,
dan c) bentuk pilihan ganda. Jika THB ingin digunakan untuk mengukur ingatan siswa
tentang apa yang telah diajarkan, maka tipe pertayaan yang sesuai adalah jawaban singkat
(isian singkat) atau salah benar.
4. THB hendaknya disusun sesuai dengan tujuan pengunaan tes itu sendiri. Sebuah tes dapat
disusun untuk keperluan sebagai berikut :
a. Pre tes dan post tes
Pre tes dalah tes yang berikan sebelum pelajaran dimulai yang bertujuan untuk
mengetahui pengusaan siswa tentang bahan pelajaran yang akan diberikan. Post tes
adalah tes yang diberikan sesudah bahan pelajaran selesai diajarkan.
b. Mastery tes
Tes ini direncanakan untuk mengukur kemampuan peserta tes dalam menguasai standar
minimal. Tes seperti ini biasanya digunkan untuk mentukan tingakat ketuntasan
penuasaan bidang studi atau bagian pelajaran tertentu.
c. Tes diagnostik
Tes ini diberikan sudah satu pelajaran disajikan dengan tujauan untuk mengetahui apakah
pesrta didik mendapatkan kesukaran dalam mempelajari materi tertentu yang diajarkan.
d. Tes Format
Tes ini berikan sesudah jumlah kegiatan belajar diselesaikan dalam satu priode tertentu.
Tujuan adalah untuk mengumpulkan dat/informasi tentang kekuatan dan kelemahan
seseorang dalam bidang tertentu.
5. THB disesuaikan dengan pendekatan yang digukan, apakah mengacu padakelompok (norm-
reference,standar mutlak). Jika pengukuran mengacu pada patokan tertentu, maka maslah
tingkatbkesukaran tidak dipertimbangkan dalam penyususn soal.
6. THB hendaknyadapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Hal ini
merupakan tujuan utama darai pelaksanaan THB. Tujuan ini akan berhasil baik, jika keliam
prinsip dasar diatas diketahui.

1. Validitas

Istialah validitas (validity)) terkait dengan hasil pengukuran atau pengamatan, sedangkan
istilah realibitas (reability) terkait dengan istrumen yang digunakan untuk melakuakan
pengukuran. Validitas instrumen sebagai alat, namun terutama pada kesesuain hasilnya, yakni
sesuai dengan tujuan pengunaan instrumen. Dapat dikatakan bahwa validitas (atau tingkat
kecepan) instrumen adalah tingkat kemamapuan instrumen untuk mengukur apa yang hendak
diukur secara tepat dan benar. Sebuah instrumen yang valid akan dapat digunakan untuk
mengungkapkan data sesuai dengan maksud yang hendaknya diungkapkannya. Istrumen
pengukuran yang valid merupakan instrumen yang memiliki kemampuan untuk mengukur
variabel sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.
Suatu alat uur fisika dikatakan valid apabila alat ukur tersebut benar – benarmengukur hasil
belajar fisika. Alat ukur yang valid dapat digunakan untuk mengukur objek yang seharusnya
diukur dengan sesuai dengan keteria tetentu. Artinya ada kesesuaian antara alat ukur dengan
fungsi pengukuran dan sasaran pengukur. Data yang diperoleh mengunakan instrumen yang valid
akan dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang karakteristik individu tertentu. Jadi,
untuk mendapatkan membuat analisis dan kesimpulan yang benar, dibutuhkan instrumen
pengkuran yang dapat dijamin validitasnya.

2. Reliabilitas
Reliabilitas atau tiangkat ketetapan atau keajakan (consistency) adalah tingkat kemampuan
insrumen untuk mengumpulkan data secara tetap. Instrumen yang memiliki tingkat reliabilitas
tingkat akan dapat menghasilkan data yang sama, jika digunakan yang ulang pada waktu yang
berbeda pada kelompok siswa ata sampel yang sama. Misalnya, seorang guru melakukan
pengukuran prestasi fisika dengan mengunakan sebuah tes pada sekelompok individu dalam
waktu yang berbeda.
3. Objektivitas
Objek berarti tidak adanya unsur pribadi yang masuk mengetahui, lawam dari objektif dalah
subjektif, artinya tedapat unsur pribadi yang masuk memengaruhi. Sebuah tes diatakan memiliki
objektivitas apabila dalam meleksanakan tes itu tidak dapat ada faktor subjektif yang
memengaruhuinya, hal ini terutama terjadi pada sisitem skoringnya.jika dikaitkan dengan
reliabilitas, maka objektivitas menekankan ketetapan (consistency) pada sistem skoring,
sedangkan reliabilitas menekan ketetpan dalam hasil tes.
4. Praktikabilitas (practicability)
Sebuah tes memiliki praktikabilitas yang tinggi apa bila tes tersebut bersifat praktis dan mudah
diadministrasikan. Bebrapa hal yang terkait dengan hal ini, antara lain sebagai berikut :
a. Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi
kebebsan kepada siswa untuk mengajarakan terlebih dahulu bagian yang diangap mudah.
b. Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun
pedoman skoringnya. Untuk soal objektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika
diajarkan oleh siswa dalam lembar jawaban.
c. Dilengkapi dengan petunjuk – petunuk yang jelas sehinga dapat diberikan atau dikawal oleh
rang lain.
5. Ekonimis
Ekonis dalam pelaksanaan adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan
ongkos/biaya yang mahal,tenang yang banyak dan waktu yang lama.

B. CARA MENYUSUN INSTRUMEN TES DAN NON TES

1. Pedoman membuat tes objektif


Suatu tes objektif yang baik seharus nya dikerjakan oleh seorang atau pihak ahlinya
dalam bidang yang ujikan. Jika orang yang ahli dalam dalam bidang itu belum paham
betul tentang cara membuat tes objrktif dengan baik, maka sebaiknya berkonsultasi
dengan orang yang memahami cara membuat tes objrktif. Prosedur penyususn tes
objrktif dalah sebagai beriku :
a. Sediakan waktu persiapan yang cukup, sebelum ujian dilangsungkan sihinga
dapat disusun tes objrktif yang mencangkup materi yang luas dan memenuhi
syarat.
b. Lakukan riview sesdudah tes disusun.
c. Buat lah kisi – kisi (grib) tes agar dapat mencangkup semua materi dari suatu
pelajaran.
d. Susunlah item – item sesuai dengan waktu yang telah disediakan.

Petunjuk umum dalam penyusunan tes objeltifitas dalah sebagai berikut :


a. Soal – soal hendaknya disusun dalam bentuk kalimat yang jelas, tegas dengan
memperhatikan aturan susunan kalimat yang baik menurut tata bahasa indonesia.
b. Gunakanlah soal-soal yang telah ditinjau (riview) bersama oleh dua atau lebih
orang ahli dan telah dibahas jawabanya tidak meragukan.
c. Jangan mengunakan pertanyaan yang sifatnya menjebak.
d. Gunakan banyak mungkin kalimat bentuk kalimat yang posif. Jika terpaksa
mengunakan kalimat negatif, hnedaknya jelas dan menonjol, misalnya kalimat
negatif tersebut digaris bawahi agar menonjo.
e. Susun lah kalimat yang sederhana, jelas dan tak meragukan.
f. Tempat jwaban yang tepat (kei) disebarkan secara rendom.
g. Isi dan tarap soal hendaknya diperhatikan, jangan terlalu banyak sioal yang
jawban nya berupa ingatan, tetapi juga meliputi pengertia, konsep hubungan
sebab dan akibat dan sebagainya.
h. Seluruh komposisi soal hendaknya betul-betul mengungkapkan permaslahan yang
layak dikemukakan sabgai satu soal
i. Deskrifsi masalah yang kemukakan sebgai sisitem soal hendaknya jelas,
diungkapan dengan kata kalimat dan retorik bahasa yang betul dan tidak
mngandung maksud untuk menyebak orang yang diuji.
j. Ugkpan permasalahan hendanyak menghindari pengunaan kata yang bersifat tak
terhitung (indefinite), seperti kebanyakan, sering kali,kadand – kadang dan lain –
lain, sehinga ,menimbukan tapsiran yang subjektif dan peserta ujian.
k. Ketika menyusun soal hendaknya diusahakan agar tidak terdapat ungkapan atau
susunan kalimat yang jelas memberikan petunjuk kepada peserta ujian tentang
kunci jawaban soal.
l. Kata-kata atau ungakapan yang digunakan sebagai pilihan jawaban (option)
hendaknya seimbang, baik kandugan makna maupun susunan kata – kata.
m. Usahkan agar pilihan mengecoh (distractor) mirip betul dengan kunci sehinga
derajat kesukaran semnagkin tinggi.
n. Hindarkan kbergandengan antara soal yang satu dengan yang lain.
o. Hindari kesalahan dalam mengunakan kata – kata.
p. Hindari menulis satu item soal dalam halaman yang tepisah soal harus ditulis
dalam satu halaman.
q. Susunan pilihan jawaban sedapat mungkin dibuat berurutan, sebaiknya disusun
secara pertikal.

2. Pedoman menyusun tes perbuatan (Praktik)


Penilaian praktik atau keterampilan pada umunya memiliki dua karakteristik dasar,
yaitu : 1). Pserta tes diminta menunjukan atau mendemostrasikan kenmampuanyan
dalam membuat sebuah produk atau terlibat dalam suatu aktifitas (proses atau
perbuatan), dan 2) produk dari hasil pelatih yang juga perlu dinilai.demkian juga
dengan penilaian projek, walaupun pokus pada produk, namun proses pembuatan
produk juga perlu dilakukan. Penilaian proses pada umumnya lebih sulit dari pada
penilaian produk. Hal itu disebabkan oleh tidak adabya setandar baku dalam menilai
aktifitas yang sangat beragam yang ditunjukan oleh – oleh masing pesrta didik.
Tes perbuatan atau tes praktis dirancang dengan meberikan tugas-tugas yang harus
dilakukan olek peserta didik, misalnya tes mengukur tebal sebuah balok dengan
mengunakan jangka sorong. Tugas dalam tes perbuatan tersebut hendanya disusun
sertai dengan lembaran penilaian yang disusun menurut pormat tertertntu yang
disebut lembaran pengamatn. Pormat tersebut hendaknya disusun sedemikian rupa
sehinga penguji dapat langsung meberikan skior terhadap proses dan hasil yg dicapai
dlam melaksanakan tugas yang diberikan.
Memberikan skor untuk masing aspek-aspek dapat dilakukan dengan
membumbuhkan tanda cek (ceklis/centang) pada kolom yang sesuai, atau
memberikan peringkat (misalnya : 1 – 4 ). Oleh sebab itu, perlu dibuat pedoman
dalam melakukan pengamatan dengan mengunakan sebuah lembar pengamat.
C. Membuat Tes Hasil Belajar

1. Penbuatan kisi – kisi (Tabel Spesipikasi)


Tes hasil belajar yang disusun harus cukup mewakili (representatif) terhadap
bahan atau materi pelajaran yang ditetapkan. Keterwakilan tersebut dapat dilakukan
dengan analisis rasional. Artinya perlu dilakukan analisis berdasarkan pemikiran yang
logis, bahan atau materi apa yang perlu dikemukakan dalam tes, sehinga tes tersebut
benar-benar repsentatif. Susuna logis tersebut dinyatakan dalam bentuk kisi-kisi
(blueprint) ujian. Kisi-kisi ujian mencangkup beberap komponen sebagai berikut :

a. Materi pengajar yang akan diukur penguasannya.


b. Jenis kompetensi yang akan diukur (ingtan,pemahaman,aplikasi atau penerapan,
analisis,evaluasi, dan kreatif).
c. Banyaknya soal yang akan disusun masing-masig bahan atau materi pelajaran dan
kopentis yang akan diukur.
d. Bentuk masing-masing soal
e. Tarap kesukaran masing-masing soal.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengembangan tes hasil belajar mempunyai rentang dari kualitas item sampai kualitas
tes sebagai keseluruhan. Tingginya kualitas ditunjukan daya predeksinya. Kualitas item
dapat diperbaiki dan dikembangkan, antara lain dengan menguji validitas item atas
kemampuanya membedakan antara subjek yang lebih pandai dan yang kurang pandai.
Kemampuan tersebut disebut daya diskriminasi atau dya pembeda gagasan dasar dari
daya pembeda adalah dengan asumsi bahwa suatu item yang baim adalah item yang dapat
mebedakan ntara subjek yang diidentifikasi sebagai lebih pandai dengan subjek kurang
pandai. Salah satu psedur palidasi item dikenal dengan analisis item.

DAFTAR PUSTAKA

Dasar – dasar penyusunan tes hasil belajar


Cara menyusun instrumen tes dan non tes

Anda mungkin juga menyukai