Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KUALITAS PERANGKAT TES

OLEH :

KELOMPOK 7

MAIDI F TITAHENA (201841016)


INGRID N T MAROMON (201841037)
KIKY M RIRY (201841014)
CHYNTHIA J MIRU (201841013)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2019
KATA PENGANTAR

Kami mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas tuntunan
dan rahmat-Nya sehingga makalah ini bisa diselesaikan, makalah ini dengan judul
“Kualitas Perangkat Tes”.
Kami telah menyusun makalah ini dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan
dalam makalah ini baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena
itu kami menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir Kata kami berharap semoga makalah ini, tentang Perangkat Tes. Dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Ambon, 07 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 1
C. TUJUAN PENULISAN.......................................................................................... 1
BAB II: PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Pengertian Perangakat Tes ..................................................................................... 2
B. Tehnik Penyusunan Perangkat Tes
....................................................................................................................................... 3

C. Bentuk-Bentuk Penyajian Perangkat Tes dalam hasil belajar ..................... 4


D. Penggunaan Perangkat Tes Dalam
....................................................................................................................................... 5

E. Langkah-Langkah Pengembangan Kualitas perangkat Tes.......................... 6


BAB III: PENUTUP ............................................................................................................ 8
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 8
B. SARAN........................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
perangkat tes ialah merupakan alata atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah ditentukan. Tes hasil belajar adalah sekolompok pertanyaan atau
tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk
mengukur kemajuan belajar siswa.
Perangkat tes sangat penting bagi jenjang pendidikan tujuannya agar seorang
guru mengetahui sejauh mana kemampuan Siswanya, dengan adanya perangkat
tes akan mempermudah seorang guru dalam melakukan penilaian terhadap siswa.
Dalam perangkat tes seorang guru memiliki tehnik penyajian tes.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian perangkat tes
2. Bagaimana tekhnik penyusunan perangkat tes pembelajaran
3. Apa saja bentuk-bentuk penyajian perangkat tes dalam hasil belajar
4. Bagaimana penggunaaan perangkat tes dalam pembelajaran
5. Bagaimana langkah-langkah pengembangan kualitas perangkat tes
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1. Agar kita mengetahui tentang kualitas perangkat tes
2. Untuk mengetahui teknik penyusunan perangkat tes pembelajaran
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penyajian perangkat tes dalam hasil belajar
4. Untuk mengetahui penggunaaan perangkat tes dalam pembelajaran
5. Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan perangkat tes
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PERANGKAT TES
Perangkat tes ialah merupakan alata atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes hasil
belajar adalah sekolompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh
siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa.
Secara garis besar instrument evaluasi dapat diklasifikasikan atas dua bagian yaitu tes dan non
tes. Perbedaan yang prinsip antara tes dan non tes terletak pada jawaban yang diberikan. Dalam
suatu tes hanya ada kemungkinan benar atau salah, sedangkan untuk non tes tidak ada jawaban
benar atau salah, semua tergantung pada keadaan seseorang. Didalam perangkat tes terdapat
beberapa jenis tes diantaranya
.
2. PROSEDUR PENGEMBANGAN KUALITAS PERANGKAT TES
Penyusunan prosedur pengembangan perangkat tes ini dimaksudkan agar didapatkan tes yang
sesuai dengan apa yang akan diukur, sehingga kompetensi atau kemampuan yang diukur tercermin dalam
hasil yang diperoleh. Prosedur pengembangan perangkat tes ini disusun untuk memudahkan para
pemangku kepentingan tes seperti guru dan dosen dalam menyusun tes. Secara umum ada beberapa
tahapan dalam mengkonstruksi tes terutama tes hasil belajar, maupun tes kinerja. Tahapan tersebut terdiri
dari menetapkan tujuan tes, analisis kurikulum atau standar yang akan dicapai, analisis buku, modul atau
sumber belajar lainnya, penyusunan kisi – kisi, menentukan indikator atau tujuan pembelajaran, menulis
butir tes, menelaah butir tes, revisi atau perbaikan butir tes, reproduksi tes terbatas, uji coba tes, analisis
butir tes, dan penyusunan tes (finalisasi).
a. Menetapkan tujuan tes.
Diadakannya sebuah tes, pada dasarnya memiliki tujuan yang akan dicapai, tujuan
tersebut dapat berupa pemetaan, keperluan seleksi, kelulusan (fungsi sumatif), diagnostik, melihat
potensi, pemacu motivasi, maupun perbaikan dalam pembelajaran (fungsi formatif).
Dalam menentukan tujuan tes hendaknya diperhatikan tentang kesesuaian antara tujuan
khusus tes dengan tujuan umum dari sebuah program yang lebih besar seperti program
pembelajaran, pelatihan, maupun seleksi. Tujuan yang akan dicapai sangat erat kaitannya dengan
tes yang diadakan sehingga semaksimal mungkin butir tes dan tes yang digunakan mencerminkan
pencapaiannya. Untuk tes tengah semester dan tes akhir semester dibutuhkan tes yang
mengakomodir seluruh program pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam hal tingkat
kesulitan, sebaiknya butir – butir tes dengan tingkat kesukaran rendah, sedang dan tinggi disusun
atas dasar proporsi yang berkeadilan. Seperti 30%, 50%, dan 20% atau 20%, 50% dan 30%.
Ada hal yang menarik mengapa tingkat kesukaran diproposikan seperti itu. Ini lebih disebabkan
oleh asumsi bahwa siswa berkemampuan sedang pada umumnya lebih dominan di dalam satu
kelompok atau kelas. Oleh karena itu, persentase 50% tersebut menggambarkan tes pada dasarnya
mencari titik keseimbangan pada satu kriteria kelulusan tertentu. Begitu pula pada persentase
tingkat kesulitan rendah dan tinggi yang didasarkan pada suatu kelompok yang umumnya siswa
berekemampuan tinggi dan rendah lebih sedikit. Sehingga pembuatan butir dengan tingkat
kesukaran tinggi atau rendah pada dasarnya untuk pembeda dan mengakomodir siswa dengan
kemampuan luar biasa, baik luar biasa tinggi maupun luar biasa rendah.
Lain halnya jika tes tersebut diselenggarakan atas dasar tujuan seleksi. Tes yang
bertujuan untuk seleksi dibutuhkan butir tes yang mengakomodir kemampuan standar yang
diinginkan dari kelulusan orang yang diseleksi. Seperti halnya jika seleksi diadakan sebuah
perusahaan untuk mendapatkan pegawai pada suatu bidang pekerjaan teknik sipil. Sudah
sepantasnya butir tes berisikan kemampuan standar yang dibutuhkan perusahaan tersebut dari
seorang profesional pada bidang teknik sipil.Untuk tes yang bertujuan untuk seleksi dibutuhkan
butir tes dengan tingkat kesukaran yang disesuaikan antara proporsi peserta dengan tempat yang
disediakan. Makin besar peserta yang ikut dalam seleksi, maka sebaiknya tingkat kesukarannya
pun ditingkatkan. Dalam kaitannya dengan tes seleksi, selain skor perolehan yang didapat peserta,
banyak pula yang memperhitungkan waktu yang dibutuhkan sebagai pertimbangan seleksi.
Berikutnya, untuk tes diagnostik atau dapat pula digunakan pada tes dengan tujuan perbaikan
pembelajaran serta perbaikan pola belajar siswa. Tes dalam tujuan tersebut sebaiknya digunakan
tes dalam bentuk uraian. Hal tersebut dikarenakan butir bentuk obyektif kurang mempunyai
fungsi diagnostik. Artinya, tidak didapatkan penjelasan yang komprehensif dari sebuah jawaban
salah siswa pada suatu butir. Sedangkan melalui tes bentuk uraian, kita dapat menelusuri “jejak”
kesalahan siswa dalam menjawab suatu butir serta kesulitan atau kelemahan siswa sehingga
berakibat pada kesalahan dalam menjawab.
Tes diagnostik hendaknya juga memperhatikan cakupan pokok bahasan dan sub pokok
bahasan yang akan diukur. Sebagai contoh sebuah tes diagnostik berjumlah 100 butir soal, terdiri
dari 25 butir penjumlahan, 25 butir pengurangan, 25 butir perkalian dan 25 butir pembagian.
Seorang siswa menjawab benar pada seluruh butirpenjumlahan dan pengurangan, 15 butir
perkalian dijawab dengan benar, namun demikian tidak ada satu pun butir pembagian yang
dijawab dengan benar. Walaupun mendapat skor akhir 65, akan tetapi hendaknya disikapi secara
bijaksana hasil ini. Oleh karena ada sub pokok bahasan pembagian yang cukup bermasalah.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat menimbulkan kesulitan belajar atau kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran selanjutnya, jika guru memaksakan siswa tersebut untuk melangkah pada
pokok bahasan berikutnya. Dengan demikian, hasil tes diagnostik pada dasarnya bukan hanya
sekedar hasil akhir semata. Lebih dari itu, sepatutnya menjadi bahan analisa dan pertimbangan
yang mendalam bagi seorang guru atau pendidik lainnya dalam membelajarkan siswa.
b. Analisis kurikulum yang akan dicapai
Analisis kurikulum yang akan dicapai pada dasarnya bertujuan untuk menentukan bobot
dari suatu kompetensi dasar yang akan dijadikan dasar dalam menentukan jumlah item atau butir
tes untuk tiap kompetensi dasar butir objektif atau bentuk uraian dalam membuat kisi – kisi tes.
Penentuan bobot untuk tiap kompetensi dasar tersebut dilakukan atas dasar jumlah jam pertemuan
yang tercantum dalam program pembelajaran, dengan asumsi bahwa pelaksanaan pembelajaran di
kelas sesuai dengan apa tercantum dalam program pembelajaran tersebut.
c. Analisis buku, modul atau sumber belajar lainnya
Analisa buku pelajaran atau sumber belajar lain pada dasarnya mempunyai tujuan yang
sama dengan analisis kurikulum. Namun demikian, dalam analisis buku lebih mengarah kepada
bobot kompetensi dasar berdasarkan jumlah halaman materi yang termuat dalam buku atau
sumber belajar. Tes yang yang akan disusun diharapkan dapat mencakup seluruh materi yang
diajarkan. Untuk itu, kedua langkah yang telah disebutkan di atas sangat diperlukan untuk
memperkecil kesalahan dan bias materi yang terjadi pada penyusunan tes.
d. Penyusunan kisi – kisi
Kisi – kisi merupakan suatu perencanaan dan gambaran sebaran butir pada tiap–tiap
kompetensi dasar yang juga didasarkan pada kriteria dan persyaratan tertentu. Penyusunan kisi –
kisi digunakan untuk menentukan sampel tes yang baik, dalam arti mencakup keseluruhan materi
dan kompetensi dasar secara proporsional serta berkeadilan. Oleh karena itu, Sebelum menyusun
butir – butir tes sebaiknya kisi – kisi dibut terlebih dahulu sebagai pedoman dalam memuat
jumlah butir yang harus dibuat untuk setiap bentuk butir, materi, tingkat kesukaran serta untuk
setiap aspek kemampuan yang hendak diukur.
e. Menentukan indikator atau tujuan pembelajaran
Indikator pada dasarnya adalah suatu ciri – ciri perilaku yang khas dari sebuah
kompetensi atau perilaku yang akan diukur oleh suatu alat. Penulisan indikator harus sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Indikator harus mencerminkan tingkah laku siswa. Oleh
karena itu harus dirumuskan secara operasional dan secara teknis menggunakan kata – kata kerja
operasional.
f Menulis butir tes
Langkah selanjutnya dalam mengembangkan tes adalah menulis butir tes. Ada beberapa
petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menulis butir tes, antara lain:
1. Butir tes yang dibuat harus valid. Artinya, butir tersebut mampu mengukur ketercapaian
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Butir tes harus dapat dikerjakan dengan menggunakan satu kemampuan spesifik, tanpa
dipengaruhi oleh kemampuan lain yang tidak relevan. Seperti halnya membuat butir soal
matematika dengan menggunakan bahasa asing. Jelas antara kemampuan matematika dan
bahasa asing merupakan dua kemampuan yang berbeda sama sekali dan tidak bisa
disangkutpautkan dalam satu butir soal dalam tes.
3. Butir tes harus memiliki (kunci) jawaban yang benar. Butir tes yang tidakmemiliki jawaban
akan sangat menyulitkan siswa, bahkan akan membuang waktu siswa jauh lebih banyak
daripada soal yang memiliki tingkat kesulitan tinggi sekalipun. Butir yang tidak memiliki
jawaban yang benar dapat berpengaruh pada mental psikologis siswa, bahkan dapat pula
berimbas kepada kurang kredibelnya kegiatan pengukuran yang dilakukan.
4. Butir yang dibuat harus terlebih dahulu dikerjakan atau diselesaikan dengan langkah –
langkah lengkap sebelum digunakan pada tes sesungguhnya. Khususnya butir uraian atau
essay pada bidang eksakta seperti matematika, fisika dll langkah – langkah lengkap sangat
dibutuhkan dalam pedoman penskoran butir.
5. Hindari kesalahan ketik atau penulisan. Kesalahan penulisan dapat berbeda makna dalam
bahasa tertentu, bidang eksakta bahkan bidang sosial sekalipun dan ini akan menimbulkan
perbedaan arah butir. Oleh karena itu, dibutuhkan pengeditan yang teliti dan presisi.
6. Tetapkan sejak awal aspek kemampuan yang hendak diukur untuk setiap butir yang akan
dibuat. Aspek kemampuan dapat mengacu pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor atau
dapat pula mengacu pada salah satu aspek di masing–masing ranah tersebut seperti
pemahaman dalam ranah kognitif atau melakukan duplikasi dalam ranah psikomotor.
7. Berikan petunjuk pengerjaan soal secara lengkap dan jelas. Petunjuk pengerjaan soal selain
dituliskan di awal soal atau kelompok soal, hendaknya juga disosialisasikan terlebih dahulu
kepada siswa dengan cara dibacakan sebelum tes berlangsung.
g. Menelaah butir tes
Walaupun telah dilakukan dengan penuh kehati – hatian, dalam menulis kadang kala
masih mungkin saja terjadi kekeliruan, kekurangan maupun kesalahan yang menyangkut
beberapa aspek dalam pengukuran terhadap kemampuan yang spesifik,penggunaan bahasa,
bahasa yang bias atau juga kekurangan pemberian opsi jawaban. Oleh karena itu, sebelum
dilakukan tes kepada siswa, ada baiknya dilakukan telaah butir tes. Menelaah butir tes dapat
dilakukan secara mandiri atau melibatkan orang lain maupun pakar dalam bidangnya. Secara
mandiri dapat dilakukan dengan bantuanmodul atau buku panduan menyusun tes.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam telaah butir antara lain penggunaan bahasa,
kesesuaian butir dengan indikator atau materi pembelajaran yang disampaikan, konstuksi tes
Sama halnya dengan telaah mandiri pelibatan teman sejawat dan pakar dalam bidang pengukuran
merupakan hal yang penting dan lumrah untuk dilakukan dengan tujuan memperoleh butir – butir
tes yang baik secara kualitas dan konstruksinya.
h. Revisi atau perbaikan butir tes
Setelah melalui pengkajian mandiri, teman sejawat maupun pakar, maka langkah
selanjutnya adalah merevisi atau memperbaiki konstruksi tes sesuai dengan masukan, arahan dan
perbaikan yang disarankan. Revisi atau perbaikan butir tes hendaknya memperhatikan aspek
kebutuhan juga, karena belum tentu juga masukan dari teman sejawat dan pakar dapat diterapkan
langsung kepada siswa. Karakteristik, jenjang sekolah dan kondisi sosial siswa perlu diperhatikan
pula. Karena tidak jarang masukan yang diberikan tentang bahasa yang kurang tepat, namun
diganti dengan bahasa yang malah tidak dapat dipahami oleh siswa. Guru atau pendidik adalah
orang yang paling tau tentang siswanya, maka guru sebaiknya berperan aktif pula seraya memilah
apa yang baik untuk siswanya
i. Reproduksi tes terbatas
Tes yang sudah melewati fase telaah dan revisi dapat diproduksi secara terbatas dengan
tujuan diujicobakan terlebih dahulu kepada sejumlah siswa dalam suatu kegiatan uji coba tes.
j. Uji coba tes
Uji coba tes dapat dilakukan dengan menggunakan data empiris dengan memberikan
kepada subjek tes (testee) yang se level, atau memiliki karakteristik yang sama dengan subjek
yang sesungguhnya dikenai tes tersebut. Pengambilan sampel untuk uji coba hendaknya
memenuhi aturan yang baik dengan cara acak dan memenuhi syarat uji coba (minimal 30 orang)
k. Analisis butir tes
Berdasarkan data hasil ujicoba dilakkukan analisis, terutama analisis butir soal yang
meliputi validitas butir, reliabilitas, tingkat kesukaran dan fungsi pengecoh. Validitas butir dapat
dilakukan dengan menggunakan kriteria tertentu (r product moment untuk n= 30 adalah 0,361)
atau juga dapat menggunakan koefisien praktis sebesar 0,3. Untuk butir yang tidak valid
dilakukan langkah pembuangan (drop), sedangkan yang valid tetap digunakan. Proses tersebut di
atas biasa juga disebut validitas empirik atau validitas dengan menggunakan kriteria. Tahap
berikutnya adalah uji reliabiltas tes, reliabilitas dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:
1. 0,000 – 0,499 => rendah (tidak reliabel)
2. 0,500 – 0,799 => sedang (kurang reliabel)
3. 0,800 – 0,999 => tinggi (reliabel)
Reliabilitas pada dasarnya merupakan sebuah koefisien yang menunjukan tingkat
konsistensi/ tingkat ke”ajeg”kan dari seperangkat soal yang berarti tes tersebut akan menujukan
hasil yang relatif kosisten/sama/stabil dalam tiap pengukuran yang dilakukannya.
Walaupun reliabilitas bukanlah suatu ukuran yang harus “dipatuhi” akan tetapi sampai
saat ini masih banyak dijadikan salah satu acuan dalam penentuan kualitas tes. Sedangkan untuk
tingkat kesukaran dapat dilihat dari seberapa banyak persentase tingkat kesukaran tinggi, sedang
dan rendah yang kemudian disesuaikan denganpersentase yang dipersyaratkan. Fungsi pengecoh
pada dasarnya merupakan keterpilihan opsi lain selain jawaban benar dari bentuk tes pilihan
ganda. Ketika ada persentase yang memilih jawaban lain selain jawaban benar, maka pengecoh
pada dasarnya sudah berfungsi. Namun demikian, jika pengecoh lebih banyak dipilih baik dari
siswa kelompok atas maupun bawah, maka hal tersebut menunjukan kemungkinan besar terjadi
kesalahan dalam menentukan jawaban benar (kunci jawaban).
l. Revisi butir soal
Butir – butir yang valid berdasarkan kriteria validitas empirik dikonfirmasikan dengan
kisi – kisi dari segi sebaran kompetensi dasar / indikator, sebaran materi, aspek kemampuan yang
diukur maupun persentase tingkat kesukaran butir. Apabila butir – butir tersebut sudah memenuhi
syarat, butir – butir tersebut selanjutnya dirakit menjadi sebuah tes, akan tetapi apabila butir –
butir yang valid belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi – kisi, dapat
dilakukan perbaikan terhadap beberapa butir yang diperlukan atau dapat disebut revisi butir tes.
m. Penyusunan tes (final)
Butir – butir yang valid dan telah memenuhi syarat yang ditentukan dapat dijadikan
seperangkat tes yang valid. Urutan butir dalam suatu tes pada umumnya dilakukan menurut
tingkat kesukarannya, yaitu dari butir yang paling mudah sampaibutir yang paling sukar.
3. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES
Ada beberapa langkah yang sebaiknya dilakukan sebelum menyusun tes, agar tes yang diberikan
sesuai dengan tujuan pelaksanaan tes. Di antaranya sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan memiliki
penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar, diagnostik, atau
seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi yang ditanyakan/diukur
disesuaikan seperti untuk kuis/menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan
harian, tugas individu/kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan kerja
praktik/laporan praktikum, ujian praktik.
b. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar kompetensi
merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap
kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar.
c. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya. Untuk
penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar.
Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta
didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran
lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi. Langkah selanjutnya adalah
menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara
tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan
bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian. Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat
adalah tes perbuatan: kinerja (performance), penugasan (project), hasil karya (product), atau
lainnya.
d. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam menulis
soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.
4. PENYUSUNAN KISI-KISI DAN BUTIR SOAL
a. Jenis Perilaku yang Dapat Diukur
Dalam menentukan perilaku yang akan diukur, penulis soal dapat mengambil atau
memperhatikan jenis perilaku yang telah dikembangkan oleh para ahli pendidikan, di antaranya
seperti Benjamin S. Bloom, Quellmalz, R.J. Mazano dkk, Robert M. Gagne, David Krathwohl,
Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay, Linn dan Gronlund.
1. Ranah kognitif yang dikembangkan Benjamin S. Bloom adalah: (1) Ingatan di antaranya
seperti: menyebutkan, menentukan, menunjukkan, mengingat kembali, mendefinisikan;
(2) Pemahaman di antaranya seperti: membedakan, mengubah, memberi contoh,
memperkirakan, mengambil kesimpulan; (3) Penerapan di antaranya seperti:
menggunakan, menerapkan; (4) Analisis di antaranya seperti: membandingkan,
mengklasifikasikan, mengkategorikan, menganalisis; (5) Sintesis antaranya seperti:
menghubungkan, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun; (6) Evaluasi di
antaranya seperti: menafsirkan, menilai, memutuskan.
2. Jenis perilaku yang dikembangkan Quellmalz adalah: (1) ingatan, (2) analisis, (3)
perbandingan, (4) penyimpulan, (5) evaluasi.
3. Jenis perilaku yang dikembangkan R. J. Mazano dkk. adalah: (1) keterampilan memusat
(focusing skills), seperti: mendefinisikan, merumuskan tujuan, (2) keterampilan
mengumpulkan informasi, seperti: mengamati, merumuskan pertanyaan, (3) keterampilan
mengingat, seperti: merekam, mengingat, (4) keterampilan mengorganisasi, seperti:
membandingkan, mengelompokkan, menata/mengurutkan, menyajikan; (5) keterampilan
menganalisis, seperti mengenali: sifat dari komponen, hubungan dan pola, ide pokok,
kesalahan; (6) keterampilan menghasilkan keterampilan baru, seperti: menyimpulkan,
memprediksi, mengupas atau mengurai; (7) keterampilan memadu (integreting skills),
seperti: meringkas, menyusun kembali; (8) keterampilan menilai, seperti: menetapkan
kriteria, membenarkan pembuktian.
4. 4.Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne adalah: (1) kemampuan
intelektual: diskriminasi, identifikasi/konsep yang nyata, klasifikasi, demonstrasi,
generalisasi/menghasilkan sesuatu; (2) strategi kognitif: menghasilkan suatu pemecahan;
(3) informasi verbal: menyatakan sesuatu secara oral; (4) keterampilan motorist
melaksanakan/menjalankan sesuatu; (5) sikap: kemampuan untuk memilih sesuatu.
Domain afektif yang dikembangkan David Krathwohl adalah: (1) menerima, (2)
menjawab, (3) menilai.
5. Domain psikomotor yang dikembangkan Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay
adalah: (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) respon terpimpin, (4) mekanisme; (5) respon yang
kompleks, (6) organisasi, (7) karakterisasi dari nilai.
6. Keterampilan berpikir yang dikembangkan Linn dan Gronlund adalah seperti berikut ini.
o Membandingkan
 -Apa persamaan dan perbedaan antara ... dan...
 -Bandingkan dua cara berikut tentang ....
o Hubungan sebab-akibat
 -Apa penyebab utama ...
 -Apa akibat …
 Memberi alasan (justifying)
 -Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?
 -Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan tentang ....
 Meringkas
 -Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ...
 -Ringkaslah dengan tepat isi …
 Menyimpulkan
 -Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data ....
 -Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa berikut ....
 Berpendapat (inferring)
 -Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila
 -Apa reaksi A terhadap …
 Mengelompokkan
 -Kelompokkan hal berikut berdasarkan ....
 -Apakah hal berikut memiliki ...
 Menciptakan
 -Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang ....
 -Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi bila ....
 Menerapkan
 -Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ....
 -Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman....

 Analisis
 -Manakah penulisan yang salah pada paragraf ....
 -Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ....
 Sintesis
 -Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ...
 -Tuliskan sebuah laporan ...
 Evaluasi
 -Apakah kelebihan dan kelemahan ....
 -Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang...
b. Penentuan Perilaku yang Akan Diukur
Setelah kegiatan penentuan materi yang akan ditanyakan selesai dikerjakan, maka kegiatan
berikutnya adalah menentukan secara tepat perilaku yang akan diukur. Perilaku yang akan diukur,
pada Kurikulum Berbasis Kompetensi tergantung pada tuntutan kompetensi, baik standar
kompetensi maupun kompetensi dasarnya. Setiap kompetensi di dalam kurikulum memiliki tingkat
keluasan dan kedalaman kemampuan yang berbeda. Semakin tinggi kemampuan/perilaku yang
diukur sesuai dengan target kompetensi, maka semakin sulit soal dan semakin sulit pula
menyusunnya.
Dalam Standar Isi, perilaku yang akan diukur dapat dilihat pada "perilaku yang terdapat
pada rumusan kompetensi dasar atau pada standar kompetensi". Bila ingin mengukur perilaku yang
lebih tinggi, guru dapat mendaftar terlebih dahulu semua perilaku yang dapat diukur, mulai dari
perilaku yang sangat sederhana/mudah sampai dengan perilaku yang paling sulit/tinggi,
berdasarkan rumusan kompetensinya (baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar). Dari
susunan perilaku itu, dipilih satu perilaku yang tepat diujikan kepada peserta didik, yaitu perilaku
yang sesuai dengan kemampuan peserta didik di kelas.
c. Penentuan dan Penyebaran Soal
Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap kompetensi
dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penilaian akhir semester
berikut ini.
Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester ganjil

Jumlah soal tes tulis Jumlah


soal
No Kompetensi Materi
PG Uraian
Praktik
Dasar

1 1.1 ............ ........... 6 -- --

2 1.2 ............ ........... 3 1 --

3 1.3 ............ ........... 4 -- 1

4 2.1 ............ ........... 5 1 --

5 2.2 ............ ........... 8 1 --

6 3.1 ............ ........... 6 -- 1

7 3.2 ........... ........... -- 2 --

8 3.3 .......... ........... 8 -- --

Jumlah soal 40 5 2

d. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan
materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup
dan sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi dapat berbentuk format atau matriks seperti
contoh berikut ini.
FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL
Jenis sekolah : ………………………
Jumlah soal : ………………………
Mata pelajaran :………………………
Bentuk soal/tes :..................
Kurikulum : ………………………
Penyusun : 1. …………………
2. …………………
Alokasi waktu :

………………………
Kompetensi Kls/ Materi Indikator Nomor
No. Standar Kompetensi
Dasar smt pokok soal soal

Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam
silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada kolom 6.
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat
dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.
e. Perumusan Indikator Soal
Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki.
Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk
merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator
pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat
dan jelas. Syarat indikator yang baik:
1. menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,
2. menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih kata kerja
operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,
3. dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).
Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik) , B = behaviour (perilaku
yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang diberikan), dan D = degree (tingkatan yang
diharapkan). Ada dua model penulisan indikator. Model pertama adalah menempatkan kondisinya di awal
kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan (stimulus),
misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan model
yang kedua adalah menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat.
Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar pertanyaan (stimulus).
1. Contoh model pertama untuk soal menyimak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Indikator: Diperdengarkan sebuah pernyataan pendek dengan topik "belajar mandiri", peserta didik dapat
menentukan dengan tepat pernyataan yang sama artinya.
Soal : (Soal dibacakan atau diperdengarkan hanya satu kali, kemudian peserta didik memilih
dengan tepat satu pernyataan yang sama artinya. Soalnya adalah: "Hari harus masuk kelas pukul 7.00.,
tetapi dia datang pukul 8.00 pagi hari.")
Lembar tes hanya berisi pilihan seperti berikut:
a. Hari masuk kelas tepat waktu pagi ini.
b. Hari masuk kelas terlambat dua jam pagi ini
c. Hari masuk Kelas terlambat siang hari ini,
d. Hari masuk Kelas terlambat satu jam hari ini
Kunci: d
2. Contoh model kedua
Indikator: Peserta didik dapat menentukan dengan tepat penulisan tanda baca pada nilai uang.
Soal : Penulisan nilai uang yang benar adalah ....
a. Rp 125,-
b. RP 125,00
c. Rp125
d. Rp125.
Kunci: b
d. Langkah-langkah Penyusunan Butir Soal
Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian yang sahih dan
handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu: (1) menentukan tujuan tes, (2) menentukan
kompetensi yang akan diujikan, (3) menentukan materi yang diujikan, (4) menetapkan penyebaran butir
soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian;
dan tes praktik), (5) menyusun kisi-kisinya, (6) menulis butir soal, (7) memvalidasi butir soal atau
menelaah secara kualitatif, (8) merakit soal menjadi perangkat tes, (9) menyusun pedoman penskorannya
(10) uji coba butir soal, (11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil uji coba, dan (12)
perbaikan soal berdasarkan hasil analisis.
e. Penyusunan Butir Soal Tes Tertulis
Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam penyiapan
bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah
disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah penulisan soal
uraian.
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada
perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan
menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan
menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian
memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain.
Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan/perilaku
secara objektif, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan
mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri.
Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah sulit menyusun pengecohnya, sedangkan untuk
soal uraian di antaranya adalah sulit menyusun pedoman penskorannya.
f. Penulisan Soal Bentuk Uraian
Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam
merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan
dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan
cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-
katanya sendiri. Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur
yang digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya. Hal yang
paling sulit dalam penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penskorannya. Penulis
soal harus dapat merumuskan setepat-tepatnya pedoman penskorannya karena kelemahan bentuk
soal uraian terletak pada tingkat subyektivitas penskorannya.
Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
uraian objektif dan uraian non-objektif. Bentuk uraian objektif adalah suatu soal atau pertanyaan
yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya
dapat dilakukan secara objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomus
(benar - salah atau 1 - 0). Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang menuntut
sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik,
sehingga penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi tingkat
kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam menentukan perilaku yang diukur dibuatkan
skala. Contoh misalnya perilaku yang diukur adalah "kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan",
maka skala yang disusun disesuaikan dengan tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.
Untuk tingkat SMA, misalnya dapat disusun skala seperti berikut.

3 2 1

SESUAI CUKUP/SEDANG TIDAK SESUAI

Kesesuaiann isi dengan tuntutan pertanyaan 0-3


Skor
Sesuai 3
Cukup/sedang 2
Tidak sesuai 1
Kosong 0
Atau skala seperti berikut:

5 4 3 2 1

SS S C TS STS

Kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan 0 - 5 Skor


Skor
Sangat Sesuai 5
Sesuai 4
Cukup/sedang 3
Tidak sesuai 2
- Sangat tidak sesuai 1
- Kosong 0

Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisannya.
Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam format
kartu soal Setiap satu soal dan pedoman penskorannya ditulis di dalam satu format. Contoh format soal
bentuk uraian dan format penskorannya adalah seperti berikut ini.
KARTU SOAL

Jenis Sekolah : ……………………............


Penyusun : ...........................................
Mata Pelajaran : ……………………...........
Bahan Kls/Smt : ……………………............
Bentuk Soal : ……………………............
Tahun Ajaran : ……………………….
Aspek yang diukur : ……………………............

KOMPETENSI BUKU SUMBER:


DASAR
RUMUSAN BUTIR SOAL

MATERI NO SOAL:

INDIKATOR
SOAL

KETERANGAN SOAL

DIGUNAKAN JUMLAH PROPORSI PEMILIH


NO TANGGAL TK DP KET.
UNTUK SISWA ASPEK

A B C D E OMT
FORMAT PEDOMAN PENSKORAN

NO
KUNCI/KRITERIA JAWABAN SKOR
SOAL

Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus bila ada/diperlukan, (2) pertanyaan, dan (3)
pedoman penskoran.
Kaidah penulisan soal uraian seperti berikut.
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.
d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan berfungsi.
3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta didik.
i. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal yang
paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya.
Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta
panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam
penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah
berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci
jawabannya, langkah ketiga menuliskan pengecohnya.
Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan soal, maka soal ditulis di
dalam format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu format. Adapun formatnya seperti
berikutini.

KARTU SOAL
Jenis Sekolah : ………………………………. Penyusun : 1.
Mata Pelajaran : ………………………………. 2.
Bahan Kls/Smt : ………………………………. 3.
Bentuk Soal : ……………………………….
Tahun Ajaran : ……………………………….
Aspek yang diukur : ……………………………….
KOMPETENSI BUKU SUMBER
DASAR

RUMUSAN BUTIR SOAL

NO SOAL:
MATERI
KUNCI :

INDIKATOR SOAL

KETERANGAN SOAL

NO DIGUNAKAN TANGGAL JUMLAH TK DP PROPORSI PEMILIH KET.


UNTUK SISWA

A B C D E OMT

Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya. Peserta
didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang
disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal (stem), (3) pilihan
jawaban yang terdiri atas: kunci jawaban dan pengecoh.
Perhatikan contoh berikut!

Dijual sebidang tanah di Bekasi. Luas 4 ha. Baik untuk industri. Hubungi telp. 777777

Iklan ini termasuk jenis iklan ……

Dasar pertanyaan

stimulus

Pokok soal (tem)

Pilihan jawaban

(Option)

(.) tanda akhir kalimat

(...) tanda ellipsis (pernyataan yang sengaja dihilangkan)


a. permintaan

b. propaganda

c. pengumuman

d. penawaran *

Pengecoh (distractor)

Kunci jawaban

Perhatikan iklan berikut

Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.


1). Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak
diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b. Pengecoh harus bertungsi
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci
jawaban.
2). Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/ materi yang
hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran
yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu
persoalan/gagasan
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan
saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan,
maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada pokok
soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat memberikan
petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada
pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal
ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti
pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda
diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu
sendiri.
e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua
pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok
soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena
adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang karena
seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah"
atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya pilihan jawaban
seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu
bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak
homogen.
h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan
besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk
angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang
paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu
harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk
memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.
i. Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus
jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus
jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa
melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar,
grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.
b) J. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti
seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
a. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal
sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama
tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.
3). Bahasa/budaya
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi: a) pemakaian
kalimat: (1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1)
pilihan kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1) penulisan huruf, (2)
penggunaan tanda baca.
b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti
warga belajar/peserta didik.
c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan
pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.
f. Bentuk Soal Benar Salah
Soal benar-salah yaitu tes yang butir-butir soalnya mengharuskan siswa
mempertimbangkan suatu pernyataan sebagai pernyataan yang benar atau salah..
Petunjuk penyusunan:
1. Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud unruk mempermudah
mengerjakan dan menilai (scoring)
2. Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus
dijawab S. Dalam hal ini, hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya: BB-SS-BB-SS
3. Hindari item yang masih bisa diperdebatkan
4. Hindari pernyataan negatif.
5. Menghindari pernyataan berarti ganda.
6. Menghindari kata-kata kunci, seperti: pada umumnya, semua dan yang lain.
g. Bentuk Soal Menjodohkan
Soal menjodohkan yaitu tes butir-butir soalnya terdiri dari kalimat pernyataan yang
belum sempurna dimana siswa diminta untuk melenngkapi kalimat pada titik yang disediakan.
Petunjuk penyusunan:
1. Meyakinkan bahwa antara premis dan pilihan yang dijodohkan keduanya homogen.
2. Dasar-dasar untuk menjodohkan setiap premis dan pilihan dibuat secara jelas.
3. Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak daripada jumlah soalnya. Dengan
demikian, murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai
kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih mempergunakan pikirannya.
h. Bentuk Soal Melengkapi
Soal melengkapi yaitu tes yang butir-butir soalnya terdiri dari kalimat pernyataan yang
belum sempurna dimana siswa diminta untuk melengkapi kalimat tersebut denga satu atau
beberapa kata pada titik-tik yang disediakan.
Petunjuk penyusunan:
1. Meyakini bahwa pertanyaan dapat dijawab dengan kata atau penggalan kalimat yang mudah
atau khusus, dan hanya ada satu jawaban yang benar.
2. Menggunakan bentuk yang cocok.
3. Jangan memutus-mutus butir soal melengkapi.
4. Menghindari pemberian petunjuk ke arah jawaban yang benar.
5. FUNGSI TES
Fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal:
1. Fungsi untuk kelas,
2. Fungsi untuk bimbingan, dan
3. Fungsi untuk administrasi.
PERBANDINGAN FUNGSI TES
Fungsi untuk Kelas Fungsi untuk Bimbingan Fungsi untuk Administrasi
1. Mengadakan diagnosis 1. Menentukan arah 1. Member petunjuk dalam
terhadap kesulitan belajar siswa. pembicaraan dengan orang pengelompokkan siswa.
2. Mengevaluasi celah antara tua tentang anak-anak 2. Penempatan siswa baru.
bakat dengan pencapaian. mereka. 3. Membantu siswa memilih
3. Menaikkan tingkat prestasi. 2. Membantu siswa dalam kelompok.
4. Mengelompokkan siswa dalam menetukan pilihan. 4. Menilai kurikulum.
kelas pada waktu metode 3. Membantu siswa 5. Memperluas hubungan
kelompok. mencapai tujuan pendidikan masyarakat (public relation).
5. Merencanakan kegiatan proses dan jurusan. 6. Menyediakan informasi untuk
belajar-mengajar untuk siswa 4. Memberi kesempatan badan-badan lain di luar sekolah.
secara perseorangan. kepada pembimbing, guru,
6. Menetukan siswa mana yang dan orang tua dalam
memerlukan bimbingan khusus. memahami kesulitan anak.
7. Menentukan tingkat pencapaian
untuk setiap anak.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Perangkat tes ialah merupakan alata atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah ditentukan. Tes hasil belajar adalah sekolompok pertanyaan atau tugas-
tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk
mengukur kemajuan belajar siswa.
4.
Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh)
dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan. Menurut BSMP ada hal
yang perlu di perhatikan dalam penilaian hasil belajar peserta didik tesebut.

2. Saran
Dengan adanya makalah ini, kami berharap semoga pembaca dapat mengerti tentang
perangkat tes dan penyajian perangkat tes pembelajaran serta penggunaan perangkatnya.
Daftar Pustaka

Sudjana, Nana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cetakan III. Bandung: Rosdakarya.

Daryanto, H. 2001. Evaluasi Pendidikan. Cetakan II. Jakarta: Rineka Cipta.

Mahasiswa uhamka angkatan 2001 fkip. 2005. Kumpulan Hasil Diskusi Evaluasi Proses Dan Hasil

Belajar. Jakarta: FKIP UHAMKA.

Amalo, Pengembangan PerangkatPelajaran, Surabaya: Erlangga, 2004.

Prastowo Andi, Rencana Pelaksaaan Pembelajara, Jakarta: Kencana, 2015.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
perangkat tes ialah merupakan alata atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah ditentukan. Tes hasil belajar adalah sekolompok pertanyaan atau
tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk
mengukur kemajuan belajar siswa.
Perangkat tes sangat penting bagi jenjang pendidikan tujuannya agar seorang
guru mengetahui sejauh mana kemampuan Siswanya, dengan adanya perangkat
tes akan mempermudah seorang guru dalam melakukan penilaian terhadap siswa.
Dalam perangkat tes seorang guru memiliki tehnik penyajian tes.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian perangkat tes
2. Bagaimana tekhnik penyusunan perangkat tes pembelajaran
3. Apa saja bentuk-bentuk penyajian perangkat tes dalam hasil belajar
4. Bagaimana penggunaaan perangkat tes dalam pembelajaran
5. Bagaimana langkah-langkah pengembangan kualitas perangkat tes
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
6. Agar kita mengetahui tentang kualitas perangkat tes
7. Untuk mengetahui teknik penyusunan perangkat tes pembelajaran
8. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penyajian perangkat tes dalam hasil belajar
9. Untuk mengetahui penggunaaan perangkat tes dalam pembelajaran
10. Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan perangkat tes

Anda mungkin juga menyukai