Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES TERTULIS

Dosen Pengampu : Dr. Ali Sunarso, M. Pd.

Disusun oleh :

1. Roby Bagoes Saputra ( 1401420320 )


2. Annisa Luthfia Rahma ( 1401420390 )
3. Salis Hadiana Putri ( 1401420400 )

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Penyusunan Instrumen Tes Tertulis” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Dr. Ali Sunarso, M. Pd. pada Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang penyusunan
instrumen tes tertulis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 6 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Instrumen Tes Tertulis ................................................................................. 3
B. Langkah-langkah penyusunan instrumen tes tertulis. .................................. 4
a. Menentukan tujuan tes .............................................................................. 4
b. Penyusunan kisi-kisi soal ......................................................................... 4
c. Penulisan Soal .......................................................................................... 8
d. Review dan Revisi Soal .......................................................................... 14
e. Uji Coba Soal ......................................................................................... 15
f. Perakitan Soal ......................................................................................... 15
g. Penyajian Tes ......................................................................................... 15
h. Tahap Penskoran .................................................................................... 16
i. Pelaporan Hasil Tes ................................................................................ 16
j. Pemanfaatan Hasil Tes ........................................................................... 16
C. Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik. ..................................... 17
D. Kendala yang dialami pendidik dalam pengembangan instrumen tes
tertulis. ............................................................................................................... 20
E. Implementasian instrumen tes tertulis........................................................ 20
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 23
A. Kesimpulan ................................................................................................ 23
B. Saran ........................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan peserta
didik dalam proses belajar agar mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan
yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut juga perlu
adanya evaluasi yang harus dilakukan agar semua tujuan pembelajaran
tercapai dengan maksimal.

Dalam evaluasi mutu hasil belajar tersebut, penyusunan tes merupakan


salah satu hal pokok yang dapat menjadikan hasil belajar menjadi lebih
maksimal. Karena dalam penyususnan tes terdapat hal-hal penting yang harus
diperhatikan, maka evaluasi dalam penyusunan tes juga penting untuk
dilakukan. Dengan alat pengukur berupa tes tersebut, maka guru akan berhasil
mengetahui adanya perbedaan antar peserta didik. Suatu tes dapat disebut
valid jika tes tersebut benar-benar mampu menilai apa yang harus dinilai. Tes
tersebut, jika digunakan dapat mencapai sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya. Dengan kata lain, sebagai alat evaluasi, tes tersebut
merupakan alat yang jitu dan cermat karena telah mengalami try-out dan
perbaikan-perbaikan sehingga akhirnya merupakan tes standar.

Suatu tes disebut andal (dapat dipercaya) jika tes tersebut menunjukan
ketelitian dalam pengukuran. Salah satu alat penilaian kemapuan mengajar
guru di sekolah adalah kemampuan guru untuk melaksanakan evaluasi belajar
siswa dalam PBM yang dilaksanakan. Pada umumnya, evaluasi yang
dilaksanakan berupa evaluasi formatif, sumatif, dan remedial/her ( perbaikan).

Dengan mempertimbangakan prinsip dasar tes prestasi dan fungsinya


dalam evaluasi belajar siswa di sekolah maka jelas bahwa tes buatan guru
yang digunakan (formatif, sumatif, dan remedial/her) penting peranananya
menentukan prestasi siswa, keberhasialn PBM yang dikelola guru, program

1
pengajran di sekolah dan sekaligus menentukan mutu pendidikan. Karena itu,
dalam membuat dan mengembangkan tes, guru harus menyusunnya dengan
baik. Dengan demikian mempertimbangkan hal itu maka guru harus
mengetahui kriteia tes yang baik, pedoman pengembanhan tes, dan teknik
pemberian skor.

B. Rumusan Masalah
1. Apa penjelasan dari instrumen tes tertulis?

2. Bagaimana langkah-langkah penyusunan instrumen tes tertulis?

3. Bagaimana mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik ?

4. Kendala seperti apa yang dialami pendidik dalam pengembangan instrumen


tes tertulis?

5. Bagaimana pengimplementasian dari isntrumen tes tertulis?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian instrumen tes tertulis.

2. Mengetahui langkah-langkah penyusunan instrumen tes tertulis.

3. Mengetahui Mekanisme penilaian hasil belajar oleh peserta didik.

4. Mengetahui kendala pendidik dalam mengembangkan instrumen tes tertulis.

5. Mengetahui implementasian instrumen tes tertulis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Instrumen Tes Tertulis

Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk memperoleh informasi tentang keadaan peserta didik.
Penggunaan berbagai teknik dan alat disesuaikan dengan tujuan penilaian,
waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan
banyaknya/jumlah materi pembelajaran yang sudah disampaikan (Depdinnas,
2008:3). Depdiknas (2008:5) teknik pe nilaian merupakan metode atau cara
penilaian yang dapat digunakan guru untuk mendapatkan informasi. Teknik
penilaian yang mungkin dan dapat dipergunakan dengan mudah oleh guru,
misalnya: (1) tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2) observasi atau pengataman,
dan (3) wawancara.

Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik
dengan memberikan jawaban tertulis. Penulisan tes tertulis merupakan
kegiatan yang paling penting dalam menyiapkan bahan ujian. Setiap butir soal
yag ditulis harus berdasarkan rumusan indikator yang sudah disusun dalam
kisi-kisi. Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat
tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang
lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk
soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan
menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis
pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu dengan
yang lain.

Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat


mengukur kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal uraian
di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan
dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri.

3
B. Langkah-langkah penyusunan instrumen tes tertulis.

a. Menentukan tujuan tes

Salah tahapan yang sangat penting dalam pengembangan tes adalah


menentukan tujuan. Secara umum tes antara lain dikembangkan untuk
kepentingan penempatan yang terdiri atas pretes kesiapan dan pretes
penempatan, formatif, diagnostik, dan sumatif. Tes penempatan
(placement test) terdiri atas tes kesiapan (readiness pretest) dan tes
penempatan (placement test). Perhatian utama dari tes kesiapan merupakan
persyaratan kemampuan masuk program tertentu. Sampel yang digunakan
untuk pretes kesiapan adalah kemampuan sangat terbatas. Tingkat
kesukaran yang digunakan dalam tes kesiapan relatif rendah, yaitu tingkat
kesukaran antara mudah dan sedang (P>antara 0.3). Tes kesiapan
dilakukan di awal program pembelajaran atau di awal materi
pembelajaran. Jenis instrumen yang digunakan umumnya tes berdasarkan
kriteria (criterion - referenced mastery test).

Dalam melakukan evaluasi seorang guru mempunyai tujuan


tertentu,tujuan itu dapat berupa tujuan evaluasi misalnya untuk
mengetahui penguasaan peserta didik dalam kompetensi /subkompitensi
tertentu setelah mengikuti proses proses pembelajaran. Dapat pula evaluasi
tersebut yang bertujuan untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik
(diangnostic tes)Tujuan evaluasi tersebut harus jelas sehingga dapat
memberikan arah dan lingkup pengembangan evaluasi selanjutnya.
Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi. Perumusan tujuan evaluasi
hasil belajar itu penting sekali, sebab tanpa tujuan yang jelas maka
evaluasi hasil belajar akan berjalan tanpa arah dan pada gilirannya dapat
mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan arti dan fungsinya.

b. Penyusunan kisi-kisi soal

4
1. Pengertian

Salah satu bagian tahapan yang sangat penting dalam pembuatan dan
penggunaan tes adalah mengembangkan kisi-kisi yang berguna untuk
menjamin bahwa soal yang dikembangkan sesuai dengan tujuan yang
hendak diukur (content validity). Namun demikian, kualitas soal sangat
bergantung kepada materi yang ditanyakan, tidak bergantung kepada
format yang digunakan.

Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matrik yang memuat


informasi untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal
menjadi test. Penyusunan kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus
dilakukan sebelum penulisan soal. Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan
penggunaan tes. Dengan demikian dapat diperoleh berbagai macam kisi-
kisi. Kisi-kisi tes yang dimaksudkan untuk menyusun soal diagnosis
kesukaran belajar peserta didik berbeda dengan kisi-kisi tes yang
dimaksudkan untuk menyusun soal prestasi belajar. Kisi-kisi yang
dimaksudkan untuk menyusun tes penempatan juga berbeda dengan kisi-
kisi yang dimaksudkan untuk menyusun tes kompetisi. Kisi-kisi yang
dimaksudkan untuk menyusun tes ulangan umum juga berbeda dengan
kisi-kisi yang digunakan untuk menyusun tes ujian akhir nasional. Hal
yang perlu diperhatikan adalah tidak ada satupun kisi-kisi yang dapat
digunakan untuk semua tujuan tes.

2. Kegunaan dan fungsi

Kisi-kisi tes berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan


perakitan tes. Dengan adanya panduan ini, penulis soal dapat
menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes dapat
menyusun perangkat tes dengan mudah. Dengan demikian, jika tersedia
sebuah kisi-kisi yang baik, maka penulis soal yang berbeda akan dapat
menghasilkan perangkat soal yang relatif sama, baik dari tingkat
kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan.

3. Syarat kisi-kisi yang baik

5
Dari berbagai variasi kisi-kisi dapat disimpulkan bahwa kisi-kisi
harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:

a) Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan.


b) Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami.
c) Soal-soalnya harus dapat dibuat sesuai dengan indikator dan
bentuk soal yang ditetapkan.

4. Komponen Kisi-Kisi Tes Tulis

Komponen yang diperlukan dalam sebuah kisi-kisi sangat


ditentukan oleh tujuan tes yang hendak disusun. Komponen-komponen ini
dapat dihimpun menjadi dua kelompok, yaitu kelompok identitas dan
kelompok matrik. Kelompok identitas dicantumkan di bagian atas matrik,
sedangkan kelompok matrik dicantumkan dalam kolom-kolom yang sesuai
dengan tujuan tes.

Komponen kisi-kisi tes yaitu :

· Jenis sekolah/kelas/semester

· Mata pelajaran

· Kurikulum yang diacu

· Alokasi waktu

· Jumlah soal

· Bentuk soal

· Standar Kompetensi

· Kompetensi dasar

· Indikator

· Bahan kelas

· Jumlah soal

6
· Nomer urut soal

· Bentuk soal

Kompetensi dasar dan indikator yang ada dalam kurikulum, yang


tentunya telah dilakukan proses pembelajaran, diujikan dikelas. Namun
demikian, dari berbagai komponen tersebut, khusus untuk tes ulangan
umum, tes kenaikan kelas, ujian sekolah dasar, ataupun ujian akhir
nasional komponen kompetensi dasar dan indikator merupakan salah satu
komponen yang perlu dipilih secara mendalam. Pemilihan ini dilakukan
karena didalam suatu tes, tidak mungkin semua kompetensi dasar dan
indikator yang terdapat dalam kurikulum dapat diujikan dalam waktu
singkat. Pemilihan kompetensi dasar ini dilakukan dengan memperhatikan
kriteria sebagai berikut :

a) Urgensi, yaitu kompetensi dasar atau indikator yang secara teoritis,


mutlak harus dikuasai oleh peserta didik.
b) Kontinuitas, yaitu kompetensi dasar atau indikator lanjutan yang
merupakan pendalaman dari satu atau lebih kompetensi dasar atau
indikator yang sudah dipelajari sebelumnya, baik dalam jenjang
yang sama maupun antar jenjang.
c) Relevansi, maksudnya kompetensi dasar atau indikator terpilih
harus merupakan kompetensi dasar atau indikator yang diperlukan
untuk mempelajari atau memahami bidang studi lain.
d) Keterpakaian, kompetensi dasar dan indikator harus merupakan
kompetansi dasar dan indikator yang memiliki nilai terapan tinggi
dalam kehidupan sehari-hari.

Penguasaan materi kompetensi dasar dan indikator terpilih harus


dapat diukur dengan menggunakan bentuk soal yang sudah ditetapkan.
Misalnya untuk membuat tes pilihan ganda, maka penguasaan kompetensi
dasar dan indikator yang dipilih harus dapat diukur dengan menggunakan
pilihan ganda. Sebaliknya, kalau sudah ditetapkan untuk membuat tes

7
uraian, maka penguasaan kompetensi dasar atau indikator yang terpilih
juga harus dapat diukur dengan menggunakan tes uraian.

Setelah ditentukan komponen-komponen yang perlu dimasukkan ke dalam


kisi-kisi, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan semua komponen
tersebut ke dalam suatu format atau matriks.

Contoh penyusunan kisi-kisi :

c. Penulisan Soal

Penulisan soal merupakan salah satu langkah penting untuk dapat


menghasilkan tes yang baik. Penulisan soal adalah karakteristik yang
diuraikan dalam kisi-kisi. Soal yang digunakan dalam wilayah kelas,
umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) tes objektif yang umumnya
sangat tersturktur dan mngharuskan pesderta didik mengisi kata atau
memilih jawaban yang benar dari sejumlah alternatif yang disajikan. (2)
tes subjektif, seperti tes uraian, yang umumnya kurang terstruktur dan
mengharuskan peserta didik memilih, mengorganisasikan, dan menyajikan
jwaban atas pertanyaan atau pernyataan dengan kalimat sendiri. Untuk
berbagai macam kepentingan, seperti ujian kenaikan kelas, ujian sekolah

8
dasar, atau ujian akhir nasional, tes objektif lebih efisien digunakan
dibanding tes uraian. Penggunaan kedua bentuk tes ini harus tepat, sesuai
dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan. Dalam
kurikulum sesuai dengan kelebihan dan kelemahan kedua bentuk tes ini.

1. Tes objektif
Tes objektif mencakup beberapa bentuk, tetapi pada umumnya dapat
didiversivikasikan menjadi dua bagian yaitu peserta didik harus
menuloiskan kata atau kelimat sederhana dan tes yang mengharuskan
peserta didik memilih beberapa kemungkinan jawaban yang tersedia.
Disebut tes objektif, karena penilaian objektif, yaitu apabila benar diberi
skor 1, salah diberi skor 0. Tes objektif seringkali disebut tes dikotomi,
yaitu penilaian nol sampai satu (dichotomously scored item). Berbagai
bentuk tes objektif diatas, dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
seperti kompetensi dasar dan indikator yang hendak diukur. Beberapa
bentuk soalh objektif digunakan untuk mengukur berbagai macam
kemampuan, seperti pemahaman, kemampuan berpikir, dan kemampuan
yang lebih tinggi.

Bentuk tes objektif memiliki ciri-ciri yang khusus dibandingkan tes


subjektif, yaitu menghendaki peserta didik untuk merespon yang sangat
terbatas, hanya dengan mengisi (dengan kalimat yang terbatas)
ataupunmemilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Untuk sampai
pada jawaban yang benar, peserta didik harus bisa menunjukkan
kemampuan pengetahuan khusus, pemahaman, dan kemampuan yang
berkaitan dengan soal. Peserta didik tidak dapat mengembangkan
kemampuannya dalam hal mengorganisasi dan menyajikannya dalam
kalimat sendrir. Peserta didik hanya meminih jawaban dari berbagai
alternatif jawaban yang disediakan. Kelemahan pilihan objektif adalah
kurang dapat mengukur kemampian yang berkaitan dengan
mengorganisasi dan mengintegrasikan gagasan. Kemampuan tersebuit
hanya dapat diukur melali tes subjektif seperti tes uraian.

9
Kelebihan Tes tulis Tes obyektif) yaitu :

a) Dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas.


b) Lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat
dihindari campur tangan unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa
maupun segi guru yang memeriksa.
c) Lebih mudah dan cepat cara pemeriksaannya karena dapat menggunakan
kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
d) Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain.Dalam
pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.

Kekurangan tes tulis (tes obyektif) yaitu :

a) Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esay karena
soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan
yang lain (yang diukur cenderung aspek kognitif tingkat rendah).
b) Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapakan ingatan dan daya
pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang
tinggi.
c) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d) Kerjasama antarsiswa pasa waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
e) Tidak menuntut penalaran siswa.
f) Tidak membutuhkan pemikiran analistis maupun sistematis.

Contoh tes objektif benar – salah :

Contoh soal yang kurang baik:

10
Bacalah dialog berikut!

Dayu : Udin, kamu sudah pernah ya berkunjung ke Kampung Rawajati.

Udin : Iya, beberapa waktu yang lalu aku ikut ayahku ke sana. Ayahku sebagai
Ketua RT ingin

belajar dari sebuah permukiman hijau agar bisa menerapkannya di


permukimanku.

Dayu : Apa yang membedakan Kampung Rawajati dengan permukiman lain?

Udin : Di sana setiap rumah terlihat hijau karena dipenuhi aneka pohon dan
bunga. Di sekitar

kampung pot-pot tanaman tersusun rapi memenuhi gang. Selain hijau, di sana
juga bersih.

Dayu : Bersih seperti apa? Tidak terlihat tumpukan sampah maksudmu?

Udin : Iya. Warga di sana memilah dan mengelola sampah dengan bijak. Jadi
tidak terlihat

tumpukan sampah, bahkan di tempat sampah umum sekalipun.

Pernyataan yang sesuai dengan isi dialog di atas adalah …

A. Kampung Rawajati merupakan kampung yang menerapkan permukiman hijau.

B. Udin berkunjung ke Kampung Rawajati.

C. Beberapa rumah terlihat hijau.

D. Kampung Rawajati sama saja dengan permukiman lain.

Kunci: A

Penjelasan:

11
Panjang rumusan pilihan jawaban A tidak sama dibandingkan pilihan jawaban
lain. Hal ini cenderung membuat peserta didik memilih jawaban tersebut sebagai
kunci.

Bacalah dialog berikut!

Dayu : Udin, kamu sudah pernah ya berkunjung ke Kampung Rawajati.

Udin : Iya, beberapa waktu yang lalu aku ikut ayahku ke sana. Ayahku sebagai
Ketua RT ingin

belajar dari sebuah permukiman hijau agar bisa menerapkannya di


permukimanku.

Dayu : Apa yang membedakan Kampung Rawajati dengan permukiman lain?

Udin : Di sana setiap rumah terlihat hijau karena dipenuhi aneka pohon dan
bunga. Di sekitar

kampung pot-pot tanaman tersusun rapi memenuhi gang. Selain hijau, di sana
juga bersih.

Dayu : Bersih seperti apa? Tidak terlihat tumpukan sampah maksudmu?

Udin : Iya. Warga di sana memilah dan mengelola sampah dengan bijak. Jadi
tidak terlihat

tumpukan sampah, bahkan di tempat sampah umum sekalipun.

Pernyataan yang sesuai dengan isi dialog tersebut adalah …

A. Kampung Rawajati merupakan kampung yang menerapkan permukiman hijau.

B. Udin berkunjung ke Kampung Rawajati agar menerapkan di permukimannya.

C. Beberapa rumah terlihat hijau karena dipenuhi berbagai macam pohon dan
bunga.

D. Kampung Rawajati sama saja dengan permukiman lain.

Kunci: A

12
2. Tes Subjektif
Salah satu contoh tes subjektif adalah tes uraian. Disebut subjektif
karena penilaiannya tidak objektif yaitu tidak nol untuk jawaban salah dan
1 untuk jawaban benar. Tes subjektif seringpula dinamakan tes politomous
(polytomouly scored item). Tes uraian dibedakan menjadi dua macam,
yaitu extended response essay type, pada bentuk itu peserta didik
menjawab hampir tak terbatas. Pada restricted response essay type, peserta
didik dituntut untuk menjawab terbatas. Baik diytinjau dari sifat, panjang,
organisasi jawaban sangat terbatas.

Kelebihan Tes Subjektif yaitu :

a. Penyusunan soalnya mudah disiapkan dan disusun.


b. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-
untungan (menebak jawaban).
c. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun
dalan bentuk kalimat yang bagus.

Kekurangan Tes Subjektif yaitu :

a. Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi


mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran
yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c. Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.

13
Keterangan :

Uraian Objektif

1) Tuliskan semua kemungkinan jawaban benar atau kata kunci jawaban


dengan jelas untuk setiap nomor soal.  Setiap kata kunci diberi skor 1
(satu).  Apabila suatu pertanyaan mempunyai beberapa subpertanyaan,
rincilah kata kunci dari jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci
subjawaban. Katakata kunci ini dibuatkan skornya (masing-masing 1).

2) Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal.
Jumlah skor ini disebut skor maksimum dari satu soal Kaidah Penulisan
Pedoman Penskoran (2) Uraian Non Objektif.

3) Tuliskan garis-garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk


dijadikan pedoman atau dasar dalam memberi skor. Kriteria jawaban
disusun sedemikian rupa sehingga pendapat/pandangan pribadi peserta
didik yang berbeda dapat diskor menurut mutu uraian jawabannya.

4) Tetapkan rentang skor untuk tiap garis besar jawaban. Besarnya rentang
skor terendah 0 (nol), sedangkan rentang skor tertinggi ditentukan
berdasarkan keadaan jawaban yang dituntut oleh soal itu sendiri. Semakin
kompleks jawaban, rentang skor semakin besar. Untuk memudahkan
penskoran, setiap rentang skor diberi rincian berdasarkan kualitas jawaban,
misalnya untuk rentang skor 0 - 3: jawaban tidak baik 0, agak baik 1, baik
2, sangat baik 3. Kriteria kualitas jawaban (baik tidaknya jawaban)
ditetapkan oleh penulis soal.

5) Jumlahkan skor tertinggi dari tiap-tiap rentang skor yang telah ditetapkan.
Jumlah skor dari beberapa kriteria ini disebut skor maksimum dari satu
soal.

d. Review dan Revisi Soal

14
Pada tahapan ini, pengembangan soal adalah melihat soal dari segi
kwalitas untuk mengkaji berfungsi tidaknya sebuah soal, yaitu berupa
telaah (review), dan perbaikan (revisi) soal. Review dan revisi soal pada
prinsipnya adalah upaya untuk memperoleh informasi mengenai sejauh
mana suatu soal telah berfungsi (mengukur apa yang hendak diukur
sebagaimana tercantum dalam kisi-kisi) dan telah memenuhi kaidah yang
telah ditetapkan, misalnya kaidah konstruksi, bahasa, dan penulisan soal.
Review dan revisi idealnya dilakukan oleh orang lain bukan penulis
soal, dan terdiri atas suatu tim penelaah yang terdiri atas ahli-ahli materi,
pengukuran (evaluasi dan bahasa).

e. Uji Coba Soal

Pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan informasi


empirik mengenai sejauh mana sebuah soal dapat mengukur apa yang
hendak diukur. Informasi empirik tersebut pada umumnya menyangkut
segala hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti aspek-aspek
keterbacaan soal, tingkat kesukaran soal, pola jawaban (khusus pada
bilangan ganda), tingkat daya pembeda soal, pengaruh budaya dan
sebagainya. Dan dari hasil uji coba akan diketahui apakah suatu soal ‘lebih
berfungsi. Tibgkat kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban akan
diuraikan dalam bab tersendiri.

f. Perakitan Soal

Perakitan soal adalah perakitan-perakitan soal yang memiliki


kriteria tertentu dalam perangkat tes. Soal-soal yang baik hasil dari uji
coba dapat dirakit sesuai dengan kebutuhan tes. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam perakitan antara lain penyebaran soal, penyebaran
tingkat kesulitan soal, daya pembeda atau validitas soal (RPBIS)
penyebaran jawaban, dan layout tes.

g. Penyajian Tes

15
Setelah tes tersusun, naskah (tes) siap diberikan atau disajikan
kepada peserta didik. Hal-hal yang perlu diperhatiakn dalam penyajian tes
ini adalah administrasi penyajian tes, antara lain meliputi: petunjuk
pengerjaan, cara menjawab, alokasi waktu yang disediakan, ruang, tempat
duduk peserta didik, dan pengawas.

h. Tahap Penskoran

Penskoran atau pemeriksaan atas jawaban peserta didik dan


pemberian angka dilakukan dalam rangkla mendapatkan informasi
kuantitatif dari masing-masing peserta didik. Penskoran harus dilakukan
seobjektif mungkin. Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, dewasa ini
penskoran untuk soal objektif sangat mudah dilakukan, khususnya untuk
jumlah peserta didik yang sangat besar, penskoran dilakukan dengan
bantuan komputer.

i. Pelaporan Hasil Tes

Setelah tes digunakan dan dilakukan penskoran, hahsilnya


dilaporkan. Laporan dapat diberikan kepada peserta didik yang dilakukan,
orangtua peserta didik, kepala sekolah, dan sebagainya. Laporan dapat
digunakan sebagai alat untuk menentukan kebijakan, atau kebijakan
selanjutnya.

j. Pemanfaatan Hasil Tes

Hasil pengukuran yang diperoleh melaui tes berguna sesuai dengan


tujuan dilakukannya tes. Informasi hasil pengukuran dapat dimanfaatkan
untuk perbaikan atau penyempurnaan sistem, proses atau kgiatan belajar
mengajar, maupun sebagai data untuk pengambiloan keputusan dan
menentukan kebijakan.

16
C. Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik.
Mekanisme dan Prosedur PenilaianProsedur Penilaian oleh Pendidik.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukansecara berkesinambungan,
bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajarpeserta didik serta
untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran.Penilaian tersebut
meliputi kegiatan sebagai berikut:

1.Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat


rancangandan kriteria penilaian pada awal semester.

2.Mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian


yangsesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran.

3.Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan


bentuk danteknik penilaian yang dipilih.

4.Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang


diperlukan.

5.Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar


dan kesulitanbelajar peserta didik.

6.Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik


disertaibalikan/komentar yang mendidik.

7.Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran.

8.Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester


kepadapimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar
pesertadidik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh.

9.Melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru Pendidikan Agama dan


hasilpenilaian kepribadian kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan
sebagaiinformasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlak dan
kepribadianpeserta didik dengan kategori sangat baik, baik, atau kurang
baik.

17
Prosedur Penilaian oleh Satuan Pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik
padasemua mata pelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai
berikut:

1.Menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan memperhatikan


karakteristikpeserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan
pendidikanmelalui rapat dewan pendidik.

2.Mengkoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,


danulangan kenaikan kelas.

3.Menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang


menggunakansistem paket melalui rapat dewan pendidik.

4.Menentukan kriteria program pembelajaran bagi satuan pendidikan


yangmenggunakan sistem kredit semester melalui rapat dewan pendidik.

5.Menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok


matapelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan melalui rapat
dewanpendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik.

6.Menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak


mulia dankelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
dilakukan melaluirapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil
penilaian oleh pendidikdan nilai hasil ujian sekolah/madrasah.

7.Menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan


pesertadidik dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan POS Ujian
Sekolah/Madrasahbagi satuan pendidikan penyelenggara UN.

8.Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok


matapelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta
didik dalambentuk buku laporan pendidikan.

9.Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada


dinaspendidikan kabupaten/kota.

18
10.Menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan
melalui rapat dewanpendidik sesuai dengan kriteria:

a). menyelesaikan seluruh program pembelajaran.

b). memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk


seluruh matapelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia; kelompokmata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
kelompok mata pelajaranestetika; dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga, dan kesehatan.

c). lulus ujian sekolah/madrasah.

d). lulus UN.

11.Menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap


peserta didikyang mengikuti Ujian Nasional bagi satuan pendidikan
penyelenggara UN.

12.Menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan


pendidikan bagisatuan pendidikan penyelenggara UN.

Contoh mekanisme penilaian

19
D. Kendala yang dialami pendidik dalam pengembangan instrumen tes tertulis.

a). Menyusun indikator soal,

b). Mengembangkan soal sesuai indikator soal,

c).Menyusun soal sesuai dengan level kognitif,

d). Menyusun soal tertulis sesuai dengan kaidahnya, serta

e). Membuat rubrik penskoran pada soal uraian.

E. Implementasian instrumen tes tertulis.


1) Menetapkan tujuan tes Langkah awal dalam mengembangkan instrumen
tes adalah menetapkan tujuannya. Tujuan ini penting ditetapkan
sebelum tes dikembangkan karena seperti apa dan bagaimana tes yang
akan dikembangkan sangat bergantung untuk tujuan apa tes tersebut
digunakan. Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang
banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu : (a) tes penempatan, (b)
tes diagnostik, (c) tes formatif, dan (d) tes sumatif (Thorndike & Hagen,
1977).

2) Melakukan analisis kurikulum Analisis kurikulum dilakukan dengan


cara melihat dan menelaah kembali kurikulum yang ada berkaitan
dengan tujuan tes yang telah ditetapkan. Langkah ini dimaksudkan agar
dalam proses pengembangan instrumen tes selalu mengacu pada
kurikulum yakni standar kompetensi-kompetensi dasar (SKKD) yang
sedang digunakan. Instrumen yang dikembangkan seharusnya sesuai
dengan indikator pencapaian suatu KD yang terdapat dalam Standar
Isi (SI).

3) Membuat kisi-kisi Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi


soal-soal (meliputi SK-KD, materi, indikator, dan bentuk soal) yang
akan dibuat. Dalam membuat kisi-kisi ini, kita juga harus

20
menentukan bentuk tes yang akan kita berikan. Beberapa bentuk tes
yang ada antara lain: pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan,
tes benar-salah, uraian obyektif, atau tes uraian non obyektif.

4) Menulis soal Pada kegiatan menuliskan butir soal ini, setiap butir soal
yang Anda tulis harus berdasarkan pada indikator yang telah dituliskan
pada kisi-kisi dan dituangkan dalam spesifikasi butir soal. Bentuk butir
soal mengacu pada deskripsi umum dan deskripsi khusus yang sudah
dirancang dalam spesifikasi butir soal.Adapun untuk soal bentuk uraian
perlu dilengkapi dengan pedoman penyekoran yang lebih rinci.

5) Melakukan telaah instrumen secara teoritis


Telaah instrumen tes secara teoritis atau kualitatif dilakukan untuk
melihat kebenaran instrumen dari segi materi, konstruksi, dan bahasa.
Telaah instrumen secara teoritis dapat dilakukan dengan cara meminta
bantuan ahli/pakar, teman sejawat, maupun dapat dilakukan telaah
sendiri. Setelah melakukan telaah ini kemudian dapat diketahui apakah
secara teoritis instrumen layak atau tidak. Pembahasan secara detail
mengenai telaah instrumen ini dapat dibaca di Modul tentang Telaah
Instrumen Penilaian. 6. Melakukan ujicoba dan analisis hasil ujicoba tes
Sebelum tes digunakan perlu dilakukan terlebih dahulu uji coba tes.
Langkah ini diperlukan untuk memperoleh data empiris terhadap kualitas
tes yang telah disusun. Ujicoba ini dapat dilakukan ke sebagian siswa,
sehingga dari hasil ujicoba ini diperoleh data yang digunakan sebagai
dasar analisis tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola
jawaban, efektivitas pengecoh, daya beda, dan lain-lain. Jika perangkat tes
yang disusun belum memenuhi kualitas yang diharapkan, berdasarkan
hasil ujicoba tersebut maka kemudian dilakukan revisi instrumen tes.

6) Merevisi soal Berdasarkan hasil analisis butir soal hasil ujicoba


kemudian dilakukan perbaikan. Berbagai bagian tes yang masih
kurang memenuhi standar kualitas yang diharapkan perlu diperbaiki

21
sehingga diperoleh perangkat tes yang lebih baik. Untuk soal yang
sudah baik tidak perlu lagi dibenahi, tetapi soal yang masuk kategori tidak
bagus harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas. Setelah
tersusun butir soal yang bagus, kemudian butir soal tersebut disusun
kembali untuk menjadi perangkat instrumen tes, sehingga instrumen
tes siap digunakan. Perangkat tes yang telah digunakan dapat
dimasukkan ke dalam bank soal sehingga suatu saat nanti bisa
digunakan lagi.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tes tulis merupakan bentuk instrumen penilaian yang biasa di lakukan di
setiap kegiatan penilaian. Penilaian tes tulis perlu di pelajari karena masing-
masing bentuk penilaian tes tulis mempunyai bentuk yang berbeda. Misalnya,
seorang pendidik ingin mengadakan UTS, maka pendidik dapat membuat soal
dalam bentuk pilihan ganda karena bentuk instrumen ini mudah dalam
pengoreksiannya.

B. Saran
Demikianlah makalah kami paparkan, besar harapan kami makalah ini
dapat bermanfaat untuk kita semua, khususnya bagi peserta didik dan calon
pendidik. Dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan referensi, kami menyadari
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan agar kami dapat menyusun makalah lebih baik
lagi di masa yang akan datang

23
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua. Bumi


Aksara. Jakarta.

Doni, I Nyoman Pramana, dkk. 2010. Evaluasi Pendidikan. Universitas


Pendidikan Ganesha. Singaraja.

Raharjo, Arif Budi. 2012. Penyusunan Tes. Universitas Muhammadiyah


Yogyakarta. Yogyakarta.

Wening, Sri. 2010. Evaluasi Belajar. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Ag., I. T. (2017, Agustus 29). Langkah- Langkah Penyusunan Tes Tulis.


Retrieved from Blog Tipis: http://blog-
tipistipis.blogspot.com/2017/08/makalah-langkah-langkah-penyusunan-
tes.html

phd, s. (2021). Mekanisme dan Prosedur Penilaian. Retrieved from


Academia.edu:
https://www.academia.edu/8949271/Mekanisme_dan_Prosedur_Penilaian

24

Anda mungkin juga menyukai