Disusun oleh :
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Penyusunan Instrumen Tes Tertulis” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Dr. Ali Sunarso, M. Pd. pada Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang penyusunan
instrumen tes tertulis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan peserta
didik dalam proses belajar agar mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan
yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut juga perlu
adanya evaluasi yang harus dilakukan agar semua tujuan pembelajaran
tercapai dengan maksimal.
Suatu tes disebut andal (dapat dipercaya) jika tes tersebut menunjukan
ketelitian dalam pengukuran. Salah satu alat penilaian kemapuan mengajar
guru di sekolah adalah kemampuan guru untuk melaksanakan evaluasi belajar
siswa dalam PBM yang dilaksanakan. Pada umumnya, evaluasi yang
dilaksanakan berupa evaluasi formatif, sumatif, dan remedial/her ( perbaikan).
1
pengajran di sekolah dan sekaligus menentukan mutu pendidikan. Karena itu,
dalam membuat dan mengembangkan tes, guru harus menyusunnya dengan
baik. Dengan demikian mempertimbangkan hal itu maka guru harus
mengetahui kriteia tes yang baik, pedoman pengembanhan tes, dan teknik
pemberian skor.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penjelasan dari instrumen tes tertulis?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian instrumen tes tertulis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk memperoleh informasi tentang keadaan peserta didik.
Penggunaan berbagai teknik dan alat disesuaikan dengan tujuan penilaian,
waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan
banyaknya/jumlah materi pembelajaran yang sudah disampaikan (Depdinnas,
2008:3). Depdiknas (2008:5) teknik pe nilaian merupakan metode atau cara
penilaian yang dapat digunakan guru untuk mendapatkan informasi. Teknik
penilaian yang mungkin dan dapat dipergunakan dengan mudah oleh guru,
misalnya: (1) tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2) observasi atau pengataman,
dan (3) wawancara.
Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik
dengan memberikan jawaban tertulis. Penulisan tes tertulis merupakan
kegiatan yang paling penting dalam menyiapkan bahan ujian. Setiap butir soal
yag ditulis harus berdasarkan rumusan indikator yang sudah disusun dalam
kisi-kisi. Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat
tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang
lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk
soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan
menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis
pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu dengan
yang lain.
3
B. Langkah-langkah penyusunan instrumen tes tertulis.
4
1. Pengertian
Salah satu bagian tahapan yang sangat penting dalam pembuatan dan
penggunaan tes adalah mengembangkan kisi-kisi yang berguna untuk
menjamin bahwa soal yang dikembangkan sesuai dengan tujuan yang
hendak diukur (content validity). Namun demikian, kualitas soal sangat
bergantung kepada materi yang ditanyakan, tidak bergantung kepada
format yang digunakan.
5
Dari berbagai variasi kisi-kisi dapat disimpulkan bahwa kisi-kisi
harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
· Jenis sekolah/kelas/semester
· Mata pelajaran
· Alokasi waktu
· Jumlah soal
· Bentuk soal
· Standar Kompetensi
· Kompetensi dasar
· Indikator
· Bahan kelas
· Jumlah soal
6
· Nomer urut soal
· Bentuk soal
7
uraian, maka penguasaan kompetensi dasar atau indikator yang terpilih
juga harus dapat diukur dengan menggunakan tes uraian.
c. Penulisan Soal
8
dasar, atau ujian akhir nasional, tes objektif lebih efisien digunakan
dibanding tes uraian. Penggunaan kedua bentuk tes ini harus tepat, sesuai
dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan. Dalam
kurikulum sesuai dengan kelebihan dan kelemahan kedua bentuk tes ini.
1. Tes objektif
Tes objektif mencakup beberapa bentuk, tetapi pada umumnya dapat
didiversivikasikan menjadi dua bagian yaitu peserta didik harus
menuloiskan kata atau kelimat sederhana dan tes yang mengharuskan
peserta didik memilih beberapa kemungkinan jawaban yang tersedia.
Disebut tes objektif, karena penilaian objektif, yaitu apabila benar diberi
skor 1, salah diberi skor 0. Tes objektif seringkali disebut tes dikotomi,
yaitu penilaian nol sampai satu (dichotomously scored item). Berbagai
bentuk tes objektif diatas, dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
seperti kompetensi dasar dan indikator yang hendak diukur. Beberapa
bentuk soalh objektif digunakan untuk mengukur berbagai macam
kemampuan, seperti pemahaman, kemampuan berpikir, dan kemampuan
yang lebih tinggi.
9
Kelebihan Tes tulis Tes obyektif) yaitu :
a) Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esay karena
soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan
yang lain (yang diukur cenderung aspek kognitif tingkat rendah).
b) Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapakan ingatan dan daya
pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang
tinggi.
c) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d) Kerjasama antarsiswa pasa waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
e) Tidak menuntut penalaran siswa.
f) Tidak membutuhkan pemikiran analistis maupun sistematis.
10
Bacalah dialog berikut!
Udin : Iya, beberapa waktu yang lalu aku ikut ayahku ke sana. Ayahku sebagai
Ketua RT ingin
Udin : Di sana setiap rumah terlihat hijau karena dipenuhi aneka pohon dan
bunga. Di sekitar
kampung pot-pot tanaman tersusun rapi memenuhi gang. Selain hijau, di sana
juga bersih.
Udin : Iya. Warga di sana memilah dan mengelola sampah dengan bijak. Jadi
tidak terlihat
Kunci: A
Penjelasan:
11
Panjang rumusan pilihan jawaban A tidak sama dibandingkan pilihan jawaban
lain. Hal ini cenderung membuat peserta didik memilih jawaban tersebut sebagai
kunci.
Udin : Iya, beberapa waktu yang lalu aku ikut ayahku ke sana. Ayahku sebagai
Ketua RT ingin
Udin : Di sana setiap rumah terlihat hijau karena dipenuhi aneka pohon dan
bunga. Di sekitar
kampung pot-pot tanaman tersusun rapi memenuhi gang. Selain hijau, di sana
juga bersih.
Udin : Iya. Warga di sana memilah dan mengelola sampah dengan bijak. Jadi
tidak terlihat
C. Beberapa rumah terlihat hijau karena dipenuhi berbagai macam pohon dan
bunga.
Kunci: A
12
2. Tes Subjektif
Salah satu contoh tes subjektif adalah tes uraian. Disebut subjektif
karena penilaiannya tidak objektif yaitu tidak nol untuk jawaban salah dan
1 untuk jawaban benar. Tes subjektif seringpula dinamakan tes politomous
(polytomouly scored item). Tes uraian dibedakan menjadi dua macam,
yaitu extended response essay type, pada bentuk itu peserta didik
menjawab hampir tak terbatas. Pada restricted response essay type, peserta
didik dituntut untuk menjawab terbatas. Baik diytinjau dari sifat, panjang,
organisasi jawaban sangat terbatas.
13
Keterangan :
Uraian Objektif
2) Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal.
Jumlah skor ini disebut skor maksimum dari satu soal Kaidah Penulisan
Pedoman Penskoran (2) Uraian Non Objektif.
4) Tetapkan rentang skor untuk tiap garis besar jawaban. Besarnya rentang
skor terendah 0 (nol), sedangkan rentang skor tertinggi ditentukan
berdasarkan keadaan jawaban yang dituntut oleh soal itu sendiri. Semakin
kompleks jawaban, rentang skor semakin besar. Untuk memudahkan
penskoran, setiap rentang skor diberi rincian berdasarkan kualitas jawaban,
misalnya untuk rentang skor 0 - 3: jawaban tidak baik 0, agak baik 1, baik
2, sangat baik 3. Kriteria kualitas jawaban (baik tidaknya jawaban)
ditetapkan oleh penulis soal.
5) Jumlahkan skor tertinggi dari tiap-tiap rentang skor yang telah ditetapkan.
Jumlah skor dari beberapa kriteria ini disebut skor maksimum dari satu
soal.
14
Pada tahapan ini, pengembangan soal adalah melihat soal dari segi
kwalitas untuk mengkaji berfungsi tidaknya sebuah soal, yaitu berupa
telaah (review), dan perbaikan (revisi) soal. Review dan revisi soal pada
prinsipnya adalah upaya untuk memperoleh informasi mengenai sejauh
mana suatu soal telah berfungsi (mengukur apa yang hendak diukur
sebagaimana tercantum dalam kisi-kisi) dan telah memenuhi kaidah yang
telah ditetapkan, misalnya kaidah konstruksi, bahasa, dan penulisan soal.
Review dan revisi idealnya dilakukan oleh orang lain bukan penulis
soal, dan terdiri atas suatu tim penelaah yang terdiri atas ahli-ahli materi,
pengukuran (evaluasi dan bahasa).
f. Perakitan Soal
g. Penyajian Tes
15
Setelah tes tersusun, naskah (tes) siap diberikan atau disajikan
kepada peserta didik. Hal-hal yang perlu diperhatiakn dalam penyajian tes
ini adalah administrasi penyajian tes, antara lain meliputi: petunjuk
pengerjaan, cara menjawab, alokasi waktu yang disediakan, ruang, tempat
duduk peserta didik, dan pengawas.
h. Tahap Penskoran
16
C. Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik.
Mekanisme dan Prosedur PenilaianProsedur Penilaian oleh Pendidik.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukansecara berkesinambungan,
bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajarpeserta didik serta
untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran.Penilaian tersebut
meliputi kegiatan sebagai berikut:
17
Prosedur Penilaian oleh Satuan Pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik
padasemua mata pelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai
berikut:
18
10.Menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan
melalui rapat dewanpendidik sesuai dengan kriteria:
19
D. Kendala yang dialami pendidik dalam pengembangan instrumen tes tertulis.
20
menentukan bentuk tes yang akan kita berikan. Beberapa bentuk tes
yang ada antara lain: pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan,
tes benar-salah, uraian obyektif, atau tes uraian non obyektif.
4) Menulis soal Pada kegiatan menuliskan butir soal ini, setiap butir soal
yang Anda tulis harus berdasarkan pada indikator yang telah dituliskan
pada kisi-kisi dan dituangkan dalam spesifikasi butir soal. Bentuk butir
soal mengacu pada deskripsi umum dan deskripsi khusus yang sudah
dirancang dalam spesifikasi butir soal.Adapun untuk soal bentuk uraian
perlu dilengkapi dengan pedoman penyekoran yang lebih rinci.
21
sehingga diperoleh perangkat tes yang lebih baik. Untuk soal yang
sudah baik tidak perlu lagi dibenahi, tetapi soal yang masuk kategori tidak
bagus harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas. Setelah
tersusun butir soal yang bagus, kemudian butir soal tersebut disusun
kembali untuk menjadi perangkat instrumen tes, sehingga instrumen
tes siap digunakan. Perangkat tes yang telah digunakan dapat
dimasukkan ke dalam bank soal sehingga suatu saat nanti bisa
digunakan lagi.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes tulis merupakan bentuk instrumen penilaian yang biasa di lakukan di
setiap kegiatan penilaian. Penilaian tes tulis perlu di pelajari karena masing-
masing bentuk penilaian tes tulis mempunyai bentuk yang berbeda. Misalnya,
seorang pendidik ingin mengadakan UTS, maka pendidik dapat membuat soal
dalam bentuk pilihan ganda karena bentuk instrumen ini mudah dalam
pengoreksiannya.
B. Saran
Demikianlah makalah kami paparkan, besar harapan kami makalah ini
dapat bermanfaat untuk kita semua, khususnya bagi peserta didik dan calon
pendidik. Dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan referensi, kami menyadari
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan agar kami dapat menyusun makalah lebih baik
lagi di masa yang akan datang
23
DAFTAR PUSTAKA
24