Anda di halaman 1dari 23

EVALUASI PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

MAKALAH
“Acuan Penilaian: Kriteria Pengukuran, Norma Penilaian,
dan Perkiraan Skor Ranah Kognitif”

Disusun Oleh Kelompok 3:


Hamda Putra Darma NIM: 22199015
Riki Likardo NIM: 22199077

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Arsil, M.Pd.
Dr. Roma Irawan, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA S-2


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Penulis menyampaikan rasa syukur dan pujian kepada Allah Subhanahu wa


Ta’ala atas nikmat ilmu, petunjuk, kemudahan, dan berkat yang sudah diberikan-
Nya. Kemudian, penulis mengirimkan shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang telah mampu mengubah peradaban
jahiliah ke peradaban berilmu pengetahuan seperti sekarang ini sesuai dengan cara
yang terdapat dalam syariat Islam. Penulis menyadari tanpa adanya bantuan morel
dan materiel penulisan makalah ini akan mengalami banyak kendala. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu
Penulis mengakui bahwa makalah ini mempunyai beberapa kekurangan,
baik dalam aspek teknik penulisan maupun isi materi. Oleh karena itu, penulis
membutuhkan kritik dan saran agar bisa lebih baik dalam membuat karya tulis
ilmiah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, 18 September 2023

Penulis

i
DAFTAR TABEL

1. Tabel Soal ..............................................................................................10


2. Tabel Skor PAP ......................................................................................10
3. Tabel Ketuntasan ....................................................................................11
4. Tabel Tingkat Penguasaan Skala 5..........................................................13
5. Tabel Standar Skala 5 .............................................................................13
6. Tabel Tingkat Penguasaan Skala 10 ........................................................13
7. Tabel Standar Skala 10 ...........................................................................14
8. Tabel Skor PAN .....................................................................................15
9. Tabel Pencarian Mean dan Standar Deviasi ............................................16

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR TABEL ............................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................2

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Kriteria Pengukuran................................................................................3

B. Norma Penilaian .....................................................................................7

C. Perkiraan Skor dalam Ranah Kognitif .....................................................10

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................18

B. Saran ......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam proses evaluasi. Penilaian
hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses
kemajuan dan perkembangan hasil belajar, juga sekaligus menjadi umpan balik kepada
guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.
Namun jika proses penilaian yang dilakukan oleh guru asal-asalan dan tanpa arah yang
jelas, maka pada akhirnya akan menghasilkan informasi tentang hasil pencapaian
pembelajaran peserta didik yang tidak akurat dan tidak sesuai dengan apa yang ada di
lapangan (Alfath & Raharjo, 2019: 2).
Inti dari penilaian adalah menafsirkan atau menginterpretasikan data hasil
pengukuran. Oleh karena itu untuk melakukan penilaian harus didahului dengan
pengukuran terhadap objek yang akan dinilai. Hasil pengukuran yang berupa skor
(angka) kemudian diolah dan ditafsirkan sehingga menjadi informasi yang lebih
bermakna sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam menafsirkan data ini hasil
pengukuran dapat diperbandingkan dengan berbagai jenis patokan (standar). Objek
penilaian dalam kegiatan pembelajaran meliputi pengetahuan, sikap dan ketrampilan
dapat dilakukan dengan tes maupun non tes (Sriyanto, 2019: 243).
Pembelajaran identik dengan penilaian sebagai acuan dari hasil belajar peserta
didik. Hasil belajar biasanya di ukur dengan tes maupun non tes, baik pada domain
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Tes maupun non tes yang diberikan kepada
peserta didik digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga dalam setiap kegiatan belajar mengajar selalu
dilakukan penilaian. Hasil penilaian disajikan dalam bentuk angka atau huruf. Terdapat
lembaga yang menggunakan nilai angka dengan skala 0 sampai 100, dan ada pula yang
menggunakan skala 0 sampai 10. Pada perguruan tinggi biasanya digunakan nilai huruf,
yaitu A, B, C, D dan E atau TL. Nilai – nilai yang dimasukkan ke dalam buku rapor
ataupun lainnya itu merupakan hasil pengolahan dari skor mentah yang diperoleh dari
pengukuran (Pangastuti & Munfaati,2018: 202).
Pengolahan hasil pengukuran dalam evaluasi pembelajaran dilakukan sesuai
dengan tujuan pengukuran yang dilaksanakan. Menurut Asrul et al (2014: 160) Jika
penilaian bertujuan untuk membandingkan keberhasilan seorang peserta didik secara
1
relatif dengan peserta didik lainnya, maka dilakukan penilaian acuan norma (PAN).
Apabila penilaian bertujuan untuk mengetahui keberhasilan seorang peserta didik
berdasarkan satu acuan tertentu maka dilakukan penilaian acuan patokan (PAP)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menyusun kriteria pengukuran?
2. Apa pendekatan yang digunakan dalam norma penilaian?
3. Bagaimana perkiraan skor dalam ranah kognitif?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara menyusun kriteria pengukuran
2. Untuk mengetahui pendekatan yang digunakan dalam norma penilaian
3. Untuk mengetahui perkiraan skor dalam ranah kognitif

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kriteria Pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah kegiatan untuk memberikan satuan hitung
kepada objek pengamatan. Menurut Rahman & Nasryah (2019: 5) pengukuran adalah
penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas terhadap suatu satuan pengukuran.
Kemudian, menurut Febriana (2019: 4) pengukuran adalah mengukur sesuatu atau
dapat diartikan sebagai pemberian angka terhadap objek yang diukur sehingga dapat
menggambarkan karakteristik dari objek tersebut. Selanjutnya, menurut Ropii &
Fahrurrozi (2017: 10) pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan
kuantitas daripada sesuatu. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, dan benda
Pengukuran merupakan bagian dari evaluasi yang menggunakan alat dan teknik tertentu
untuk mengumpulkan informasi secara tepat dan benar (Winarno, 2014: 4).
Kriteria pengukuran perlu untuk disusun sebelum diberikan kepada peserta
didik untuk memberikan satuan hitung kepada dirinya. Menurut Inanna et al, (2021: 54-
57) & Kadir (2015: 72-73) prosedur penyusunan kriteria pengukuran hasil belajar
peserta didik, yaitu:
1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran.
Identifikasi ini penting dilakukan untuk menentukan lingkup persoalan yang akan
diujikan. Sumber-sumber yang dapat digunakan adalah silabus, kompetensi inti &
kompetensi dasar, dan buku sumber
2. Memilih Teknik Penilaian
Tahap kedua guru memilih atau menentukan teknik penilaian sesuai dengan
kebutuhan pengukuran. Secara garis besar, teknik penilaian dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu penilaian melalui tes dan non tes. Pada umumnya guru
menggunakan teknik yang pertama, yaitu dengan tes. Dalam menentukan
keakuratan perlu dipertimbangkan pemilihan teknik, yaitu tingkat keakuratan dan
kepraktisan penyusunan dalam setiap butir soal. Pemberian nilai dengan cara tes
lebih mudah dibandingkan dengan non tes.
3. Menyusun Kisi-Kisi
Menyusun kisi-kisi merupakan langkah awal yang harus dilakukan setiap kali
menyusun tes dan menulis soal. Dengan adanya kisi-kisi, penyusunan soal dapat

3
menghasilkan tes yang relatif sama. Kisi-kisi tes adalah suatu format atau matriks
yang memuat kriteria butir soal yang diperlukan dalam menyusun tes. Kisi kisi
dibuat berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai serta bentuk
tes yang akan diberikan kepada peserta didik. Tes dapat berbentuk tes objektif
benar-salah, pilihan ganda atau tes uraian serta non tes berupa penilaian afektif dan
psikomotorik. Kisi-kisi berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan
perakitan tes. Dengan adanya kisi-kisi penulisan soal menjadi terarah,
komprehensif dan representatif. Dengan pedoman kepada kisi-kisi penyusunan
soal menjadi lebih mudah dan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan
tujuan tes.
Syarat penyusunan Kisi – kisi adalah, a. Dapat mewakili isi silabus atau kurikulum.
b. Komponen-komponennya rinci, jelas dan mudah dipahami. c. Materi yang
hendak ditanyakan dapat dibuat soalnya sesuai bentuk soal yang ditetapkan. d.
Sesuai dengan indikator. 2.Komponen kisi – kisi terdiri dari: a. Komponen Identitas
1) Satuan Pendidikan. 2) Mata Pelajaran 3) Semester/Tahun Ajaran. 4) Jumlah soal.
5) Bentuk soal. 6) Standar Kompetensi. 7) Kompetensi Dasar. 8) Indikator Dalam
pembuatan kisi-kisi harus memenuhi kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik yang mengacu kepada teori Bloom sebagai berikut:
a. Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah:
1) Ingatan (C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai
dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan,
urutan, metode.
2) Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang
sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan,
memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.
3) Penerapan (C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring &
menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi
baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih,
mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan,
menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
4) Analisis (C4), Kemampuan berpikir secara logis dalam meninjau suatu
fakta/ objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan

4
membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan,
membedakan, mengkategorikan.
5) Sintesis (C5), Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep
secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan
kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan,
mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.
6) Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan
pertimbangan terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan
pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan.
Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan
dan menentukan.
b. Aspek Afektif. Aspek afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,
karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
1) Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,
kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
2) Merespon, meliputi merespon secara diamdiam, bersedia merespon,
merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
3) Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai,
komitmen terhadap nilai
4) Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami
hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai
5) Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang
dianutnya
c. Aspek Psikomotorik. Psikomotorik meliputi
1) Gerak refleks
2) Gerak dasar fundamen,
3) Keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual,
diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang
terkoordinasi,
4) Keterampilan fisik
5) Gerakan terampil
6) Komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi:
gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
5
4. Menulis Soal dan Kunci Jawaban
Penulisan soal dilakukan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Dalam penulisan
soal, hendaknya kita memperhatikan kaidahkaidah penulisan soal, baik kaidah-
kaidah umum maupun kaidahkaidah khusus masing-masing jenis soal. Agar tidak
mengalami kekeliruan dalam penulisan soal, penyusun tes dianjurkan untuk
menggunakan format penulisan soal. Di samping itu, di sini dianjurkan untuk
menulis soal secara lebih banyak dari jumlah yang ditentukan dalam kisi-kisi yang
dapat berfungsi sebagai cadangan jika terdapat soal yang tidak memadai. Kunci
jawaban juga sebaiknya segera dibuat, sebab jika dinantikan mungkin kita bisa lupa
tentang jawaban yang diharapkan semula secara tepat terlebih-lebih untuk tes
uraian
5. Melakukan Pemeriksaan
Setelah soal-soal tersebut dibuat, semestinya diperiksa kembali. Pemeriksaan ini
sebaiknya tidak dilakukan secara langsung, tetapi setelah ada jarak waktu tertentu.
Hal ini dimaksud agar pola pikir kita tidak terpengaruh oleh suasana pikiran di saat
menulis soal. Untuk tes yang akan dibakukan, pemeriksaan biasanya dilakukan
oleh orang-orang yang dipandang ahli dalam bidang tes.
6. Melakukan Perbaikan
Pedoman diperbaiki sesuai dengan hasil penimbangan, bagian-bagian mana yang
perlu dikurangi atau ditambah kalimat perbaikan. Ini biasanya didasarkan kepada
pemikiran peserta didik untuk memahami isi dari kalimat yang diberikan, hal ini
mengandung arti bahwa kalimat yang disusun hendaknya mudah dipahami oleh
para peserta didik. Setelah soal-soal selesai diperiksa selanjutnya soal itu ditata atau
disusun menurut jenis-jenisnya. Misalnya, soal yang berbentuk BS dikelompokkan
menjadi satu kelompok, soal bentuk pilihan jamak satu kelompok, soal bentuk
uraian satu kelompok. Kalau pembuatan soal hanya dalam satu jenis, yang harus
dilakukan adalah memadukan soal-soal tersebut.
7. Membuat Petunjuk Pengerjaan Soal
Petunjuk pengerjaan hendaknya dibuat sejelas mungkin. Sekurang-kurangnya,
sebuah petunjuk pengerjaan soal harus memuatapa yang dikerjakan oleh siswa, dan
bagaimana cara mengerjakannya. Petunjuk pengerjaan harus sesuai dengan
persoalan dan kunci jawaban yang tersedia.

6
8. Melakukan Uji Coba
Uji coba terhadap tes/soal yang dibuat adalah untuk menentukan apakah butir soal
yang dibuat telah memenuhi kriteria yang dituntut, sudahkah mempunyai tingkat
ketetapan, ketepatan, tingkat kesukaran dan daya pembeda yang memadai. Untuk
bentuk non tes kriterianya dituntut adalah tingkat ketepatan (validitas) dan
ketetapan (reliabilitas) sehingga diperoleh perangkat alat tes ataupun non tes yang
baku (standar)
9. Merevisi soal
Berdasar pada data empirik hasil uji coba, kita melakukan perbaikan kembali
terhadap soal-soal yang dianggap kurang memadai, atau meungkin membuang dan
mengganti soal-soal yang dianggap tidak memenuhi syarat
10. Memperbanyak soal
Jika soal sudah diorganisasikan dalam bentuk final, langkah berikutnya adalah
memperbanyak soal sesuai dengan jumlah siswa peserta tes.

B. Norma Penilaian
Penilaian (assessment) adalah proses sistematis untuk mengumpulkan informasi
sehingga dapat digunakan untuk mengambil keputusan. Penilaian bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang akan digunakan untuk keperluan penentuan derajat
penguasaan kompetensi seseorang (Winarno, 2014: 2). Dalam hubungannya dengan
proses dan hasil belajar, penilaian dapat didefinisikan sebagai suatu proses atau
kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi
tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-
keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Jika dilihat dalam konteks
yang lebih luas, keputusan tersebut dapat menyangkut keputusan tentang peserta didik,
keputusan tentang kurikulum dan program atau juga keputusan tentang kebijakan
pendidikan (Ropii & Fahrurrozi, 2017: 3)
Tes yang baik harus memiliki norma tertentu, hal ini dimaksudkan untuk
menginterpretasikan hasil yang diperoleh melalui tes, dan juga untuk menggolongkan
hasil yang diperoleh apakah termasuk kategori kurang, baik, baik sekali dan sebagainya
Norma adalah suatu standar yang digunakan sebagai pembanding terhadap skor yang
diperoleh melalaui tes (Winarno, 2014: 35). Pembuatan norma suatu tes harus
didasarkan pada tujuan tes tersebut dibuat. Terdapat dua pendekatan untuk menentukan
7
norma penilaian suatu tes. Pendekatan tersebut adalah penilaian acuan patokan (PAP)
dan penilaian acuan norma (PAN).

1. Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP)


Penilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan penilaian menggunakan suatu
kriteria untuk mengetahui kemampuan peserta didik. Kriteria yang dimaksud adalah
suatu tingkat pengalaman belajar yang diharapkan tercapai sesudah selesai kegiatan
belajar atau sejumlah kompetensi dasar yang telah ditetapkan terlebih dahulu
sebelum kegiatan belajar berlangsung. Misalnya, kriteria yang digunakan 75% atau
80%. Bagi peserta didik yang kemampuannya di bawah kriteria yang telah
ditetapkan dinyatakan tidak berhasil dan harus mendapatkan remedial.. Penilaian
acuan patokan sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar,
sebab peserta didik diusahakan untuk mencapai standar yang telah ditentukan, dan
hasil belajar peserta didik dapat diketahui derajat pencapaiannya. Untuk menentukan
batas lulus (passing grade) dengan pendekatan ini, setiap skor peserta didik
dibandingkan dengan skor ideal yang mungkin dicapai oleh peserta didik. Misalnya,
dalam suatu tes ditetapkan skor idealnya adalah 100, maka peserta didik yang
memperoleh skor 85 sama dengan memperoleh nilai 8,5 dalam skala 0 – 10 (Ropii
& Fahrurrozi, 2017: 122).
Penilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan pengukuran dengan
menggunakan acuan kriteria. Dalam penilaian ini, siswa dikomparasikan dengan
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan pembelajaran yang
sudah direncanakan Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tergantung pada
penguasaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item
pertanyaan guna mendukung tujuan pembelajaran. Tujuan penilaian acuan patokan
adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan
sebagai kriteria keberhasilannya. Dengan PAP, tujuan pembelajaran yang telah atau
belum dikuasai setiap peserta didik dapat diketahui (Noviyanti et al., 2020: 273).

2. Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN)


Pendekatan Acuan Norma (PAN) merupakan penilaian yang dalam
menginterpretasikan hasil pengukuran dengan cara membandingkan hasil belajar siswa
dengan hasil belajar siswa lain dalam kelompoknya, sehingga dapat diketahui posisi
8
seorang siswa dalam suatu kelompok (Sriyanto 2019: 249). Menurut Pangastuti &
Munfaati (2018: 213-214) Penilaian acuan norma adalah penilaian yang dilakukan
dengan mengacu pada norma kelompok. Hal ini berarti nilai – nilai yang diperoleh
siswa dibandingkan dengan nilai – nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam
kelompok tersebut. Dalam hal ini yang dimaksud dengan norma adalah kapasitas atau
prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksud dengan kelompok adalah semua siswa
yang mengikuti tes tersebut. Dapat disimpulkan bahwa kata kelompok yang dimaksud
adalah sejumlah siswa dalam satu kelas. Menafsirkan skor tes dengan acuan norma
berarti memberikan gambaran kepada kita bagaimana seorang siswa bila dibandingkan
dengan siswa lain yang mengambil tes yang sama. Cara membandingkan yang paling
sederhana dan paling banyak digunakan dalam penilaian adalah mengurutkan skor dari
yang tertinggi ke terendah. Kemudian menentukan di mana posisi seorang siswa berada.
Hal penting yang perlu diperhatikan saat menggunakan acuan norma adalah kelompok
acuan harus menggambarkan atau mewakili keseluruhan siswa yang mengambil tes.
Tujuan penilaian acuan norma adalah untuk membedakan peserta didik atas
kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai dengan
tertinggi. Secara ideal, pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu kelompok
menggambarkan suatu kurva normal. Pada umumnya, penilaian acuan norma
dipergunakan untuk seleksi. Soal tes dalam pendekatan ini dikembangkan dari bagian
bahan yang dianggap oleh guru urgen sebagai sampel dari bahan yang telah
disampaikan. Guru berwenang untuk menentukan bagian mana yang lebih urgen. Untuk
itu, harus dapat membatasi jumlah soal yang diperlukan, karena tidak semua materi
yang disampaikan kepada peserta didik dapat dimunculkan soal-soalnya secara
lengkap. Soal-soal harus dibuat dengan tingkat kesukaran yang bervariasi, mulai dari
yang mudah sampai dengan sukar, sehingga memberikan kemungkinan jawaban
peserta didik bervariasi, soal dapat menyebar, dan dapat membandingkan peserta didik
yang satu dengan lainnya (Ropii & Fahrurrozi, 2017: 126-127).
Penilaian acuan norma biasanya digunakan pada akhir unit pembelajaran untuk
menentukan tingkat hasil belajar peserta didik. Pedoman konversi yang digunakan
dalam pendekatan PAN sama dengan pendekatan PAP. Perbedaannya hanya terletak
dalam menghitung rata-rata dan simpangan baku. Dalam pendekatan PAN, rata-rata
dan simpangan baku dihitung dengan rumus statistik sesuai dengan skor mentah yang
diperoleh peserta didik
9
C. Perkiraan Skor dalam Ranah Kognitif
1. Menggunakan Penilaian Acuan Patokan
Contoh soal (Ratna & Pangasuti, 2018: 211-213)
1. Tabel Soal
Nomor Bentuk Jumlah Bobot
Butir Soal Butir Jawaban Skor
soal Soal Betul

1–4 Pilihan 4 2 8
Ganda

5–8 Isian 4 4 16
singkat

9 – 10 Essay 2 6 12
Skor Maksimum Ideal (SMI) 36

Berdasarkan rincian butir – butir soal di atas dapat diketahui bahwa Skor
Maksimum Ideal (SMI) dari tes hasil belajar tersebut adalah = 36. Jika UTS
tersebut diikuti oleh 14 siswa dengan perolehan skor – skor hasil tes sebagai
berikut:
2. Tabel Skor PAP

No Inisial Skor
Nama
Siswa
1 AT 14
2 BA 16
3 CA 18
4 DA 16
5 EA 28
6 FT 20
7 GD 18

10
8 HE 20
9 IF 28
10 JR 20
11 KH 22
12 LR 24
13 MY 10
14 NV 8

Pertanyaannya: tentukan nilai peserta didik dengan pendekatan PAP

Penilaian acuan patokan, maka rumus yang digunakan yaitu:


Skor Mentah
Nilai= x 100
Skor Maksimum

Apabila skor mentah yang diperoleh peserta didik dikonversikan nilai yang
dengan menggunakan penilaian acuan patokan , maka nilai peserta didik dapat
diperiksa pada tabel berikut ini:
3. Tabel Ketuntasan
Inisial Skor Nilai KKM
No Nama Mentah (sudah PJOK
Siswa dibulatkan) (75)

1 AT (14 : 36) x TIDAK


14 100 = 39 TUNTAS

2 BA (16 : 36) x TIDAK


16 100 = 44 TUNTAS

3 CA (18 : 36) x TIDAK


18 100 = 50 TUNTAS

4 DA (16 : 36) x TIDAK


16 100 = 44 TUNTAS

5 EA (28 : 36) x TUNTAS


28 100 = 78

11
6 FT (20 : 36) x TIDAK
20 100 = 56 TUNTAS

7 GD (18 : 36) x TIDAK


18 100 = 50 TUNTAS

8 HE (20 : 36) x TIDAK


20 100 = 56 TUNTAS

9 IF (28 : 36) x TUNTAS


28 100 = 78

10 JR (20 : 36) x TIDAK


20 100 = 56 TUNTAS

11 KH (22 : 36) x TIDAK


22 100 = 61 TUNTAS

12 LR (24 : 36) x TIDAK


24 100 = 67 TUNTAS

13 MY (20 : 36) x TIDAK


10 100 = 28 TUNTAS

14 NV (8 : 36) x TIDAK
8 100 = 22 TUNTAS

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dengan menggunakan penilaian acuan
patokan (mutlak), maka nasib seorang mutlak ditentukan oleh dirinya sendiri secara
individual, tanpa mempertimbangkan skor yang diperoleh siswa lain. Sehingga dapat
langsung diketahui siswa manakah yang tingkat pengetahuannya tergolong tinggi,
sedang atau rendah dan juga dapat diketahui siswa manakah yang telah mencapai
KKM yang telah ditentukan berdasarkan tingkat kedalaman materi tes. Bila nilai yang
diraih tinggi maka tingkat penguasaan materinya tinggi. Sebaliknya bila nilai yang
diraih rendah maka tingkat penguasaan materinya juga rendah.

Dari nilai peserta didik di atas bila ingin mengonversikan ke skala lima maka
menggunakan pedoman berikut ini

12
4. Tabel Tingkat Penguasaan Skala 5
Tingkat Skor Standar
Penguasaan
90 % - 100% A
80 % - 89 % B
70 % - 79 % C
60 % - 69 % D
< 59% E

Jika skor maksimum ditetapkan berdasarkan kunci jawaban = 36, maka penguasaan
90 % = 0,9 x 36 = 32. Penguasaan 80 % = 0,80 x 36 = 29. Penguasaan 70 % = 0,70
x 36 = 25. Penguasaan 60 % = 0,6 x 36 = 22. Dengan demikian diperoleh tabel
konversi sebagai berikut:
5. Tabel Standar Skala 5
Skor Skor
Mentah Standar
32 – 36 A
29 – 31 B
25 – 28 C
22 – 24 D
< 21 E

Peserta didik yang memperoleh skor 28 berarti nilainya C, skor 20 nilainya D, skor
18 nilainya E, dan seterusnya.

Namun bila ingin dijadikan strandar sepuluh, maka skor peserta didik dapat
dikonversi dengan pedoman sebagai berikut:
6. Tingkat Penguasaan Skala 10
Skor Mentah Skor
Standar
95 % - 100 % 10
85 % - 94 % 9

13
75 % - 84 % 8
65 % - 74 % 7
55 % - 64 % 6
45 % - 54 % 5
35 % - 44 % 4
25 % - 34 % 3
15 % - 24 % 2
05 % - 14 % 1

Selanjutnya persentase tingkat penguasaan terlebih dahulu dirubah dalam bentuk


tabel konversi. Caranya sama dengan skala lima di atas, yakni setiap batas bawah
tingkat penguasaan dikalikan dengan skor maksimum. Contohnya 95 % = 0,95 x 36
= 34, 85 % = 0,85 x 36 = 31, dan seterusnya. Berikut tabel konversinya

7. Tabel Standar Skala 10


Skor Skor
Mentah Standar
34 - 36 10
31 – 33 9
27 – 30 8
23 – 26 7
20 – 22 6
16 – 19 5
13 – 15 4
9 – 12 3
5–8 2
1–4 1

Berdasarkan tabel di atas, maka peserta didik yang mendapatkan skor 28 nilainya 8,
skor 20 nilainya 6, yang mendapatkan skor 18 nilainya 5 dan seterusnya.

14
2. Menggunakan Penilaian Acuan Norma
Contoh soal (Sriyanto, 2019: 250-256)
Hasil evaluasi yang diikuti oleh 20 siswa diperoleh skor sebagai berikut:
8. Tabel Skor PAN
No. Nama X
1 AA 9
2 BB 8
3 CC 7
4 EE 8
5 FF 5
6 GG 4
7 HH 5
8 II 6
9 JJ 7
10 KK 8
11 LL 9
12 MM 8
13 NN 7
14 OO 7
15 PP 6
16 QQ 8
17 RR 9
18 SS 7
19 TT 8
20 UU 7

Langkah-langkah penilaian PAN


1. Cari mean/ rata-rata
2. Cari standar deviasi

15
9. Tabel Pencarian Mean dan Standar Deviasi
No. Nama X
1 AA 9
2 BB 8
3 CC 7
4 EE 8
5 FF 5
6 GG 4
7 HH 5
8 II 6
9 JJ 7
10 KK 8
11 LL 9
12 MM 8
13 NN 7
14 OO 7
15 PP 6
16 QQ 8
17 RR 9
18 SS 7
19 TT 8
20 UU 7
Jumlah 143
Mean 7,15
Std Dev 1,39

3. Masukkan ke dalam rumus


M + 1,5 (SD) = 7,15 + (1,5) (1,39) = 9,23
A= ≥ 9, 23

16
M + 0,5 (SD) = 7,15 + (0,5) (1,39) = 7,85
B= 7,85-9,22

M - 0,5 (SD) = 7,15 – (0,5) (1,39) = 6,46


C= 6,46-7,84

M – 1,5 (SD) = 7,15 – (1,5) (1,39) = 5,07


D= 5,07-6,45

E = ≤ 5,07

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran uran (measurement) adalah kegiatan untuk
memberikan satuan hitung kepada objek pengamatan. prosedur penyusunan kriteria
pengukuran hasil belajar peserta didik, yaitu: 1) Mengidentifikasi Tujuan
Pembelajaran 2) Memilih Teknik Penilaian 3) Menyusun Kisi-Kisi 4) Menulis Soal
dan Kunci Jawaban 5) Melakukan Pemeriksaan 6) Melakukan Perbaikan 7)
Membuat Petunjuk Pengerjaan Soal 8) Melakukan Uji Coba 9) Merevisi Soal 10)
Memperbanyak Soal.
2. Norma adalah suatu standar yang digunakan sebagai pembanding terhadap skor yang
diperoleh melalaui tes. Pembuatan norma suatu tes harus didasarkan pada tujuan tes
tersebut dibuat. Terdapat dua pendekatan untuk menentukan norma penilaian suatu
tes. Pendekatan tersebut adalah penilaian acuan patokan (PAP) dan penilaian acuan
norma (PAN).
3. Langkah menentukan skor kognitif dalam PAP yaitu skor mentah/skor maksimum x
100. Kemudian, nilai yang didapat diacu kepada Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang ada di sekolah masing-masing. Langkah menentukan skor kognitif
dalam PAN yaitu mencari mean/rata-rata, mencari standar deviasi, dan memasukkan
ke dalam rumus skala

B. Saran
Setelah pembaca memahami tentang acuan penilaian yang meliputi kriteria
pengukuran, norma penilaian, dan perkiraan skor ranah kognitif diharapkan
mempraktikkan pengetahuan tersebut dalam perkuliahan dan pembelajaran. Penulis
mengetahui bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis
berharap untuk diberikan masukan guna memperbaiki makalah khususnya dalam segi
isi ke depannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alfath, K., & Raharjo, F. F. (2019). Teknik Pengolahan Hasil Asesmen: Teknik Pengolahan
dengan Menggunakan Pendekatan Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan
Patokan (PAP). AL-MANAR: Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, 8(1), 1-28.

Asrul., Ananda, R., & Rosnita. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Ciptapustaka Media.

Febriana, R. (2019). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Inanna., Rahmatullah., & Hasan, M. (2021). Evaluasi Pembelajaran: Teori dan Praktek.
Makassar: Tahta Media Grup

Kadir, A. (2015). Menyusun dan Menganalisis Tes Hasil Belajar. Al-TA'DIB: Jurnal Kajian
Ilmu Kependidikan, 8(2), 70-81.

Noviyanti, E., Pranadewi, N. F., Zaidi, R. I., & Mersilia, V. (2020). Penerapan Penilaian
Beracuan Patokan dan Beracuan Norma pada Pelajaran Bahasa Indonesia di SDN 1
Wana. PANDAWA, 2(2), 270-277.

Pangastuti, R., & Munfaati, K. (2018). Penilaian Acuan Norma, Penilaian Acuan Patokan,
Kriteria Ketuntasan Minimal Di Madrasah Ibtidaiah An-Nur Plus Junwangi Krian
Sidorajo Jawa Timur. Tarbiyah Al-Awlad: Jurnal Kependidikan Islam Tingkat Dasar,
8(2), 202-217.

Rahman, A., A., & Narsyah, C., E. (2019). Evaluasi Pembelajaran. Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia.

Ropii, M., & Fahrurrozi, M. (2017). Evaluasi Hasil Belajar. Lombok: Universitas
Hamzanwadi Pers.

Sriyano, A. (2019). Teknik Pengolahan Hasil Asesmen Penentuan Standar Asesmen, Teknik
Pengolahan dengan Menggunakan Pendekatan Acuan Patokan (PAP) Dan Acuan
Norma (PAN), 5(2). 242-258.

Winarno, M., E. (2014). Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan. Malang: Universitas Negeri Malang.

19

Anda mungkin juga menyukai