PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam proses evaluasi.
Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk
memantau proses kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik
sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus umpan balik kepada guru
agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.
Namun jika proses penilaian yang dilakukan oleh guru asal-asalan dan tanpa
arah yang jelas, maka pada akhirnya akan menghasilkan informasi tentang
hasil pencapaian pembelajaran peserta didik yang tidak akurat dan tidak
sesuai dengan apa yang ada di lapangan.
Sebelumnya, perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang skor dan nilai
agar tidak terjadi kesalahpahaman. Skor adalah hasil pekerjaan memberikan
angka yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap
butir item yang telah dijawab oleh testee dengan betul, dengan
memperhitungkan bobot jawaban betulnya (Sukiman, 2012:525).
Adapun nilai adalah angka atau pun huruf yang merupakan hasil
ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta
disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu (Alfath, 2019:3).
Skor yang diperoleh dari sebuah tes baru akan bermakna jika
ditafsirkan berdasarkan suatu patokan atau berdasarkan suatu norma. Ini lah
yang disebut dengan penilaian. Pengolahan nilai-nilai menjadi nilai akhir
seorang siswa dapat dilakukan dengan mengacu kepada kriteria atau patokan
tertentu. Menurut Woodworth (1961) ada dua jenis pedoman yang bisa
digunakan untuk menentukan nilai (mengubah skor menjadi nilai) sebagai
hasil evaluasi yaitu:
1. Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang individu
(mahasiswa) dengan suatu standar yang sifatnya mutlak (absolut).
2. Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang individu
(mahasiswa) dengan skor yang diperoleh mahasiswa lainnya dalam
kelompok tes tersebut (Idris, 2017:26).
Dalam tulisan ini, teknik pengolahan nilai disajikan dalam susunan
yang sederhana yang meliputi pengertian, karakteristik, tujuan dan manfaat,
prosedur penggunaan, kelebihan dan kekurangan, serta perbedan antara kedua
pendekatan tersebut. Disertai pula dengan contoh penerapannya. Adapun
penerapannya dibantu dengan aplikasi Microsoft excel, dengan asumsi bahwa
setiap aplikasi ini cenderung familiar di kalangan pendidik, dan aplikasinya
cenderung mudah untuk digunakan. Selain itu, dibahas pula tentang Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) (Alfath, 2019:3)
Menurut Woodworth (1961) dalam Erman (2003), ada dua jenis
pedoman yang biasa digunakan untuk menentukan nilai(mengubah skor
menjadi nilai) sebagai hasil evaluasi yaitu:
1. Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang individu
(mahasiswa) dengan suatu standar yang sifatnya mutlak (absolut).
2. Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang individu
(mahasiswa) dengan skor yang diperoleh mahasiswa lainnya dalam
kelompok tes tersebut.
Cara pertama disebut dengan penilaian acuan patokan (PAP),
terjemahan dari Criterion Referenced Test (CRT) atau Criterion Referenced
Evaluation (CRE). Sedangkan cara kedua disebut Penilaian Acuan Normatif
(PAN), terjemahan dari Normative Referenced Test (NRT) atau Normative
Referenced Evaluation (NRE).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat
diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian PAP dan PAN?
2. Bagaimana Menyusun Tehnik Pengolahan Data Hasil Tes PAP
Dan PAN?
3. Apa kelebihan dan kekurangan PAP dan PAN?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diambil tujuan masalah
sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Pengertian PAP dan PAN.
2. Untuk Mengetahui Cara menyusun Tehnik Pengolahan Data Hasil
Tes PAP dan PAN.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan PAP dan PAN.
KATA PENGANTAR
Puji syukur dalam kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya lah makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai
“PENGOLAHAN DATA HASIL TES PAP DAN PAN”. Makalah ini di buat
dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai bagaimana sejarah dan peran
kurikulum di negara kita yakni Indonesia.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tentunya kami mendapat bimbingan,
arahan, koreksi dan saran. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan sehingga hanya yang demikian sajalah yang dapat kami berikan.
Kami juga sangat mengaharapkan kritikan dan saran dari para pembaca
sehingga kita dapat memperbaiki kesalahan - kesalahan dalam menyusun makalah
selanjutnya. Demikian makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...........................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................II
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN..................................................................................1
A.Latar Belakang....................................................................................1
B.Rumusan Masalah ...............................................................................3
C.Tujuan Penelitian.................................................................................3
A.Kesimpulan .........................................................................................19
B.Saran ...................................................................................................19
PEMBAHASAN
Contoh :
Diketahui skor 52 orang peserta didik sebagai berikut :
32 20 35 24 17 30 36 27 37 50
36 35 50 43 31 25 44 36 30 40
27 36 37 32 21 22 42 39 47 28
50 27 43 17 42 34 38 37 31 32
22 31 38 46 50 38 50 21 29 33
34
Pedoman konversi yang digunakan dalam mengubah skor mentah
menjadi skor standar pada norma absolut skala lima adalah :
b) Skala Sepuluh
10
‾Χ + 2,25 (s) = 30 + 2,25 (10) = 52,5
9
‾Χ + 1,75 (s) = 30 + 1,75 (10) = 47,5
8
‾Χ + 1,25 (s) = 30 + 1,25 (10) = 42,5
7
‾Χ + 0,75 (s) = 30 + 0,75 (10) = 37,5
6
‾Χ + 0,25 (s) = 30 + 0,25 (10) = 32,5
5
‾Χ – 0,25 (s) = 30 – 0,25 (10) = 27,5
4
‾Χ – 0,75 (s) = 30 – 0,75 (10) = 22,5
3
‾Χ – 1,25 (s) = 30 – 1,25 (10) = 17,5
2
‾Χ – 1,75 (s) = 30 – 1,75 (10) = 12,5
1
‾Χ – 2,25 (s) = 30 – 2,25 (10) = 7,5
Dengan demikian, skor 32 nilainya 5, skor 20 nilainya 3, skor 35
nilainya 6, skor 24 nilainya 4, dan skor 17 nilainya 2.
Contoh :
e) Peringkat ranking
Menafsirkan skor mentah dapat pula dilakukan dengan cara
menyusun peringkat. Caranya adalah dengan mengurutkan skor,
mulai dari skor terbesar sampai dengan skor terkecil. Skor terbesar
diberi peringkat 1, begitu seterusnya sampai dengan skor terkecil.
Skor-skor yang sama harus diberi peringkat yang sama pula.
Contoh :
Diketahui : 5 (lima) orang peserta didik memperoleh skor dalam
bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai berikut : 20,
35, 25, 25, dan 30. Untuk memberikan peringkat terhadap skor-
skor tersebut dapat diikuti langkah-langkah berikut :
1. 35
2. 30
3. 25
4. 25
5. 20
Kedua, memberi peringkat berdasarkan nomor urut, tetapi
untuk skor yang sama harus diberi peringkat yang sama.
Skor : Peringkat :
1. 35 1
2. 30 2
3. 25 3,5
4. 25 3,5
5. 20 5
Keterangan :
Md = mean duga
f = frekuensi
d = deviasi
fd = frekuensi kali deviasi
n = jumlah sampel
i = interval
B. Saran
Pada saat pembuatan makalah ini, masih banyak kekurangan dan kesalahan
dan juga jauh dari kesempurnaan. Dengan harapan dapat menjadi inspiratif an
semangat bagi penulis, penulis berharap adanya kritikan dan saran dari pembaca
mengenai pembahasan makalah ini.
DAFTAR RUJUKAN
Asmawi Zainul dan Noehi Nasution. 1997. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:
PAU-PPAI