DISUSUN OLEH :
KETUT CANGGIH DHERMAWAN
NIM 2229091004
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2023
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerahnya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Evaluasi Pembelajaran” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pengembangan
Kurikulum dan Assesmen Pendidikan IPS. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Evaluasi Pembelajaran” bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………i
Daftar Isi……………………………………………………………………………... .............. ii
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………... ............. 1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………………… ............... 1
BAB II Pembahasan…………………………………………………………………………...4
2.1 Kriteria/standar pengukuran yang digunakan untuk menilai capaian pembelajaran ….......4
2.2 Proses pendeskripsian performance obyek yang diukur .......……………..………………4
2.3 Hasil pendeskripsian performance…………………………………………………………6
2.4 Membandingkan Hasil Pendeskripsian dengan kriteria/ standar yang digunakan………...8
2.5 Keputusan yang diambil setelah pembandingan dilakukan...........………………………14
BAB III Penutup……………………………………………………………………………...18
Simpulan……………………………………………………………………………………...18
Saran………………………………………………………………………………………….18
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Evaluasi kegiatan belajar mengajar yang menjadi tanggung jawab guru di sekolah
merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan. Dalam Undang-Undang N0. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab XII pasal 43 dinyatakan: “Terhadap
kegiatan dan kemajuan belajar peserta didik dilakukan penilaian”. Melalui kegiatan penilaian
di kelas, dapat diperoleh informasi mengenai efektivitas pembelajaran, tingkat
pencapaian/keberhasilan belajar siswa, dan daya serap materi pengajaran yang telah diberikan.
Asesmen adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui
kebutuhan belajar, perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Jenis asesmen
sesuai fungsinya mencakup: asesmen sebagai proses pembelajaran (assessment as Learning),
asesmen untuk proses pembelajaran (assessment for Learning), dan asesmen pada akhir proses
pembelajaran (assessment of learning). Selama ini pelaksanaan asesmen cenderung berfokus
pada asesmen sumatif yang dijadikan acuan untuk mengisi laporan hasil belajar. Hasil asesmen
belum dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk perbaikan pembelajaran.
https://www.sman9batam.sch.id/berita/detail/425233/jenis-teknik-dan-contoh-instrumen-
asesmen-pada-kurikulum-merdeka/
Dalam setiap pelaksanaan penilaian kegiatan belajar siswa, guru harus memperhatikan
secara seksama alat ukur maupun kondisi obyektif yang akan diukur, sehingga hasil
pengukuran/penilaian benar-benar dapat memberikan gambaran obyektif dan akurat tentang
performa siswa yang diukurnya. Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan di sekolah
memegang peranan penting untuk keberhasilan belajar anak didiknya. Oleh karena itu
sebaiknya guru memiliki kemampuan dan kecakapan menjalankan tugas dan tanggung jawab
berkaitan dengan profesinya, salah satu perannya sebagai ‘evaluator’, baik terhadap proses
(saat dan selama kegiatan pembelajaran berlangsung) maupun hasil belajar siswa.
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan penyetandaran hasil belajar siswa yang dilakukan
melalui dua kegiatan pokok, yaitu kegiatan esesmen dan evaluasi. Esesmen dimaknai sebagai
kegiatan pengumpulan hasil belajar, sedangkan evaluasi dimaknai sebagai kegiatan
penyetandaran atau pengolahan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam
memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar
(Kunandar, 2007). Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan
1
perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan,
sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji.
Pendekatan penilaian hasil belajar menekankan pada pengukuran tingkat berpikir siswa
dari yang rendah sampai dengan yang tinggi; menggunakan pertanyaan mendalam, bukan
sekadar hafalan; mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa; dan
menggunakan portofolio pembelajaran siswa. Tingkat berpikir siswa dikembangkan mulai dari
tingkat berpikir mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai, dan berkreasi.
Pertanyaan dalam pembelajaran ditekankan pada jenis pertanyaan bagaimana dan mengapa
yang bersifat rasional, bukan pada pertanyaan apa,
dimana, siapa, dan kapan yang bersifat faktual. Laporan penilaian hasil belajar siswa
kepada orang tua, di samping dinyatakan dengan angka dan huruf, juga dinyatakan dalam kata-
kata yang menggambarkan kemampuan peserta didik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Pengolahan hasil-hasil penialain hasil belajar menjadi laporan hasil belajar kepada orang tua
(raport siswa), dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, dan predikat serta deskripsi untuk
capaian kompetensi. Angka yang digunakan adalah dalam skala empat, huruf A – D dan
predikat kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Hubungan antara interval angka dan huruf serta
predikat
2
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis, makalah ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pemahaman
sehingga dapat memberikan masukan maupun solusi tentang Evaluasi Pembelajaran.
2. Bagi masyarakat, makalah ini diharapkan dapat menambahkan wawasan serta
informasi tentang Evaluasi Pembelajaran.
3. Bagi guru, makalah ini diharapkan dapat dijadikan salah satu strategi dalam
pembelajaran terutama Evaluasi Pembelajaran.
4. Bagi pemerintah, makalah ini dapat dijadikan dasar merumuskan kebijakan ataupun
program dalam bidang pendidikan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2.2 Tes Hasil Belajar Buatan Guru
Berdasarkan penyusunannya, tes dapat dibedakan atas: (1) tes standard (memiliki
validitas dan reliabilitas tinggi), dan (2) tes buatan guru. Tes hasil belajar. Ditinjau dari
pelaksanaannya tes buatan guru dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis:
1. Lisan (oral test), dilaksanakan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada siswa, dan
jawabannya secara lisan dalam komunikasi langsung.
2. Tertulis (written test), dilaksanakan dengan jalan mengajukan lembaran
pertanyaan/soal tes kepada siswa, dan jawabannya dilakukan secara tertulis.
3. Perbuatan/keterampilan (skill test atau performance test).
Tes hasil belajar berisi butir pertanyaan atau tugas untuk mengukur apakah
pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari/dimiliki siswa dapat ditampilkan dan
dikuasai siswa secara baik. Adapun prinsip-prinsipnya sebagai berikut:
1. Mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan
instruksional.
2. Mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang
dicakup oleh tujuan instruksional.
3. Harus berisi item-item/tugas dengan tipe yang paling cocok untuk mengukur hasil
belajar yang diinginkan.
4. Dirancang agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya. (Gronlund, 1977).
5
(performance) khusus yang tersirat dalam penguasaan tersebut dapat dipergunakan untuk
menerangkan tugas khusus yang dilakukan siswa sebelum ia mencapai tahap kecakapan yang
dimaksud. Sehingga nyata dan jelas mana kecakapan yang sudah dikuasai dan mana yang
belum dikuasai siswa.
Tes performa umumnya digunakan untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat
keterampilan (psikomotor). Aspek yang dinilai pada tes performa dapat menekankan pada
proses, hasil, dan atau kombinasi dari keduanya.
Sebagaimana telah diuraikan bahwa tes performa memfokuskan kepada tujuan belajar
‘keterampilan’ (skill) tertentu, yaitu keterampilan dalam proses/prosedur, produk/hasil maupun
kombinasi keduanya. Tes performa diperlukan untuk menilai keterampilan aktual siswa.
Misalnya dalam mata pelajaran: Ilmu Alam menekankan secara khusus pada keterampilan
‘laboratories’, Matematika pada keterampilan memecahkan masalah praktis, Bahasa Inggeris
(Bahasa Asing) menekankan keterampilan ‘berkomunikasi’, Ilmu Sosial pada keterampilan
mengkonstruksi peta dan grafik serta pengoperasiannya secara efektif dalam kelas, Musik dan
Seni (memainkan alat musik), dan pendidikan fisik/jasmani (berenang, menari, melempar
bola). Ekonomi, bisinis, industri, pertanian, dsb.
6
2.3.2 Konstruksi Tes Performans
7
Ini digunakan dalam pengajaran untuk mengevaluasi tujuan. Dalam beberapa
situasi, simulasi performa siswa digunakan sebagai penilaian akhir dari suatu
keterampilan tertentu (misal: performa laboratorium kimia, latihan menyetir).
4. Sampel kerja (work sample), ini merupakan tingkatan ‘realisasi’ tertinggi. Di sini
mengharuskan siswa untuk menampilkan tugas secara aktual yang
merepresentasikan performa keseluruhan yang hendak diukur. Meliputi elemen
yang krusial dan penampilan yag terkontrol dengan standard tertentu. Setiap
performa siswa pada suatu standard kemudian digunakan sebagai bukti dari
abilitas individual (mengenai suatu tugas) dalam suatu kondisi khusus/tertentu.
Contoh dalam bidang bisnis/ekonomi, siswa diharuskan untuk menuliskan catatan
dengan cara singkat dari suatu diktat, atau tulisan bisnis, atau siswa
mengoperasikan suatu ‘kunci’ pemrosesan data bisnis tertentu. Dalam bidang
industri, misalya, siswa diharuskan untuk melengkapi suatu proyek dari pekerjaan
tukang logam (metalwoorking) atau pekerjaan tukang kayu (woodworking) yang
melibatkan semua tahapan-tahapan sebagaimana dalam situasi pekerjaan
sebenarnya (menentukan, memilih/mengurutkan material, dan mengkonstruksi).
2.4 Membandingkan Hasil Pendeskripsian dengan kriteria/ standar yang digunakan
Setidaknya ada 6 (enam) hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan tes:
1) esei,
2) objektif, dan
3) problem matematik.
8
Anggapan yang muncul terkait bahwa suatu tipe tes lebih baik daripada tipe tes lainnya
dalam mengukur ranah kognitif tertentu adalah sutau kesalahpahaman. Soal esei yang baik
akan dapat mengukur ranah kognitif yang manapun seperti yang dapat diukur oleh soal obyektif
yang baik, demikian juga sebaliknya. Pemilihan tipe tes yang akan digunakan lebih banyak
ditentukan oleh kemampuan dan waktu yang tersedia pada penyusun tes daripada kemampuan
peserta tes atau aspek yang ingin diukur.
Aspek yang akan diuji Ada enam tingkatan kemampuan yang ingin diuji, yaitu
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, atau yang lazim diberi
simbol C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. Mengingat bahwa hasil tes saat ini lebih berorientasi pada
pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, maka jumlah soal yang mewakili tiga level pertama
diharapkan lebih banyak dibandingkan jumlah soal untuk tiga level berikutnya yang bersifat
pengembangan lebih lanjut.
A. Tes objektif:
B. Tes esei:
9
5. Jumlah butir soal Jumlah butir soal berhubungan dengan reliabilitas tes dan
representasi isi bidang studi yang diteskan; semakin besar jumlah butir soal yang
digunakan maka kemungkinan semakin tinggi reliabilitasnya.
Dari segi jumlah, tes objektif memiliki kekuatan lebih dibanding tes esei
karena waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes objektif lebih singkat
sehingga memungkinkan jumlah butir soal yang lebih banyak. Jumlah butir soal
harus direncanakan:
(e) jumlah untuk setiap aspek pada ranah kognitif. Pertimbangan lain dalam
penetuan jumlah soal adalah waktu yang tersedia, biaya yang ada, kompleksitas
yang dituntut dalam tes, serta waktu ujian diadakan.
yang terbaik adalah tes yang mampu membedakan antara kelompok yang baik
dan kelompok yang kurang belajar. Salah satunya diindikasikan dengan tingkat
kesukaran di titik sekitar 0,50. Selain itu, tingkat kesukaran soal ditentukan oleh tujuan
tes (untuk seleksi, diagnostik,formatif, sumatif). Perlu diperhatikan bahwa soal yang
memiliki tingkat kesukaran rendah hendaknya diletakkan di awal tes, sedangkan soal
dengan tingkat kesukaran tinggi pada akhir tes. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
notivasi agar peserta tes lebih terdorong untuk mengerjakan seluruh butir soal.
Selain dari poin-poin yang disebutkan di atas, dalam perencanaan tes, kita juga
memerlukan beberapa pertimbangan lain:
10
(3) apakah pelaksanaan tes diumumkan sebelumnya atau mendadak, dan
(4) bagaimana mode penyajian tes. Hal-hal yang harus diperhatikan secara
umum dalam pengembangan tes :
5. Gunakan bahasa yang tepat, tidak sensitif dan dapat diterima oleh segala
pihak.
13. Setiap item hanya memiliki satu skill yang akan diukur
14. Konsultasikan dengan pakar bahasa dan ilmu terkait untuk meyakinkan
bahwa bahasa yang digunakan, soal, dan jawaban benar-benar meyakinkan.
11
2.4.6. Pengembangan Tes Objektif
Dalam rangka pembahasan tentang Analisis Iteman ini, maka jenis soal yang
akan kita bahas lebih lanjut adalah soal objektif. Soal objektif adalah butir soal yang
telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh
peserta tes. Peserta hanya tinggal memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang
telah disediakan sehingga pemeriksaan dan penskoran jawaban dapat dilakukan secara
objektif oleh pemeriksa.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan, baik oleh secara langsung oleh manusia
maupun dengan memanfaatkan teknologi terbaru, yaitu mesin scanner. Secara umum,
soal tes objektif dibedakan menjadi:
3. Tipe pilihan ganda (multiple choice) Pilihan ganda biasaØ Pilihan ganda analisis
hubungan antar halØ Pilihan ganda analisis kasusØ Pilihan ganda kompleksØ Pilihan
gandaØ yang menggunakan diagram, grafik, tabel dan gambar.
a) Pengertian Butir soal pilihan ganda adalah butir soal yang alternatif jawabannya lebih
dari dua, biasanya berkisar antara 4 atau 5 alternatif jawaban. Ada dua bagian dalam tiap
butir soal, yaitu bagian pernyataan/pertanyaan dan bagian pilihan/alternatif jawaban.
b) Tes model ini cocok untuk : Level aplikasi, sintesis, analisis, dan evaluasi
d) Keunggulan Dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur setiap level tujuan
instruksional, mulai yang paling sederhana sampai paling kompleks. Dapat menggunakan
jumlah butir soal yang lebih banyak sehingga penarikan sampel pokok bahasan yang akan
diujikan dapat lebih luas dan dapat mencakup hampir seluruh cakupan bidang studi.
Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dilakukan secara objektif. Tipe butir soal dapat
12
dikonstruksi sehingga menuntut kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai
tingkatan kebenaran secara sekaligus. Jumlah opsi jawaban yang disediakan lebih dari
dua (empat atau lima) sehingga mengurangi kesempatan bagi peserta tes untuk menebak.
Memungkinkan dilakukannya analisis butir soal secara baik dengan melakukan uji coba
terlebih dahulu. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan dengan hanya mengubah
tingkat homogenitas alternatif jawaban. Informasi yang diberikan lebih bervariasi
terutama bila butir soal memiliki homogenitas yang tinggi. Lebih fleksibel digunakan
untuk menilai hasil belajar: kemampuan, aplikasi, analisis, síntesis, dan evaluasi. Siswa
minimum menulis.
f) Tips menulis tes pilihan ganda Setiap item memiliki satu aspek kemampuan yang akan
diukur Inti permasalahan harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal. 9 Hindari
pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan. Hindari rumusan kata yang berlebihan
Jika pokok soal merupakan pernyataan yang belum lengkap, maka kata atau kata-kata
yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan, bukan di tengah-tengah
kalimat. Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana. Hindari penggunaan
kata-kata teknis atau ilmiah atau istilah yang aneh atau berlebihan. Semua pilihan
jawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai jawaban yang benar. Usahakan
jawaban yang benar dan pengecoh dibuat mirip baik dari sisi gramatikal maupun konsep
teorinya. Hindari keadaan dimana jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang dari
jawaban yang salah. Hindari adanya petunjuk/indikator pada jawaban yang benar. Hindari
menggunakan pilihan yang berbunyi ”semua yang benar di atas benar” atau ”tidak
satupun yang di atas benar” Gunakan tiga atau lebih alternatif pilihan. Pokok soal
diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bermakna tidak tentu.
Pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau pertanyaan positif. Jika terpaksa
menggunakan pernyataan negatif, maka kata negatif tersebut sebaiknya
13
digarisbawahi/ditulis tebal. Hindari menggunakan pernyataan atau pertanyaan double
negatives. Misalnya “tidak tidak setuju” Tempatkan pilihan jawaban benar secara
random. (hindari jawaban A yang biasanya lebih sering daripada jawaban lain) Usahakan
setiap item tes tidak saling tergantung atau berhubungan dengan item tes lain. Buatlah
setiap alternatif jawaban pada baris berbeda, dengan spasi atau gunakan huruf atau angka
untuk memilah setiap alternatif jawaban. Konsultasikan dengan pakar bahasa dan ilmu
yang terkait untuk meyakinkan bahwa bahasa yang digunakan, soal, dan jawaban benar-
benar meyakinkan.
- Potensi L1 15 PG
sumber daya L3 16 PG
alam L1 17 PG
kemaritiman L2 18 PG
14
- Teori L1 5 PG
Masuknya
Hindu-Budha
di Nusantara
- Aktivitas L3 6 PG
kehidupan
masyarakat
kerajaan
kutai
- Media atau L2 7 PG
saluran L1 19 PG
penyebaran
agama islam
- Kesultanan L3 8 PG
islam di Jawa
- Pelaku L1 9 PG
ekonomi L2 10 PG
rumah
tangga,
pemerintah,
luar negeri,
produksi
- Kegiatan L1 20 PG
Ekonomi
- Faktor L2 21 PG
permintaan L3 22 PG
dan L1 23 PG
penawaran
- Pasar L1 24 PG
2 Pemberdayaan VII/D - Memaham - Status dan L3 11 PG
Masyarakat i dan Peran Sosial L2 34 PG
memiliki - Stratifikasi L1 12 PG
kesadaran dan L3 25 PG
terhadap Diferensiasi L2 26 PG
perubahan Sosial
sosial - Keanekaraga L2 27 PG
yang man Budaya L3 28 PG
sedang - Sejarah L3 29 PG
terjadi di Lokal L3 30 PG
era (Sultan L3 31 PG
kontempor Nuku, Ratu
er Kalinyamat,
- Menganali Laksamana
sis Malahayati,
hubungan Syarif
antara Abdurrahma
keraagama n)
n kondisi - Pemberdayaa L2 32 PG
geografis n Masyarakat L3 33 PG
nusantara (Uang, L3 38 PG
terhadap Pendapatan, L3 39 PG
pembentu Pengeluaran, L3 40 PG
kan Menabung
15
kemajemu dan
kan Investasi)
budaya - Hasil L2 35 PG
Kebudayaan L2 36 PG
Masyarakat
Indonesia
- Kenakalan L1 37 PG
Remaja
16
NILAI SISWA SMP Negeri 4 Singaraja
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Jadi dapat disimpulkan untuk melaksanakan evaluasi pembelajaran seharusnya
guru harus melakukan yang namanya test performance. Sebagai guru kita harus bisa
mengetahui dulu jenis test apa yang akan digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa. Untuk mengetahui hasil belajar siswa ada beberapa test yang bisa dilakukan,
misalnya tes objektik,essai, multiple choice dengan memvalidasi dulu tes tersebut
sebelum diberikan kepada siswa untuk mengukur sampai mana pemahaman siswa
terhadap materi yang sudah diberikan.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya evaluasi pembelajaran guru mampu memberikan tes
yang berbobot kepada siswa. Dan mampu memvalidasi tes yang akan diberikan kepada
siswa, sehingga tes yang diberikan mampu mengukur pemahaman siswa terhadap
materi yang sudah diberikan . guru mampu mencapai tujuan pembelajaran.
18
DAFTAR PUSTAKA
Cronbach, Lee. J. (1970). Essentials of Psychological Testing. New York: Harper & Row
Publisher
Gronlund, Norman E. (1982). Constructing Achievemet Tests. Englewood Cliffs, N.J:
Prentice-Hall, Inc.
Joesmani. (1988). Pengukuran dan Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
Kunandar. (2007). Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafinda.
https://www.sman9batam.sch.id/berita/detail/425233/jenis-teknik-dan-contoh-instrumen-
asesmen-pada-kurikulum-merdeka/ diakses pada tanggal 07 Juni 2023
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/capaian-pembelajaran/ diakses pada tanggal
07 Juni 2023
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196505161994021-
ASEP_SARIPUDIN/MAKALAH_PERFORMANCE_TEST.pdf diakses pada
tanggal 07 Juni 2023