Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MATA KULIAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN ASESMEN PENDIDIKAN IPS

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ida Bagus Made Astawa, M. Si.

DISUSUN OLEH :
KETUT CANGGIH DHERMAWAN
NIM 2229091004

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2023
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerahnya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Evaluasi Pembelajaran” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pengembangan
Kurikulum dan Assesmen Pendidikan IPS. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Evaluasi Pembelajaran” bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 28 Juni 2023

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………i
Daftar Isi……………………………………………………………………………... .............. ii
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………... ............. 1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………………… ............... 1

1.2 Rumusan Masalah…………………… ................................................................................... 2

1.3 Tujuan……………………………………………………………………….. ..................... 2

1.4 Manfaat……………………………………………………………………. ........................ 3

BAB II Pembahasan…………………………………………………………………………...4
2.1 Kriteria/standar pengukuran yang digunakan untuk menilai capaian pembelajaran ….......4
2.2 Proses pendeskripsian performance obyek yang diukur .......……………..………………4
2.3 Hasil pendeskripsian performance…………………………………………………………6
2.4 Membandingkan Hasil Pendeskripsian dengan kriteria/ standar yang digunakan………...8
2.5 Keputusan yang diambil setelah pembandingan dilakukan...........………………………14
BAB III Penutup……………………………………………………………………………...18
Simpulan……………………………………………………………………………………...18
Saran………………………………………………………………………………………….18
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evaluasi kegiatan belajar mengajar yang menjadi tanggung jawab guru di sekolah
merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan. Dalam Undang-Undang N0. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab XII pasal 43 dinyatakan: “Terhadap
kegiatan dan kemajuan belajar peserta didik dilakukan penilaian”. Melalui kegiatan penilaian
di kelas, dapat diperoleh informasi mengenai efektivitas pembelajaran, tingkat
pencapaian/keberhasilan belajar siswa, dan daya serap materi pengajaran yang telah diberikan.
Asesmen adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui
kebutuhan belajar, perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Jenis asesmen
sesuai fungsinya mencakup: asesmen sebagai proses pembelajaran (assessment as Learning),
asesmen untuk proses pembelajaran (assessment for Learning), dan asesmen pada akhir proses
pembelajaran (assessment of learning). Selama ini pelaksanaan asesmen cenderung berfokus
pada asesmen sumatif yang dijadikan acuan untuk mengisi laporan hasil belajar. Hasil asesmen
belum dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk perbaikan pembelajaran.
https://www.sman9batam.sch.id/berita/detail/425233/jenis-teknik-dan-contoh-instrumen-
asesmen-pada-kurikulum-merdeka/
Dalam setiap pelaksanaan penilaian kegiatan belajar siswa, guru harus memperhatikan
secara seksama alat ukur maupun kondisi obyektif yang akan diukur, sehingga hasil
pengukuran/penilaian benar-benar dapat memberikan gambaran obyektif dan akurat tentang
performa siswa yang diukurnya. Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan di sekolah
memegang peranan penting untuk keberhasilan belajar anak didiknya. Oleh karena itu
sebaiknya guru memiliki kemampuan dan kecakapan menjalankan tugas dan tanggung jawab
berkaitan dengan profesinya, salah satu perannya sebagai ‘evaluator’, baik terhadap proses
(saat dan selama kegiatan pembelajaran berlangsung) maupun hasil belajar siswa.
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan penyetandaran hasil belajar siswa yang dilakukan
melalui dua kegiatan pokok, yaitu kegiatan esesmen dan evaluasi. Esesmen dimaknai sebagai
kegiatan pengumpulan hasil belajar, sedangkan evaluasi dimaknai sebagai kegiatan
penyetandaran atau pengolahan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam
memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar
(Kunandar, 2007). Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan

1
perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan,
sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji.
Pendekatan penilaian hasil belajar menekankan pada pengukuran tingkat berpikir siswa
dari yang rendah sampai dengan yang tinggi; menggunakan pertanyaan mendalam, bukan
sekadar hafalan; mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa; dan
menggunakan portofolio pembelajaran siswa. Tingkat berpikir siswa dikembangkan mulai dari
tingkat berpikir mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai, dan berkreasi.
Pertanyaan dalam pembelajaran ditekankan pada jenis pertanyaan bagaimana dan mengapa
yang bersifat rasional, bukan pada pertanyaan apa,
dimana, siapa, dan kapan yang bersifat faktual. Laporan penilaian hasil belajar siswa
kepada orang tua, di samping dinyatakan dengan angka dan huruf, juga dinyatakan dalam kata-
kata yang menggambarkan kemampuan peserta didik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Pengolahan hasil-hasil penialain hasil belajar menjadi laporan hasil belajar kepada orang tua
(raport siswa), dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, dan predikat serta deskripsi untuk
capaian kompetensi. Angka yang digunakan adalah dalam skala empat, huruf A – D dan
predikat kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Hubungan antara interval angka dan huruf serta
predikat

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Kriteria/standar pengukuran yang digunakan untuk menilai capaian
pembelajaran ?
1.2.2 Bagaimana Proses pendeskripsian performance obyek yang diukur?
1.2.3 Bagaimana Hasil pendeskripsian performance?
1.2.4 Bagaimana Membandingkan hasil pendeskrisian dengan kriteria/standar yang
digunakan
1.2.5 Bagaimana Keputusan yang diambil setelah pembandingan dilakukan
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui Kriteria/standar pengukuran yang digunakan untuk menilai
capaian pembelajaran.
1.3.2 Untuk mengetahui Proses pendeskripsian performance obyek yang diukur.
1.3.3 Untuk mengetahui Hasil pendeskripsian performance.
1.3.4 Untuk mengetahui Membandingkan hasil pendeskrisian dengan kriteria/standar
yang digunakan.
1.3.5 Untuk mengetahui Keputusan yang diambil setelah pembandingan dilakukan

2
1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yang


berkepentingan, diantaranya:

1. Bagi penulis, makalah ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pemahaman
sehingga dapat memberikan masukan maupun solusi tentang Evaluasi Pembelajaran.
2. Bagi masyarakat, makalah ini diharapkan dapat menambahkan wawasan serta
informasi tentang Evaluasi Pembelajaran.
3. Bagi guru, makalah ini diharapkan dapat dijadikan salah satu strategi dalam
pembelajaran terutama Evaluasi Pembelajaran.
4. Bagi pemerintah, makalah ini dapat dijadikan dasar merumuskan kebijakan ataupun
program dalam bidang pendidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kriteria/standar pengukuran yang digunakan untuk menilai capaian pembelajaran


Untuk mengukur Capaian Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka, guru dapat
menggunakan dua jenis asesmen, yaitu asesmen formatif dan sumatif. Asesmen formatif
adalah penilaian yang dilakukan pada awal, pertengahan, akhir, maupun sepanjang
pembelajaran. Asesmen ini bertujuan untuk memberikan guru informasi atau umpan balik
secara cepat mengenai pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. Sementara itu,
asesmen sumatif adalah penilaian yang dilakukan di akhir proses pembelajaran, seperti di akhir
semester, akhir tahun ajaran, atau akhir jenjang pendidikan. Tujuannya adalah untuk
mengetahui berhasil atau tidaknya siswa dalam suatu Capaian Pembelajaran. Asesmen formatif
ini bisa dilakukan dengan menggunakan tes tertulis, tes lisan, penilaian diri dan penilaian
antarteman (self- dan peer-assessment), penugasan proyek, dan sebagainya.
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/capaian-pembelajaran/

2.2 Proses pendeskripsian performance obyek yang diukur


2.2.1 Hakikat Tes
Salah satu jenis instrumen yang banyak digunakan guru dalam evaluasi KBM di
sekolah adalah tes. Menurut Cronbach (1970), Tes ialah Prosedur yang sistematis untuk
mendeskripsikan dan mengobservasi atau mengukur tingkah laku seseorang dengan bantuan
skala numerik atau sistem kategori. Tes ini tidak mengukur secara langsung, hanya pada
sifat/karakteristik yang ada pada jawaban testee terhadap item tes. Secara umum tes terbagi
atas:
1. Maximum Performance tes, mengukur seluruh kemampuan siswa dan seberapa baik
dapat melakukannya. Dalam hal ini pertanyaan (tugas) yang diberikan harus jelas
struktur dan tujuannya, serta arah jawaban yang dikehendakinya. Di sini ada jawaban
betul dan salah, misalnya: tes kemampuan/bakat, dan tes hasil belajar.
2. Typical Performance tes, mengukur kecenderungan reaksi atau perilaku individu dalam
situasi tertentu. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar – salah, misalnya: tes
kepribadian, sikap, minat. (Joesmani, 1988)

4
2.2.2 Tes Hasil Belajar Buatan Guru
Berdasarkan penyusunannya, tes dapat dibedakan atas: (1) tes standard (memiliki
validitas dan reliabilitas tinggi), dan (2) tes buatan guru. Tes hasil belajar. Ditinjau dari
pelaksanaannya tes buatan guru dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis:
1. Lisan (oral test), dilaksanakan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada siswa, dan
jawabannya secara lisan dalam komunikasi langsung.
2. Tertulis (written test), dilaksanakan dengan jalan mengajukan lembaran
pertanyaan/soal tes kepada siswa, dan jawabannya dilakukan secara tertulis.
3. Perbuatan/keterampilan (skill test atau performance test).

2.2.3 Prinsip Dasar Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar berisi butir pertanyaan atau tugas untuk mengukur apakah
pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari/dimiliki siswa dapat ditampilkan dan
dikuasai siswa secara baik. Adapun prinsip-prinsipnya sebagai berikut:

1. Mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan
instruksional.
2. Mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang
dicakup oleh tujuan instruksional.
3. Harus berisi item-item/tugas dengan tipe yang paling cocok untuk mengukur hasil
belajar yang diinginkan.
4. Dirancang agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya. (Gronlund, 1977).

2.2.4 Sistem Penilaian dalam Tes Performa

‘Performance tes’ lebih mengacu kepada pendekatan penilaian ‘Criterion Referenced


Tes’ atau acuan patokan, yaitu pengukuran keberhasilan belajar yang didasarkan atas
penafsiran dari tingkah laku (performance) siswa berdasarkan kriteria/standar penguasaan
mutlak (relatif tetap dan berlaku untuk semua testee). Derajat penguasaan siswa didasarkan
pada tingkat tertentu yang harus dicapai, ada rentangan suatu garis dari titik ‘tidak menguasai
sama sekali’ sampai pada suatu penguasaan terakhir (mutlak). Hasil belajar siswa terletak pada
suatu titik penguasaan seperti ditandai oleh perbuatan (performance) yang diperlihatkan testee.
Pengertian tingkat pencapaian sebagai kriteria ini tidak mutlak 100%, tetapi dapat bervariasi
sesuai ketentuan yang telah ditetapkan guru sebelumnya. Yang penting ialah tingkah laku

5
(performance) khusus yang tersirat dalam penguasaan tersebut dapat dipergunakan untuk
menerangkan tugas khusus yang dilakukan siswa sebelum ia mencapai tahap kecakapan yang
dimaksud. Sehingga nyata dan jelas mana kecakapan yang sudah dikuasai dan mana yang
belum dikuasai siswa.

2.3 Hasil pendeskripsian performance

2.3.1 Aspek-aspek Penilaian dalam Tes Performa

Tes performa umumnya digunakan untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat
keterampilan (psikomotor). Aspek yang dinilai pada tes performa dapat menekankan pada
proses, hasil, dan atau kombinasi dari keduanya.

1. Penilaian pada proses (bagaimana cara yang ditempuh siswa dalam


memperoleh/melakukan ‘sesuatu’ secara baik, benar, dan efektif). Contoh
mengajarkan keterampilan motorik (berenang), siswa tidak secara langsung
dimasukkan ke dalam kolam renang, namun diajarkan dahulu bagaimana posisi kaki
dan tangan yang benar, cara mengambil napas, kerjasama kaki – tangan – pernapasan,
dsb. Penilaiannya dilakukan pada gerakan yang menghasilkan tingkah laku menurut
rangkaian yang tepat.
2. Penilaian pada hasil, misal pada pelajaran menggambar/melukis, keterampilan,
kerajinan tangan, menjahit, dll. Guru bisa saja tidak menilai prosesya, tetapi menilai
pada hasil akhir/karya siswa.

Sebagaimana telah diuraikan bahwa tes performa memfokuskan kepada tujuan belajar
‘keterampilan’ (skill) tertentu, yaitu keterampilan dalam proses/prosedur, produk/hasil maupun
kombinasi keduanya. Tes performa diperlukan untuk menilai keterampilan aktual siswa.
Misalnya dalam mata pelajaran: Ilmu Alam menekankan secara khusus pada keterampilan
‘laboratories’, Matematika pada keterampilan memecahkan masalah praktis, Bahasa Inggeris
(Bahasa Asing) menekankan keterampilan ‘berkomunikasi’, Ilmu Sosial pada keterampilan
mengkonstruksi peta dan grafik serta pengoperasiannya secara efektif dalam kelas, Musik dan
Seni (memainkan alat musik), dan pendidikan fisik/jasmani (berenang, menari, melempar
bola). Ekonomi, bisinis, industri, pertanian, dsb.

6
2.3.2 Konstruksi Tes Performans

Tes performa dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dalam beberapa alternatif,


tahapan/tingkatan realitas mulai dari yang terendah sampat tingkatan tinggi (simulasi) dalam
kehidupan nyata. Tentunya hal ini bergantung pada tujuan pengajaran, maupun pertimbangan
praktis (waktu, biaya, sarana, ketersediaan perlengkapan, dsb). Contoh, aplikasi keterampilan
arithmatik(berhitung) untuk masalah praktis (uang-barang) dengan berbelanja di toko. Hal ini
dapat dilakukan mula-mula dengan mengajukan masalah, mensimulasikan, kemudian pada
situasi nyata. Tes performa dapat mengambil bentuk-bentuk sebagai berikut:
1. Test tertulis (Paper and pencil Performance), ini merupakan tahapan intermediasi
suatu performa menuju tingkatan kenyataan yang lebih tinggi (menggunakan
peralatan yang sesungguhnya). Bentuk ini menekankan kepada aplikasi
pengetahuan dan keterampilan dalam latar simulasi. Contoh dalam mata pelajaran
‘Konstruksi Tes’ : buatlah seperangkat kisi-kisi tes dari suatu unit pengajaran atau
buatlah daftar cek untuk mengevaluasi suatu tes prestasi, dll.
2. Tes Identifikasi, mencakup kedalaman variasi dari situasi tes yang
mereprsentasikan derajat kenyataan lapangan yang beragam. Umumnya ini
dilakukan dalam lapangan ‘pendidikan/lembaga industri’. Misalnya idetifikasi
mengenai bagian performa tugas (misal: menemukan ‘konsleting’ pada suatu
jaringan listrik) ia akan mengidentifikasi: alat-alat, perlengkapan dan prosedur
yang diperlukan untuk menangani tugas tersebut. Contoh lain mengidentifikasi
berbagai kemungkinan faktor penyebab ketidakberfungsian suatu mesin (miisal:
mobil, motor, dsb). Dalam Biologi, mengidentifikasi perlengkapan dan prosedur
yang diperlukan untuk membimbing/melakukan suatu eksperimen, koreksi
pengucapan, koreksi prosedur pemecahan masalah, identifikasi berbagai aturan
kepemimpinan yang akan dipraktekkan dalam kelas, dsb. Secara umum tes
identifikasi digunakan sebagai suatu alat/strategi pengajaran untuk
mempersiapkan performa aktual para siswadalam situasi simulasi maupun yang
sebenarnya.
3. Simulasi, lebih menekankan kepada prosedur, yaitu bagimana siswa dapat
menampilkan tingkah laku (suatu tugas) yang sama dalam situasi nyata
sebagaimana ditampilkan dalam simulasi. Misalnya: mendemonstrasikan
‘berenang’ dengan gaya dan teknik tertentu, shadow boxing, mensimulasikan
wawancara antara instruktur (perusahaan) dengan pelamar kerja suatu pekerjaan.

7
Ini digunakan dalam pengajaran untuk mengevaluasi tujuan. Dalam beberapa
situasi, simulasi performa siswa digunakan sebagai penilaian akhir dari suatu
keterampilan tertentu (misal: performa laboratorium kimia, latihan menyetir).
4. Sampel kerja (work sample), ini merupakan tingkatan ‘realisasi’ tertinggi. Di sini
mengharuskan siswa untuk menampilkan tugas secara aktual yang
merepresentasikan performa keseluruhan yang hendak diukur. Meliputi elemen
yang krusial dan penampilan yag terkontrol dengan standard tertentu. Setiap
performa siswa pada suatu standard kemudian digunakan sebagai bukti dari
abilitas individual (mengenai suatu tugas) dalam suatu kondisi khusus/tertentu.
Contoh dalam bidang bisnis/ekonomi, siswa diharuskan untuk menuliskan catatan
dengan cara singkat dari suatu diktat, atau tulisan bisnis, atau siswa
mengoperasikan suatu ‘kunci’ pemrosesan data bisnis tertentu. Dalam bidang
industri, misalya, siswa diharuskan untuk melengkapi suatu proyek dari pekerjaan
tukang logam (metalwoorking) atau pekerjaan tukang kayu (woodworking) yang
melibatkan semua tahapan-tahapan sebagaimana dalam situasi pekerjaan
sebenarnya (menentukan, memilih/mengurutkan material, dan mengkonstruksi).
2.4 Membandingkan Hasil Pendeskripsian dengan kriteria/ standar yang digunakan
Setidaknya ada 6 (enam) hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan tes:

2.4.1 Pengambilan sampel dan pemilihan butir soal

Pemilihan butir soal dilakukan berdasarkan pentingnya konsep, generalisasi, dalil,


atau teori yang diuji dalam hubungannya dengan perannya dalam bidang studi
tersebut secara keseluruhan. Biasanya bidang studi dibagi menjadi beberapa
pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Tidak ada batasan jumlah butir soal untuk
satu pokok bahasan/sub pokok bahasan, namun hendaknya jumlah butir soal
sebanding dengan luas dan pentingnya pokok bahsan/sub pokok bahasan tersebut.

2.4.2 Tipe tes yang akan digunakan

Ada 3 macam tes yang biasa digunakan, yaitu:

1) esei,
2) objektif, dan
3) problem matematik.

8
Anggapan yang muncul terkait bahwa suatu tipe tes lebih baik daripada tipe tes lainnya
dalam mengukur ranah kognitif tertentu adalah sutau kesalahpahaman. Soal esei yang baik
akan dapat mengukur ranah kognitif yang manapun seperti yang dapat diukur oleh soal obyektif
yang baik, demikian juga sebaliknya. Pemilihan tipe tes yang akan digunakan lebih banyak
ditentukan oleh kemampuan dan waktu yang tersedia pada penyusun tes daripada kemampuan
peserta tes atau aspek yang ingin diukur.

Aspek yang akan diuji Ada enam tingkatan kemampuan yang ingin diuji, yaitu
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, atau yang lazim diberi
simbol C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. Mengingat bahwa hasil tes saat ini lebih berorientasi pada
pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, maka jumlah soal yang mewakili tiga level pertama
diharapkan lebih banyak dibandingkan jumlah soal untuk tiga level berikutnya yang bersifat
pengembangan lebih lanjut.

2.4.3 Format butir soal

Ada berbagai format untuk tes objektif maupun esei.

A. Tes objektif:

(1) benar salah (true false),

(2) menjodohkan (matching), dan

(3) pilihan ganda (multiple choice)

B. Tes esei:

(1) pertanyaan uraian terbuka dan uraian tertutup,

(2) jawaban singkat (short answer), dan

(3) isian (completion/fill in)

Perbedaan antara format butir soal tersebut tidak terletak pada


efektivitasnya mengukur level kemampuan, tetapi lebih banyak pada aspek
penerkaannya (dalam hal peserta tes kurang menguasai materi yang diteskan). 3

9
5. Jumlah butir soal Jumlah butir soal berhubungan dengan reliabilitas tes dan
representasi isi bidang studi yang diteskan; semakin besar jumlah butir soal yang
digunakan maka kemungkinan semakin tinggi reliabilitasnya.

Dari segi jumlah, tes objektif memiliki kekuatan lebih dibanding tes esei
karena waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes objektif lebih singkat
sehingga memungkinkan jumlah butir soal yang lebih banyak. Jumlah butir soal
harus direncanakan:

(a) jumlah keseluruhan,

(b) jumlah untuk setiap pokok bahasan/topik,

(c) jumlah untuk setiap format,

(d) jumlah untuk setiap kategori tingkat kesulitan,

(e) jumlah untuk setiap aspek pada ranah kognitif. Pertimbangan lain dalam
penetuan jumlah soal adalah waktu yang tersedia, biaya yang ada, kompleksitas
yang dituntut dalam tes, serta waktu ujian diadakan.

2.4.4 Distribusi tingkat kesukaran butir soal Tes

yang terbaik adalah tes yang mampu membedakan antara kelompok yang baik
dan kelompok yang kurang belajar. Salah satunya diindikasikan dengan tingkat
kesukaran di titik sekitar 0,50. Selain itu, tingkat kesukaran soal ditentukan oleh tujuan
tes (untuk seleksi, diagnostik,formatif, sumatif). Perlu diperhatikan bahwa soal yang
memiliki tingkat kesukaran rendah hendaknya diletakkan di awal tes, sedangkan soal
dengan tingkat kesukaran tinggi pada akhir tes. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
notivasi agar peserta tes lebih terdorong untuk mengerjakan seluruh butir soal.

Selain dari poin-poin yang disebutkan di atas, dalam perencanaan tes, kita juga
memerlukan beberapa pertimbangan lain:

(1) apakah akan menggunakan open book atau closed book,

(2) apakah frekuensi pelaksanaan tes sering atau jarang,

10
(3) apakah pelaksanaan tes diumumkan sebelumnya atau mendadak, dan

(4) bagaimana mode penyajian tes. Hal-hal yang harus diperhatikan secara
umum dalam pengembangan tes :

1. Kinerja yang akan diukur merupakan aktivitas yang berharga

2. Penilaian kinerja bermanfaat sebagai pengalaman berharga

3. Pernyataan tujuan dan sasaran harus jelas dan berhubungan dengan


keluaran yang terukur dari kinerja

4. Penilaian tidak mengukur variable eksogen dan yang tidak diinginkan

5. Gunakan bahasa yang tepat, tidak sensitif dan dapat diterima oleh segala
pihak.

6. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang memiliki dualisme respon.

7. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang multirespon

8. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengharuskan peserta tes


merecall kembali pengetahuannya yang sudah lama.

9. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengarahkan jawaban

10. Hindari pertanyaan atau pernyataan yang mengarahkan lepada


munculnya perpecahan atau konflik 11. Usahakan panjang kalimat tidak
lebih dari 20 kata atau satu baris (Horst, 1968, Oppenheim, 1986 via Uma
Sekaran, 1992)

12. Berikanlah pengantar tes atau petunjuk pengerjaan tes

13. Setiap item hanya memiliki satu skill yang akan diukur

14. Konsultasikan dengan pakar bahasa dan ilmu terkait untuk meyakinkan
bahwa bahasa yang digunakan, soal, dan jawaban benar-benar meyakinkan.

11
2.4.6. Pengembangan Tes Objektif

Dalam rangka pembahasan tentang Analisis Iteman ini, maka jenis soal yang
akan kita bahas lebih lanjut adalah soal objektif. Soal objektif adalah butir soal yang
telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh
peserta tes. Peserta hanya tinggal memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang
telah disediakan sehingga pemeriksaan dan penskoran jawaban dapat dilakukan secara
objektif oleh pemeriksa.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan, baik oleh secara langsung oleh manusia
maupun dengan memanfaatkan teknologi terbaru, yaitu mesin scanner. Secara umum,
soal tes objektif dibedakan menjadi:

1. Tipe benar-salah (true false item)

2. Tipe menjodohkan (matching)

3. Tipe pilihan ganda (multiple choice) Pilihan ganda biasaØ Pilihan ganda analisis
hubungan antar halØ Pilihan ganda analisis kasusØ Pilihan ganda kompleksØ Pilihan
gandaØ yang menggunakan diagram, grafik, tabel dan gambar.

2.4.7 Pengembangan Tes Pilihan Ganda

a) Pengertian Butir soal pilihan ganda adalah butir soal yang alternatif jawabannya lebih
dari dua, biasanya berkisar antara 4 atau 5 alternatif jawaban. Ada dua bagian dalam tiap
butir soal, yaitu bagian pernyataan/pertanyaan dan bagian pilihan/alternatif jawaban.

b) Tes model ini cocok untuk : Level aplikasi, sintesis, analisis, dan evaluasi

c) Jenis pertanyaan atau pernyataan : Jawablah dengan benar Lengkapilahkalimat 8


Pilihlah jawaban paling tepat

d) Keunggulan Dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur setiap level tujuan
instruksional, mulai yang paling sederhana sampai paling kompleks. Dapat menggunakan
jumlah butir soal yang lebih banyak sehingga penarikan sampel pokok bahasan yang akan
diujikan dapat lebih luas dan dapat mencakup hampir seluruh cakupan bidang studi.
Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dilakukan secara objektif. Tipe butir soal dapat

12
dikonstruksi sehingga menuntut kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai
tingkatan kebenaran secara sekaligus. Jumlah opsi jawaban yang disediakan lebih dari
dua (empat atau lima) sehingga mengurangi kesempatan bagi peserta tes untuk menebak.
Memungkinkan dilakukannya analisis butir soal secara baik dengan melakukan uji coba
terlebih dahulu. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan dengan hanya mengubah
tingkat homogenitas alternatif jawaban. Informasi yang diberikan lebih bervariasi
terutama bila butir soal memiliki homogenitas yang tinggi. Lebih fleksibel digunakan
untuk menilai hasil belajar: kemampuan, aplikasi, analisis, síntesis, dan evaluasi. Siswa
minimum menulis.

e) Keterbatasan Sulit mengkonstruk item tes yang baik.

Terdapat kecenderungan butir soal hanya menguji/mengukur aspek ingatan. Sulit


membuat pengecoh atau alternative jawaban yang baik. Waktu lebih banyak dibutuhkan
apabila opsi semakin banyak Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membuat soal
pilihan ganda Opsi yang ditampilkan secara otomatis dapat mengurangi jumlah soal yang
dapat dibuat. Semakin terbiasa seseorang dengan tes tipe pilihan ganda semakin besar
kemungkinan ia akan memperoleh skor yang lebih baik.

f) Tips menulis tes pilihan ganda Setiap item memiliki satu aspek kemampuan yang akan
diukur Inti permasalahan harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal. 9 Hindari
pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan. Hindari rumusan kata yang berlebihan
Jika pokok soal merupakan pernyataan yang belum lengkap, maka kata atau kata-kata
yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan, bukan di tengah-tengah
kalimat. Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana. Hindari penggunaan
kata-kata teknis atau ilmiah atau istilah yang aneh atau berlebihan. Semua pilihan
jawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai jawaban yang benar. Usahakan
jawaban yang benar dan pengecoh dibuat mirip baik dari sisi gramatikal maupun konsep
teorinya. Hindari keadaan dimana jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang dari
jawaban yang salah. Hindari adanya petunjuk/indikator pada jawaban yang benar. Hindari
menggunakan pilihan yang berbunyi ”semua yang benar di atas benar” atau ”tidak
satupun yang di atas benar” Gunakan tiga atau lebih alternatif pilihan. Pokok soal
diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bermakna tidak tentu.
Pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau pertanyaan positif. Jika terpaksa
menggunakan pernyataan negatif, maka kata negatif tersebut sebaiknya
13
digarisbawahi/ditulis tebal. Hindari menggunakan pernyataan atau pertanyaan double
negatives. Misalnya “tidak tidak setuju” Tempatkan pilihan jawaban benar secara
random. (hindari jawaban A yang biasanya lebih sering daripada jawaban lain) Usahakan
setiap item tes tidak saling tergantung atau berhubungan dengan item tes lain. Buatlah
setiap alternatif jawaban pada baris berbeda, dengan spasi atau gunakan huruf atau angka
untuk memilah setiap alternatif jawaban. Konsultasikan dengan pakar bahasa dan ilmu
yang terkait untuk meyakinkan bahwa bahasa yang digunakan, soal, dan jawaban benar-
benar meyakinkan.

2.5 Keputusan yang diambil setelah pembandingan dilakukan


Keputusan yang diambil setelah pembandingan dilakukan adalah Laporan penilaian hasil
belajar siswa kepada orang tua, di samping dinyatakan dengan angka dan huruf, juga
dinyatakan dalam kata-kata yang menggambarkan kemampuan peserta didik sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki. Pengolahan hasil-hasil penialain hasil belajar menjadi laporan hasil
belajar kepada orang tua (raport siswa), dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, dan predikat
serta deskripsi untuk capaian kompetensi. Angka yang digunakan adalah dalam skala empat,
huruf A – D dan predikat kurang, cukup, baik, dan sangat baik.

kisi- kisi soal objektif


Capaian Kela Level No. Bentu
N Indikator
Pembelaja s/ Materi Kogni So k
o. Soal
ran Fase tif al Soal
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Potensi VII/D - Menganali - Potensi L1 1 PG
ekonomi s peran sumber daya L3 4 PG
Lingkungan pemerinta alam di
h dan Indonesia
masyaraka
t dalam - Potensi L1 2 PG
mendoron sumber daya L1 13 PG
g alam hutan
pertumbuh
an - Potensi L3 3 PG
perekono sumber daya L3 14 PG
mian alam
tambang

- Potensi L1 15 PG
sumber daya L3 16 PG
alam L1 17 PG
kemaritiman L2 18 PG

14
- Teori L1 5 PG
Masuknya
Hindu-Budha
di Nusantara
- Aktivitas L3 6 PG
kehidupan
masyarakat
kerajaan
kutai
- Media atau L2 7 PG
saluran L1 19 PG
penyebaran
agama islam
- Kesultanan L3 8 PG
islam di Jawa
- Pelaku L1 9 PG
ekonomi L2 10 PG
rumah
tangga,
pemerintah,
luar negeri,
produksi
- Kegiatan L1 20 PG
Ekonomi
- Faktor L2 21 PG
permintaan L3 22 PG
dan L1 23 PG
penawaran
- Pasar L1 24 PG
2 Pemberdayaan VII/D - Memaham - Status dan L3 11 PG
Masyarakat i dan Peran Sosial L2 34 PG
memiliki - Stratifikasi L1 12 PG
kesadaran dan L3 25 PG
terhadap Diferensiasi L2 26 PG
perubahan Sosial
sosial - Keanekaraga L2 27 PG
yang man Budaya L3 28 PG
sedang - Sejarah L3 29 PG
terjadi di Lokal L3 30 PG
era (Sultan L3 31 PG
kontempor Nuku, Ratu
er Kalinyamat,
- Menganali Laksamana
sis Malahayati,
hubungan Syarif
antara Abdurrahma
keraagama n)
n kondisi - Pemberdayaa L2 32 PG
geografis n Masyarakat L3 33 PG
nusantara (Uang, L3 38 PG
terhadap Pendapatan, L3 39 PG
pembentu Pengeluaran, L3 40 PG
kan Menabung

15
kemajemu dan
kan Investasi)
budaya - Hasil L2 35 PG
Kebudayaan L2 36 PG
Masyarakat
Indonesia
- Kenakalan L1 37 PG
Remaja

Soal kelas VII


1. Manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Semua bahan yang ditemukan manusia
dalam alam yang dapat dipakai untuk memenuhi semua kebutuhan disebut ...
a. sumber daya bumi c. potensi alam
b. sumber daya alam d. hasil bumi
2. Berdasarkan tujuan dan fungsinya, hutan produksi dimanfaatkan untuk ...
a. melindungi tanah dari bahaya bencana alam
b. menghasilkan produk-produk kehutanan
c. melindungi atau melestarikan flora dan fauna langka agar tidak mengalami
kepunahan
d. tempat cadangan bagi pertanian dan permukiman
3. Bahan tambang yang ada di Indonesia digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan
undang-undang. Berikut merupakan bahan tambang yang digunakan dalam kegiatan
industri dan secara tidak langsung memengaruhi hajat hidup masyarakat adalah ...
a. perak c. tembaga
b. minyak bumi dan gas bumi d. batu kapur
4. Berikut pernyataan yang tepat mengenai penyebab perubahan potensi sumber daya alam
di Indonesia adalah ...
a. semakin banyaknya penduduk, maka menuntut untuk terpenuhinya seluruh
kebutuhannya sehingga memengaruhi tingkat eksploitasi terhadap sumber daya alam
b. peningkatan populasi penduduk mendorong semakin beragamnya sumber daya alam
yang tersedia sehingga dapat dieksplorasi
c. eksploitasi sumber daya alam dapat meningkatkan hasil sumber daya alam yang ada
d. penduduk di suatu wilayah tidak memengaruhi jumlah sumber daya alam yang ada di
Indonesia
5. Masuknya Hindu-Buddha di Indonesia didukung oleh berbagai teori menurut para ahli.
Teori yang menyebutkan peran bangsa Indonesia dalam penyebaran Hindu-Buddha adalah
teori ...
a. Kesatria c. Waisya
b. Brahmana d. arus balik

16
NILAI SISWA SMP Negeri 4 Singaraja

NAMA SISWA Nilai Predikat

Bagus Putu Chavalin Irghy Ardhitya 88 B


Eilin Athalia Rusmana 88 B
Gede Andre Adryan 89 B
Gede Arya Krisna Atmaja 87 B
I Gede Ardi Wiryawan 87 B
I Gusti Agung Ayu Kirana Anandita 90 B
I Kadek Agus Pramana 87 B
I Komang Ardhi Darmawan 88 B
I Made Bayu Budiartha Tangkas 90 B
I Made Geronimo Prawira Wijaya 90 B
Kadek Aditya Widisaputra 89 B
Kadek Ayu Pradnya Agustina 89 B
Kadek Dharma Yasa 88 B
Kadek Hendrawan 87 B
Kadek Mas Abirama Dwi Saputra Panji 90 B
Ketut Aldi Putra Sena 88 B
Ketut Intan Paramita 90 B
Komang Miyuki Septi Anggarini 93 A
Komang Permana Krisaryana 88 B
Komang Radhaswari Maharani.A.W 89 B
Ni Kadek Anindya Nariswari 92 A
Ni Kadek Kanya Vidyanta 88 B
Ni Komang Anggita Sidhi Karang 91 A
Ni Luh Dita Sika 90 B
Ni Luh Putu Yuri Sheila Irawan 87 B
Ni Putu Tantri Candrawati Sastrawan 91 A
Nyoman Dharmajaya Tegeh Putra 87 B
Nyoman Setyawati Widharma Putri 89 B
Putu Abdi Wiguna 89 B
Putu Dewi Andini Wedayanti 88 B
Putu Ferland Pradnya Yasa 89 B
Putu Gede Raditya Widya Pratama 87 B
Berdasarkan nilai siswa sudah mencapai KKM dimana kkm sekolah 75 sedangkan hasil
yang didapatan siswa kelas VII Soekarno di smp negeri 4 singaraja diatas 80 dengan predikat
baik dan sangat baik.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Jadi dapat disimpulkan untuk melaksanakan evaluasi pembelajaran seharusnya
guru harus melakukan yang namanya test performance. Sebagai guru kita harus bisa
mengetahui dulu jenis test apa yang akan digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa. Untuk mengetahui hasil belajar siswa ada beberapa test yang bisa dilakukan,
misalnya tes objektik,essai, multiple choice dengan memvalidasi dulu tes tersebut
sebelum diberikan kepada siswa untuk mengukur sampai mana pemahaman siswa
terhadap materi yang sudah diberikan.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya evaluasi pembelajaran guru mampu memberikan tes
yang berbobot kepada siswa. Dan mampu memvalidasi tes yang akan diberikan kepada
siswa, sehingga tes yang diberikan mampu mengukur pemahaman siswa terhadap
materi yang sudah diberikan . guru mampu mencapai tujuan pembelajaran.

18
DAFTAR PUSTAKA

Cronbach, Lee. J. (1970). Essentials of Psychological Testing. New York: Harper & Row
Publisher
Gronlund, Norman E. (1982). Constructing Achievemet Tests. Englewood Cliffs, N.J:
Prentice-Hall, Inc.
Joesmani. (1988). Pengukuran dan Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
Kunandar. (2007). Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafinda.
https://www.sman9batam.sch.id/berita/detail/425233/jenis-teknik-dan-contoh-instrumen-
asesmen-pada-kurikulum-merdeka/ diakses pada tanggal 07 Juni 2023
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/capaian-pembelajaran/ diakses pada tanggal
07 Juni 2023
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196505161994021-
ASEP_SARIPUDIN/MAKALAH_PERFORMANCE_TEST.pdf diakses pada
tanggal 07 Juni 2023

Anda mungkin juga menyukai