Di Susun Oleh
Kelompok 3
1. Batniar
2. Muh muzaki koswara
3. Nigsul kifli
4. Shiddiq mutmaun
5. Muh akbar Setiawan
6. Erwin risaldi
7. Agus asalim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Menggunakan PAN
dan PAP dalam Pemberian Nilai”Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah evaluasi Pembelajaran, Pendidikan
tekanik elektro di Universitas negeri makassar
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I......................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................1
Acuan Penilaian.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan Makalah...........................................................................1
BAB II.....................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................3
Acuan Penilaian.......................................................................................3
A. Penilaian Acuan Patokan (PAP)..................................................3
B. Penilaian Acuan Norma..............................................................5
C. Persamaan dan Perbedaan PAN dan PAP...................................7
D. Perbandingan PAP dan PAN.......................................................9
E. Kelebihan dan Kekurangan PAN dan PAP.................................10
F. Contoh Penerapan PAP dan PAN...............................................11
BAB III....................................................................................................17
PENUTUP...............................................................................................17
A. Kesimpulan..................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................18
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam proses belajar mengajar pasti akan ada tahap evaluasi untuk mengukur
sejauh mana tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar tersebut. Evaluasi
merupakan sarana untuk mengetahui keberhasilan suatu proses pendidikan, juga
dapat dijadikan pedoman untuk menciptakan kurikulum-kurikulum baru. Dalam
proses evaluasi ada istilah yang disebut penilaian. Secara umum, proses penilaian
merupakan proses untuk mengolah data atau angka-angka dari skor menjadi
beberapa kriteria tertentu yang meliputi baik-buruk, tinggi-rendah, sempurna-
tidak sempurna, yang mana dari keseluruhan kriteria tersebut memiliki makna
evaluatif.
Hasil dari penilaian dalam evaluasi pembelajaran tersebut tertuang dalam
nilai. Nilai dapat berupa angka dan huruf. Nilai angka atau huruf umumnya
merupakan hasil tes atau ujian yang diberikan guru kepada siswa setelah mereka
mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Bagi para pendidik, masalah
penilaian pendidikan adalah masalah yang selalu implisitdalam pekerjaan
pendidikan, sehingga oleh karena itu sudah seharusnya menjadi salah satu bagian
penting dalam kelengkapan keahlian seorang pendidik. Cara pendidik melakukan
penilaian itu sangat bermacam-macam, ada yang berupa tes dan nontes.
Dalam pengolahan nilai, ada kriteria atau acuan tertentu, baik itu penilaian
acuan patokan (PAP) atau penilaian acuan norma (PAN). Penilaian acuan patokan
(PAP) merupakan penilaian yang diacukan pada tujuan instruksional yang harus
dikuasai oleh siswa, sedangkan penilaian acuan norma (PAN) merupakan
penilaian yang digunakan untuk menentukan derajat prestasi seorang siswa
dibanding nilai rata-rata perkelasnya. Kedua jenis acuan penilaian tersebut akan
dibahas lebih lanjut di makalah ini.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Penilaian Acuan Patokan (PAP) ?
2. Apa pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) ?
3. Apa sajakah persamaan dan perbedaan PAN dan PAP ?
4. Bagaimanakah perbandingan antara PAP dan PAN ?
5. Apa kelebihan serta kekurangan dari Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan
Penilaian Acuan Norma (PAN)?
6. Bagaimanakah contoh penerapan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan
Penilaian Acuan Norma (PAN) ?
2
C. Tujuan pembahasan
1. Mengetahui pengertian Penilaian Acuan Patokan (PAP) Mengetahui pengertian Penilaian
Acuan Norma (PAN)
2. Mengetahui persamaan dan perbedaan PAN dan PAP
3. Mengetahui perbandingan antara PAP dan PAN
4. Mengetahui kelebihan serta kekurangan dari Penilaian Acuan Patokan (PAP)
dan Penilaian Acuan Norma (PAN)
5. Mengetahui contoh penerapan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan
Penilaian Acuan Norma (P
2
BAB II
PEMBAHASAN
Acuan Penilaian
Nilai angka atau nilai huruf itu umumnya merupakan hasil tes atau ujian
yang diberikan oleh guru atau dosen kepada para siswa atau mahasiswanya setelah
mereka mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Nilai-nilai tersebut
dimasukkan ke dalam buku laporan pendidikan (buku raport), surat tanda tamat
belajar (STTB), ijazah atau daftar nilai lainnya.
4
B. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Suatu penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu kita
mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (instruksional) yang telah
dirumuskan sebelumnya. Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan
tingkat pencapaian penguasaan (mastery) siswa tentang materi pengajaran sesuai
dengan tujuan (instruksional) yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh misalnya: untuk dapat diterima sebagai calon tenaga
pengajar di perguruan tinggi adalah IP minimal 3,00 dan setiap calon harus lulus
tes potensi akademik yang diadakan oleh lembaga yang bersangkutan.
Berdasarkan kriteria di atas siapapun calon yang tidak memenuhi persyaratan di
atas maka dinyatakan gagal dalam tes atau tidak diterima sebagai calon tenaga
pengajar.
Seperti uraian di atas tingkat kemampuan atau kelulusan seseorang
ditentukan oleh tercapai tidaknya kriteria. Misalnya seseorang dikatakan telah
menguasai satu pokok bahasan/ kompetensi bilamana ia telah menjawab dengan
benar 75% dari butir soal dalam pokok bahasan / kompetensi tersebut. Jawaban
yang benar 75% atau lebih dinyatakan lulus, sedang jawaban yang kurang dari
75% dinyatakan belum berhasil dan harus mengulang kembali.
Muncul pertanyaan bahwa apakah siswa yang dapat menjawab benar 75%
ke atas juga akan memperoleh nilai yang sama? Hal ini tergantung pada sistem
penilaian yang digunakan. Jika hanya menggunakan kriteria lulus dan tidak lulus,
berarti siswa yang menjawab benar 75% ke atas adalah lulus, demikian juga
sebaliknya siswa yang menjawab benar kurang dari 75% tidak lulus. Apabila
sistem penilaian yang digunakan menggunakan model A, B, C, D atau standar
yang lain, kriteria ditetapkan berdasarkan rentangan skor atau skala interval.
Patokan yang digunakan dalam PAP bersifat mutlak, artinya kriteria itu
bersifat tetap untuk jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua siswa. Penilaian
dengan PAP ini sudah seharusnya digunakan dalam pelaksanaa tes formatif, agar
ketercapaian kompetensi minimal 75% dapat diketahui.
5
Ciri-ciri Penilaian Acuan Patokan (PAP)
6
C. Penilaian Acuan Norma (PAN)
7
kedua dengan menggunakan data statistik yang terdapat dalam kurva normal
dengan menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku, sehingga akan
diketemukan luas daerah kurva normal atau jumlah anak yang diluluskan.
Peringkat dan klasifikasi anak yang didasarkan pada penilaian acuan
norma lebih banyak mendorong kompetisi daripada membangun semangat
kerjasama. Lagi pula tidak menolong sebagian besar peserta didik yang
mengalami kegagalan. Dengan kata lain, keberhasilan peserta didik hanya
ditentukan oleh kelompoknya. Dalam Kurikulum pendidikan, prestasi peserta
didik ditentukan oleh perbandingan antara pencapaian sebelum dan sesudah
pembelajaran, serta kriteria penguasaan kompetensi yang ditentukan.
Misalnya seorang peserta Diklat mendapat skor 75 (hanya 75% dari tujuan
instruksional yang dicapai) dapat diberi nilai 9 dalam penilaian acuan kelompok.
Atau peserta Diklat yang hanya mendapat skor 35 dapat diberi nilai 6, sehingga
dapat lulus dalam tingkat penguasaan 35%. Tetapi dapat terjadi bahwa Peserta
Diklat yang mendapat skor 75 tidak berhasil lulus karena peserta-peserta lain
dalam kelompoknya mendapat nilai diatas 75 (75% dari tujuan tercapai). Contoh
lain, Jika nilai rata-rata kelompok/kelasnya rendah, misalnya skor 40 dari 100,
maka siswa yang memperoleh nilai 45 sudah dikatakan baik atau lulus, sebab
berada diatas rata-rata kelas. Padahal skor 45 dari skor maksimum skor 100
termasuk rendah.
Kelemahan sistem PAN dapat terlihat jelas bahwa tes apapun, dalam
kelompok apapun, dengan kadar prestasi yang bagaimanapun pemberian nilai
dengan model pendekan PAN selalu dapat dilakukan.
Oleh karena itu penggunaan model pendekatan ini dapat dilakukan dengan
baik apabila memenuhi syarat antara lain:
❖ skor nilai terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai dengan pencaran
kurva normal;
❖ jumlah yang dinilai minimal 50 orang atau lebih dari 100 orang dalam arti
sampel yang digunakan besar.
8
❖ Menggaris bawahi perbedaan prestasi antarsiswa/mahasiswa;
❖ Hanya mengandalkan nilai tunggal dan peringkat tunggal;
❖ Penilaian didasarkan pada distribusi skor (kurva bel) dengan menggunakan
satu rumus.
b. PAP
1) Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada penentuan domain
tugas belajar dengan tingkat kesulitan sejumlah item sesuai dengan
tugas pembelajaran
9
2) Menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para
siswa
3) Item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa
menghilangkan item atau soal yag memiliki tingkat kesulitan rendah
4) Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas
pembelajaran dengan konsep atau penguasaan materi belajar (mastery
learnig)
5) Interpretasi memerlukan grup tertentu dengan memenuhi kriteria
tertentu atau domain pencapaian belajar.
10
No. Penilaian Acuan Patokan Penilaian Acuan
(PAP) Normatif (PAN)
11
Kelebihan PAN :
1. Dapat digunakan untuk menetapkan nilai secara maksimal
2. Dapat membedakan kemampuan peserta didik yang pintar dan kurang
pintar. membedakan kelompok atas dan bawah.
3. Fleksibel: dapat menyesuaikan dengan kondisi yang berbeda-beda
4. Mudah menilai karena tidak ada patokan
5. Dapat digunakan untuk menilai ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Kelebihan PAP :
1. Dapat membantu guru merancang program remidi
2. Tidak membutuhkan perhitungan statistic yang rumit
3. Dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
4. Nilainya bersifat tetap selama standar yang digunakan sama.
5. Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik atau untuk mengetahui
apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum.
6. Banyak digunakan untuk kelas dengan materi pembelajaran berupa
konsep.
7. Mudah menilai karena ada patokan
12
Kekurangan Panilaian Acuan Norma (PAN)
1. Sedikit menyebutkan tujuan pembelajaran atau kompetensi
siswa/mahasiswa: apa yang mereka ketahui atau dapat mereka
lakukan;
2. Sedikit menyebutkan kualitas pembelajaran;
3. Tidak fair karena peringkat siswa/mahasiswa tidak hanya tergantung
pada tingkat prestasi, tetapi juga atas prestasi siswa/mahasiswa lain;
4. Tidak dapat diandalkan: siswa/mahasiswa yang gagal sekarang
mungkin dapat lulus pada tahun berikutnya;
5. Tidak fair, khususnya pada kelompok kecil. Referensi ini dapat
menyebarkan peringkat, memperbesar-besarkan perbedaan dalam
prestasi, dan menekan berbagai perbedaan;
6. Kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak diketahui para
mahasiswa.
Jumlah
Nomor Bobot
Bentuk Tes/Model Soal Butir Skor
Butir Soal Jawaban Betul
Soal
01-10 Tes Obyektif bentuk True-False 10 1 10
11-20 Tes Obyektif bentuk Matching 10 1 10
21-30 Tes Obyektif bentuk Completion 10 1 10
31-40 Tes Obyektif bentuk MCI model 10 1 10
melengkapi lima pilihan
41-50 Tes Obyektif bentuk MCI model 10 1½ 15
melengkapi berganda
51-60 Tes Obyektif bentuk MCI model 10 1½ 15
asosiasi dengan lima pilihan
61-70 Tes Obyektif bentuk MCI model 10 2 20
analisis hubungan antarhal
71-75 Tes Obyektif bentuk MCI model 5 4 20
13
analisis kasus
76 Tes Uraian 1 10 10
Skor Maksimum Ideal 120
Dari nilai-nilai yang telah diperoleh, maka jika diterjemahkan menjadi nilai huruf
dengan patokan adalah :
Rentang Skor Nilai
Nilai 80 s.d. 100 = A
Nilai 70 s.d. 79 = B
14
Nilai 60 s.d. 69 = C
Nilai 45 s.d. 59 = D
Nilai < 44 = E / Tidak lulus
Maka dari 20 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar tersebut tidak
ada seorang pun yang mendapat nilai A, yang mendapat nilai B hanya 1 orang
(5%), Nilai C dicapai oleh 2 orang siswa (10 %), Nilai D ada 10 orang siswa
(50%) dan siswa yang tidak lulus pada tes bidang studi Bahasa Indonesia ini ada 7
orang siswa (35%).
2. Contoh Penerapan
PAN Contoh 1:
1. Suatu kelompok peserta didik (siswa) terdiri dari 9 orang mendapat skor
(nilai mentah):
Dari skor mentah ini dapat dibaca bahwa perolehan tertinggi adalah 50 dan
perolehan terendah adalah 30. Dengan demikian nilai tertinggi diberikan terhadap
skor tertinggi, misalnya 10. Secara proporsional skor di atas dapat diberi nilai 10,
9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.
Cara lain ialah dengan menghitung persentase jawaban benar yang dijawab oleh
setiap siswa. Kemudian kepada siswa yang memperoleh persentase tertinggi
diberikan nilai tertinggi. Jika skor (nilai mentah) di atas didapat dari 60 butir
pertanyaan atau skor maksimalnya 60, maka (perhatikan tabel di bawah ini)!
Tabel. 1
Menghitung Nilai dari Skor (Nilai Mentah)
Nilai 50 45 45 40 40 40 35 35 30
mentah
Persentase 83,3 75,0 75,0 66,7 66,7 66,7 58,5 58,5 50,0
jawaban
yang
benar
Nilai 10 9 9 8 8 8 7 7 6
(1-10)
15
Untuk mengubah persentase menjadi nilai (1-10) dengan cara bahwa persentase
tertinggi diberi nilai 10, ini berarti bahwa 83,3% dihargai 10, maka 75,0%
harganya adalah (75,0% / 83,3%) x 10 = 9,0.
Contoh 2:
2. Sekelompok siswa terdiri dari 40 orang dalam satu ujian memperoleh nilai
mentah sebagai berikut:
55 43 39 38 37 35 34 32
52 43 40 37 36 35 34 30
49 43 40 37 36 35 33 28
48 42 40 37 36 34 33 22
46 39 38 37 36 34 32 21
Tabel. 2
Pengolahan Nilai Mentah Menjadi (1-10)
No.
Nilai Jumlah Jika 55 Jika skor Persentase
Mentah Siswa diberi 10 maks. 75 maka diubah menjadi
maka % yg benar (1-10)
16
1 2 3 4 5 6
17
15 33 2 6,0 44,9 6,0
Jumlah siswa: 40
Jika nilai mentah yang paling tinggi 55, diberi nilai 10 maka nilai untuk: 52
adalah (52/55) x 10 = 9,5.
Misalnya dalam ujian tersebut nilai maksimalnya 75, maka besar presentase
dihitung sebagai berikut: (55/75) x 100% = 73,3%.
Nilai akhir yang dihitung berdasarkan perubahan nilai mentah menjadi nilai (1-10)
atau nilai mentah menjadi persentase kemudian menjadi nilai (1-10) hasilnya
sama, sebagaimana terlihat pada kolom 4 dan kolom 6 pada tabel 2 di atas.
Bilamana jumlah anggota kelompok tidak hanya satu kelas tetapi beberapa kelas
sehingga banyaknya peserta didik (siswa) ratusan jumlahnya maka untuk memberi
nilai kepada setiap anggota kelompok digunakan statistik sederhana dengan
menentukan besarnya skor rata-rata kelompok dan simpangan baku kelompok.
18
Dalam hal ini penyebaran kemampuan anggota kelompok biasanya digambarkan
menurut kurva normal.
Menurut distribusi kurva normal kalau sekelompok peserta didik (siswa) yang
memiliki skor rata-rata 60, maka jumlah siswa yang mendapat skor 60 ke atas
adalah:
19
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP) mengacu kepada suatu kriteria
pencapaian tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
tetap untuk jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua siswa.
23
24