Anda di halaman 1dari 27

EVALUASI PEMBELAJARA

(Mengunakan PAN dan PAP dalam pemberian nilai)

Di Susun Oleh
Kelompok 3

1. Batniar
2. Muh muzaki koswara
3. Nigsul kifli
4. Shiddiq mutmaun
5. Muh akbar Setiawan
6. Erwin risaldi
7. Agus asalim

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Menggunakan PAN
dan PAP dalam Pemberian Nilai”Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah evaluasi Pembelajaran, Pendidikan
tekanik elektro di Universitas negeri makassar

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada teman teman kelompok. sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.

Kelompok (3),13 april 20

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I......................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................1
Acuan Penilaian.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan Makalah...........................................................................1
BAB II.....................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................3
Acuan Penilaian.......................................................................................3
A. Penilaian Acuan Patokan (PAP)..................................................3
B. Penilaian Acuan Norma..............................................................5
C. Persamaan dan Perbedaan PAN dan PAP...................................7
D. Perbandingan PAP dan PAN.......................................................9
E. Kelebihan dan Kekurangan PAN dan PAP.................................10
F. Contoh Penerapan PAP dan PAN...............................................11
BAB III....................................................................................................17
PENUTUP...............................................................................................17
A. Kesimpulan..................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam proses belajar mengajar pasti akan ada tahap evaluasi untuk mengukur
sejauh mana tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar tersebut. Evaluasi
merupakan sarana untuk mengetahui keberhasilan suatu proses pendidikan, juga
dapat dijadikan pedoman untuk menciptakan kurikulum-kurikulum baru. Dalam
proses evaluasi ada istilah yang disebut penilaian. Secara umum, proses penilaian
merupakan proses untuk mengolah data atau angka-angka dari skor menjadi
beberapa kriteria tertentu yang meliputi baik-buruk, tinggi-rendah, sempurna-
tidak sempurna, yang mana dari keseluruhan kriteria tersebut memiliki makna
evaluatif.
Hasil dari penilaian dalam evaluasi pembelajaran tersebut tertuang dalam
nilai. Nilai dapat berupa angka dan huruf. Nilai angka atau huruf umumnya
merupakan hasil tes atau ujian yang diberikan guru kepada siswa setelah mereka
mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Bagi para pendidik, masalah
penilaian pendidikan adalah masalah yang selalu implisitdalam pekerjaan
pendidikan, sehingga oleh karena itu sudah seharusnya menjadi salah satu bagian
penting dalam kelengkapan keahlian seorang pendidik. Cara pendidik melakukan
penilaian itu sangat bermacam-macam, ada yang berupa tes dan nontes.
Dalam pengolahan nilai, ada kriteria atau acuan tertentu, baik itu penilaian
acuan patokan (PAP) atau penilaian acuan norma (PAN). Penilaian acuan patokan
(PAP) merupakan penilaian yang diacukan pada tujuan instruksional yang harus
dikuasai oleh siswa, sedangkan penilaian acuan norma (PAN) merupakan
penilaian yang digunakan untuk menentukan derajat prestasi seorang siswa
dibanding nilai rata-rata perkelasnya. Kedua jenis acuan penilaian tersebut akan
dibahas lebih lanjut di makalah ini.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Penilaian Acuan Patokan (PAP) ?
2. Apa pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) ?
3. Apa sajakah persamaan dan perbedaan PAN dan PAP ?
4. Bagaimanakah perbandingan antara PAP dan PAN ?
5. Apa kelebihan serta kekurangan dari Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan
Penilaian Acuan Norma (PAN)?
6. Bagaimanakah contoh penerapan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan
Penilaian Acuan Norma (PAN) ?
2
C. Tujuan pembahasan
1. Mengetahui pengertian Penilaian Acuan Patokan (PAP) Mengetahui pengertian Penilaian
Acuan Norma (PAN)
2. Mengetahui persamaan dan perbedaan PAN dan PAP
3. Mengetahui perbandingan antara PAP dan PAN
4. Mengetahui kelebihan serta kekurangan dari Penilaian Acuan Patokan (PAP)
dan Penilaian Acuan Norma (PAN)
5. Mengetahui contoh penerapan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan
Penilaian Acuan Norma (P

2
BAB II

PEMBAHASAN
Acuan Penilaian

Di dalam setiap kegiatan belajar mengajar selalu dilakukan penilaian.


Hasil penilaian disajikan dalam bentuk nilai angka atau huruf. Dalam hal ini, ada
lembaga pendidikan yang menggunakan nilai angka dengan skala 0 sampai 100,
dan ada pula yang menggunakan nilai angka itu dengan skala 0 sampai 10. Di
Nilai angka atau nilai huruf itu umumnya merupakan hasil tes atau ujian yang
diberikan oleh guru atau dosen kepada para siswa atau mahasiswanya setelah
mereka mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Nilai-nilai tersebut
dimasukkan ke dalam buku laporan pendidikan (buku raport), surat tanda tamat
belajar (STTB), ijazah atau daftar nilai lainnya.

Nilai-nilai yang dimasukkan ke dalam buku raport dan lain-lain itu


merupakan hasil pengolahan dari skor mentah (raw-score) yang diperoleh dari
pekerjaan siswa dalam tes, atau mungkin juga merupakan hasil pengolahan dari
nilai-nilai sub sumatif, nilai tugas penyusunan makalah dan nilai ujian akhir
semester.

Pengolahan nilai-nilai menjadi nilai akhir seorang siswa dapat dilakukan


dengan mengacu kepada kriteria atau patokan tertentu. Dalam hal ini dikenal
adanya dua patokan yang umum dipakai dalam penilaian itu, yaitu “penilaian
acuan patokan” (criterion-referenced evaluation) dan “penilaian acuan norma”
(norm-referenced evaluation).

A. Penilaian Acuan Patokan (PAP)


Suatu penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu kita
mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (instruksional) yang telah
dirumuskan sebelumnya. Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan
tingkat pencapaian penguasaan (mastery) siswa tentang materi pengajaran sesuai
dengan tujuan (instruksional) yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh misalnya: untuk dapat diterima sebagai calon tenaga
pengajar di perguruan tinggi adalah IP minimal 3,00 dan setiap calon harus lulus
tes potensi akademik yang diadakan oleh lembaga yang bersangkutan.
Berdasarkan
3
kriteria di atas siapapun calon yang tidak memenuhi persyaratan di atas
maka dinyatakan gagal dalam tes atau tidak diterima sebagai calon tenaga
pengajar.
Seperti uraian di atas tingkat kemampuan atau kelulusan seseorang ditentukan
oleh tercapai tidaknya kriteria. Misalnya seseorang dikatakan telah menguasai
satu pokok bahasan/ kompetensi bilamana ia telah menjawab dengan perguruan
tinggi umumnya dipergunakan nilai huruf, yaitu A, B, C, D, dan E atau TL.

Nilai angka atau nilai huruf itu umumnya merupakan hasil tes atau ujian
yang diberikan oleh guru atau dosen kepada para siswa atau mahasiswanya setelah
mereka mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Nilai-nilai tersebut
dimasukkan ke dalam buku laporan pendidikan (buku raport), surat tanda tamat
belajar (STTB), ijazah atau daftar nilai lainnya.

Nilai-nilai yang dimasukkan ke dalam buku raport dan lain-lain itu


merupakan hasil pengolahan dari skor mentah (raw-score) yang diperoleh dari
pekerjaan siswa dalam tes, atau mungkin juga merupakan hasil pengolahan dari
nilai-nilai sub sumatif, nilai tugas penyusunan makalah dan nilai ujian akhir
semester.

Pengolahan nilai-nilai menjadi nilai akhir seorang siswa dapat dilakukan


dengan mengacu kepada kriteria atau patokan tertentu. Dalam hal ini dikenal
adanya dua patokan yang umum dipakai dalam penilaian itu, yaitu “penilaian
acuan patokan” (criterion-referenced evaluation) dan “penilaian acuan norma”
(norm-referenced evaluation).

4
B. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Suatu penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu kita
mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (instruksional) yang telah
dirumuskan sebelumnya. Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan
tingkat pencapaian penguasaan (mastery) siswa tentang materi pengajaran sesuai
dengan tujuan (instruksional) yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh misalnya: untuk dapat diterima sebagai calon tenaga
pengajar di perguruan tinggi adalah IP minimal 3,00 dan setiap calon harus lulus
tes potensi akademik yang diadakan oleh lembaga yang bersangkutan.
Berdasarkan kriteria di atas siapapun calon yang tidak memenuhi persyaratan di
atas maka dinyatakan gagal dalam tes atau tidak diterima sebagai calon tenaga
pengajar.
Seperti uraian di atas tingkat kemampuan atau kelulusan seseorang
ditentukan oleh tercapai tidaknya kriteria. Misalnya seseorang dikatakan telah
menguasai satu pokok bahasan/ kompetensi bilamana ia telah menjawab dengan

benar 75% dari butir soal dalam pokok bahasan / kompetensi tersebut. Jawaban
yang benar 75% atau lebih dinyatakan lulus, sedang jawaban yang kurang dari
75% dinyatakan belum berhasil dan harus mengulang kembali.

Muncul pertanyaan bahwa apakah siswa yang dapat menjawab benar 75%
ke atas juga akan memperoleh nilai yang sama? Hal ini tergantung pada sistem
penilaian yang digunakan. Jika hanya menggunakan kriteria lulus dan tidak lulus,
berarti siswa yang menjawab benar 75% ke atas adalah lulus, demikian juga
sebaliknya siswa yang menjawab benar kurang dari 75% tidak lulus. Apabila
sistem penilaian yang digunakan menggunakan model A, B, C, D atau standar
yang lain, kriteria ditetapkan berdasarkan rentangan skor atau skala interval.
Patokan yang digunakan dalam PAP bersifat mutlak, artinya kriteria itu
bersifat tetap untuk jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua siswa. Penilaian
dengan PAP ini sudah seharusnya digunakan dalam pelaksanaa tes formatif, agar
ketercapaian kompetensi minimal 75% dapat diketahui.

5
Ciri-ciri Penilaian Acuan Patokan (PAP)

❖ Kelulusan seseorang ditentukan oleh satu patokan atau persyaratan


tertentu, bukan ditentukan oleh ranking dalam kelompok tertentu;
❖ Satu bentuk penilaian berbabsis kompetensi;
❖ Digunakan dalam belajar tuntas, semua komponen standar/tujuan
pembelajaran (learning objectives/outcomes)/tujuan instruksional dikuasai;
❖ siswa/mahasiswa dinilai dengan kriteria yang telah ditentukan;
❖ Seringkali dihubungkan dengan penguasaan pembelajaran, misalnya lulus-
gagal dalam test tertentu;
❖ Mengenali apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa/mahasiswa.

Karakteristik Penilaian Acuan Patokan (PAP):


 dapat meningkatkan kualitas pengajaran
 tepat untuk penilaian sumatif
 kemungkinan terjadi tidak ada siswa yang lulus
 tidak perlu menghitung rata-rata
Langkah-langkah :

1. Menentukan terlebih dahulu persentase minimal pengusaan materi


2. Menentukan nilai-nilai berdasarkan standar nilai (A, B, C, D, dan E) yang
digunakan sesuai dengan prestasi yang dicapai masing-masing siswa.
Contoh : Misalkan persentase minimalnya adalah 60%. Berarti kalau jumlah
soal seluruhnya 100 item, maka siswa harus mencapai minimal 60 item yang
benar sedangkan siswa yang mencapai dibawah 60 dinyatakan dengan nilai E
atau F. Nilai-nilai A, B, C, D ditentukan sesuai dengan prestasi yang
dicapai oleh
masing-masing siswa, sebagai berikut:

Pedoman Konversi Tabel Konversi (SMI =


100) 91% - 100%= A 91 – 100 = A
81% - 90% = B 81 – 90 = B
71% - 80% = C 71 – 80 = C
60% - 70% = D 60 – 70 = D
< 60% = E < 60 = E

6
C. Penilaian Acuan Norma (PAN)

Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan


mengacu pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh siswa
dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain dalam kelompok tersebut. Dengan kata
lain PAN merupakan sistem penilaian yang didasarkan pada nilai sekelompok
siswa dalam satu proses pembelajaran sesuai dengan tingkat penguasaan pada
kelompok tersebut. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan skor pada
kelompok itu.
Dalam hal ini “norma” berarti kapasistas atau prestasi kelompok,
sedangkan “kelompok” adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut dapat
kelompok siswa dalam satu kelas, sekolah, rayon, propinsi, dan lain-lain. PAN
juga dapat dikatakan penilaian “apa adanya” dengan pengertian bahwa acuan
pembandingnya semata-mata diambil dari kenyataan yang diperoleh (rata-rata dan
simpangan baku) pada saat penilaian dilakukan dan tidak dikaitkan dengan hasil
pengukuran lain.
Tujuan penilaian acuan norma adalah untuk membedakan peserta didik atas
kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai
dengan tertinggi. Secara ideal, pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu
kelompok menggambarkan suatu kurva normal.
Dalam penerapan sistem PAN ada dua hal pokok yang harus ditetapkan
yaitu: banyaknya siswa yang akan lulus dan penetapan batas lulus. Terdapat dua
cara di dalam menentukan batas kelulusan antara lain: menetapkan terlebih dahulu
jumlah yang diluluskan, misalnya 75% dari seluruh peserta tes, kemudian skor
tiap siswa disusun dan diranking sehingga akan diketemukan skor terendah. Cara

7
kedua dengan menggunakan data statistik yang terdapat dalam kurva normal
dengan menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku, sehingga akan
diketemukan luas daerah kurva normal atau jumlah anak yang diluluskan.
Peringkat dan klasifikasi anak yang didasarkan pada penilaian acuan
norma lebih banyak mendorong kompetisi daripada membangun semangat
kerjasama. Lagi pula tidak menolong sebagian besar peserta didik yang
mengalami kegagalan. Dengan kata lain, keberhasilan peserta didik hanya
ditentukan oleh kelompoknya. Dalam Kurikulum pendidikan, prestasi peserta
didik ditentukan oleh perbandingan antara pencapaian sebelum dan sesudah
pembelajaran, serta kriteria penguasaan kompetensi yang ditentukan.
Misalnya seorang peserta Diklat mendapat skor 75 (hanya 75% dari tujuan
instruksional yang dicapai) dapat diberi nilai 9 dalam penilaian acuan kelompok.
Atau peserta Diklat yang hanya mendapat skor 35 dapat diberi nilai 6, sehingga
dapat lulus dalam tingkat penguasaan 35%. Tetapi dapat terjadi bahwa Peserta
Diklat yang mendapat skor 75 tidak berhasil lulus karena peserta-peserta lain
dalam kelompoknya mendapat nilai diatas 75 (75% dari tujuan tercapai). Contoh
lain, Jika nilai rata-rata kelompok/kelasnya rendah, misalnya skor 40 dari 100,
maka siswa yang memperoleh nilai 45 sudah dikatakan baik atau lulus, sebab
berada diatas rata-rata kelas. Padahal skor 45 dari skor maksimum skor 100
termasuk rendah.
Kelemahan sistem PAN dapat terlihat jelas bahwa tes apapun, dalam
kelompok apapun, dengan kadar prestasi yang bagaimanapun pemberian nilai
dengan model pendekan PAN selalu dapat dilakukan.
Oleh karena itu penggunaan model pendekatan ini dapat dilakukan dengan
baik apabila memenuhi syarat antara lain:
❖ skor nilai terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai dengan pencaran
kurva normal;
❖ jumlah yang dinilai minimal 50 orang atau lebih dari 100 orang dalam arti
sampel yang digunakan besar.

Ciri-ciri Penilaian Acuan Norma (PAN)

❖ Tidak untuk menentukan kelulusan seseorang, tetapi untuk menentukan


ranking siswa/mahasiswa dalam kelompok tertentu;
❖ Untuk memetakan perbandingan siswa/mahasiswa: Siswa/mahasiswa
dinilai dan diberi ranking antara satu dengan lainnya;

8
❖ Menggaris bawahi perbedaan prestasi antarsiswa/mahasiswa;
❖ Hanya mengandalkan nilai tunggal dan peringkat tunggal;
❖ Penilaian didasarkan pada distribusi skor (kurva bel) dengan menggunakan
satu rumus.

D. Persamaan dan Perbedaan PAN dan PAP


1. Persamaan PAN dan PAP
a. Kedua pengukuran PAN dan PAP memerlukan adanya tujun evaluasi spesifik
sebagai menentukan focus item yang diperlukan
b. Kedua pengukuran memerlukan sampel yang relevan, digunakan sebagai
subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi
c. Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua
pengukuran sama-sama memerlukan item-item yang disusun dalam suatu tes
dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrument
d. Kedua pengukuran memerlukan persayartan pokok, yaitu validitas dan
reliabilitas. Validitas yaitu apakah item yang disusun mengukur apa yang
hendak diukur, sedangkan realibilitas yaitu apakah item tes memiliki hasil
keajegan atau konsistensi
e. Kedua pegukuran tersebut sama manfaatnya, yaitu alat pengumpul data siswa
yang di evaluasi

2. Perbedaan PAN dan PAP:


a. PAN
1) Merupakan tes yang mencakup domain tugas pembelajaran dengan item
pengukuran yang spesifik
2) Menekankan perbedaan antara individual siswa satu dengan siswa lainnya
dalam kelomok atau kelas
3) Item-item memiliki tingkat kesulitan tinggi dan cenderung menghilangkan
item yang memiliki tingkat kesulitan rendah
4) Lebih banyak digunakan, khususnya pada kelas yang memiliki kelompok-
kelompok dengan pembedaan siswa pandai, diatas rerata, dibawah rerata
dan bodoh.
5) Interpretasi evaluasi memerlukan adanya pengelompokan atas kelompok-
kelompok tertentu secara jelas

b. PAP
1) Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada penentuan domain
tugas belajar dengan tingkat kesulitan sejumlah item sesuai dengan
tugas pembelajaran

9
2) Menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para
siswa
3) Item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa
menghilangkan item atau soal yag memiliki tingkat kesulitan rendah
4) Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas
pembelajaran dengan konsep atau penguasaan materi belajar (mastery
learnig)
5) Interpretasi memerlukan grup tertentu dengan memenuhi kriteria
tertentu atau domain pencapaian belajar.

E. Perbandingan PAP dan PAN

No. Penilaian Acuan Patokan Penilaian Acuan


(PAP) Normatif (PAN)

1. PAP digunakan untuk PAN digunakan untuk


menentukan status setiap menentukan status setiap peserta
peserta terhadap tujuan yang terhadap kemampuan peserta
direncanakan lain

2. Tidak memperdulikan Perbedaan individual mendapat


perbedaan individual penekanan dalam PAN

3. Keragaman bukan menjadi Pengembang PAN berupaya


faktor penentu dalam PAP, untuk menghasilkan tes-tes yang
walaupun pada akhirnya tes- menghasilkan keragaman yang
tes akan membedakan peserta cukup berarti
yang telah menguasai dan
belum menguasai

4. PAP secara khusus PAN mengukur kompetensi


menekankan pada ranah umum peserta didik
(kawasan) tertentu yang harus
dipelajari peserta didik

10
No. Penilaian Acuan Patokan Penilaian Acuan
(PAP) Normatif (PAN)

5. Butir-butir soal ditulis PAN menghasilkan penguasaan


berdasarkan peserta didik secara umum
pengelompokkan, setiap dalam bidang pembelajaran
kelompok terpusat pada tertentu
tujuan tertentu

6. PAP memberikan indikator PAN memberikan hasil


yang lebih meyakinkan pengukuran yang meyakinkan
bahwa tujuan telah tercapai terhadap penguasaan secara
umum mengenai pembelajaran

7. PAP memiliki standar PAN memiliki kecendrungan


penguasaan untuk semua untuk menggunakan rentangan
peserta yaitu berhasil atau tingkat penguasaan seseorang
gagal terhadap kelompoknya, mulai
dari yang sangat istimewa
sampai dengan yang mengalami
kesulitan yang serius

8. PAP memberikan penjelasan PAN memberikan skor yang


tentang penguasaan menggambarkan penguasaan
kelompok terhadap satu atau kelompok
sejumlah tujuan

9. Mudah menentukan materi Sukar menentukan dan memberi


yang belum dikuasai peserta bantuan materi yang belum
didik dan mudah memberikan dikuasai peserta didik
bantuan untuk menguasainya

10 Baik PAP maupun PAN diperlukan dalam pengukuran, karena


keputusan yang tepat untuk memilih alat ukur yang digunakan
akan sangat menentukan, misal alat ukur untuk UN berbeda
dengan alat ukur untuk UMPT

F. Kelebihan dan Kekurangan PAN dan PAP

11
Kelebihan PAN :
1. Dapat digunakan untuk menetapkan nilai secara maksimal
2. Dapat membedakan kemampuan peserta didik yang pintar dan kurang
pintar. membedakan kelompok atas dan bawah.
3. Fleksibel: dapat menyesuaikan dengan kondisi yang berbeda-beda
4. Mudah menilai karena tidak ada patokan
5. Dapat digunakan untuk menilai ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Kelebihan PAP :
1. Dapat membantu guru merancang program remidi
2. Tidak membutuhkan perhitungan statistic yang rumit
3. Dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
4. Nilainya bersifat tetap selama standar yang digunakan sama.
5. Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik atau untuk mengetahui
apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum.
6. Banyak digunakan untuk kelas dengan materi pembelajaran berupa
konsep.
7. Mudah menilai karena ada patokan

Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

1. Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah


kriteria dan standar;
2. Beresiko mengembangkan daftar nama kriteria yang berlainan;
3. Lebih menekankan hasil daripada proses;
4. Peringkat dapat dinyatakan dengan tidak sebenarnya secara
positif/negatif;
5. Kadang akademisi kurang kompeten dan percaya diri untuk
membuat penilaian profesional;
6. Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan dari
menilai berdasarkan referensi norma menjadi referensi kriteria;
7. Pikiran bahwa hanya persentase kecil yang memperoleh ranking
rendah, dan sebaliknya, pasti mereka yang di pendidikan tinggi yang
memperoleh ranking tinggi;
8. Siswa/mahasiswa dapat mempertanyakan nilai mereka.

12
Kekurangan Panilaian Acuan Norma (PAN)
1. Sedikit menyebutkan tujuan pembelajaran atau kompetensi
siswa/mahasiswa: apa yang mereka ketahui atau dapat mereka
lakukan;
2. Sedikit menyebutkan kualitas pembelajaran;
3. Tidak fair karena peringkat siswa/mahasiswa tidak hanya tergantung
pada tingkat prestasi, tetapi juga atas prestasi siswa/mahasiswa lain;
4. Tidak dapat diandalkan: siswa/mahasiswa yang gagal sekarang
mungkin dapat lulus pada tahun berikutnya;
5. Tidak fair, khususnya pada kelompok kecil. Referensi ini dapat
menyebarkan peringkat, memperbesar-besarkan perbedaan dalam
prestasi, dan menekan berbagai perbedaan;
6. Kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak diketahui para
mahasiswa.

G. Contoh Penerapan PAP dan PAN


1. Contoh Penerapan
PAP Contoh 1:
Seorang guru merencanakan tes hasil belajar dalam bidang studi Bahasa
Indonesia. Soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut terdiri atas 75 butir soal
tes obyektif dan 1 butir soal tes uraian dengan rincian sbb :

Jumlah
Nomor Bobot
Bentuk Tes/Model Soal Butir Skor
Butir Soal Jawaban Betul
Soal
01-10 Tes Obyektif bentuk True-False 10 1 10
11-20 Tes Obyektif bentuk Matching 10 1 10
21-30 Tes Obyektif bentuk Completion 10 1 10
31-40 Tes Obyektif bentuk MCI model 10 1 10
melengkapi lima pilihan
41-50 Tes Obyektif bentuk MCI model 10 1½ 15
melengkapi berganda
51-60 Tes Obyektif bentuk MCI model 10 1½ 15
asosiasi dengan lima pilihan
61-70 Tes Obyektif bentuk MCI model 10 2 20
analisis hubungan antarhal
71-75 Tes Obyektif bentuk MCI model 5 4 20

13
analisis kasus
76 Tes Uraian 1 10 10
Skor Maksimum Ideal 120

Berdasarkan rincian butir-butir soal diatas tersebut dapat diketahui bahwa


Skor Maksimum Ideal (SMI) dari tes hasil belajar tersebut adalah = 120.
Kemudian Skor-skor mentah hasil THB bidang studi Bahasa Indonesia yang
dicapai oleh 20 orang siswa setelah diubah (dikonversi) menjadi nilai standar
dengan menggunakan standar mutlak (penilaian beracuan kriterium).

Dengan menggunakan Rumus :


Nilai = Skor Mentah/Skor Maksimum Ideal X 100
No. Skor Mentah Nilai
1. 60 60/120 X 100 = 50
2. 40 40/120 X 100 = 33
3. 80 80/120 X 100 = 67
4. 30 30/120 X 100 = 25
5. 75 75/120 X 100 = 62
6. 52 52/120 X 100 = 43
7. 59 59/120 X 100 = 49
8. 71 71/120 X 100 = 59
9. 41 41/120 X 100 = 34
10. 58 58/120 X 100 = 48
11. 61 61/120 X 100 = 51
12. 56 56/120 X 100 = 47
13. 53 53/120 X 100 = 44
14. 63 63/120 X 100 = 52
15. 85 785/120 X 100 = 71
16. 54 54/120 X 100 = 45
17. 60 60/120 X 100 = 50
18. 49 49/120 X 100 = 41
19. 55 55/120 X 100 = 46
20. 43 43/120 X 100 = 36

Dari nilai-nilai yang telah diperoleh, maka jika diterjemahkan menjadi nilai huruf
dengan patokan adalah :
Rentang Skor Nilai
Nilai 80 s.d. 100 = A
Nilai 70 s.d. 79 = B

14
Nilai 60 s.d. 69 = C
Nilai 45 s.d. 59 = D
Nilai < 44 = E / Tidak lulus
Maka dari 20 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar tersebut tidak
ada seorang pun yang mendapat nilai A, yang mendapat nilai B hanya 1 orang
(5%), Nilai C dicapai oleh 2 orang siswa (10 %), Nilai D ada 10 orang siswa
(50%) dan siswa yang tidak lulus pada tes bidang studi Bahasa Indonesia ini ada 7
orang siswa (35%).

2. Contoh Penerapan
PAN Contoh 1:
1. Suatu kelompok peserta didik (siswa) terdiri dari 9 orang mendapat skor
(nilai mentah):

50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30

Dari skor mentah ini dapat dibaca bahwa perolehan tertinggi adalah 50 dan
perolehan terendah adalah 30. Dengan demikian nilai tertinggi diberikan terhadap
skor tertinggi, misalnya 10. Secara proporsional skor di atas dapat diberi nilai 10,
9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.

Cara lain ialah dengan menghitung persentase jawaban benar yang dijawab oleh
setiap siswa. Kemudian kepada siswa yang memperoleh persentase tertinggi
diberikan nilai tertinggi. Jika skor (nilai mentah) di atas didapat dari 60 butir
pertanyaan atau skor maksimalnya 60, maka (perhatikan tabel di bawah ini)!

Tabel. 1
Menghitung Nilai dari Skor (Nilai Mentah)
Nilai 50 45 45 40 40 40 35 35 30
mentah
Persentase 83,3 75,0 75,0 66,7 66,7 66,7 58,5 58,5 50,0
jawaban
yang
benar
Nilai 10 9 9 8 8 8 7 7 6
(1-10)

15
Untuk mengubah persentase menjadi nilai (1-10) dengan cara bahwa persentase
tertinggi diberi nilai 10, ini berarti bahwa 83,3% dihargai 10, maka 75,0%
harganya adalah (75,0% / 83,3%) x 10 = 9,0.

Dapat juga dicari faktor pengali terlebih dahulu, yaitu:

83,3% adalah 10 atau (83,3/100) x n = 10 atau n = 12. Jadi faktor pengalinya


adalah 12, sehingga 66,7% pada nilai (1-10) adalah 66,7% x 12 = 7,9 atau 8.

Contoh 2:
2. Sekelompok siswa terdiri dari 40 orang dalam satu ujian memperoleh nilai
mentah sebagai berikut:

55 43 39 38 37 35 34 32

52 43 40 37 36 35 34 30

49 43 40 37 36 35 33 28

48 42 40 37 36 34 33 22

46 39 38 37 36 34 32 21

Penyebaran nilai mentah di atas dapat ditulis seperti tabel berikut:

Tabel. 2
Pengolahan Nilai Mentah Menjadi (1-10)
No.
Nilai Jumlah Jika 55 Jika skor Persentase
Mentah Siswa diberi 10 maks. 75 maka diubah menjadi
maka % yg benar (1-10)

16
1 2 3 4 5 6

1 55 1 10,0 73,3 10,0

2 52 1 9,5 69,3 9,5

3 49 1 9,0 65,3 9,0

4 48 1 8,7 64,0 8,7

5 46 1 8,4 61,3 8,4

6 43 3 7,8 57,3 7,8

7 42 1 7,6 56,0 7,6

8 40 3 7,3 53,3 7,3

9 39 2 7,1 52,0 7,1

10 38 2 6,9 50,7 6,9

11 37 5 6,7 49,3 6,7

12 36 4 6,5 48,0 6,5

13 35 3 6,4 46,7 6,4

14 34 4 6,2 45,3 6,2

17
15 33 2 6,0 44,9 6,0

16 32 2 5,8 42,7 5,8

17 30 1 5,5 40,0 5,5

18 28 1 5,1 37,3 5,1

19 22 1 4,0 29,3 4,0

20 21 1 3,8 28,0 3,8

Jumlah siswa: 40

Jika nilai mentah yang paling tinggi 55, diberi nilai 10 maka nilai untuk: 52
adalah (52/55) x 10 = 9,5.

Misalnya dalam ujian tersebut nilai maksimalnya 75, maka besar presentase
dihitung sebagai berikut: (55/75) x 100% = 73,3%.

Nilai akhir yang dihitung berdasarkan perubahan nilai mentah menjadi nilai (1-10)
atau nilai mentah menjadi persentase kemudian menjadi nilai (1-10) hasilnya
sama, sebagaimana terlihat pada kolom 4 dan kolom 6 pada tabel 2 di atas.

Bilamana jumlah anggota kelompok tidak hanya satu kelas tetapi beberapa kelas
sehingga banyaknya peserta didik (siswa) ratusan jumlahnya maka untuk memberi
nilai kepada setiap anggota kelompok digunakan statistik sederhana dengan
menentukan besarnya skor rata-rata kelompok dan simpangan baku kelompok.

Jumlah anggota kelompok yang besar, distribusi (penyebaran) kemampuannya


mulai dari yang paling pandai, pandai, sedang, kurang dan sangat kurang.

18
Dalam hal ini penyebaran kemampuan anggota kelompok biasanya digambarkan
menurut kurva normal.

Menurut distribusi kurva normal kalau sekelompok peserta didik (siswa) yang
memiliki skor rata-rata 60, maka jumlah siswa yang mendapat skor 60 ke atas
adalah:

60 sampai dengan (60 + 1.SD) adalah 34,13%


(60 + 1.SD) sampai dengan (60 + 2.SD) adalah 13,59%
(60 + 2.SD) sampai dengan (60 + 3.SD) adalah 2,14%
Begitu pula siswa yang mendapat skor 60 ke bawah adalah:
60 sampai dengan (60 – 1.SD) adalah 34,13%
(60 – 1.SD) sampai dengan (60 – 2.SD) adalah 13,59%
(60 – 2.SD) sampai dengan (60 – 3.SD) adalah 2,14%
Dengan kata lain jumlah siswa yang memperoleh skor antara (+ 1.SD sampai
dengan – 1.SD) adalah 68,26%, yang memperoleh skor antara (+ 2.SD
sampai dengan – 2.SD) adalah 95,44%.
Tabel. 3
Konversi Skor Mentah ke dalam Nilai (1-10)
Skor Mentah Nilai Contoh
(1-10)
Skor Rata-rata + 10 Perhatikan tabel. 2, peserta dengan
2,25SD skor mentah 49 mendapat nilai:
37,4 + 6,8n = 49 ( n = besar
penyimpangan antara + 2,25
sampai dengan – 2,25, maka
didapat n = 1, 71.
Dengan demikian peserta dengan
skor mentah 49 mendapat nilai 8,5.

19
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP) mengacu kepada suatu kriteria
pencapaian tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya.

2. Patokan yang digunakan dalam PAP bersifat mutlak, artinya kriteria


itu bersifat tetap untuk jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua
siswa.
3. Karakteristik Penilaian Acuan Patokan (PAP):
 dapat meningkatkan kualitas pengajaran
 tepat untuk penilaian sumatif
 kemungkinan terjadi tidak ada siswa yang lulus
 tidak perlu menghitung rata-rata
4. Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan
dengan mengacu pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh
siswa dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain dalam kelompok
tersebut.
5. Dalam penerapan sistem PAN ada dua hal pokok yang harus
ditetapkan yaitu: banyaknya siswa yang akan lulus dan penetapan
batas lulus.
6. Penggunaan model pendekatan PAN dapat dilakukan dengan baik
apabila memenuhi syarat antara lain: a). skor nilai terpencar atau dapat
dianggap terpencar sesuai dengan pencaran kurva normal; b). jumlah
yang dinilai minimal 50 orang atau lebih dari 100 orang dalam arti
sampel yang digunakan besar. dengan mengacu pada norma kelompok
atau nilai-nilai yang diperoleh siswa dibandingkan dengan nilai-nilai
siswa lain dalam kelompok
tersebut.
7. Dalam penerapan sistem PAN ada dua hal pokok yang harus
ditetapkan yaitu: banyaknya siswa yang akan lulus dan penetapan
batas lulus.
8. Penggunaan model pendekatan PAN dapat dilakukan dengan baik
apabila memenuhi syarat antara lain: a). skor nilai terpencar atau dapat
dianggap terpencar sesuai dengan pencaran kurva normal; b). jumlah
yang dinilai minimal 50 orang atau lebih dari 100 orang dalam arti
20
sampel yang digunakan besar

21
DAFTAR PUSTAKA

Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Oprasional, (Jakarta : Bumi Aksara,


2012),

Sofyan, Ahmad. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN


Jakarta Press. 2006. Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004.
http://digilib.unimed.ac.idpublicUNIMED-Journal-21462-pendidikan%20science
%20vol%2027%20no%203%20sep%202003FV.%20Tjowanto.pdf Diakses
pada 22 September 2015 pukul 23.44 WIB
http://file.upi.eduDirektoriFPMIPAJUR._PEND._FISIKA197812182001122-
WINNY_LILIAWATI
PENILAIAN_ACUAN_(REFERENCE_EVALUATION)_
%5BCompatibility_Mode%5D.pdf Diakses pada 22 September 2015 pukul
22.34 WIB http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Prihastuti
%20Ekawatiningsih,
%20S.Pd.,M.Pd./MATERI%20PAN-PAP.pdf Diakses pada 22 September
2015 pukul 23.40 WIB
Rahmadany Pohan.(2012).”PAN dan PAP dalam
Evaluasi
Pembelajaran”.http://rahmadanypohan.blogspot.co.id/2012/05/pan-pap-
dalam-evaluasi-pembelajaran.html.

Zurriyati, Ezy. (2015). “jenis-jenis penilaian dalam assesment”. Dapat diakses di


: http://ezyzurriyati.blogspot.co.id/2015/02/jenis-jenis-penilaian-dalam-
assesment.html. Diakses pada 19 Agustus 2016.

Puspa, Septiani. (2013). “Makalah Asesmen dan Evaluasi”. Dapat diakses di :


http://septianipuspa94.blogspot.co.id/2013/12/makalah-asesmen-dan-
evaluasi.html. Diakes pada 19 Agustus 2016.

9. Setiawati, Hesti. (2012). “Pengertian Pengukuran Asesmen”. Dapat


diakses di : http://hestisetia.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-pengukuran-
asesmen-dan_9392.html. Diakses pada 19 Agustus 2016. Patokan yang
digunakan dalam PAP bersifat mutlak, artinya kriteria itu bersifat

22
tetap untuk jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua siswa.

23
24

Anda mungkin juga menyukai