Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ACUAN EVALUASI DAN REMEDIAL


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada
Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan

Disusun Oleh Kelompok :XI


Nama : 1. Ahmad Sarkowi
2. Abdul Rahman
PRODI : Pendidikan Agama Islam
JURUSAN : Tarbiyah
SEMESTER : V

Dosen Pengampu:
Alwizra, S.Pd.I., M.Pd
NIDN. 2126038905

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


YAYASAN PERGURUAN TINGGI ISLAM
(STAI-YAPTIP) PASAMAN BARAT
1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang menciptakan dunia ini
dengan segala isinya dan menjadikan manusia mempunyai akal untuk dapat
berfikir melebihi makhluk-makhluk lain ciptaannya. Rasa syukur kami haturkan
karena dengan rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan dan kekasih kita Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari zaman
jahiliyah menuju zaman Islam yang terang benderang seperti sekarang ini.
Ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya Kepada dosen bapak Alwizra,
S.Pd.I., M.Pd dan kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Pendidikan yang berjudul Acuan Evaluasi dan Remedial .Kami sangat sadar
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan baik yang kami
sengaja maupun tidak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca
terutama bagi diri kami sendiri.
Akhir kata,
Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Ujung Gading, 25 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP) ............................................................................................. 3
B. Penggunaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP) ............................................................................................. 6
C. Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian
Acuan Patokan (PAP) ................................................................................. 8
D. Kelebihan Dan Kekurangan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian
Acuan Patokan (PAP) ............................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 12
B. Saran ......................................................................................................... 13
DAFTAR KEPUSTAKAAN .............................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam setiap kegiatan belajar-mengajar selalu dilakukan penilaian.


Hasil penilaian disajikan dalam bentuk nilai angka atau huruf. Dalam hal ini,
ada lembaga pendidikan yang menggunakan nilai angka dengan skala 0
sampai 100, dan ada pula yang menggunakan nilai angka itu dengan skala 0
sampai. Di perguruan tinggi umumnya digunakan nilai huruf, yaitu A, B, C,
D, dan F atau TL. Jika nilai-nilai huruf itu akan digunakan untuk menentukan
indeks prestasi mahasiswa pada akhir semester atau pada akhir suatu program
pendidikan, nilai-nilai huruf itu ditransfer ke dalam nilai angka dengan bobot
masing-masing sebagai berikut: A=4, B=3, C=2, D=1, dan F (atau TL)=0.1
Nilai angka ataupun nilai huruf itu umumnya merupakan hasil tes atau
ujian yang diberikan oleh guru atau dosen kepada para siswa atau
mahasiswanya setelah mereka mengikuti pelajaran selama jangka waktu
tertentu. Nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam buku laporan pendidikan
(buku rapor), surat tanda tamat belajar (STTB), ijazah, atau daftar nilai
lainnya.
Pengolahan nilai-nilai menjadi nilai akhir seorang siswa dapat
dilakukan dengan mengacu kepada kriteria atau patokan tertentu. Dalam hal
ini dikenal adanya dua patokan yang umum dipakai dalam penilaian itu, yaitu
“penilaian acuan patokan” (criterion-referenced evaluation) dan “penilaian
acuan norma” (norm-referenced evaluation). Untuk jelasnya, marilah kita ikuti
uraian berikut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian
Acuan Patokan (PAP)?
2. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Pengukuran Acuan Normatif dan
Acuan Patokan?

1
Ngalim Puwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1984), Hlm. 76.

1
2

3. Bagaimana Penggunaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian


Acuan Patokan (PAP)?
4. Apa Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan
Penilaian Acuan Norma (PAN)?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Bagaimana Pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) dan
Penilaian Acuan Patoka (PAP)
2. Mengetahui Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Pengukuran Acuan
Normatif dan Acuan Patokan
3. Mengetahui Bagaimana Penggunaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan
Penilaian Acuan Patokan (PAP)
4. Mengetahui Apa Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Acuan Patokan
(PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patoka


(PAP)
1. Pengertian PAN (Penilaian Acuan Normatif)

Norm referenced measurement pada umumnya disebut pula


sebagai Penilaian Acuan Normatif (PAN), adalah penilaian yang dilakukan
dengan mengacu pada norma kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa
diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk dalam
kelompok itu.Adapun yang dimaksud dengan “norma” dalam hal ini
adalah kapasitas atau prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksud
dengan “kelompok” di sini adalah semua siswa yang mengikuti tes
tersebut.
Jadi, pengertian “kelompok” yang dimaksud dapat berarti sejumlah
siswa dalam suatu kelas, sekolah, rayon, dan propinsi atau wilayah.2
Penilaian Acuan Normatif (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena
tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan
dengan penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran
ini digunakan sebagai metode pengukuran yang menggunakan prinsip
belajar kompetitif.
Menurut prinsip pengukuran normatif, tes baku pencapaian
diadministrasi dan penampilan baku normatif dikalkulasi untuk kelompok-
kelompok pengambil tes yang bervariasi.3 Contoh, si A mendapat nilai 8
sementara si B mendapat nilai 9, maka dengan serta merta si A dianggap
tidak lebih pintar daripada si B. contoh lain, si C mendapat nilai 5
sementara teman-temannya yang lain mendapatkan nilai di bawahnya.

2
Ibid., Hlm. 77
3
Sukardi, Evaluasi Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya), (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), Hlm. 23

3
4

Biasanya si C dianggap yang paling pintar dibandingkan dengan teman-


temannya.
Dalam penggunaan norm referenced, prestasi belajar seorang siswa
dibandingkan dengan siswa lain dalam kelompoknya. Kualitas seseorang
sangat dipengaruhi oleh kualitas kelompoknya. Seorang siswa yang
apabila terjun ke kelompok A termasuk “hebat”, mungkin jika pindah ke
kelompok lain hanya menduduki kualitas “sedang” saja. Ukurannya adalah
relatif. Oleh sebab itu maka dikatakan pula diukur dengan standar relatif.
Ukuran demikian juga disebut menggunakan norma referenced, atau
norma kelompok.
Dalam suatu seleksi penyelenggara tesnya hanya bertujuan
memilih sekian orang yang terbaik di antara semua peserta, tanpa peduli
tingkat penguasaanya, tes yang harus digunakan adalah tes acuan norma.
Cara penafsiran yang digunakan adalah adalah penafsiran acuan norma.
Orang yang terpilih mungkin benar-benar orang yang sangat menguasai
perilaku yang diukur, karena semua peserta adalah orang-orang yang
pandai. Mungkin pula terjadi orang-orang yang dipilih terdiri atas orang-
orang yang mempunyai tingkat penguasaan kurang karena semua peserta
berasal dari orang orang yang kurang pandai.4
2. Pengertian PAP (Penilaian Acuan Patokan)
Penilaian Acuan Patokan (PAP) juga sering disebut criterion
evaluation merupakan pengukuran lain dengan menggunakan acuan beda.
Dalam pengukuran ini penampilan siswa dikomparasikan dengan kriteria
yang telah ditentukan lebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan
dengan penampilan siswa lain. Keberhasilan siswa dalam prosedur acuan
patokan tergantung pada penguasaan materi atas kriteria yang telah
dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung tujuan
instruksional.

4
Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern, (Jakarta, Erlangga, 2012), Hlm. 214
5

Maka dikatakan demikian apabila posisi siswa merupakan hasil


penampilannya dalam mengerjakan suatu tes pengukuran. Pada penilaian
acuan patokan ini hasil penampilan seorang siswa menunjukkan posisinya
sendiri tanpa membandingkan dengan hasil penampilan siswa lain. Dengan
kata lain, dalam acuan patokan, apa yang dicapainya dalam suatu tes
adalah menggambarkan penampilannya dalam mengerjakan tes.5

Dalam penggunaan criterion referenced, siswa dibandingkan


dengan sebuah standar tertentu, yang dalam uraian sebelum ini,
dibandingkan dengan standar mutlak, yaitu 100. Uraian dalam contoh
siswa A dan B di atas, siswa juga dibandingkan dengan standar tertentu,
yaitu skor maksimum. Penggunaan standar mutlak ini terutama
dipertahankan dalam pengetrapan prinsip belajar tuntas. 6

Sebagai contoh, misalkan untuk dapat diterima sebagai calon


penerbang di sebuah lembaga penerbangan, setiap calon harus memenuhi
syarat antara lain tinggi badan sekurang-kurangnya 165 cm dan memiliki
tingkat kecerdasan (IQ) serendah-rendahnya 130 berdasarkan hasil tes
yang diadakan oleh lembaga yang bersangkutan. Berdasarkan kriteria atau
patokan itu, siapa pun calon yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut
dinyatakan gagal dalam tes atau tidak akan diterima sebagai siswa calon
penerbang.7

Contoh lain, misalnya dalam suatu modul dinyatakan bahwa untuk


dapat dinyatakan lulus, seorang siswa harus memperoleh nilai 80% dari tes
akhir modul (post-test). Jika ternyata seorang siswa setelah mempelajari
modul tersebut dan mengerjakan tes akhir modul mendapat nilai 60, yang
berarti 60%, maka siswa tersebut masih harus mempelajari kembali
bagian-bagian dari modul yang belum dikuasainya, kemudian dites lagi
sampai akhirnya ia dapat memperoleh nilai 80 atau lebih.
5
Sukardi, Op,Cit. Hlm. 23
6
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta, BINA AKSARA,
1987), Hlm. 233
7
Alex Shirran, Evaluating Students, (Jakarta, PT Gramedia, 2006), Hlm. 107.
6

Berdasarkan contoh-contoh tersebut di atas terlihat bahwa


menggunakan kriteria penilaian tertentu. Contoh pertama menggunakan
kriteria batas tinggi badan dan tingkat IQ yang merupakan syarat dalam
pencapaian tujuan sebagai calon penerbang. Contoh kedua menggunakan
kriteria tingkat kemampuan penggunaan pengetahuan sesuai dengan tujuan
kurikulum sehingga nilai yang diperoleh siswa sekaligus mencerminkan
sejauh mana kemampuan atau penguasaan siswa akan materi pengajaran
yang diteskan.
Perlu kiranya dijelaskan di sini bahwa kriteria atau patokan yang
digunakan dalam PAP bersifat mutlak. Artinya, kriteria itu bersifat tetap,
setidaknya untuk beberapa tahun atau jangka waktu tertentu dan berlaku
bagi semua siswa atau mahasiswa yang mengikuti tes di lembaga yang
bersangkutan.8
B. Persamaan dan Perbedaan Pengukuran Acuan Normatif dan Acuan
Patokan

Pengukuran acuan normatif dan acuan patokan mempunyai beberapa


persamaan sebagai berikut:
1. Kedua pengukuran acuan normatif dan acuan patokan memerlukan adanya
tujuan evaluasi spesifik sebagai menentukan fokus item yang diperlukan.
Tujuan tersebut termasuk tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus.
2. Kedua pengukuran memerlukan sampel yang relavan, digunakan sebagai
subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sampel yang diukur
merepresentasikan populasi siswa yang hendak menjadi target akhir
pengambilan keputusan.
3. Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua
pengukuran sama-sama memerlukan item-item yang disusun dalam suatu
tes dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrumen.

8
Ibid, Hlm. 108
7

4. Kedua pengukuran memerlukan persyaratan pokok, yaitu validitas dan


reliabilitas. Validitas yaitu apakah item yang disusun mengukur apa yang
hendak dukur, sedangkan reliabilitas yiatu apakah item tes memiliki hasil
konsistensi. Suatu item tes dikatakan memiliki reliabilitas, apabila tes yang
dibuat mempunyai hasil yang konsistensi dalam mengukur apa yang
hendak diukur.
5. Kedua pengukuran tersebut sama manfaatnya, yaitu alat pengumpul data
siswa yang dievaluasi.
Maka di samping persamaan karakteristik antara pengukuran acuan
normatif dan acuan patokan tersebut, kedua pengukuran tersebut pun memiliki
beberapa perbedaan seperti berikut:
a. Pengukuran acuan normatif di antaranya sebagai berikut:
1) Merupakan tes yang mencakup domain tugas pembelajaran dengan
item pengukuran yang spesifik.
2) Menekankan pembedaan antara individual siswa satu dengan siswa
lain dalam kelompok/kelas.
3) Item-item yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dan cenderung
menghilangkan item yang memiliki tingkat kesulitan rendah.
4) Lebih banyak digunakan, khususnya pada kelas yang memiliki
kelompok-kelompok dengan pembedaan antara siswa pandai, di atas
rerata, di bawah rerata, dan bodoh.
5) Interpretasi evaluasi memerlukan adanya pengelompokan atas
kelompok-kelompok tertentu secara jelas.
b. Pengukuran dengan acuan patokan di antaranya sebagai berikut:
1) Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada penentuan domain
tugas belajar dengan tingkat kesulitan sejumlah item sesuai dengan
tugas pembelajaran.
2) Menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para
siswa.
3) Item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa
menghilangkan item atau soal yang memiliki tingkat kesulitan rendah.
8

4) Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas


pembelajaran dengan konsep atau penguasaan materi belajar (mastery
learning).
5) Interpretasi memerlukan grup tertentu dengan memenuhi kriteria
tertentu atau domain pencapaian belajar.
C. Penggunaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP)

Norm reference evaluation atau Penilaian Acuan Norma (PAN), dapat


dilihat kedudukan seseorang siswa dibandingkan dengan kawan-kawannya
sekelompok. Hal ini berarti bahwa tolak ukur atau standar bersifat relatif,
dalam artian akan tergantung kepada kemampuan kelompok yang
bersangkutan. Misalnya seorang siswa memperoleh skor mentah 50 dari 100
butir soal mungkin akan dapat memperoleh nilai 9 (sembilan) dalam skala 1-
10, bila kawan-kawan sekelompoknya memperoleh skor yang jauh di bawah
skornya.
Sebaliknya seorang siswa dari sekolah atau kelas lain dengan tes yang
sama, memperoleh skor mentah 70, mungkin hanya memperoleh nilai 5
dalam skala 1-10, jika rata-rata kelompoknya jauh berada di atas skor yang
diperolehnya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Penilaian Acuan
Norma (PAN) kurang dapat menggambarkan tingkat penguasaan siswa
terhadap materi ajar yang sudah diberikan, kurang dapat menggambarkan
sejauh mana para siswa telah mencapai sasaran belajar yang diharapkan.
Dalam pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion
Reference Evaluation, kriteria atau standarnya bersifat mutlak, dalam arti
tidak akan dipengaruhi oleh kemampuan kelompok. Dengan demikian nilai
yang diberikan berdasarkan pendekatan ini lebih menggambarkan tingkat
pencapaian siswa terhadap sasaran belajar, atau tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan.
Pendekatan yang merupakan kombinasi dari kedua pendekatan di atas
merupakan usaha untuk mempertahankan hal-hal yang positif, dan menekan
9

hal-hal yang kurang baik dari kedua pendekatan tersebut. Akhirnya dapat
dikemukakan bahwa pengajar perlu memahami, bilamana dan untuk apa
suatu pendekatan itu digunakan. Misalnya apabila pengajar harus menetapkan
peringkat hasil belajar di dalam kelompok, maka sebagusnya digunakan
PAN. Namun apabila pengajar berkehendak untuk menetapkan nilai akhir
(skor akhir) sebagusnya menggunakan PAP.
Mengapa PAP dipakai sebagai yang lebih tepat digunakan untuk
menentukan nilai akhir, sekurang-kurangnya ada tiga alasan, yaitu:
1. PAP itu dapat diketahui hasil belajar yang sebenarnya, oleh karena
normanya adalah norma ideal.
2. PAP itu tidak diperlukan perhitungan-perhitungan statistik, sehingga
memudahkan pengajar (guru-guru) yang tidak menguasai metode-
metode statistik.
3. PAP hanya ada satu makna bagi satu nilai yang sama, oleh karena
normanya tidak bersifat nisbi.9
Apabila berdasarkan acuan patokan dapat digunakan apabila dasar
pemikiran yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan adalah
asumsi pedagogik. Asumsi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
keragaman kemampuan peserta didik hendaknya dapat dikurangi, hal ini
berarti seorang pendidik harus dapat memacu peserta didik yang berprestasi
dan membantu yang lemah. Peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk
belajar, sehingga ada perbedaan kemampuan antara sebelum dan sesudah
belajar. Pendidik dalam mengembangkan psoses belajar-mengajar
menyajikan materi dan metode yang sesuai dengan kemampuan peserta
didik.10
Tes dapat dikembangkan dengan menggunakan acuan norma dan
kriteria karena keduanya memiliki karakteristik tersendiri dan memberikan
informasi yang bermanfaat. Acuan norma memberikan informasi penting
tentang bagaimana kedudukan seorang peserta tes dalam kelompoknya,

9
Mudijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: BUMI AKSARA, 1995), Hlm. 99.
10
Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 1996),
Hlm. 87.
10

sedangkan acuan kriteria memberikan informasi penting tentang bagaimana


seorang peserta tes menguasai pengetahuan atau materi tertentu.
Sementara itu, acuan norma dapat diaplikasikan pada jenis tes yang
memiliki jangkauan materi lebih luas dibandingkan dengan acuan kriteria.11
Semua tes standar didesain untuk menilai siswa di bawah kondisi yang
benar-benar terkontrol. Ini berarti bahwa semua siswa yang mengikuti tes itu
akan mengalami kondisi penulisan tes yang persis sama.12
D. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan
Penilaian Penilaian Acuan Norma (PAN)
Ada beberapa keunggulan yang dimiliki PAN, diantaranya seperti
tersaji di bawah ini:
1. Kebiasaan penggunaan penilaian berdasarkan referensi norma atau
kelompok di pendidikan tinggi;
2. Bermanfaat untuk membandingkan siswa/mahasiswa lintas mata
pelajaran/kuliah dan memberikan hadiah.
3. Mendukung ide tradisional kekukuhan akademis dan menggunakan
standar.

Adapun Kekurangan Penilaian Acuan Norma (PAN) yaitu:

a. Sedikit menyebutkan tujuan pembelajaran atau kompetensi


siswa/mahasiswa apa yang mereka ketahui atau dapat mereka lakukan.
b. Tidak dapat diandalkan: siswa/mahasiswa yang gagal sekarang mungkin
dapat lulus pada tahun berikutnya
c. Kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak diketahui para
siswa/mahasiswa.

Adapun Kelebihan Penilaian Acuan Patokan (PAP) yaitu:


1) Penilaian lebih dapat diandalkan, karena menggunakan standar dan kriteria
minimal

11
Kusaeri dan Suprananto, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta, Graha
Ilmu, 2012), Hlm. 50
12
Alex Shirran, Op,Cit. Hlm. 108
11

2) Lebih banyak partisipasi dan motivasi siswa/mahasiswa serta fokus pada


pembelajaran
3) Cocok digunakan untuk mendiagnosa kemampuan seseorang dalam proses
pembelajaran.
Kemudian Adapun Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP) yaitu:
a) Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria
dan standar
b) Lebih menekankan hasil daripada proses

c) Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan dari menilai


berdasarkan referensi norma menjadi referensi kriteria.13
Walaupun benar bahwa dari kedua model penilaian, guru dapat
menggunakan acuan yang berbeda, dan dengan sifat-sifat yang berbeda,
penilaian atas dasar acuan normatif lebih mudah dikomunikasikan dengan para
stakeholder yang relavan termasuk pimpinan sekolah, siswa, orangtua dan
masyarakat pengguna. Kemudian bagaimana untuk kondisi tertentu misalnya
pemilihan suatu jabatan di lembaga pendidikan seperti jabatan kepala sekolah,
kepala pendidikan wilayah kabupaten atau wilayah provinsi, posisi atau
jabatan yang jumlah sangat terbatas, atau lebih sedikit dibanding orang-orang
yang menginginkannya, maka penilaian acuan patokan atau kriteria memiliki
hasil yang lebih tepat untuk digunakannya, guna memilih dan menempatkan
orang yang betul-betul mampu pada jabatan pilihan tersebut.14

13
Ibid, Hlm. 109
14
Ibid., Hlm. 111
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penilaian acuan norma adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu
pada norma kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan
dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk dalam kelompok itu.
Penilaian acuan patokan adalah merupakan pengukuran lain dengan
menggunakan acuan beda. Dalam pengukuran ini penampilan siswa
dikomparasikan dengan kriteria yang telah ditentukan lebih dahulu dalam
tujuan instruksional, bukan dengan penampilan siswa lain.
Persamaan penilaian acuan norma dan acuan patokan antara lain adalah
kedua pengukuran memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik, memerlukan
sampel yang relavan, memerlukan item-item yang disusun dalam suatu tes,
memerlukan persyaratan pokok, yaitu validitas dan reliabilitas, kedua
pengukuran tersebut sama manfaatnya, yaitu alat pengumpul data siswa yang
dievaluasi.
Adapun perbedaan dari kedua penilaian tersebut antara lain:
1. Penilaian acuan norma menekankan pembedaan antara individual siswa
satu dengan siswa lain dalam kelompok/kelas. Penilaian acuan patokan
menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para siswa.
2. Penilaian acuan norma lebih banyak digunakan, khususnya pada kelas yang
memiliki kelompok-kelompok dengan pembedaan antara siswa pandai, di
atas rerata, di bawah rerata, dan bodoh. Penilaian acuan patokan Lebih
banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas pembelajaran
dengan konsep atau penguasaan materi belajar (mastery learning).
3. Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan
patokan digunakan terutama untuk penguasaan.

12
13

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Kami menyadari bahwa dalam sistematika penulisan dan
pembuatannya masih banyak kesalahan. Maka dari itu kami meminta kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi, 1987. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta:


Bina Aksara
Kusaeri dan Suprananto, 2012.Pengukuran dan Penilaian Pendidikan,
Yogyakarta: Graha Ilmu
Mudijo, 1995.Tes Hasil Belajar, Jakarta: Bumi Aksara
Puwanto Ngalim, 1984. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Shirran, Alex, 2006. Evaluating Students, Jakarta: PT Gramedia
Sukardi, 2008. Evaluasi Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya), Jakarta:
Bumi Aksara
Suparman, Atwi, 2012.Desain Instruksional Modern, Jakarta: Erlangga
Thoha, Chabib, 1996.Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada

14

Anda mungkin juga menyukai