PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai angka ataupun nilai huruf itu umumnya merupakan hasil tes atau ujian
yang diberikan oleh guru atau dosen kepada para siswa atau mahasiswanya setelah
mereka mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Nilai-nilai tersebut
dimasukkan ke dalam buku laporan pendidikan (buku rapor), surat tanda tamat
belajar (STTB), ijazah, atau daftar nilai lainnya.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pendekatan
Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau
merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam
perwujudan kegiatan pembelajaran.
Adapun pendekatan pembelajaran yang sudah umum dipakai oleh para guru antara
lain:
3
2. Pendekatan deduktif dan induktif
4. Pendekatan Kecerdasan
5. Pendekatan Kontekstual
B. Pengertian Penilaian
C. Pengertian Pembelajaran
pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa
4
untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
internal. Gagne dan Briggs (1979:3)
Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)
Yang dimaksud dengan “norma” dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi
kelompok, sedangkan yang dimaksud dengan “kelompok” di sini adalah semua siswa
yang mengikuti tes tersebut. Jadi, pengertian “kelompok” yang dimaksud dapat
berarti sejumlah siswa dalam suatu kelas, sekolah, rayon, dan propinsi atau wilayah.
5
Contoh, si A mendapat nilai 8 sementara si B mendapat nilai 9, maka dengan
serta merta si A dianggap tidak lebih pintar daripada si B. contoh lain, si C mendapat
nilai 5 sementara teman-temannya yang lain mendapatkan nilai di bawahnya.
Biasanya si C dianggap yang paling pintar dibandingkan dengan teman-temannya.
6
Dikatakan demikian apabila posisi siswa merupakan hasil penampilannya
dalam mengerjakan suatu tes pengukuran. Pada penilaian acuan patokan ini hasil
penampilan seorang siswa menunjukkan posisinya sendiri tanpa membandingkan
dengan hasil penampilan siswa lain. Dengan kata lain, dalam acuan patokan, apa yang
dicapainya dalam suatu tes adalah menggambarkan penampilannya dalam
mengerjakan tes.
7
Contoh kedua menggunakan kriteria tingkat kemampuan penggunaan pengetahuan
sesuai dengan tujuan kurikulum sehingga nilai yang diperoleh siswa sekaligus
mencerminkan sejauh mana kemampuan atau penguasaan siswa akan materi
pengajaran yang diteskan.
Perlu kiranya dijelaskan di sini bahwa kriteria atau patokan yang digunakan dalam
PAP bersifat mutlak. Artinya, kriteria itu bersifat tetap, setidaknya untuk beberapa
tahun atau jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua siswa atau mahasiswa yang
mengikuti tes di lembaga yang bersangkutan.
8
dibuat mempunyai hasil yang konsistensi dalam mengukur apa yang hendak
diukur (Sukardi 2003).
5. Kedua pengukuran tersebut sama manfaatnya, yaitu alat pengumpul data
siswa yang dievaluasi.
9
4) Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas pembelajaran
dengan konsep atau penguasaan materi belajar (mastery learning).
5) Interpretasi memerlukan grup tertentu dengan memenuhi kriteria tertentu atau
domain pencapaian belajar.
10
pendekatan ini lebih menggambarkan tingkat pencapaian siswa terhadap sasaran
belajar, atau tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Mengapa PAP dipakai sebagai yang lebih tepat digunakan untuk menentukan nilai
akhir, sekurang-kurangnya ada tiga alasan, yaitu:
1. Dengan PAP itu dapat diketahui hasil belajar yang sebenarnya, oleh karena
normanya adalah norma ideal.
2. Dengan PAP itu tidak diperlukan perhitungan-perhitungan statistik, sehingga
memudahkan pengajar (guru-guru) yang tidak menguasai metode-metode
statistik.
3. Dengan PAP hanya ada satu makna bagi satu nilai yang sama, oleh karena
normanya tidak bersifat nisbi.
Apabila berdasarkan acuan patokan dapat digunakan apabila dasar pemikiran yang
digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan adalah asumsi pedagogik. Asumsi ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa keragaman kemampuan peserta didik
hendaknya dapat dikurangi, hal ini berarti seorang pendidik harus dapat memacu
peserta didik yang berprestasi dan membantu yang lemah. Peserta didik memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar, sehingga ada perbedaan kemampuan antara
sebelum dan sesudah belajar. Pendidik dalam mengembangkan psoses belajar-
mengajar menyajikan materi dan metode yang sesuai dengan kemampuan peserta
didik.
11
Tes dapat dikembangkan dengan menggunakan acuan norma dan kriteria karena
keduanya memiliki karakteristik tersendiri dan memberikan informasi yang
bermanfaat. Acuan norma memberikan informasi penting tentang bagaimana
kedudukan seorang peserta tes dalam kelompoknya, sedangkan acuan kriteria
memberikan informasi penting tentang bagaimana seorang peserta tes menguasai
pengetahuan atau materi tertentu. Sementara itu, acuan norma dapat diaplikasikan
pada jenis tes yang memiliki jangkauan materi lebih luas dibandingkan dengan acuan
kriteria. Semua tes standar didesain untuk menilai siswa di bawah kondisi yang
benar-benar terkontrol. Ini berarti bahwa semua siswa yang mengikuti tes itu akan
mengalami kondisi penulisan tes yang persis sama.
12
3. Cocok digunakan untuk mendiagnosa kemampuan seseorang dalam proses
pembelajaran.
1. Relatif agak rum it, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria dan
standar;
2. Lebih menekankan hasil daripada proses;
3. Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan dari menilai
berdasarkan referensi norma menjadi referensi kriteria.
Walaupun benar bahwa dari kedua model penilaian, guru dapat menggunakan
acuan yang berbeda, dan dengan sifat-sifat yang berbeda, penilaian atas dasar acuan
normatif lebih mudah dikomunikasikan dengan para stakeholder yang relavan
termasuk pimpinan sekolah, siswa, orangtua dan masyarakat pengguna. Kemudian
bagaimana untuk kondisi tertentu misalnya pemilihan suatu jabatan di lembaga
pendidikan seperti jabatan kepala sekolah, kepala pendidikan wilayah kabupaten atau
wilayah provinsi, posisi atau jabatan yang jumlah sangat terbatas, atau lebih sedikit
dibanding orang-orang yang menginginkannya, maka penilaian acuan patokan atau
kriteria memiliki hasil yang lebih tepat untuk digunakannya, guna memilih dan
menempatkan orang yang betul-betul mampu pada jabatan pilihan tersebut.
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Penilaian acuan norma adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada
norma kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan
nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk dalam kelompok itu. Penilaian
acuan patokan adalah merupakan pengukuran lain dengan menggunakan
acuan beda. Dalam pengukuran ini penampilan siswa dikomparasikan dengan
kriteria yang telah ditentukan lebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan
dengan penampilan siswa lain.
2. Persamaan penilaian acuan norma dan acuan patokan antara lain adalah kedua
pengukuran memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik, memerlukan sampel
yang relavan, memerlukan item-item yang disusun dalam suatu tes,
memerlukan persyaratan pokok, yaitu validitas dan reliabilitas, kedua
pengukuran tersebut sama manfaatnya, yaitu alat pengumpul data siswa yang
dievaluasi.
3. Adapun perbedaan dari kedua penilaian tersebut antara lain:
a. Penilaian acuan norma menekankan pembedaan antara individual siswa
satu dengan siswa lain dalam kelompok/kelas. Penilaian acuan patokan
menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para siswa.
b. Penilaian acuan norma lebih banyak digunakan, khususnya pada kelas yang
memiliki kelompok-kelompok dengan pembedaan antara siswa pandai, di atas
rerata, di bawah rerata, dan bodoh. Penilaian acuan patokan Lebih banyak
digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas pembelajaran dengan konsep
atau penguasaan materi belajar (mastery learning).
c. Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan
patokan digunakan terutama untuk penguasaan.
14
DAFTAR PUSTAKA
www.psikologibelajar.co.id
15