Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam setiap kegiatan belajar-mengajar selalu dilakukan penilaian. Hasil


penilaian disajikan dalam bentuk nilai angka atau huruf. Dalam hal ini, ada lembaga
pendidikan yang menggunakan nilai angka dengan skala 0 sampai 100, dan ada pula
yang menggunakan nilai angka itu dengan skala 0 sampai. Di perguruan tinggi
umumnya digunakan nilai huruf, yaitu A, B, C, D, dan F atau TL. Jika nilai-nilai
huruf itu akan digunakan untuk menentukan indeks prestasi mahasiswa pada akhir
semester atau pada akhir suatu program pendidikan, nilai-nilai huruf itu ditransfer ke
dalam nilai angka dengan bobot masing-masing sebagai berikut: A=4, B=3, C=2,
D=1, dan F (atau TL)=0.

Nilai angka ataupun nilai huruf itu umumnya merupakan hasil tes atau ujian
yang diberikan oleh guru atau dosen kepada para siswa atau mahasiswanya setelah
mereka mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Nilai-nilai tersebut
dimasukkan ke dalam buku laporan pendidikan (buku rapor), surat tanda tamat
belajar (STTB), ijazah, atau daftar nilai lainnya.

Pengolahan nilai-nilai menjadi nilai akhir seorang siswa dapat dilakukan


dengan mengacu kepada kriteria atau patokan tertentu. Dalam hal ini dikenal adanya
dua patokan yang umum dipakai dalam penilaian itu, yaitu “penilaian acuan patokan”
(criterion-referenced evaluation) dan “penilaian acuan norma” (norm-referenced
evaluation). Untuk jelasnya, marilah kita ikuti uraian berikut.

1
B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan


Patokan (PAP)
2. Jelaskan apa Persamaan dan Perbedaan Pengukuran Acuan Normatif dan
Acuan Patokan
3. Bagaimana Penggunaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP)
4. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan
Penilaian Penilaian Acuan Norma (PAN)

C. Tujuan

1. Untuk memahami pengertian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan


Patokan (PAP)
2. Untuk mengetahui Persamaan dan Perbedaan Pengukuran Acuan Normatif
dan Acuan Patokan
3. Untuk mengetahui Penggunaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian
Acuan Patokan (PAP)
4. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Acuan Patokan
(PAP) dan Penilaian Penilaian Acuan Norma (PAN)

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendekatan

Pendekatan belajar bertitik tolak pada aspek psikologis dilihat dari


pertumbuhan dan perkembangan anak, kemampuan intelektual, dan kemampuan
lainnya yang mendukung kemampuan belajar. Pendekatan dilakukan sebagai strategi
yang dipandang tepat untuk memudahkan siswa memahami pelajaran dan juga belajar
menyenangkan.

Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan tertentu,


tetapi sifatnya dan terencana, artinya memilih pendekatan di sesuaikan kebutuhan
materi bahan ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.

Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar pandangan terhadap sesuatu.


Pendekatan dapat diimplementasikan dalam sejumlah strategi. Sedangkan, srategi
adalah pola umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar.

Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau
merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam
perwujudan kegiatan pembelajaran.

Pendekatan merupakan dasar penentuan strategi yang akan diwujudkan dengan


penentuan metode merupakan alat yang digunakan dalam pelaksanaan strategi
pembelajaran.

Adapun pendekatan pembelajaran yang sudah umum dipakai oleh para guru antara
lain:

1. Pendekatan konsep dan proses,

3
2. Pendekatan deduktif dan induktif

3. Pendekatan Ekspositori dan Pendekatan Heuristik

4. Pendekatan Kecerdasan

5. Pendekatan Kontekstual

B. Pengertian Penilaian

Penilaian Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk


mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang telah
disampaikan guru. penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian
untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik dengan memiliki
bebrapa tujuan.

Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan


atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian
adalah keputusan tentang nilai.

C. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan


sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan bai

pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa

4
untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
internal. Gagne dan Briggs (1979:3)

Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,


material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran “.(Oemar Hamalik,1995:57)

D. Pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan


(PAP)
a. Pengertian PAN (Penilaian Acuan Normatif)

Norm referenced measurement pada umumnya disebut pula sebagai Penilaian


Acuan Normatif (PAN), adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada
norma kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai
siswa yang lain yang termasuk dalam kelompok itu.

Yang dimaksud dengan “norma” dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi
kelompok, sedangkan yang dimaksud dengan “kelompok” di sini adalah semua siswa
yang mengikuti tes tersebut. Jadi, pengertian “kelompok” yang dimaksud dapat
berarti sejumlah siswa dalam suatu kelas, sekolah, rayon, dan propinsi atau wilayah.

Penilaian Acuan Normatif (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena tampilan


pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan penampilan siswa
lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode
pengukuran yang menggunakan prinsip belajar kompetitif. Menurut prinsip
pengukuran normatif, tes baku pencapaian diadministrasi dan penampilan baku
normatif dikalkulasi untuk kelompok-kelompok pengambil tes yang bervariasi.

5
Contoh, si A mendapat nilai 8 sementara si B mendapat nilai 9, maka dengan
serta merta si A dianggap tidak lebih pintar daripada si B. contoh lain, si C mendapat
nilai 5 sementara teman-temannya yang lain mendapatkan nilai di bawahnya.
Biasanya si C dianggap yang paling pintar dibandingkan dengan teman-temannya.

Dalam penggunaan norm referenced, prestasi belajar seorang siswa


dibandingkan dengan siswa lain dalam kelompoknya. Kualitas seseorang sangat
dipengaruhi oleh kualitas kelompoknya. Seorang siswa yang apabila terjun ke
kelompok A termasuk “hebat”, mungkin jika pindah ke kelompok lain hanya
menduduki kualitas “sedang” saja. Ukurannya adalah relatif. Oleh sebab itu maka
dikatakan pula diukur dengan standar relatif. Ukuran demikian juga disebut
menggunakan norma referenced, atau norma kelompok.

Dalam suatu seleksi penyelenggara tesnya hanya bertujuan memilih sekian


orang yang terbaik di antara semua peserta, tanpa peduli tingkat penguasaanya, tes
yang harus digunakan adalah tes acuan norma. Cara penafsiran yang digunakan
adalah adalah penafsiran acuan norma. Orang yang terpilih mungkin benar-benar
orang yang sangat menguasai perilaku yang diukur, karena semua peserta adalah
orang-orang yang pandai. Mungkin pula terjadi orang-orang yang dipilih terdiri atas
orang-orang yang mempunyai tingkat penguasaan kurang karena semua peserta
berasal dari orang orang yang kurang pandai.

b. Pengertian PAP (Penilaian Acuan Patokan)

Penilaian Acuan Patokan (PAP) juga sering disebut criterion evaluation


merupakan pengukuran lain dengan menggunakan acuan beda. Dalam pengukuran ini
penampilan siswa dikomparasikan dengan kriteria yang telah ditentukan lebih dahulu
dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan siswa lain. Keberhasilan siswa
dalam prosedur acuan patokan tergantung pada penguasaan materi atas kriteria yang
telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional.

6
Dikatakan demikian apabila posisi siswa merupakan hasil penampilannya
dalam mengerjakan suatu tes pengukuran. Pada penilaian acuan patokan ini hasil
penampilan seorang siswa menunjukkan posisinya sendiri tanpa membandingkan
dengan hasil penampilan siswa lain. Dengan kata lain, dalam acuan patokan, apa yang
dicapainya dalam suatu tes adalah menggambarkan penampilannya dalam
mengerjakan tes.

Di dalam penggunaan criterion referenced, siswa dibandingkan dengan sebuah


standar tertentu, yang dalam uraian sebelum ini, dibandingkan dengan standar mutlak,
yaitu 100. Uraian dalam contoh siswa A dan B di atas, siswa juga dibandingkan
dengan standar tertentu, yaitu skor maksimum. Penggunaan standar mutlak ini
terutama dipertahankan dalam pengetrapan prinsip belajar tuntas.

Sebagai contoh, misalkan untuk dapat diterima sebagai calon penerbang di


sebuah lembaga penerbangan, setiap calon harus memenuhi syarat antara lain tinggi
badan sekurang-kurangnya 165 cm dan memiliki tingkat kecerdasan (IQ) serendah-
rendahnya 130 berdasarkan hasil tes yang diadakan oleh lembaga yang bersangkutan.
Berdasarkan kriteria atau patokan itu, siapa pun calon yang tidak memenuhi syarat-
syarat tersebut dinyatakan gagal dalam tes atau tidak akan diterima sebagai siswa
calon penerbang. Contoh lain, misalnya dalam suatu modul dinyatakan bahwa untuk
dapat dinyatakan lulus, seorang siswa harus memperoleh nilai 80% dari tes akhir
modul (post-test). Jika ternyata seorang siswa setelah mempelajari modul tersebut dan
mengerjakan tes akhir modul mendapat nilai 60, yang berarti 60%, maka siswa
tersebut masih harus mempelajari kembali bagian-bagian dari modul yang belum
dikuasainya, kemudian dites lagi sampai akhirnya ia dapat memperoleh nilai 80 atau
lebih.

Dari contoh-contoh tersebut di atas terlihat bahwa menggunakan kriteria


penilaian tertentu. Contoh pertama menggunakan kriteria batas tinggi badan dan
tingkat IQ yang merupakan syarat dalam pencapaian tujuan sebagai calon penerbang.

7
Contoh kedua menggunakan kriteria tingkat kemampuan penggunaan pengetahuan
sesuai dengan tujuan kurikulum sehingga nilai yang diperoleh siswa sekaligus
mencerminkan sejauh mana kemampuan atau penguasaan siswa akan materi
pengajaran yang diteskan.

Perlu kiranya dijelaskan di sini bahwa kriteria atau patokan yang digunakan dalam
PAP bersifat mutlak. Artinya, kriteria itu bersifat tetap, setidaknya untuk beberapa
tahun atau jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua siswa atau mahasiswa yang
mengikuti tes di lembaga yang bersangkutan.

E. Persamaan dan Perbedaan Pengukuran Acuan Normatif dan Acuan Patokan

Pengukuran acuan normatif dan acuan patokan mempunyai beberapa


persamaan sebagai berikut:

1. Kedua pengukuran acuan normatif dan acuan patokan memerlukan adanya


tujuan evaluasi spesifik sebagai menentukan fokus item yang diperlukan.
Tujuan tersebut termasuk tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional
khusus.
2. Kedua pengukuran memerlukan sampel yang relavan, digunakan sebagai
subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sampel yang diukur
merepresentasikan populasi siswa yang hendak menjadi target akhir
pengambilan keputusan.
3. Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua
pengukuran sama-sama memerlukan item-item yang disusun dalam suatu tes
dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrumen.
4. Kedua pengukuran memerlukan persyaratan pokok, yaitu validitas dan
reliabilitas. Validitas yaitu apakah item yang disusun mengukur apa yang
hendak dukur, sedangkan reliabilitas yiatu apakah item tes memiliki hasil
konsistensi. Suatu item tes dikatakan memiliki reliabilitas, apabila tes yang

8
dibuat mempunyai hasil yang konsistensi dalam mengukur apa yang hendak
diukur (Sukardi 2003).
5. Kedua pengukuran tersebut sama manfaatnya, yaitu alat pengumpul data
siswa yang dievaluasi.

Di samping persamaan karakteristik antara pengukuran acuan normatif dan acuan


patokan tersebut, kedua pengukuran tersebut pun memiliki beberapa perbedaan
seperti berikut.

a. Pengukuran acuan normatif di antaranya sebagai berikut.

1) Merupakan tes yang mencakup domain tugas pembelajaran dengan item


pengukuran yang spesifik.
2) Menekankan pembedaan antara individual siswa satu dengan siswa lain dalam
kelompok/kelas.
3) Item-item yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dan cenderung
menghilangkan item yang memiliki tingkat kesulitan rendah.
4) Lebih banyak digunakan, khususnya pada kelas yang memiliki kelompok-
kelompok dengan pembedaan antara siswa pandai, di atas rerata, di bawah
rerata, dan bodoh.
5) Interpretasi evaluasi memerlukan adanya pengelompokan atas kelompok-
kelompok tertentu secara jelas.

b. Pengukuran dengan acuan patokan di antaranya sebagai berikut.

1) Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada penentuan domain tugas


belajar dengan tingkat kesulitan sejumlah item sesuai dengan tugas
pembelajaran.
2) Menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para siswa.
3) Item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa menghilangkan item
atau soal yang memiliki tingkat kesulitan rendah.

9
4) Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas pembelajaran
dengan konsep atau penguasaan materi belajar (mastery learning).
5) Interpretasi memerlukan grup tertentu dengan memenuhi kriteria tertentu atau
domain pencapaian belajar.

F. Penggunaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan


(PAP)

Dengan menggunakan norm reference evaluation atau Penilaian Acuan


Norma (PAN), dapat dilihat kedudukan seseorang siswa dibandingkan dengan
kawan-kawannya sekelompok. Hal ini berarti bahwa tolak ukur atau standar bersifat
relatif, dalam artian akan tergantung kepada kemampuan kelompok yang
bersangkutan. Misalnya seorang siswa memperoleh skor mentah 50 dari 100 butir
soal mungkin akan dapat memperoleh nilai 9 (sembilan) dalam skala 1-10, bila
kawan-kawan sekelompoknya memperoleh skor yang jauh di bawah skornya.
Sebaliknya seorang siswa dari sekolah atau kelas lain dengan tes yang sama,
memperoleh skor mentah 70, mungkin hanya memperoleh nilai 5 dalam skala 1-10,
jika rata-rata kelompoknya jauh berada di atas skor yang diperolehnya. Dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa Penilaian Acuan Norma (PAN) kurang dapat
menggambarkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi ajar yang sudah diberikan,
kurang dapat menggambarkan sejauh mana para siswa telah mencapai sasaran belajar
yang diharapkan.

Di dalam pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Reference


Evaluation, kriteria atau standarnya bersifat mutlak, dalam arti tidak akan dipengaruhi
oleh kemampuan kelompok. Dengan demikian nilai yang diberikan berdasarkan

10
pendekatan ini lebih menggambarkan tingkat pencapaian siswa terhadap sasaran
belajar, atau tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.

Pendekatan yang merupakan kombinasi dari kedua pendekatan di atas merupakan


usaha untuk mempertahankan hal-hal yang positif, dan menekan hal-hal yang kurang
baik dari kedua pendekatan tersebut. Akhirnya dapat dikemukakan bahwa pengajar
perlu memahami, bilamana dan untuk apa suatu pendekatan itu digunakan. Misalnya
apabila pengajar harus menetapkan peringkat hasil belajar di dalam kelompok, maka
sebagusnya digunakan PAN. Namun apabila pengajar berkehendak untuk
menetapkan nilai akhir (skor akhir) sebagusnya menggunakan PAP.

Mengapa PAP dipakai sebagai yang lebih tepat digunakan untuk menentukan nilai
akhir, sekurang-kurangnya ada tiga alasan, yaitu:

1. Dengan PAP itu dapat diketahui hasil belajar yang sebenarnya, oleh karena
normanya adalah norma ideal.
2. Dengan PAP itu tidak diperlukan perhitungan-perhitungan statistik, sehingga
memudahkan pengajar (guru-guru) yang tidak menguasai metode-metode
statistik.
3. Dengan PAP hanya ada satu makna bagi satu nilai yang sama, oleh karena
normanya tidak bersifat nisbi.

Apabila berdasarkan acuan patokan dapat digunakan apabila dasar pemikiran yang
digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan adalah asumsi pedagogik. Asumsi ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa keragaman kemampuan peserta didik
hendaknya dapat dikurangi, hal ini berarti seorang pendidik harus dapat memacu
peserta didik yang berprestasi dan membantu yang lemah. Peserta didik memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar, sehingga ada perbedaan kemampuan antara
sebelum dan sesudah belajar. Pendidik dalam mengembangkan psoses belajar-
mengajar menyajikan materi dan metode yang sesuai dengan kemampuan peserta
didik.

11
Tes dapat dikembangkan dengan menggunakan acuan norma dan kriteria karena
keduanya memiliki karakteristik tersendiri dan memberikan informasi yang
bermanfaat. Acuan norma memberikan informasi penting tentang bagaimana
kedudukan seorang peserta tes dalam kelompoknya, sedangkan acuan kriteria
memberikan informasi penting tentang bagaimana seorang peserta tes menguasai
pengetahuan atau materi tertentu. Sementara itu, acuan norma dapat diaplikasikan
pada jenis tes yang memiliki jangkauan materi lebih luas dibandingkan dengan acuan
kriteria. Semua tes standar didesain untuk menilai siswa di bawah kondisi yang
benar-benar terkontrol. Ini berarti bahwa semua siswa yang mengikuti tes itu akan
mengalami kondisi penulisan tes yang persis sama.

G. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian


Acuan Norma (PAN)

Ada beberapa keunggulan yang dimiliki PAN, diantaranya seperti tersaji di


bawah ini:

Kekurangan Penilaian Acuan Norma (PAN)

1. Sedikit menyebutkan tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa/mahasiswa


apa yang mereka ketahui atau dapat mereka lakukan.
2. Tidak dapat diandalkan: siswa/mahasiswa yang gagal sekarang mungkin dapat
lulus pada tahun berikutnya;
3. Kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak diketahui para
siswa/mahasiswa.

Kelebihan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

1. Penilaian lebih dapat diandalkan, karena menggunakan standar dan kriteria


minimal;
2. Lebih banyak partisipasi dan motivasi siswa/mahasiswa serta fokus pada
pembelajaran;

12
3. Cocok digunakan untuk mendiagnosa kemampuan seseorang dalam proses
pembelajaran.

Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

1. Relatif agak rum it, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria dan
standar;
2. Lebih menekankan hasil daripada proses;
3. Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan dari menilai
berdasarkan referensi norma menjadi referensi kriteria.

Walaupun benar bahwa dari kedua model penilaian, guru dapat menggunakan
acuan yang berbeda, dan dengan sifat-sifat yang berbeda, penilaian atas dasar acuan
normatif lebih mudah dikomunikasikan dengan para stakeholder yang relavan
termasuk pimpinan sekolah, siswa, orangtua dan masyarakat pengguna. Kemudian
bagaimana untuk kondisi tertentu misalnya pemilihan suatu jabatan di lembaga
pendidikan seperti jabatan kepala sekolah, kepala pendidikan wilayah kabupaten atau
wilayah provinsi, posisi atau jabatan yang jumlah sangat terbatas, atau lebih sedikit
dibanding orang-orang yang menginginkannya, maka penilaian acuan patokan atau
kriteria memiliki hasil yang lebih tepat untuk digunakannya, guna memilih dan
menempatkan orang yang betul-betul mampu pada jabatan pilihan tersebut.

13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Penilaian acuan norma adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada
norma kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan
nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk dalam kelompok itu. Penilaian
acuan patokan adalah merupakan pengukuran lain dengan menggunakan
acuan beda. Dalam pengukuran ini penampilan siswa dikomparasikan dengan
kriteria yang telah ditentukan lebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan
dengan penampilan siswa lain.
2. Persamaan penilaian acuan norma dan acuan patokan antara lain adalah kedua
pengukuran memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik, memerlukan sampel
yang relavan, memerlukan item-item yang disusun dalam suatu tes,
memerlukan persyaratan pokok, yaitu validitas dan reliabilitas, kedua
pengukuran tersebut sama manfaatnya, yaitu alat pengumpul data siswa yang
dievaluasi.
3. Adapun perbedaan dari kedua penilaian tersebut antara lain:
a. Penilaian acuan norma menekankan pembedaan antara individual siswa
satu dengan siswa lain dalam kelompok/kelas. Penilaian acuan patokan
menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para siswa.
b. Penilaian acuan norma lebih banyak digunakan, khususnya pada kelas yang
memiliki kelompok-kelompok dengan pembedaan antara siswa pandai, di atas
rerata, di bawah rerata, dan bodoh. Penilaian acuan patokan Lebih banyak
digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas pembelajaran dengan konsep
atau penguasaan materi belajar (mastery learning).
c. Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan
patokan digunakan terutama untuk penguasaan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta, BINA


AKSARA, 1987

Kusaeri dan Suprananto, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, Yogyakarta, Graha


Ilmu, 2012.

Mudijo, Tes Hasil Belajar, Jakarta: BUMI AKSARA, 1995.

Puwanto Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 1984

Sagala, Syiful (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

www.psikologibelajar.co.id

Shirran Alex, Evaluating Students, Jakarta, PT Gramedia, 2006

Sukardi, Evaluasi Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya), Jakarta: Bumi Aksara,


2008

Suparman Atwi, Desain Instruksional Modern, Jakarta, Erlangga, 2012.

Thoha Chabib, Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada,


1996.http://nanaplb11.blogspot.com/2014/01/penilaian-acuan-patokan-dan-acuan-
norma.html

15

Anda mungkin juga menyukai