Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

EVALUASI HASIL BELAJAR


Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Oleh:
DANY RONALD A G - 5213121011

Dosen pegampu:
Prof. DR. Sumarno, M.Pd

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN
ADMINISTRASI
PERKANTORAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN
202
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di dalam setiap kegiatan belajar-mengajar selalu dilakukan penilaian. Hasil penilaian disajikan
dalam bentuk nilai angka atau huruf. Dalam hal ini, ada lembaga pendidikan yang menggunakan
nilai angka dengan skala 0 sampai 100, dan ada pula yang menggunakan nilai angka itu dengan
skala 0 sampai. Di perguruan tinggi umumnya digunakan nilai huruf, yaitu A, B, C, D, dan F
atau TL. Jika nilai-nilai huruf itu akan digunakan untuk menentukan indeks prestasi mahasiswa
pada akhir semester atau pada akhir suatu program pendidikan, nilai-nilai huruf itu ditransfer ke
dalam nilai angka dengan bobot masing-masing sebagai berikut: A=4, B=3, C=2, D=1, dan F
(atau TL)=0.

Nilai angka ataupun nilai huruf itu umumnya merupakan hasil tes atau ujian yang diberikan oleh
guru atau dosen kepada para siswa atau mahasiswanya setelah mereka mengikuti pelajaran
selama jangka waktu tertentu. Nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam buku laporan pendidikan
(buku rapor), surat tanda tamat belajar (STTB), ijazah, atau daftar nilai lainnya.
Pengolahan nilai-nilai menjadi nilai akhir seorang siswa dapat dilakukan dengan mengacu
kepada kriteria atau patokan tertentu. Dalam hal ini dikenal adanya dua patokan yang umum
dipakai dalam penilaian itu, yaitu “penilaian acuan patokan” (criterion-referenced evaluation)
dan “penilaian acuan norma” (norm-referenced evaluation). Untuk jelasnya, marilah kita ikuti
uraian berikut.

B. PEMBAHASAN
Pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
1. Pengertian PAN (Penilaian Acuan Normatif)
Norm referenced measurement pada umumnya disebut pula sebagai Penilaian Acuan Normatif
(PAN), adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok; nilai-nilai yang
diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk dalam
kelompok itu.
Yang dimaksud dengan “norma” dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok,
sedangkan yang dimaksud dengan “kelompok” di sini adalah semua siswa yang mengikuti tes
tersebut. Jadi, pengertian “kelompok” yang dimaksud dapat berarti sejumlah siswa dalam suatu
kelas, sekolah, rayon, dan propinsi atau wilayah.
Penilaian Acuan Normatif (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena tampilan pencapaian
hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan penampilan siswa lain yang mengikuti
tes yang sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode pengukuran yang menggunakan
prinsip belajar kompetitif. Menurut prinsip pengukuran normatif, tes baku pencapaian
diadministrasi dan penampilan baku normatif dikalkulasi untuk kelompok-kelompok pengambil
tes yang bervariasi.
Contoh, si A mendapat nilai 8 sementara si B mendapat nilai 9, maka dengan serta merta si A
dianggap tidak lebih pintar daripada si B. contoh lain, si C mendapat nilai 5 sementara teman-
temannya yang lain mendapatkan nilai di bawahnya. Biasanya si C dianggap yang paling pintar
dibandingkan dengan teman-temannya.
Dalam penggunaan norm referenced, prestasi belajar seorang siswa dibandingkan dengan siswa
lain dalam kelompoknya. Kualitas seseorang sangat dipengaruhi oleh kualitas kelompoknya.
Seorang siswa yang apabila terjun ke kelompok A termasuk “hebat”, mungkin jika pindah ke
kelompok lain hanya menduduki kualitas “sedang” saja. Ukurannya adalah relatif. Oleh sebab itu
maka dikatakan pula diukur dengan standar relatif. Ukuran demikian juga disebut menggunakan
norma referenced, atau norma kelompok.
Dalam suatu seleksi penyelenggara tesnya hanya bertujuan memilih sekian orang yang terbaik di
antara semua peserta, tanpa peduli tingkat penguasaanya, tes yang harus digunakan adalah tes
acuan norma. Cara penafsiran yang digunakan adalah adalah penafsiran acuan norma. Orang
yang terpilih mungkin benar-benar orang yang sangat menguasai perilaku yang diukur, karena
semua peserta adalah orang-orang yang pandai. Mungkin pula terjadi orang-orang yang dipilih
terdiri atas orang-orang yang mempunyai tingkat penguasaan kurang karena semua peserta
berasal dari orang orang yang kurang pandai.

2. Pengertian PAP (Penilaian Acuan Patokan)


Penilaian Acuan Patokan (PAP) juga sering disebut criterion evaluation merupakan pengukuran
lain dengan menggunakan acuan beda. Dalam pengukuran ini penampilan siswa dikomparasikan
dengan kriteria yang telah ditentukan lebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan
penampilan siswa lain. Keberhasilan siswa dalam prosedur acuan patokan tergantung pada
penguasaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna
mendukung tujuan instruksional.
Dikatakan demikian apabila posisi siswa merupakan hasil penampilannya dalam mengerjakan
suatu tes pengukuran. Pada penilaian acuan patokan ini hasil penampilan seorang siswa
menunjukkan posisinya sendiri tanpa membandingkandengan hasil penampilan siswa lain.
Dengan kata lain, dalam acuan patokan, apa yang dicapainya dalam suatu tes adalah
menggambarkan penampilannya dalam mengerjakan tes.
Di dalam penggunaan criterion referenced, siswa dibandingkan dengan sebuah standar tertentu,
yang dalam uraian sebelum ini, dibandingkan dengan standar mutlak, yaitu 100. Uraian dalam
contoh siswa A dan B di atas, siswa juga dibandingkan dengan standar tertentu, yaitu skor
maksimum. Penggunaan standar mutlak ini terutama dipertahankan dalam pengetrapan prinsip
belajar tuntas.
Sebagai contoh, misalkan untuk dapat diterima sebagai calon penerbang di sebuah lembaga
penerbangan, setiap calon harus memenuhi syarat antara lain tinggi badan sekurang-kurangnya
165 cm dan memiliki tingkat kecerdasan (IQ) serendah-rendahnya 130 berdasarkan hasil tes
yang diadakan oleh lembaga yang bersangkutan. Berdasarkan kriteria atau patokan itu, siapa pun
calon yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut dinyatakan gagal dalam tes atau tidak akan
diterima sebagai siswa calon penerbang.
Contoh lain, misalnya dalam suatu modul dinyatakan bahwa untuk dapat dinyatakan lulus,
seorang siswa harus memperoleh nilai 80% dari tes akhir modul (post-test). Jika ternyata seorang
siswa setelah mempelajari modul tersebut dan mengerjakan tes akhir modul mendapat nilai 60,
yang berarti 60%, maka siswa tersebut masih harus mempelajari kembali bagian-bagian dari
modul yang belum dikuasainya, kemudian dites lagi sampai akhirnya ia dapat memperoleh nilai
80 atau lebih.
Dari contoh-contoh tersebut di atas terlihat bahwa menggunakan kriteria penilaian tertentu.
Contoh pertama menggunakan kriteria batas tinggi badan dan tingkat IQ yang merupakan syarat
dalam pencapaian tujuan sebagai calon penerbang. Contoh kedua menggunakan kriteria tingkat
kemampuan penggunaan pengetahuan sesuai dengan tujuan kurikulum sehingga nilai yang
diperoleh siswa sekaligus mencerminkan sejauh mana kemampuan atau penguasaan siswa akan
materi pengajaran yang diteskan.
Perlu kiranya dijelaskan di sini bahwa kriteria atau patokan yang digunakan dalam PAP bersifat
mutlak. Artinya, kriteria itu bersifat tetap, setidaknya untuk beberapa tahun atau jangka waktu
tertentu dan berlaku bagi semua siswa atau mahasiswa yang mengikuti tes di lembaga yang
bersangkutan.

C. Langkah langkahnya :
Membandingkan seseorang dengan kemampuan dalam kelompok, bersifat
relatifMembandingkan kemampuan seseorang dengan sesuatu tingkatan atau kreteria khusus,
bersifat mutlak.Agar interpretasinya bermanfaat, diperlukan suatu acuan kelompok yang
relevanAgar interpretasinya bermanfaat maka diperlukan definisi pengetahaun atau materi secara
hati-hatiBiasanya mencakup pengetahuan yang lebih luasBiasanya menggunakan materi yang
sempit dan terbatasMemuat lebih sedikit butir tes untuk mengukur setiap tujuan tesMemuat
banyak butir tes dalam mengukurButir tes dipilih dari kesulitan menengah. Butir soal yang
mudah dan sulit dihilangkanButir soal tes mencangkup materi, tingkat kesulitan disesuaikan
dengan materi
Contoh: peringkat persentil. Suatu peringkat persentil 80 menunjukkan bahwa kelompok ada
80% peserta tes lainnya yang memiliki kemampuan kurang atau sama dengan kemampuan
peserta tes tersebutContoh: persentasi skor jawaban benar. Persentasi jawaban benar 80
menunjukkan bahwa peserta tes berhasil menjawab secara benar 80% dari butir tes yang
diajukan

D. KESIMPULAN
1. Penilaian acuan norma adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma
kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa
yang lain yang termasuk dalam kelompok itu. Penilaian acuan patokan adalah merupakan
pengukuran lain dengan menggunakan acuan beda. Dalam pengukuran ini penampilan
siswa dikomparasikan dengan kriteria yang telah ditentukan lebih dahulu dalam tujuan
instruksional, bukan dengan penampilan siswa lain.
2. Persamaan penilaian acuan norma dan acuan patokan antara lain adalah kedua
pengukuran memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik, memerlukan sampel yang
relavan, memerlukan item-item yang disusun dalam suatu tes, memerlukan persyaratan
pokok, yaitu validitas dan reliabilitas, kedua pengukuran tersebut sama manfaatnya, yaitu
alat pengumpul data siswa yang dievaluasi.
3. Adapun perbedaan dari kedua penilaian tersebut antara lain:
a. Penilaian acuan norma menekankan pembedaan antara individual siswa satu
dengan siswa lain dalam kelompok/kelas. Penilaian acuan patokan menekankan
penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para siswa.
b. Penilaian acuan norma lebih banyak digunakan, khususnya pada kelas yang
memiliki kelompok-kelompok dengan pembedaan antara siswa pandai, di atas
rerata, di bawah rerata, dan bodoh. Penilaian acuan patokan Lebih banyak
digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas pembelajaran dengan konsep atau
penguasaan materi belajar (mastery learning).
c. Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan patokan
digunakan terutama untuk penguasaan.

Anda mungkin juga menyukai