Anda di halaman 1dari 6

Penilaian Acuan Normatif

a. Pengertian PAN (Penilaian Acuan Normatif)


Norm referenced measurement pada umumnya disebut pula sebagai Penilaian
Acuan Normatif (PAN), adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada
norma kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai
siswa yang lain yang termasuk dalam kelompok itu.
Yang dimaksud dengan “norma” dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi
kelompok, sedangkan yang dimaksud dengan “kelompok” di sini adalah semua siswa
yang mengikuti tes tersebut. Jadi, pengertian “kelompok” yang dimaksud dapat berarti
sejumlah siswa dalam suatu kelas, sekolah, rayon, dan propinsi atau wilayah.
Penilaian Acuan Normatif (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena
tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan
penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan
sebagai metode pengukuran yang menggunakan prinsip belajar kompetitif. Menurut
prinsip pengukuran normatif, tes baku pencapaian diadministrasi dan penampilan
baku normatif dikalkulasi untuk kelompok-kelompok pengambil tes yang bervariasi.
Contoh, si A mendapat nilai 8 sementara si B mendapat nilai 9, maka dengan
serta merta si A dianggap tidak lebih pintar daripada si B. contoh lain, si C mendapat
nilai 5 sementara teman-temannya yang lain mendapatkan nilai di bawahnya.
Biasanya si C dianggap yang paling pintar dibandingkan dengan teman-temannya.
Dalam penggunaan norm referenced, prestasi belajar seorang siswa
dibandingkan dengan siswa lain dalam kelompoknya. Kualitas seseorang sangat
dipengaruhi oleh kualitas kelompoknya. Seorang siswa yang apabila terjun ke
kelompok A termasuk “hebat”, mungkin jika pindah ke kelompok lain hanya
menduduki kualitas “sedang” saja. Ukurannya adalah relatif. Oleh sebab itu maka
dikatakan pula diukur dengan standar relatif. Ukuran demikian juga disebut
menggunakan norma referenced, atau norma kelompok.
Dalam suatu seleksi penyelenggara tesnya hanya bertujuan memilih sekian
orang yang terbaik di antara semua peserta, tanpa peduli tingkat penguasaanya, tes
yang harus digunakan adalah tes acuan norma. Cara penafsiran yang digunakan
adalah adalah penafsiran acuan norma. Orang yang terpilih mungkin benar-benar
orang yang sangat menguasai perilaku yang diukur, karena semua peserta adalah
orang-orang yang pandai. Mungkin pula terjadi orang-orang yang dipilih terdiri atas
orang-orang yang mempunyai tingkat penguasaan kurang karena semua peserta
berasal dari orang orang yang kurang pandai.
b. Ciri Penilaian Acuan Normatif
1. Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta
didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan
Normatif digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik
di dalam komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
2. Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”.
Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan
pada waktu tersebut.
3. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat
kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan,
tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam
komunitasnya (kelompoknya).
4. Penilaian Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk menggunakan
rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari
yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.
5. Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan
penguasaan kelompok.
c. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Penilaian Acuan Norma (PAN)
Ada beberapa keunggulan yang dimiliki PAN, diantaranya seperti tersaji di bawah ini:
1. Kebiasaan penggunaan penilaian berdasarkan referensi norma atau kelompok
di pendidikan tinggi;
2. Bermanfaat untuk membandingkan siswa/mahasiswa lintas mata
pelajaran/kuliah dan memberikan hadiah;
3. Mendukung ide tradisional kekukuhan akademis dan menggunakan standar.
Kekurangan Penilaian Acuan Norma (PAN)
1. Sedikit menyebutkan tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa/mahasiswa
apa yang mereka ketahui atau dapat mereka lakukan;
2. Tidak dapat diandalkan: siswa/mahasiswa yang gagal sekarang mungkin dapat
lulus pada tahun berikutnya;
3. Kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak diketahui para
siswa/mahasiswa.
Persamaan dan Perbedaan Pengukuran Acuan Normatif dan Acuan Patokan

Pengukuran acuan normatif dan acuan patokan mempunyai beberapa persamaan sebagai
berikut :

1. Kedua pengukuran acuan normatif dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan
evaluasi spesifik sebagai menentukan fokus item yang diperlukan. Tujuan tersebut
termasuk tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
2. Kedua pengukuran memerlukan sampel yang relavan, digunakan sebagai subjek yang
hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sampel yang diukur merepresentasikan populasi
siswa yang hendak menjadi target akhir pengambilan keputusan.
3. Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua pengukuran
sama-sama memerlukan item-item yang disusun dalam suatu tes dengan
menggunakan aturan dasar penulisan instrumen.
4. Kedua pengukuran memerlukan persyaratan pokok, yaitu validitas dan reliabilitas.
Validitas yaitu apakah item yang disusun mengukur apa yang hendak dukur,
sedangkan reliabilitas yiatu apakah item tes memiliki hasil konsistensi. Suatu item tes
dikatakan memiliki reliabilitas, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang
konsistensi dalam mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi 2003).
5. Kedua pengukuran tersebut sama manfaatnya, yaitu alat pengumpul data siswa yang
dievaluasi.

Di samping persamaan karakteristik antara pengukuran acuan normatif dan acuan patokan
tersebut, kedua pengukuran tersebut pun memiliki beberapa perbedaan seperti berikut.

a. Pengukuran acuan normatif di antaranya sebagai berikut.


1. Merupakan tes yang mencakup domain tugas pembelajaran dengan item
pengukuran yang spesifik.
2. Menekankan pembedaan antara individual siswa satu dengan siswa lain dalam
kelompok/kelas.
3. Item-item yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dan cenderung
menghilangkan item yang memiliki tingkat kesulitan rendah.
4. Lebih banyak digunakan, khususnya pada kelas yang memiliki kelompok-
kelompok dengan pembedaan antara siswa pandai, di atas rerata, di bawah
rerata, dan bodoh.
5. Interpretasi evaluasi memerlukan adanya pengelompokan atas kelompok-
kelompok tertentu secara jelas.
b. Pengukuran dengan acuan patokan di antaranya sebagai berikut.
1. Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada penentuan domain tugas
belajar dengan tingkat kesulitan sejumlah item sesuai dengan tugas
pembelajaran.
2. Menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para siswa.
3. Item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa menghilangkan item
atau soal yang memiliki tingkat kesulitan rendah.
4. Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas pembelajaran
dengan konsep atau penguasaan materi belajar (mastery learning).
5. Interpretasi memerlukan grup tertentu dengan memenuhi kriteria tertentu atau
domain pencapaian belajar.

Penggunaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Dengan menggunakan norm reference evaluation atau Penilaian Acuan Norma


(PAN), dapat dilihat kedudukan seseorang siswa dibandingkan dengan kawan-kawannya
sekelompok. Hal ini berarti bahwa tolak ukur atau standar bersifat relatif, dalam artian akan
tergantung kepada kemampuan kelompok yang bersangkutan. Misalnya seorang siswa
memperoleh skor mentah 50 dari 100 butir soal mungkin akan dapat memperoleh nilai 9
(sembilan) dalam skala 1-10, bila kawan-kawan sekelompoknya memperoleh skor yang jauh
di bawah skornya. Sebaliknya seorang siswa dari sekolah atau kelas lain dengan tes yang
sama, memperoleh skor mentah 70, mungkin hanya memperoleh nilai 5 dalam skala 1-10,
jika rata-rata kelompoknya jauh berada di atas skor yang diperolehnya. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa Penilaian Acuan Norma (PAN) kurang dapat menggambarkan tingkat
penguasaan siswa terhadap materi ajar yang sudah diberikan, kurang dapat menggambarkan
sejauh mana para siswa telah mencapai sasaran belajar yang diharapkan.

Di dalam pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Reference


Evaluation, kriteria atau standarnya bersifat mutlak, dalam arti tidak akan dipengaruhi oleh
kemampuan kelompok. Dengan demikian nilai yang diberikan berdasarkan pendekatan ini
lebih menggambarkan tingkat pencapaian siswa terhadap sasaran belajar, atau tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan.

Pendekatan yang merupakan kombinasi dari kedua pendekatan di atas merupakan


usaha untuk mempertahankan hal-hal yang positif, dan menekan hal-hal yang kurang baik
dari kedua pendekatan tersebut. Akhirnya dapat dikemukakan bahwa pengajar perlu
memahami, bilamana dan untuk apa suatu pendekatan itu digunakan. Misalnya apabila
pengajar harus menetapkan peringkat hasil belajar di dalam kelompok, maka sebagusnya
digunakan PAN. Namun apabila pengajar berkehendak untuk menetapkan nilai akhir (skor
akhir) sebagusnya menggunakan PAP.

Mengapa PAP dipakai sebagai yang lebih tepat digunakan untuk menentukan nilai
akhir, sekurang-kurangnya ada tiga alasan, yaitu:

1. Dengan PAP itu dapat diketahui hasil belajar yang sebenarnya, oleh karena
normanya adalah norma ideal.
2. Dengan PAP itu tidak diperlukan perhitungan-perhitungan statistik, sehingga
memudahkan pengajar (guru-guru) yang tidak menguasai metode-metode statistik.
3. Dengan PAP hanya ada satu makna bagi satu nilai yang sama, oleh karena
normanya tidak bersifat nisbi.

Apabila berdasarkan acuan patokan dapat digunakan apabila dasar pemikiran yang
digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan adalah asumsi pedagogik. Asumsi ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa keragaman kemampuan peserta didik hendaknya dapat
dikurangi, hal ini berarti seorang pendidik harus dapat memacu peserta didik yang berprestasi
dan membantu yang lemah. Peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk belajar,
sehingga ada perbedaan kemampuan antara sebelum dan sesudah belajar. Pendidik dalam
mengembangkan psoses belajar-mengajar menyajikan materi dan metode yang sesuai dengan
kemampuan peserta didik.

Tes dapat dikembangkan dengan menggunakan acuan norma dan kriteria karena
keduanya memiliki karakteristik tersendiri dan memberikan informasi yang bermanfaat.
Acuan norma memberikan informasi penting tentang bagaimana kedudukan seorang peserta
tes dalam kelompoknya, sedangkan acuan kriteria memberikan informasi penting tentang
bagaimana seorang peserta tes menguasai pengetahuan atau materi tertentu. Sementara itu,
acuan norma dapat diaplikasikan pada jenis tes yang memiliki jangkauan materi lebih luas
dibandingkan dengan acuan kriteria. Semua tes standar didesain untuk menilai siswa di
bawah kondisi yang benar-benar terkontrol. Ini berarti bahwa semua siswa yang mengikuti
tes itu akan mengalami kondisi penulisan tes yang persis sama.

Anda mungkin juga menyukai