Anda di halaman 1dari 13

KODE ETIK EVALUATOR

Seorang Evaluator berpengalaman bisa mengidentifikasi masalah antara lain:

1. Program yang tidak terlaksana dengan baik.


Sebuah contoh dimana Marshall ditunjuk sebagai evaluator dalam
mengevaluasi program pembebasan bersyarat awal yang disetujui oleh
negara bagian, dengan rentang waktu 6 bulan. Legislatif menginginkan
evaluator memeriksa apakah program tersebut memiliki pengaruh terhadap
turunnya penangkapan setelah dibebaskan.

2. Advokasi Versus Evaluasi


Morris Franklin yang menyelesaikan evaluasi program penjangkauan
Mental Kesehatan Masyarakat untuk siswa SMA yang memiliki nilai yang
buruk dianggap berhubungan dengan narkoba. Franklin menemukan
beberapa bukti mendukung ataupun tidak mendukung. Beberapa bukti
ambivalen bisa dianggap menguntungkan atau pun tidak menguntungkan
dari berbagai sudut pandang. Laporan Franklin diterima dengan baik oleh
pihak sekolah. Kemudian meminta Franklin untuk membuat Proposal
Perpanjangan Program di sekolah tersebut. Disaat Franklin memuat
kelemahan-kelemahan dari Program Direktur malah memerintahkan agar
Franklin hanya menuliskanTemuan yang Positif saja. Dengan alasan agar
proposalnya bagus

Standar untuk Praktik Evaluasi

Seiring dengan berkembangnya evaluasi program maka sejumlah organisasi juga


mengembangkan prinsip etika untuk membimbing pekerjaan tim penelitian
tersebut. Berikut beberapa prinsip yang telah dikembangkan oleh Asosiasi
Evaluasi di Amerika :

1. Pertanyaan Sistematis: Evaluator melakukan pertanyaan yang sistematis


dan bersifat data dasar

1
2. Kompetensi: Evaluator memberikan kinerja yang kompeten kepada
pemangku kepentingan.
3. Integritas / Kejujuran: Evaluator menunjukkan kejujuran dan Integritas
Dalam tingkah laku dan berusaha untuk memastikan kejujuran dan
integritas pada proses evaluasi.
4. Menghormati Orang: Evaluator menghargai keamanan, harga diri, dan
harga diri responden, program partisipan, klien, dan pemangku
kepentingan evaluasi lainnya.
5. Bertanggung- jawab untuk umum dan kesejahteraan publik: Evaluator:
mengartikulasikan dan melaporkan perbedaan umum dan kepentingan
umum serta nilai yang mungkin berhubungan dengan evaluasi.

Etika dalam arti sebenarnya lebih dari sekadar penghormatan terhadap penelitian
dan kejujuran terhadap uang dan data. Evaluasi memiliki tanggung jawab untuk
memberikan informasi evaluasi yang jelas, berguna, dan akurat kepada
stakeholders dengan siapa mereka bekerja. Selanjutnya, evaluator berusaha untuk
bekerja dengan cara yang berpotensi meningkatkan pelayanan kepada orang.
Masalah etis berhubungan dengan semua tahap evaluasi - dari perencanaan awal
hingga penyajian hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Morris Franklin
belajar bahwa mungkin ada tantangan etis yang penting bahkan setelah evaluasi
dilakukan telah selesai.

Isu etika terbagi dalam lima kategori yaitu:

a. memperlakukan orang secara etis,


b. mengenali konflik peran,
c. melayani kebutuhan pengguna yang mungkin pengguna dari evaluasi,
d. menggunakan metode yang sesuai
e. mencegah efek samping negative evaluasi

2
Isu Etika Terlibat Dalam Tindakan

Tanggung jawab pertama evaluator, seperti halnya peneliti dasar, adalah untuk
melindungi orang dari kerugian. Karena kerugian bisa dilakukan pada orang-
orang di berbagai cara, evaluator yang bersangkutan menjaga agar tidak
merugikan semua orang yang terkait dengan program.

Mendeteksi Program yang Tidak Efektif


Seringkali evaluator menghadapi isu apakah kerugian bisa terjadi pada penerima
program yang sedang dievaluasi. Terkadang program tidak berdampak positif
ataupun negatif. Kebanyakan orang setuju pengembangan harga diri merupakan
cara terbaik dalam mendidik, akan tetapi sering dilakukan dengan cara yang tidak
tepat. Tampaknya evaluasi pendidikan saat ini terpusat pada peningkatan harga
diri anak, tapi hal ini tidak berpengaruh terhadap peningkatan prestasi anak dalam
bidang Matematika dan Sains.

Mendapatkan informed consent


Informed consents berarti bahwa calon peserta membuat keputusan sendiri tentang
kesediaanya untuk berpartisipasi, dan memberikan informasi yang cukup tentang
program diberikan untuk dan memungkinkan mereka menimbang semua
alternatif. Ketika evaluator merencanakan evaluasi mereka menyediakan
informasi yang cukup untuk untuk evaluator. Informed consent memiliki potensi
untuk mengubah perilaku masyarakat saat di evaluasi, sehingga validasi bisa
terancam. Tidak ada cara yang tepat untuk menghindarinya, salah satu
pendekatannya adalah Prinsip Etika Psikologi untuk mempertimbangkan potensi
kerugian.

Menjaga Kerahasiaan
Kerahasiaan informasi yang di dapat dari berbagai pihak harus dijaga dan
dilindungi dengan cara:
- Identifikasi data dan nama seseorang tidak harus selalu diperjelas
- Menggunakan kode tertentu dalam mengenali identitas responden

3
- Pelaksana program harus menyimpan data, kode dan alamat lengkap
responden agar jelas menghubunginya dilain waktu.
- Menjaga kerahasiaan data dan informasi responden

Konflik Peran yang dihadapi Evaluator


Evaluator mengumpulkan informasi untuk menilai kualitas rencana, pelaksanaan
dan hasil. Karena kegiatan evaluasi berhubungan erat antara perencana, pelaksana
dan penerima program tentunya evaluator mengalami berbagai konflik. Dalam
artian adanya benturan kepentingan dari berbagai pihak yang terkait di dalam
program.
Mengidentifikasi pemangku kepentingan sebuah program merupakan tugas etis
yang penting. Evaluator harus meminimalkan potensi konflik di antara para
pemangku kepentingan.

Mengakui Kepentingan Stakeholders yang Berbeda

Mengingat kepentingan berbagai stakeholder penting untuk dijadikan sebuah


evaluasi semaksimal mungkin bagi semua pihak yang mungkin menggunakan
atau dipengaruhi oleh sebuah evaluasi. Bahkan dalam menafsirkan informasi yang
sama masing-masing stakeholder memiliki sudut pandang, kepentingan dan
kebutuhan yang berbeda.

Manajer Program Fokus Dengan Efisiensi


manajer bertanggung jawab untuk mengelola organisasinya dan melakukan
efisiensi terhadap kegiatan operasinya, misalnya menghasilkan layanan dan
barang untuk mendapatkan keuntungan. Bagi perusahaan nirlaba efektifitas
kegiatan dan anggaranpun menjadi nilai tersendiri bagi manajer.

Anggota Staf Mencari Bantuan dalam Pengiriman Layanan


Kebutuhan staf yang paling diutamakan adalah jika evaluasi bisa memberikan
latihan bimbingan untuk meningkatkan efektivitas layanan bagi klien, pelajar,
pasien, atau pelanggan. Evaluasi arus informasi sebuah perusahaan dapat
mengungkapkan inefisiensi. Jika staf disediakan dengan alternatif yang layak,

4
mungkin akan memberikan layanan dengan baik oleh evaluasi. Evaluator juga
tahu bahwa evaluasi adalah alat yang baik umengukur pekerjaan anggota.
Evaluasi yang fokus pada kekurangan akan memberikan umpan balik positif.
Meskipun jarang yang tertarik melakukan hal ini.

Klien Ingin Layanan yang Efektif dan Tepat


Seringkali klien tidak terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan ataupun
evaluasi program yang dirancang untuk mereka. Beberapa cara evaluator
bertanggung jawab kepada peserta dengan membandingkan kebutuhan peserta
dengan layanan yang ditawarkan, membantu staf dan manajer dalam memenuhi
kebutuhan dan menyusun rekomendasi mengenai kebutuhan dan kekuatan. Akan
tetapi kepentingan manajer dan staf terkadang lebih diutamakan daripada para
peserta.

Anggota Masyarakat Ingin Program yang Hemat Biaya


Masyarakat memiliki posisi yang sama dengan orang-orang yang mendapat
layanan. Kelompok masyarakat ini tentu memiliki andil dalam keberhasilan
program. Dalam kasus ini, kepentingan mereka mungkin terlindungi dengan baik
ketika evaluasi internal yang direncanakan secara etis juga mencerminkan
kepentingan kelompok yang memasok bantuan finansial untuk badan pemberi
layanan.

Validitas Evaluasi
Setelah potensi kerugian bagi peserta diminimalkan, kemungkinan konflik peran
dieksplorasi, dan kebutuhan stakeholder diidentifikasi, evaluator dapat
memvaliditas proyek evaluasi. Beberapa ancaman dalam validitas data:
Instrumen Pengukuran yang Valid

Memilih sebuah Cara yang tidak tepat untuk mengukur hasil yang dihipotesiskan
dapat mengaburkan efeknya sebuah program.

5
Kolektor Data Terampil
Sikap pewawancara yang baik antara lain:
- Memiliki kemampuan interpersonal dan akal sehat dalam menggali
informasi dari orang yang diwawancarai
- Menjaga komitmen dengan orang yang diwawancara
- Membutuhkan keterampilan dalam merekam dan melaporkan hasil
wawancara
- Menjaga hubungan yang baik dengan informan
- Menerapkan kesopanan dan bertanya dan berbicara

Desain Penelitian yang tepat


Desain penelitian harus sesuai dengan kebutuhan para stakeholder. Dalam
mengevaluasi program Marshall memiliki setidaknya tiga alternatif: (1) lanjutkan
dengan proyek dan gunakan keahliannya untuk membuatnya tampak seolah-olah
evaluasi selesai menjawab pertanyaan yang awalnya diajukan, (2) menolak
melakukan evaluasi dan berharap bisa menemukan kontrak alternatif untuk
menjaga dirinya tetap produktif bekerja, atau (3) menegosiasikan pertanyaan
aktual yang akan ditangani oleh evaluasi. Alternatif pertama. dianggap tidak etis
dan yang kedua berisiko namun yang ketiga mungkin lebih produktif.

Deskripsi dan Prosedur Program yang memadai


Kebanyakan evaluasi tidak menjelaskan secara rinci untuk memungkinkan orang
lain mengerti tentang program dan prosedur evaluasi. Patton (1980)
mengilustrasikan keuntungan menggambarkan pelaksanaan suatu program sebagai
bagian dari evaluasi program. Sebagian besar evaluasi belum menangani isu
implementasi sehingga menunjukkan tingkat penerapan program dengan hasil
yang lebih baik.
Selain menggambarkan programnya, prosedur evaluasi harusnya disajikan dalam
detail yang cukup sehingga orang lain bisa mengerti bagaimana evaluator
memperoleh dan menganalisis informasi. semua pihak tidak ingin mengetahui
semua rincian prosedur evaluasi. Namun, laporan rinci seperti itu harus tersedia
bagi orang-orang yang dianggap mengimplementasikan program di tempat lain
atau yang ingin membandingkan evaluasi dari program serupa. Jika tidak mungkin

6
untuk membandingkan evaluasi karena tidak dilaporkan secara memadai, orang
mungkin bertanya-tanya apakah penulis laporan jelas dalam pikiran mereka
sendiri tentang apa yang telah dilakukan.

Menghindari Efek Samping Negatif Dari Prosedur Evaluasi


Dalam evaluasi program, pertanyaan-pertanyaan ini sangat penting bagi evaluator
dan bagi pemangku kepentingan yang terkena dampak studi evaluasi

Dapatkah Seseorang Menjadi Tersangka oleh Temuan yang Tidak Akurat?


Temuan yang tidak akurat dapat menunjukkan temuan palsu yang salah
danmenunjukkan bahwa program tersebut efektif atau negatif. keliru menyatakan
sebuah program ini tidak efektif sebagai akibat dari kesimpulannya dari variasi
statistik acak.

Pertimbangkan Kesalahan Tipe Statistik II


Kesalahan Tipe II, karena tidak dapat copclude secara statistik bahwa sebuah
program efektif Bila memang efektif, bisa terjadi karena sampel program terlibat
dalam evaluasi. Evaluator mengamati sebagian dari peserta, jarang seluruh
populasi dan sumber informasi tersedia untuk evaluator tidak pernah dapat
diandalkan sempurna. Perhatian dasar khawatir tentang kesalahan Tipe II karena
melakukan penelitian yang menghasilkan penilaian yang tidak akurat
Evaluator sangat mungkin bekerja dalam situasi yang membuat kesalahan Tipe II.
Dalam upaya mengurangi tuntutan yang dilakukan pada peserta program
memberikan informasi, singkat, sehingga, kurang dapat diandalkan, survei dapat
digunakan dan jumlah kesalahan bisa jadi terbatas. Untuk mengurangi gangguan
layanan, hanya beberapa peserta yang bisa diuji.

Perhatian pada Efek Negatif yang Tidak Terencana


Evaluator etis hati-hati memeriksa program seperti yang diimplementasikan,
bukan seperti yang dirancang. Salah satu aspek dari masalah ini adalah tingkat
pencapaian actual program, seperti yang telah dibahas sebelumnya. Aspek kedua
dari masalah ini melibatkan kemungkinan efek samping negatif dari suatu
program.

7
Analisis Nilai Implisit yang Diadakan oleh Evaiuator
Konflik antara peran advokasi program dan peran evaluasi sudah disebutkan. Nilai
yang tidak diperiksa lainnya mungkin disembunyikan dalam analisis statistik
Jarang disebutkan;

IRB dan Program Evaluasi


Peran dan fungsi IRB adalah untuk mengawasi penelitian yang umum. Jika
seorang dekan ingin mengevaluasi kegiatan mahasiswa maka hal ini tidak
memerlukan persetujuan IRB. Akan tetapi jika mahasiswa ingin melakukan
evaluasi di sebuah perusahaan tentang proyek sumber daya manusia maka
mahasiswa tersebut harus mendapat persetujuan IRB, hanya sebatas pengawasan.

Kode Etik LAporan Evaluator


Morris dan Cohn (1993) bertanya kepada evaluator tentang tantangan etis yang
mereka hadapi. Ada lima tantangan yang paling berpengaruh yaitu:
- Fokus setelah memeriksa data
- Menjanjikan kerahasiaan padahal tidak bisa menjamin
- Membuat keputusan tanpa konsultasi klien
- Melakukan evaluasi tanpa penelitian yang memadai
- Memudahkan kelompok partisipan untuk menghapus referensi tentang
dampak negative program dari laporan

Kadang, evaluator sendiri enggan menyajikan semua Informasi, mungkin hanya


setengah informasi yang dapat disajikan. Tantangannya adalah sulit untuk
membuat para stakeholder sadar akan kekurangan dari program yang telah mereka
laksanakan. Dalam menyikapi hal ini evaluator perlu mengarahkan pada proses
perbaikan program secara bertahap karena kemampuan, pengetahuan dan
kebutuhan setiap stakeholder berada pada tingkat yang berbeda. Evaluator harus
dapat menyajikan komentar kritis secara konstruktif dengan tetap memperhatikan
sikap menghormati terhadap klien. Dalam kata lain, penting bagi evaluator
menyajikan komentar kritis yang sensitif.

8
CONTOH PENERAPAN KODE ETIK EVALUATOR

Indonesia Accreditation Board For Engineering Education (IABEE) adalah


perintis dan stimulator percepatan peningkatan mutu pendidikan tinggi teknik di
Indonesia, yang melahirkan sumber daya manusia yang inovatif dan inovasi di
bidang keteknikan dengan orientasi pada kesejahteraan manusia pada umumnya
dan masyarakat Indonesia pada khususnya.

IABEE melakukan akreditasi program studi bidang teknik dengan pendekatan


Outcome Based Education (OBE) yang mendasarkan evaluasi akreditasi pada
capaian pembelajaran lulusan pada saat dinyatakan lulus dari program studi.
Proses evaluasi merupakan bagian terpenting dari proses akreditasi yang
dilakukan oleh IABEE. Hasil akreditasi akan memiliki nilai secara akademik dan
professional hanya jika dikerjakan oleh evaluator yang memenuhi persyaratan
berikut:

- Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi professional yang sesuai


- Memegang teguh nilai-nilai etika professional yang tinggi
- Melakukan seluruh tahapan evaluasi secara objektif

Proses evaluasi untuk akreditasi melalui dua tahapan yaitu:

a. Evaluasi Dokumen Laporan Evaluasi Diri (Self Evaluation Report) dan


dokumen pendukungnya yang diserahkan oleh program studi
b. Evaluasi lapangan ( on-site evaluation)

Setiap evaluator IABEE memiliki komitmen untuk menjaga semua proses


evaluasi mengikuti standar professional dan etika yang tinggi dan konsisten.
Proses rekruitmen calon evaluator IABEE berkoordinasi dengan PII dan BK dan
menentukan beberapa persyaratan utama yang harus dipenuhi diantaranya :

1. Memiliki komitmen untuk mengembangkan pendidikan tinggi teknik di


Indonesia
2. Memiliki gelar akademik dalam bidang yang sesuai dari Perguruan Tinggi
yang bereputasi.
3. Terdaftar sebagai anggota PII

9
4. Memiliki sertifikat sebagai pendidik professional
5. Memiliki reputasi yang baik dari sisi professional dan etika
6. Dan lain-lain

Evaluator IABEE berperan sebagai peer reviewer untuk suatu program studi
bukan sebagai hakim yang menentukan baik atau buruknya program studi.
Sebagai peer reviewer, seorang evaluator IABEE memiliki komitmen untuk
membantu program studi menemukan peluang-peluang untuk memperbaiki
dirinya dan untuk meningkatkan standar mutu lulusan yang akan dicapai secara
berkelanjutan (continuous improvement)

Dalam sebuah laman http:://iabee.co.id IABEE juga menjelaskan secara terbuka


tentang kode etik yang harus dipatuhi. Berikut beberapa kode etik yang harus
diperhatikan oleh calon evaluator IABEE, yaitu :

Pertentangan Kepentingan (Conflict of Interet)

Konflik kepentingan (conflict of interest) adalah adanya kondisi persinggungan


antara kepentingan pribadi dan kepentingan profesional seseorang yang sedang
mendapatkan kepercayaan untuk mengemban jabatan, tugas resmi seperti auditor,
dan evaluator. Adanya kondisi konflik kepentingan atau bisa diduga adanya
konflik kepentingan akan bisa menimbulkan turunnya kredibilitas proses evaluasi
atau audit.

Contoh-contoh keadaan yang termasuk bisa menimbulkan conflict of interest atau


bisa diduga menimbulkan adanya conlict of interest adalah sepertI:

 Ada hubungan saudara, keluarga dan kerabat dekat


 Ada hubungan pekerjaan yang terkait dengan pembayaran gaji, upah atau
honor
 Ada hubungan percintaan
 Ada hubungan dagang ataupun jasa
 Ada hubungan “dosen-mahasiswa” dalam masa kurang dari 5 tahun

10
Menjaga Objektivitas dan Kerahasiaan
Proses evaluasi adalah aktivitas yang memerlukan expert judgment dari evaluator
yang memiliki pengalaman profesional dan akademik yang kemungkinan tidak
sama antara satu evaluator dengan evaluator yang lain dan dengan pengelola
program studi. Untuk menjaga objektivitas proses dan hasil evaluasi, setiap
evaluator harus dengan bersungguh-sungguh dan dengan penuh kesadaran untuk
mendasarkan evaluasinya pada Kriteria Umum, Kriteria Spesifik, serta Lembar
Penilaian Program Studi (Program Evaluation Sheet) yang dibuat oleh IABEE.
Pengaruh reputasi program yang sedang dievaluasi atau membandingkan program
studi dengan institusi asal dari evaluator tersebut, tidak boleh mempengaruhi
standar peniliaian evaluator sehingga keluar dari Kriteria dan komponen-
komponen Lembar Penilaian Program Studi yang dibuat oleh IABEE. Setiap
evaluator harus berusaha sejauh mungkin untuk menghindarkan diri memberikan
evaluasi atau memberikan komentar untuk hal-hal yang tidak termasuk lingkup
kriteria IABEE. Evaluator juga harus berusaha untuk tidak membanding-
bandingkan kondisi program studi yang sedang dievaluasi dengan kondisi di
institusi asal evaluator ataupun institusi lain karena setiap program studi memiliki
keleluasaan menentukan standar outcome lulusannya sesuai dengan visi dan
kondisi unik masing-masing program studi tersebut.

Meskipun proses evaluasi bersifat transparan dan accountable, namun semua


dokumen yang diserahkan oleh program studi kepada IABEE dan hasil
evaluasinya adalah bersifat rahasia (confidential) yang dipercayakan program
studi kepada IABEE. Setiap assesor wajib menjaga kepercayaan ini dengan tidak
memberikan informasi dari dokumen dan hasil evluasi selama proses akreditasi
kepada pihak manapun kecuali hanya kepada IABEE. Evaluator juga tidak
diperkenankan untuk mengambil keuntungan maupun fihak lain atas pemanfaatan
data-data dan informasi yang telah diserahkan oleh program studi kepada IABEE
baik dalam bentuk dokumen maupun fakta-fakta lapangan yang telah diperoleh
selama visitasi.

11
Larangan bagi Evaluator
Pada prinsipnya evaluator dilarang untuk melakukan tindakan atau sikap-sikap
yang bisa menurunkan kredibilitas seluruh proses dan hasil evaluasi akreditasi
yang telah dijalankan oleh IABEE. Tindakan dan sikap-sikap yang dilarang
tersebut adalah namun tidak hanya terbatas pada:

 Menyampaikan pendapat pribadi dengan mengatasnamakan IABEE.


 Meminta atau menerima pemberian hadiah dalam bentuk apapun yang
patut diduga ada kaitannya dengan/mempengaruhi hasil akreditasi.
 Mengubah atau memperbaiki data dan informasi, termasuk hasil penilaian
yang berkaitan dengan proses evaluasi yang telah diserahkan kepada
IABEE. Bila evaluator memandang data maupun bukti-bukti yang
diserahkan oleh program studi kurang lengkap atau kurang akurat,
evaluator hanya boleh meminta penjelasan tambahan dari program studi
melalui mekanisma yang sudah diseiapkan oleh IABEE.

12
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Posovac, Emil J. 2011. Methods and Case Studies. New York: Prentice Hall.

Website:

https://iabee.or.id/tentang-iabee/kualifikasi-evaluator/

13

Anda mungkin juga menyukai