Anda di halaman 1dari 5

Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar

Oleh: Shania, NIM. 1830202293

A. Pendahuluan
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal
64 ayat 1 dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan
secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan
hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya ayat 2 menjelaskan bahwa
penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk (a) menilai pencapaian
kompetensi peserta didik; (b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar;
dan (c) memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian harus memberikan hasil yang dapat diterima oleh semua
pihak, baik yang dinilai, yang menilai, maupun pihak lain yang akan
menggunakan hasil penilaian tersebut. Hasil penilaian akan akurat bila
instrumen yang digunakan untuk menilai, proses penilaian, analisis hasil
penilaian, dan objektivitas penilai dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penilaian yang dapat menjaga agar orientasi
penilaian tetap pada framework atau rel yang telah ditetapkan.

B. Valid/Sahih
Penilaian valid berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan
menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi, sehingga penilaian
tersebut menghasilkan informasi yang akurat tentang aktivitas belajar. Penilaian
hasil belajar oleh pendidik harus mengukur pencapaian kompetensi yang
ditetapkan dalam standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan
standar kompetensi lulusan. Misalnya apabila pembelajaran menggunakan
pendekatan eksperimen maka kegiatan eksperimen harus menjadi salah satu
objek yang di nilai.

1
Contohnya dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam, guru menilai
kompetensi gerakan shalat, penilaian dianggap valid/sahih jika menggunakan
test praktek langsung, jika menggunakan tes tertulis maka tes tersebut tidak
valid/sahih.

B. Objektif
Penilaian yang bersifat objektif tidak memandang dan membeda-
bedakan latar belakang peserta didik, namun melihat kompetensi yang
dihasilkan oleh peserta didik tersebut, bukan atas dasar siapa dirinya. Penilaian
harus dilaksanakan secara objektif dan tidak dipengaruhi oleh subjektivitas
penilai.
Contohnya ketika guru memberi nilai 85 untuk materi gerakan salat
pada si A yang merupakan tetangga dari guru tersebut, namun si B yang
kemampuannya lebih baik, mendapatkan nilai hanya 80. Ini adalah penilaian
yang bersifat subjektif dan tidak disarankan. Pemberian nilai haruslah
berdasarkan kemampuan siswa tersebut.

C. Adil
Peserta didik berhak memperoleh nilai secara adil, penilaian hasil
belajar tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial, ekonomi, fisik, dan gender.
Contohnya ketika guru laki-laki hendaknya tidak memandang fisik dan
rupa dari murid perempuan yang cantik kemudian memberi perlakuan khusus,
semua murid berhak diperlakukan sama saat KBM maupun dalam pemberian
nilai. Nilai yang diberikan sesuai dengan kenyataan hasil belajar siswa tersebut.

D. Terpadu
Penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Penilaian merupakan proses untuk
mengetahui apakah suatu kompetensi telah tercapai. Kompetensi tersebut

2
dicapai melalui serangkaian aktivitas pembelajaran. Karena itu penilaian tidak
boleh terlepas apalagi melenceng dari pembelajaran. Penilaian harus mengacu
pada proses pembelajaran yang dilakukan.

E. Terbuka
Penilaian harus bersifat transparan dan pihak yang terkait harus tau
bagaimana pelaksanaan penilaian tersebut, dari aspek apa saja nilai tersebut
didapat, dasar pengambilan keputusan, dan bagaimana pengolahan nilai
tersebut sampai hasil akhirnya tertera, dan dapat diterima.
Contohnya pada tahun ajaran baru, guru Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti menerangkan tentang kesepakatan pemberian nilai dengan bobot
masing-masing aspek. Misal, partisipasi kehadiran diberi bobot 20%, tugas
individu dan kelompok 20%, ujian tengah semester 25%, ujian akhir semester
35%. Sehingga disini terjadi keterbukaan penilaian antara murid dan guru.

F. Menyeluruh dan Berkesinambungan


Penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik atau peserta didik. Instrumen
penilaian yang digunakan, secara konstruk harus merepresentasikan aspek yang
dinilai secara utuh. Penilaian dilakukan dengan berbagai teknik dan instrumen,
diselenggarakan sepanjang proses pembelajaran, dan menggunakan pendekatan
assessment as learning, for learning, dan of learning secara proporsional.
Contohnya dalam penilaian hasil akhir belajar, guru Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti mengumpulkan berbagai bukti aktivitas siswa dalam catatan
sebelumnya, penilaian yang dikumpulkan mulai dari pengetahuan tentang
agama Islam, keterampilan membaca beberapa surah dalam al-Qur'an, gerakan
shalat, wudhu, kehadiran dalam KBM, dan penilaian sikap peserta didik, semua
hal tersebut digabungkan menjadi satu dan menghasilkan nilai.
Pelaksanaan penilaian hasil belajar dilakukan secara terencana,
bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang

3
perkembangan belajar peserta didik. Contohnya ketika guru Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti melakukan KBM secara terencana, guru menjelaskan
materi tiap pertemuan, memberikan tugas, mengadakan ulangan harian, ujian
tengah semester, serta ujian akhir semester, semua dilaksanakan secara terus
menerus dan bertahap, dan dari setiap tahap tersebut, guru mengumpulkan
informasi yang akan diolah untuk menghasilkan nilai.

G. Sistematis
Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku. Penilaian sebaiknya diawali dengan pemetaan.
Dilakukan identifikasi dan analisis KD (kompetensi dasar), dan indikator
ketercapaian KD. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis tersebut dipetakan
teknik peni-laian, bentuk instrumen, dan waktu penilaian yang sesuai.

H. Beracuan kriteria
Penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi menggunakan acuan
kriteria. Artinya untuk menyatakan seorang peserta didik telah kompeten atau
belum bukan dibandingkan terhadap capaian teman-teman atau kelompoknya,
mela-inkan dibandingkan terhadap kriteria minimal yang ditetapkan. Peserta
yang sudah mencapai kriteria minimal disebut tuntas, dapat melanjutkan
pembelajaran untuk mencampai kompetensi berikutnya, sedangkan peserta
didik yang belum mencapai kriteria minimal wajib menempuh remedial.

I. Akuntabel
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat dipertanggung jawabkan,
baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Akuntabilitas penilaian dapat
dipenuhi bila penilaian dilakukan secara sahih, objektif, adil, dan terbuka,
sebagaimana telah diuraikan di atas. Bahkan perlu dipikirkan konsep
meaningfull assessment. Selain dipertanggung jawab kan teknik, prosedur, dan
hasilnya, penilaian juga harus dipertanggungjawabkan kebermaknaannya bagi
peserta didik dan proses belajarnya.

4
Contohnya ketika guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dapat
menjelaskan secara benar kepada pihak terkait, tentang proses penilaian, teknik
penilaian, prosedur, dan hasil yang sesuai dengan kenyataan kemampuan hasil
belajar peserta didiknya.

Anda mungkin juga menyukai