Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


MADINA SRAGEN
Jl. Hos Cokroaminoto Gang 3 Teguhan Sragen-Jawa Tengah. Telp. (0271) 892679
Website :www.stitmadinasrg.ac.id Email: stitmadinasrg@gmail.com Kodepos : 57214
SK Dirjen Pendidikan Islam No : 380 tahun 2013

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP

Mata Kuliah                 :    Study Kebijakan Pendidikan


Hari / Tanggal              :   
Semester :
Waktu                          :   
Dosen Pembimbing     :  Heri Susanto, S.PdI, M.Pd.

Jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini dengan benar dan jelas ! 


 
1. Bagaimana cara membuat kebijakan pendidikan yang efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional?
cara membuat kebijakan pendidikan yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional adalah dengan cara berikut :
1. Memiliki tujuan pendidikan. 

Kebijakan pendidikan harus memiliki tujuan, namun lebih khusus, bahwa ia harus memiliki
tujuan pendidikan yang jelas dan terarah untuk memberikan kontribusi pada pendidikan. 

2. Memenuhi aspek legal-formal. 

Kebijakan pendidikan tentunya akan diberlakukan, maka perlu adanya pemenuhan atas


pra-syarat yang harus dipenuhi agar kebijakan pendidikan itu diakui dan secara sah berlaku
untuk sebuah wilayah. Maka, kebijakan pendidikan harus memenuhi syarat konstitusional
sesuai dengan hierarki konstitusi yang berlaku di sebuah wilayah hingga ia dapat dinyatakan
sah dan resmi berlaku di wilayah tersebut. Sehingga, dapat dimunculkan suatu kebijakan
pendidikan yang legitimat. 

3. Memiliki konsep operasional 

Kebijakan pendidikan sebagai sebuah panduan yang bersifat umum, tentunya harus


mempunyai manfaat operasional agar dapat diimplementasikan dan ini adalah sebuah
keharusan untuk memperjelas pencapaian tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Apalagi
kebutuhan akan kebijakan pendidikan adalah fungsi pendukung pengambilan keputusan. 

4. Dibuat oleh yang berwenang. 

Kebijakan pendidikan itu harus dibuat oleh para ahli di bidangnya yang memiliki
kewenangan untuk itu, sehingga tak sampai menimbulkan kerusakan pada pendidikan dan
lingkungan di luar pendidikan.  Para administrator pendidikan, pengelola lembaga
pendidikan dan para politisi yang berkaitan langsung dengan pendidikan adalah unsur
minimal pembuat kebijakan pendidikan. 

5. Dapat dievaluasi 

Kebijakan pendidikan itu pun tentunya tak luput dari keadaan yang sesungguhnya untuk
ditindak lanjuti. Jika baik, maka dipertahankan atau dikembangkan, sedangkan jika
mengandung kesalahan, maka harus bisa diperbaiki. Sehingga, kebijakan pendidikan
memiliki karakter dapat memungkinkan adanya evaluasi secara mudah dan efektif. 

6. Memiliki sistematika. 

Kebijakan pendidikan tentunya merupakan sebuah sistem juga, oleh karenanya harus


memiliki sistematika yang jelas menyangkut seluruh aspek yang ingin diatur olehnya.

2. Banyak kebijakan pendidikan yang kurang terkontrol pembuatannya oleh masyarakat,


padahal kebijakan itu dibuat untuk mereka. Sebagai bagian dari masyarakat, Bagaimana
caranya mengontrol pembuatan kebijakan pendidikan agar sesuai dengan aspirasi
mereka?
Dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk mengontrol kebijakan pendidikan karena
partisipasi erat kaitannya dengan kebijakan pendidikan yaitu bentukpengikutsertaan
komponen-komponen masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik. Perencanaan,
pengawasan, dan pelaksanaan
3. Menurut pendapat saudara, Bagaimana caranya mengontrol pembuatan kebijakan
pendidikan agar terhindar dari setiran oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan
tertentu?
Kebijakan pendidikan hendaknya dilaksanakan secara teratur dan disesuaikan oleh
kondisi sekitar lingkungan
4. Kebijakan pendidikan dibuat cenderung seragam, sedang kondisi riil Indonesia sangat
beragam atau majemuk sehingga terbesit pemikiran apakah satu ukuran kebijakan cocok
untuk semua daerah yang sangat beragam adanya. Menurut pendapat saudara,
Perlukah dibuat kebijakan-kebijakan alternatif sebagai pilihan untuk daerah tertentu
yang tidak harus sama untuk seluruh Indonesia ? kemukakan alasannya!
Sangat perlu dikarenakan setiap kondisi maupun keadaan di berbagai negara Indonesia
sangat beragam dan dan kebudayaan untuk setiap daerah sangat berbeda bahkan
bertentangan sehingga kebijakan-kebijakan yang dipilih adalah kebijakan kebijakan
alternatif yang tidak harus sama
5. Indonesia telah mengalami pergantian kurikulum yang relatif cepat, mulai dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Tahun 2006, lalu Kurikulum 2013. Anehnya, pergantian kurikulum ini sering
berbarengan dengan pergantian Menteri, sehingga menimbulkan anggapan “ganti
mentri, ganti kurikulum”. Melihat fenomena tersebut, apakah dampak dari pergantian
kurikulum tersebut terhadap sistem pembelajaran di sekolah?
6. Perubahan kurikulum berdampak baik dan buruk bagi mutu
pendidikan, dimana dampak baiknya yaitu pelajar bisa belajar
dengan mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju tapi
didukung dengan faktor-faktor seperti kepala sekolah,guru,tenaga
pengajar,siswa didik bahkan lembaga itu sendiri. Dimana kepala
sekolah harus berhubungan baik dengan atasannya dan membina
hubungan baik dengan bawahannya, lalu guru juga harus bermutu,
maksudnya gurunya harus memberi pelajaran yang dapat dicerna
oleh peserta didik, lalu siswa juga harus bermutu,maksudnya siswa
dapat belajar dengan baik,giat belajar serta kritis dalam setiap
pelajaran.

7. Dampak negatifnya adalah mutu pendidikan menurun dan


perubahan kurikulum yang begitu cepat menimbulkan
masalah-masalah baru seperti menurunya prestasi siswa, hal ini
dikarenakan siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan sistem
pembelajaran pada kurikulum yang baru. Perubahan ini juga
berdampak pada sekolah dimana visi dan misi suatu sekolah yang
sedang ingin dicapai terganggu dengan perubahan kurikulum
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai