Anda di halaman 1dari 10

BAHAN AJAR

EVALUASI PEMBELAJARAN

PENILAIAN ACUAN PATOKAN

Di Susun Oleh :

Kelompok 2 20 BB 04

1. ASYIFA RAMADANI (20129015)


2. AULIA KHAIRATUNNISA (20129017)
3. QORY DWI YULINDRI (20129188 )

Dosen Pembimbing:
Dra. Rifda Eliyasni,
M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
A. Konsep Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Penilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan pengukuran dengan menggunakan acuan


kriteria, dalam pengukuran ini, siswa dikomparasikan dengan kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang lain.
Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tergantung pada penguasaan materi atas kriteria
yang telah dijabarkan dalam itemitem pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional. Tujuan
penilaian acuan patokan (PAP) adalah meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik, dan
bukan membandingkan seorang peserta didik dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu
criteria atau patokan yang spesifik.

Penilaian Acuan Patokan merupakan suatu cara menentukan kelulusan siswa dengan
menggunakan sejumlah patokan. Bilamana siswa telah memenuhi patokan tersebut maka
dinyatakan berhasil. Tetapi bila siswa belum memenuhi patokan maka dikatakan gagal atau
belum menguasai bahan pembelajaran tersebut. Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan
dengan tingkat pencapaian penguasaan siswa tentang materi pembelajaran sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Siswa yang telah melampaui atau sama dengan kriteria atau patokan
keberhasilan dinyatakan lulus atau memenuhi persyaratan. Guru tidak melakukan penilaian apa
adanya melainkan berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sejak pembelajaran
dimulai.

Guru yang menggunakan model pendekatan PAP ini dituntut untuk selalu
mengarahkan,membantu dan membimbing siswa kearah penguasaan minimal sejak pembelajaran
dimulai, sedang berlangsung dan sampai berakhirnya pembelajaran.Kompetensi yang
dirumuskan dalam TKP merupakan arah, petunjuk, dan pusat kegiatan dalam pembelajaran.
Penggunaan tes formatif dalam penilaian ini sangat mendukung untuk mengetahui keberhasilan
belajar siswa. Pelaksanaan PAP tidak memerlukan perhitungan statistik melainkan hanya tingkat
penguasaan kompetensi minimal.

Sebagai contoh misalnya: untuk dapat diterima sebagai calon tenaga pengajar di perguruan
tinggi adalah IP minimal 3,00 dan setiap calon harus lulus tes potensi akademik yang diadakan
oleh lembaga yang bersangkutan. Berdasarkan kriteria di atas siapapun calon yang tidak
memenuhi persyaratan di atas maka dinyatakan gagal dalam tes atau tidak diterima sebagai calon
tenaga pengajar. Seperti uraian di atas tingkat kemampuan atau kelulusan seseorang ditentukan
oleh tercapai tidaknya kriteria.

Misalnya seseorang dikatakan telah menguasai satu pokok bahasan / kompetensi bilamana
ia telah menjawab dengan benar 75% dari butir soal dalam pokok bahasan / kompetensi tersebut.
Jawaban yang benar 75% atau lebih dinyatakan lulus, sedang jawaban yang kurang dari 75%
dinyatakan belum berhasil dan harus mengulang kembali. Muncul pertanyaan bahwa apakah
siswa yang dapat menjawab benar 75% ke atas juga akan memperoleh nilai yang sama? Hal ini
tergantung pada sistem penilaian yang digunakan. Jika hanya menggunakan kriteria lulus dan
tidak lulus, berarti siswa yang menjawab benar 75% ke atas adalah lulus, demikian juga
sebaliknya siswa yang menjawab benar kurang dari 75% tidak lulus. Apabila sistem penilaian
yang digunakan menggunakan model A, B, C, D atau standar yang lain, kriteria ditetapkan
berdasarkan rentangan skor atau skala interval. Perlu dijelaskan bahwa kriteria atau patokan yang
digunakan dalam PAP bersifat mutlak. Artinya kriteria itu bersifat tetap, setidaknya untuk jangka
waktu tertentu dan berlaku bagi semua siswa yang mengikuti tes di lembaga yang bersangkutan.

B. Manfaat dan Tujuan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Menurut Payne (1974) dalam bukunya Asmawi Zainul14, penerapan PAP dapat
dimanfaatkan antara lain;

1. Penempatan seseorang dalam rentetan kegiatan belajar,

2. Untuk mendiagnosis kemampuan seseorang dalam pembelajaran. Artinya informasi yang


diperoleh melalui diagnosis ini langsung dapat digunakan oleh anak didik untuk mengatur
langkah apa yang harus dilakukan, atau guru dapat langsung menentukan keperluan anak didik
agar proses pembelajaran membawa manfaat yang lebih bermakna bagi anak didik tersebut.,

3. Jika dilakukan secara periodik dapat digunakan untuk memonitor kemajuan setiap anak didik
dalam proses pembelajaran. Secara berkelanjutan dapat diketahui status seseorang dalam satu
rentetan kegiatan belajar. Akhirnya dapat memacu atau memotivasi semangat belajar siswa.,

4. Kemampuan masing-masing anak didik untuk menyelesaikan kurikulum secara kumulatif


akandapat menentukan keterlaksanaan kurikulum.

Tujuan penilaian acuan patokan adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompotensi
yang ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. Dengan PAP, apa yang telah dan belum
dikuasai setiap individu dapat diketahui. Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran dapat dirancang. Demikian pula untuk memantapkan apa yang
telah dikuasainya, dapat dikembangkan. Apabila dalam penentuan nilai hasil tes belajar itu
digunakan acuan kriteria (menggunakan PAP), maka hal ini mengandung arti bahwa nilai yang
akan diberikan kepada siswa harus didasarkan kepada standar mutlak (standar absolut). Artinya
pemberian nilai pada siswa itu dilaksanakan dengan jalan membandingkan antara skor mentah
hasil tes yang dimiliki oleh masing-masing individu siswa, dengan skor maksimum ideal yang
mungkin dapat dicapai oleh siswa.

C. Karakteristik Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Tujuan penggunaan penilaian acuan patokan berfokus pada kelompok perilaku


mahasiswa yang khusus. Joesmani menyebutnya dengan didasarkan pada kriteria atau standard
khusus. Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang performan peserta tes
dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan tersebut dibandingkan dengan performan
yang lain. Dengan kata lain tes acuan kriteria digunakan untuk menyeleksi (secara pasti) status
individual berkenaan dengan (mengenai) domain perilaku yang ditetapkan / dirumuskan dengan
baik. Pada penilaian acuan patokan, standar performan yang digunakan adalah standar absolut.
Semiawan menyebutnya sebagai standar mutu yang mutlak (Criterionreferenced interpretation
is an absolut rather than relative interpetation, referenced to a defined body of learner
behaviors).

Dalam standar ini penentuan tingkatan (grade) didasarkan pada skor-skor yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang
mahasiswa harus mendapatkan skor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa
terpengaruh oleh performan (skor) yang diperoleh mahasiswa lain dalam kelasnya. Salah satu
kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor mahasiswa bergantung pada
tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima mahasiswa mudah
akan sangat mungkin para mahasiswa mendapatkan nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes
tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapat nilai A atau B
menjadi sangat kecil. Namun kelemahan ini dapat diatasi dengan memperhatikan secara ketat
tujuan yang akan diukur tingkat pencapaiannya.

Beberapa yang harus dipahami ketika menerapkan PAP menurut Sudijono16 antara lain;
pertama hal-hal yang dipelajari mahasiswa mempunyai struktur hierarkis artinya mahasiswa
mempelajari taraf selanjutnya setelah menguasai secara baik tahap sebelumnya, kedua dosen
harus mengidentifikasi masing- masing taraf kompetensi setidak-tidaknya mendekati ketuntasan
pencapaian tujuan, ketiga nilai yang diberikan dengan menggunakan PAP berarti menggunakan
standar mutlak. Adapun karakteristik dari penialian acuan patokan

1. Membanding kemampuan seseorang dengan sesuatu tingkatan atau kriteria khusus, bersifat
mutlak

2. Agar interpretasinya bermanfaat maka diperlukan definisi pengetahuan atau materi secara
hati-hati

3. Biasanya menggunakan materi yang sempit dan terbatas

4. Memuat banyak butir tes dalam mengukur

5. Butir soal tes mencakup materi, tingkat kesulitan disesuaikan dengan materi

6. Contoh: persentasi skor jawaban benar. Persentasi jawaban benar 80 menunjukkan bahwa
peserta tes berhasil menajawab secara benar 80% dari butir tes yang diajukan.
D. Penerapan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Pendekatan PAP tidak berorientasi pada “apa adanya”. Pertama, pendekatan ini
mempergunakan angka rata-rata dengan terlebih dahulu menetapkan kriteria keberhasilan, yaitu
“batas lulus” penguasaan bahan pelajaran atau kriteria pencapaian tujuan (TKP). Siswa yang
telah mencapai batas ini dianggap telah berhasil dalam belajar dan diperkenankan mempelajari
bahan pelajaran yang lebih tinggi, sedangkan yang belum mencapai batas tersebut dianggap
belum berhasil dan diharuskan memantapkan kembali pelajarannya itu. Kedua, dalam proses
pengajaran, tenaga pengajar tidak begitu saja membiarkan siswa menjalani sendiri proses
belajarnya, melainkan terus-menerus secara langsung ataupun tidak langsung merangsang dan
memeriksa kemajuan belajar siswa serta membantunya melewati tahap-tahap pengajaran secara
berhasil. Penggunaan tes formatif dalam penilaian ini sangat mendukung untuk mengetahui
keberhasilan belajar siswa. Adapun rumus yang digunakan untuk mengolah nilai dengan PAP
adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Skor Rill : Skor yang berhasil dicapai oleh siswa

Skor Maksimum Ideal : Skor yang mungkin dapat dicapai siswa apabila mampu menjawab
secara benar semua soal ujian

100 : Skala yang dipakai (0-100).

Langkah kerja untuk mengubah skor menjadi nilai dengan menggunakan PAP sebagai berikut;

1. Masukkan skor mentah pada tabel

2. Menghitung skor menjadi nilai menggunakan rumus PAP dgn mengalikan skor ideal

3. Membuat pedoman konversi hasil perhitungan

4. Mengubah skor menjadi nilai.

Misalkan seorang dosen memberikan tes dalam mata kuliah Strategi Belajar Mengajar,
soal yang dikeluarkan sebanyak 5 butir tes esei dengan total skor yang dituntut sebesar 85, tes
diikuti 28 mahasiswa dan dalam tes tersebut berhasil diraih skor-skor sebagai berikut; 72, 72,
70, 66, 74, 68, 63, 61, 57, 70, 53, 68, 45, 63, 44, 73, 59, 61, 55, 67, 80, 82, 56, 75, 77, 67, 81, 68
Langkah pengubahan skor menjadi nilai

1. Masukkan skor pada Tabel (lihat pada langkah 4)

2. Menghitung skor dengan rumus PAP


Teknik penilaian acuan norma lebih menitik beratkan pada apa yang dilakukan oleh
peserta didik, bukan membandingkan peserta didik dengan teman sekelasnya. Dengan
menggunakan teknik PAP juga guru dapat mengukur secara pasti tujuan dan kompetensi yang
ditetapkan sebagai kriteria keberhasilan. Melaksanakan penilaian acuan patokan pada ulangan
harian, namun untuk menentukan kelulusan siswa pada Ujian Tengah Semester (UTS) dan
Ujian Akhir Semester (UAS) sebaiknya menggunakan pendekatan Teknik. Pada mata pelajaran
Indonesia perbedaan kemampuan siswa yang terlalu bervariasi, dan jarak (rentang) nilai antara
nilai tertinggi (maksimum) dengan nilai terendah (minimum) sangat jauh pula.

Otomatis dengan PAP, siswa yang mendapat nilai terendah bersama dengan nilai-nilai
siswa yang sedikit diatasnya langsung dinyatakan tidak lulus sementara nilai siswa tertinggi
beserta nilai siswa yang sedikit dibawahnya dinyatakan sangat mampu. Umumnya kesenjangan
penilaian seperti ini telah menimbulkan celah di antara siswa, kecemburuan sosial di antara
siswa, karena boleh jadi penilaian yang dilakukan guru dengan PAP memiliki kesalahan pada
hal-hal tertentu, di mana siswa menjadi korbannya.

Konversi hasil skor menjadi nilai akhir Dengan pendekatan PAP maka dosen dianjurkan
untuk bijak dalam menentukan grade hasil belajar. Beberapa hal penting yang harus
diperhatikan dalam menentukan grade (standar lulus ideal untuk masing-masing mata kuliah)
diantaranya dosen mendiskusikan bersama mahasiswa, makna grade dengan ruang lingkup
materi perkuliahan, hal-hal apa saja yang perlu dimasukkan dalam grade terkait misalnya
dengan penampilan, kemampuan dan sebagainya. Bahwa penilaian hasil belajar mahasiswa
yang diberikan untuk merepresentasikan hasil belajar secara individual bukan secara bersama.
Artinya semua mahasiswa mendapatkan keputusan tentang grade hasil belajar masing-masing.
PAP dilaksanakan dengan dasar kurva normal jenis persentil.

Besar tuntutan nilai akhir dalam persentil sangat ditentukan oleh pendapat semua dosen
dan PT. Ditinjau dari tuntutan nilai akhir dalam persentil bersifat gradatif, yang menyebabkan
tuntutan dalam passing scorenya tidak sama, maka Masidjo membedakan PAP dalam 2 tipe,
yaitu; PAP tipe I menetapkan batas penguasaan materi perkuliahan dengan kompetensi minimal
yang dianggap lulus dari keseluruhan penguasaan materi yakni 65% (diberi nilai cukup (6 atau
C). Sedangkan PAP tipe II penguasaan kompetensi minimal yangmerupakan passing score
adalah 56% dari total skor yang seharusnya dicapai diberi nilai cukup. secara visual konversi
nilai dalam skala ( 0 – 4) atau huruf (A, B, C, D atau E) kedua tipe PAP di beberapa PT dalam
bentuk rentang sebagai berikut;
E. Teknik dan Prosedur Pengolahan Skor dengan PAP dalam Microsoft Excel

Adapun untuk menentukan nilai PAP misalnya mengacu pada patokan berikut:

Kemudian pada sel G2 ditulis rumus:

=IF(F2<40;"E";IF(F2<55;"D";IF(F2<70;"C";IF(F2<80;"B";"A")))) Selanjutnya tarik titik


kotak pojok sel G2 sampai G 11.

Setelah itu menentukan kriteria kelulusan dengan ketentuan sebagai berikut :


F. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Kelebihan PAP adalah sebagai berikut:

1) Dapat membantu guru merancang program remidi.

2) Tidak membutuhkan perhitungan statistic yang rumit.

3) Dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.

4) Nilainya bersifat tetap selama standar yang digunakan sama.

5) Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik atau untuk mengetahui apakah tujuan
pembelajaran sudah tercapai atau belum.

6) Banyak digunakan untuk kelas dengan materi pembelajaran berupa konsep.

7) Mudah menilai karena ada patokan.

Adapun Kekurangan PAP adalah sebagai berikut :

1). PAP tidak dipergunakan pada pengolahan atau penentuan nilai hasil tes sumatif, seperti pada
ulangan umum pada rangka mengisi rapot, di ujian akhir dalam rangka mengisi nilai ijazah
taupun penetuan kelulusan

2). Bila butir-butir soal yang dikeluarkan terlalu sukar, siswa betapapun pandainya akan
memperoleh nilai rendah

3). jika butir-buah soal teralu berbobot rendah, siswa betapapun bodohnya akan memperoleh
nilai yang tinggi.
Daftar Pustaka
Sriyanto, A. (2019). Teknik Pengolahan Hasil Asesmen Penentuan Standar Asesmen, Teknik
Pengolahan dengan Menggunakan Pendekatan Acuan Patokan (PAP) dan Acuan Norma
(PAN). Al-Lubab: Jurnal Penelitian Pendidikan Dan Keagamaan Islam, 5(2), 224– 240.

Semiawan, Coni., Prinsip- Prinsip dan Teknik Pengukuran dan Penilaian dalam Pendidikan.
Jakarta: Mutiara, 1991

Sukardi., Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara, 2009

Sudjono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada

Sudjana dan R. Ibrahim 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Cipta.

Magdalena, I., & Huliatunisa, Y. (2020). Evaluasi Pembelajaran SD. Jakarta: FKIP UMT
PRESS.

Anda mungkin juga menyukai