Nim : 5213131003
Penilaian hasil tes peserta didik menggunakan acuan kriterium. Maksudnya nilai yang
guru berikan kepada peserta didik harus didasarkan pada standar mutlak. Jadi guru harus
membandingkan skor mentah hasil ujian masing- masing peserta didik dengan skor maksimal
ideal yang mungkin dapat dicapai oleh peserta didik.
Penentuan nilai yang menggunakan PAP ini, tinggi rendahnya nilai masing-masing
peserta didik mutlak berasal dari tinggi rendahnya skor yang dapat dicapai oleh peserta didik
yang bersangkutan.
Dalam penerapannya, guru menuntukan nilai seorang peserta didik dengan jalan
membandingkan skor mentah hasil tes dengan skor maksimal idealnya.
Rumus yang dapat digunakan yaitu : Skor mentah/ skor maksimum ideal x 100.
Setelah itu nilai- nilai peserta didik di terjemahkan menjadi nilai huruf yang telah disepakati
di setiap sekolah. Seperti :
Nilai 85 ke atas = A
Nilai 75-84 = B
Ciri-ciri Penilaian Acuan Patokan (PAP) Dalam Penilaian Acuan Patokan terdapat
bebrapa ciri-ciri diantaranya, sebagai berikut:
Kelulusan peserta didik tidak dilihat dari peringkat, melainkan kelulusan peserta didik
ditentukan oleh suatu patokan atau persyaratan tertentu.
Peserta didik dinilai dengan menggunakan kriteria atau patokan yang telah ditentukan.
Sering dihubungkan dengan penguasaan materi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
melakukan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post test).
Sering digunakan guru untuk mengetahui materi yang sudah dipahami dan belum dipahami
oleh peserta didik.
Jadi ciri-ciri Penilaian Acuan Patokan yaitu terdapat kemampuan kognitif minimal
yang harus dimiliki peserta didik, adanya kemampuan psikomotorik dan sikap mental
minimal sebagai prasyarat, menjadi alat diagnosis kesulitas siswa, dan mengukur lulus
tidaknya berdasarkan patokan tertentu yang telah disepakati.Model Penerapan Penilaian
Acuan Patokan (PAP) Penilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan pengukuran yang
menggunakan acuan berbeda.
TIARA melakukan analisis terhadap ciri-ciri penilaian acuan norma sebagai berikut :
Penilaian acuan norma digunakan untuk menentukan rangking siswa dalam kelompoknya,
bukan digunakan untuk menentukan kelulusan seseorang.
Penilaian acuan norma menggarisbawahi perbedaan prestasi yang ada pada sisiwa.
Penilaian acuna norma difungsikan untuk memetakan perbandingan antar siswa dengan
memberi nilai dan rangking pada masing-masing siswanya.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri PAN (Penilaian Acuan
Norma) diantaranya terdapat unsur kompetitif dengan penentuan rangking, sangat cocok
digunakan untuk penilaian afektif dan kognitif, nilai tidak mencerminkan kemampuan rinci
(hanya dalam bentuk rata-rata), dan tidak dapat menilai kemampuan skil atau materi tertentu.
Penilaian yang menggunakan acuan norma pada dasarnya menggunakan kurva normal
sebagai alat untuk membandingkan angka yang diperoleh setiap peserta didik. Patokan akan
ikut naik jika hasil ujian peserta didik mendapat nilai yang baik. Dan patokan bisa ikut turun
jika hasil ujian peserta didik mendapat nilai yang kurang baik. Penilaian ini bisa membuat
persaingan antara peserta didik yang tidak sehat dan dianggap kurang adil karena dalam
penerapan PAN penempatan skor peserta didik dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu
tes secara teliti. Contoh acuan norma dalam menentukan nilai peserta didik.
Dalam kelas IPA terdiri dari 10 peserta didik yang semuanya mengikuti tes dengan nilai
mentah 50,50, 45,45,40,40,40,35,35 dan 30.
Jika penilaian menggunakan PAN, maka peserta tes yang mendapatkan nilai tertinggi (50)
akan mendapatkan nilai tertinggi, misalnya 10 dan nilai yang berada di bawahnya akan
mendapatkan nilai secara proporsional : 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.
Jadi model penerapan PAN (Penilaian Acuan Norma) dapat dilakukan dengan
mendata skor mentah, kemudian menentukan skor maksimum dengan melihat peserta
yang mendapatkan nilai tertinggi. Setelah menemukan dua data tersebut langkah
selanjutnya mentranformasikan kedalam rumus Skor mentah/ skor maximum x 10.