Anda di halaman 1dari 8

PRINSIP PRINSIP EVALUASI

Untuk dapat melakukan pengukuran dan penilaian secara efektif perlu adanya latihan dan
penguasaan teori-teori yang relevan dengan tujuan dari proses belajar-mengajar sebagai bagian
yang tidak terlepas dari kegiatan pendidikan sebagai suatu sistem.
Untuk ini ada beberapa prinsip penilaian antara lain:
1. Komprehensif
Dalam mengevaluasi seseorang harus didasarkan atas hasil pengukuran yang
komprehensif, artinya dengan media dan sample prestasi yang cukup. Di ukur dari berbagai
aspek maupun jenjang kemampuan baik dengan lisan, tertulis maupun perbuatan (bila
diperlukan). Dengan demikian maka hasil evaluasi tersebut tidak lagi berdasarkan untunguntungan atau nasib baik/buruk melainkan benar-benar didasarkan pada fakta yang objektif,
kapan, dimana, dan oleh siapapun yang mengukurnya.
2. Criterion Referenced dan Norma Referenced
Evaluasi dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pengukuran melalui alat yang
disebut dengan test. Hasil pengukuran belum memiliki

makna sama sekali bila belum

dibandingkan dengan suatu acuan atau bahan pembanding yang disebut dengan penilaian.
Contoh :
Ani mendapatkan skor 60 dari suatu test dengan soal sebanyak 100 soal. Skor 60 merupakan
hasil pengukuran. Apakah Ani mendapatkan nilai tinggi atau rendah, lulus atau tidak lulus belum
dapat dilihat sebelum dibandingkan dengan acuan yang dipakai.
a. Norm Referenced Evaluation
Norm Referenced Evaluation (Penilaian Acuan Norm/PAN) merupakan bentuk evaluasi
yang hasil belajar tiap anak dibandingkan dengan hasil belajar anak lain dalam kelompoknya.
Dalam hal ini pembanding yang dipakai adalah rata rata dua simpangan baku. PAN
menggunakan prinsip prinsip yang berlaku pada kurve normal, hasil hasil penghitungannya
dipakai sebagai acuan penilaian.

Contoh I

Batasan daerah dalam kurve

Nilai

X + 1,5 atau lebih

6,68

Antara X + 0,50s dan X + 1,50s

24,17

Antara X 0,50s dan X + 0,50s

38,30

Antara X 1,50s dan X 0,50s

24,17

X 1,50s

6,68

Kurang dari

Banyaknya dalam %

Ket :
X = angka rata rata
S = simpangan baku

Contoh II
Seperti contoh I, dengan batas daerah kurve yang berbeda sebagai berikut :

Batasan daerah dalam kurve

Nilai

Banyaknya dalam %

X + 2s atau lebih

2,28

Antara X + 1s dan X + 2s

13,59

Antara X 1s dan X + 1s

66,26

Antara X 2s dan X 1s

13,59

X 2s atau lebih rendah

2,28

Contoh III
Setelah angka mentah terkumpul lalu disusun dalam tabel penyebaran (tabel distribusi) dan
ditentukan :

Banyaknya

Nilai

10% teratas

20% di bawahnya

40% di bawahnya

20% di bawahnya lagi

10% terbawah

Daya ramal sistem PAN terhadap kemampuan dasar dapat dilihat pada kedudukan anak
dalam kurve normal. Makin sering seorang anak menempati posisi yang sama dalam kurve
normal, makin kuatlah posisi anak tersebut sebagai petunjuk.
Ada dua hal pokok yang harus diterapkan dalam sistem ini. Pertama, penerapan jumlah
anak yang akan diluluskan dan kedua penetapan batas lulus. Ada dua cara dalam menetapkan
batas lulus, yaitu dengan menetapkan lebih dulu jumlah yang diluluskan, misalnya 75%
kemudian disusun atau diranking skor setiap anak dan akan ditemukan skor terendah setelah
ditemukan jumlah 75%. Dan yang terakhir menggunakan statistik yang terdapat dalam kurve
normal dengan menemukan rata rata dan simpangan baku yang akan diketemukan luas daerah
kurve normal atau jumlah anak yang akan diluluskan.

b. Criterion Referenced Evaluation


Pengukuran keberhasilan belajar didasarkan atas penafsiran tingkah laku (performance)
yang didasarkan atas kriteria atau standar khusus, artinya derajad penguasaan yang ada
didasarkan pada tingkat tertentu yang harus dicapai.
Istilah yang biasa dipakai dalam bahasa Indonesia ialah Penilaian acuan Patokan. Pada
acuan ini, maka sebelum penilaian itu dilaksanakan harus ditetapkan lebih dulu patokan yang
akan dipakai sebagai pembanding terhadap semua hasil pengukuran. Patokan disini tidak lagi
merupakan hasil kelompok seperti pada PAN, melainkan merupakan hasil suatu patokan yang

ditetapkan sebelumnya untuk batas lulusan atau dapat dikatakan tingkat penguasaan minimum,
patokan disini bersifat tetap dan dapat juga dipakai untuk kelompok lain atau anak yang
manapun.
Anak yang telah melampaui atau sama dengan kriteria keberhasilan (batas lulus)
dinyatakan lulus atau memenuhi persyaratan. Disini tenaga pengajar tidak lagi menilai sesuai
dengan apa adanya melainkan berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sejak
PBM akan dimulai.
Tenaga pengajar yang menggunakan acuan patokan ini dituntut selalu mengarahkan;
membantu; dan membimbing anak didik kea rah penguasaan minimal sejak dimulai,
berlangsung, dan sampai pada proses belajar mengajar itu selesai. Kompetensi dirumuskan
dalam TIK dan ini merupakan arah petunjuk dan pusat kegiatan dalam pengajaran. Test formatif
memiliki peranan penting sekali, tenaga pengajar akan mengetahui sampai sejauh mana
penguasaan minimal telah dikuasai para anak didik. Sebagai hasil dari test formatif ini nantinya
tidak hanya menentukan mutu melainkan juga banyaknya anak didik yang akan berhasil.
Dalam pelaksanaan PAP ini tidak memerlukan penghitungan statistik, melainkan hanya
akan berdasarkan pada tingkat penguasaan kompetensi yang minimal.
Acuan kriteria berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar apa saja namun
waktunya yang berbeda. Konsekuensi dari acuan kriteria adalah adanya program remidi,
program pengayaan dan program percepatan. Penafsiran hasil test selalu dibandingkan dengan
standar atau kriteria yang telah ditetapkan dulu.
Karakateristik penilaian acuan kriteria:

Terdapat kemampuan kognitif minimal yang harus dimiliki oleh peserta didik

Adanya kemampuan psikomotorik dan sikap mental minimal sebagai prasyarat

Meletakkan perbedaan latar belakang peserta didik sebagai unsur individual

Terdapat empat jenis penilaian acuan kriteria:


1. Entry-behaviours test
Suatu tes yang diadakan sebelum suatu program pengajaran dilaksanakan dan bertujuan
untuk mengetahui sampai batas mana penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang
telah dimiliki peserta didik yang dapat dijadikan dasar untuk menerima program
pengajaran yang akan diberikan.

2. Pre-test
Tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai dan bertujuan untuk mengetahui sampai
dimana penguasaan peserta didik terhadap bahan pengajaran (pengetahuan dan
keterampilan) yang akan diajarkan.
3. Post-test
Tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan pengajaran dan bertujuan untuk
mengetahui sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan pengajaran setelah
mengalami suatu kegiatan belajar
4. Embedded-test
Tes yang dilaksanakan di sela-sela waktu atau pada waktu tertentu selama proses
pengajaran berlangsung dan bertujuan untuk mengetes peserta didik secara langsung
sesudah suatu unit pengajaran sebelum post-test dan untuk mences kemajuan siswa untuk
remedial sebelum post-test.

3.

Scoring Dan Grading


Penskoran (Scoring) adalah suatu proses perubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-

angka (mengadakan kuantifikasi). Sedangkan penilaian adalah proses menentukan nilai suatu
obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek.
Penilaian (Grading) merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.
a. Langkah Langkah Penyekoran
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam mengolah hasil evaluasi adalah
mengadakan penyekoran terhadap jawaban siswa. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam
penyekoran hasil tes, sesuai dengan bentuk-bentuk tes yang digunakan.
1. Pemberian skor untuk tes bentuk objektif
Secara sederhana, cara memberikan skor terhadap tes hasil objektif dapat dilakukan
dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan memberikan skor 0 untuk jawaban
salah. Total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dari semua soal.
Beberapa jenis tes bentuk objektif, antara lain tes benar salah (true false), pilihan ganda

(multiplechoice), menjodohkan (matching), melengkapi isian (completion), dan jawaban


singkat (short answer). Cara pengolahan terhadap masing-masing jenis tersebut memiliki
karakteristik tersendiri.
2. Pemberian skor tes bentuk essai.
Ada dua cara memberikan hasil skor terhadap hasil tes essai, yaitu cara penyekoran
analitik (analitical scoring method) dan cara penyekoran holistic (holistic scoring
method). Cara penyekoran analitik adalah cara penyekoran yang mengacu pada elemenelemen jawaban ideal. Tinggi rendahnya skor jawaban siswa, bergantung pasa lengkap
tidaknya elemen yang dituju. Sedanglan cara penyekoran holistic adalah cara penyekoran
yang didasarkan pada keluasan rewspon jawaban yang diberikan. Tinggi rendahnya skor
jawaban siswa bergantung pada kualitas keseluruhan jawaban siswa.

Setelah selesai melakukan scoring, maka tahap berikutnya adalah grading. penilaian
adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu,
seperti Baik , Sedang, Jelek.

Sebagai Contoh :
Dalam suatu tes yang jumlah soal ada 150, dan dengan ketentuan satu jawaban benar = 1 dan
satu jawaban yang salah = 0, maka bila si Ani hanya dapat menjawab secara benar sebanyak 75,
dia akan memperoleh skor 75. Skor sebesar 75 ini akan bermakna bila dibandingankan dengan
suatu acuan. Misalnya menggunakan acuan seperti contoh sebelumnya, maka si ani akan
mendapatkan grade E, sedangkan Novi yang mendapatkan scor 125 dia akan memperoleh B.
b. Prinsip Prinsip Penilaian
Ada beberapa prinsip penilaian itu alalah sebagai berikut:
1. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang konprehensif.
2. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dan penilaian (grading).
3. Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua macam orientasi, yaitu
penilaian yang Norm-referenced dan yang criterion-referenced.

4. Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajarmengajar.
5. Penilaian harus bersifat komparabel. Artinya, setelah tahap pengukuran yang
menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki skor yang
sama harus memperoleh nilai yang sama pula.
6. Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengajar
sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, M. Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai