Anda di halaman 1dari 4

VALIDITAS ISI FORMULA LAWSHE’S CVR (Content Validity Ratio)

Bukti validitas isi suatu instrumen dapat diperoleh melalui metode kuantitatif. Bukti
validitas isi suatu tes prestasi belajar dilakukan melalui dua tahap (Mardapi, 2016), pertama
adalah kesesuaian antara indikator pada kisi-kisi dengan definisi operasional instumen tes.
Demikian pula untuk instrumen non-kognitif, seperti instrumen afektif, yaitu kesesuaian antara
indikator pada kisi-kisi instrumen dengan definisi operasional dari konstruk instrumen. Tahap
kedua adalah menentukan kesesuaian antara indikator dengan item instrumen. Penentuan
validitas isi dapat dilakukan melalui kegiatan focus group discussion (FGD), penetapan
dilakukan oleh para pakar. paling tidak ada dua metode yang dapat digunakan untuk
menetapkan validitas instumen, yaitu salah satunya adalah metode atau formula Lawshe
(1975).
Lawshe’s CVR (content validity ratio) merupakan salah satu metode yang digunakan
secara luas untuk mengukur validitas isi. Teknik ini dikembangkan oleh Lawshe (1975). Dalam
pendekatannya, sebuah panel yang terdiri dari para ahli yang disebut Subject Matter Experts
(SME) diminta untuk menyatakan apakah aitem dalam tes sifatnya esensial bagi
operasionalisasi konstak teoritik tes yang bersangkutan. Suatu aitem dinilai esensial bilamana
aitem tesebut dapat mempresentasikan dengan baik tujuan pengukuran.
Para SME diminta menilai apakah suatu aitem esensial (yaitu dipelukan dan sangat
penting bagi tujuan pengukuran yang bersangkutan) dalam tiga tingkatan, yaitu : (1) esensial;
(2) berguna tapi tidak esensial; (3) tidak diperlukan. Formula yang digunakan untuk
menentukan besarnya rasio validitas isi (Content Validity Ratio) atau CVR adalah sebagai
berikut. (Lawshe, 1975):
𝟐𝒏𝒆
CVR = −𝟏
𝒏

Dimana, ne = banyaknya ekspert yang menilai suatu aitem esensisal


n = banyaknya ekspert yang melakukan penilaian
Rentang CVR antara -1,00 s/d +1,00. Bila CVR > 0,00 berarti bahwa 50% lebih dari
ekspert dalam panel menyatakan aitem adalah esensial. Semakin besar CVR, maka semakin
esensial dan semakin tinggi validitas isinya (Hendryadi & Suryani, 2016).
Sebagai contoh pertama, suatu aitem dinilai tingkat esensialitasnya oleh penilai (SME)
yang terdiri dari 9 orang ahli (n = 9), dengan lima penilai menyatakan bahwa aitem tersebut
“esensial”, tiga penilai menyatakan bahwa aitem tersebut “berguna tetapi tidak esensisal”, dan
satu orang penilai menyatakan bahwa aitem tesebut “tidak diperlukan”. Berarti dari n = 9 orang
penilai, hanya lima diantara mereka yang menilai bahwa aitem tersebut esensial. Jadi ne = 5,
sehingga, CVR = (2(5) / 9) – 1 = 0,111. Dalam contoh tersebut diperoleh CVR = 0,111 yang
berarti bahwa aitem tersebut memiliki validitas isi yang baik.
Berikut contoh aliditas isi Lawshe yang ke dua.
Tabel 1. Data Contoh Validitas Isi Lawshe’s CVR
Penilai (SME) Penilaian
A Esensial
B Esensial
C Tidak diperlukan
D Esensial
E Esensial
F Tidak diperlukan
G Esensial
H Esensial
I Berguna tetapi tidak esensial
J Esensial

Dari 10 (sepuluh) penilai, 7 orang menyatakan aitem tersebut “esensial”, 2 penilai menyatakan
“tidak diperlukan”, dan 1 orang menyatakan “berguna, tetapi tidak esensial”. Berarti ne = 7
penilai, karena hanya tujuh diantara mereka yang menilai bahwa aitem tersebut esensial.
Sedangkan n = 10, maka CVR = (( 2(7) / 10) – 1 = 0,4. Dalam contoh tersebut diperoleh CVR
= 0,4 yang berarti bahwa aitem tersebut memiliki validitas isi yang baik.
Setelah dilakukan perhitungan dan menghasilkan CVR, Lawshe juga memberikan
panduan untuk memudahkan apakah suatu item tersebut diterima atau tidak. Rambu-rambu
untuk menilai CVR tersebut ditampilkan dalam tabel di bawah ini.
Kolom petama tabel menunjukkan jumlah penilai dan kolom kedua menunjukkan nilai
minimal CVR yang diterima. Dari tabel tersebut, telihat bahwa jumlah penilai minimal yang
disarankan adalah 5 orang, dan agar item tersebut diterima, seluruh penilai tersebut harus
mengatakan bahwa item adalah esensial. Penggunaan tabel diatas menurut Azwar (2015: 115)
tampaknya kuang memiliki nilai praktisi dikarenakan untuk dinyatakan sebagai memuaskan
dalam taraf signifikansi 5% saja suatu aitem harus mencapai angka CVR = 0, 37 bila dinilai 25
orang SME. Bila hanya ada tujuh oang penilai, maka pelu angka minimal CVR = 0,99. Problem
terbesar dalam hal ini adalah bahwa mempeoleh SME dalam jumlah yang sangat banyak agar
nilai kritis yang dituntut tidak terlalu tinggi, bukanlah hal yang realistik.
Oleh karena itu, sebaiknya CVR diinterpretasikan secara relatif dalam rentang -1,0
sampai dengan +1,0. Semua aitem yang memiliki CVR yang negatif jelas harus dieliminasi,
sedangkan aitem yasng CVRnya positif diartikan sebagai memiliki validitas isi dalam taraf
tertentu.
Selain CVR sebagai statistik aliditas isis aitem, kemudian dapat pula dihitung statistik
CVI (Countent Validity Index) yang merupakan indikasi aliditas isi tes. CVI adalah rata-rata
dari CVR semua aitem (Azhar, 2016: 115).
CVI = (∑ 𝐂𝐕𝐑) / k dimana: k = banyaknya aitem
Komputasi CVI hendaknya dilakukan hanya pada aitem-aitem yang terpilih, yaitu aitem
yang sudah dinyatakan memiliki CVR memuaskan. Polit dan Beck (Azhar, 2016: 115)
merekomendasikan agar dalam melaporkan CVI disertakan juga dengan laporan rentang nilai
CVR aitem-aitem yang terpilih.

Referensi:
Azwar, Saifuddin. 2015. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Hendryadi & Suryani. 2016. Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Pada Penelitian
Bidang Manajemen Dan Ekonomi Islam. Prenadamedia Group: Jakarta.
Lawshe, C.H. 1975. A Quantitative Approach to Content Validity. Personnel Psychology. 28,
563-575
Mardaphi, Djemari. 2016. Pengukuran, Penelitian, dan Evaluasi Pendidikan. Parama
Publishing: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai