Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH INDIVIDU

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Dasar Kepribadian

Dosen Pengampu : Dr. Tjipto Subadi, M.Si

Disusun oleh :

Nama : Dyah Ayu Fitriana

NIM : A410130144

Kelas : 5E

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Dasar Kepribadian.

Makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak yang telah
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan dalam menyelesaikan makalah
ini. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
dan kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Surakarta, Oktober 2014

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia merupakan isu
Internasional yang sangat menonjol. Ini tentunya memerlukan perhatian yang
serius karena dimensi pengaruhnya dalam kehidupan Nasional dan
Internasional sangat besar. Di era globalisasi ini dengan kemajuan teknologi
komunikasi dan transportasi menuntut setiap negara untuk mengkaji
permasalahan tersebut secara intensif.
Informasi yang masuk ke suatu negara tidak hanya melalui interaksi
internal akan tetapi dapat diperoleh melalui interkoneksi dan interdependensi
(interface) antar bangsa, bilateral maupun multilateral. Interface tersebut
tentunya akan mempengaruhi pengetahuan dan kesadaran (awareness dan
acquintance) seseorang maupun kelompok masyarakat dan dalam
perkembangannnya akan mempengaruhi juga penilaian (assessment) dan
perilaku (behaviour dan attitude) yang bersangkutan.
Di indonesia, isu Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM) juga semakin
menguat setelah adanya gerakan reformasi, dan ini merupakan tahap awal
bagi transisi demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka diperoleh permasalahan yang akan
diuraikan dalam makalah ini, sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian pendidikan kewarganegaraan?
2. Bagaimana pengertian kepribadian?
3. Apa macam-macam kepribadian?
4. Bagaimana implementasi pendidikankewarganegaraan dan kepribadian di
Indonesia?
C. Tujuan
Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan penulis menyusun makalah ini
adalah sebgai berikut :
1. Mengetahui pengertian pendidikan kewarganegaraan.
2. Mengetahui pengertian kepribadian.
3. Mengetahui macam-macam kepribadian.
4. Mengetahui implementasi pendidikan kewarganegaraan dan kepribadian
di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Pengertian demokrasi secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa
Yunani yaitu demos berarti rakyat atau penduduk dan cratein yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan, dengan demikian demokrasi adalah keadaan
negara dimana kedaulatan atau kekuasaan tertingginya berada di tangan
rakyat. Konsep demokrasi merupakan tata pemerintahan yang paling unggul
dibandingkan dengan tata pemerintah lainnya. Konsep demokrasi diterima
oleh seluruh negara di dunia. Kata demokrasi sudah ada sejak zaman Yunani
Kuno.
Berikut pengertian demokrasi menurut para ahli:
1. Menurut H. Harris Soche (Yogyakarta : Hanindita, 1985) demokrasi
adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekusaan pemerintahan
itu melekat pada diri rakyat atau diri orang banyak dan merupakan hak
bagi rakyat atau orang banyak untuk mengatur, mempertahankan dan
melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan orang lain atau
badan yang diserahi untuk memerintah.
2. Menurut Hannry B. Mayo kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan atas prinsip kesamaan
politik dan diselenggarakan dalam suasana di mana terjadi kebebasan
politik.
3. Menurut International Commission of Jurist demokrasi adalah suatu
bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-
keputusan politik diselenggarakan oleh warga Negara melalui wakil-
wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggungjawab kepada
mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas.
Jadi negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan
kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi, ia
berarti suatu pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau
atas asas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat.

B. Pengertian Kepribadian
Dalam kamus besar bahasa indonesia, hak asasi manusia diartikan sebagai
hak dasar atau hak pokok seperti hak hidup dan hak mendapatkan
perlindungan. Hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia
menurut kodratnya, yang tak dapat dipisahkan dari pada hakekatnya dan
karena itu bersifat suci(Kosasih. 2003: 18). Sementara itu, Jan Materson
seperti dikutip Lopa mengartikan hak-hak asasi manusia sebagai hak yang
melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia mustahil hidup
sebagai manusia “Human right which are inheren in our nature and without
which we can not live as human being”. Tapi Lopa kemudian mengomentari
bahwa kalimat “mustahil dapat hidup sebagai manusia hendaklah diartikan
mustahil dapat hidup sebagai manusia disamping mempunyai hak juga harus
bertanggung jawab atas segala yang dilakukannya”.
Dari pengertian di atas dapat di ambil sebuah kesimpulan bahwa hak asasi
manusia adalah hak yang dibawa sejak seseoarang lahir ke dunia itu
sebenarnya adalah anugrah dari Tuhan Yang Maha Pencipta yang tidak dapat
dicabut atau dikuarangi oleh apapun dan siapapun.
C. Macam-macam Kepribadian
1. Hak hidup dan memperoleh perlindungan.
Prinsip-prinsip umum tentang hak asasi manusia dicanangkan Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dikenal dengan Universal
Declaration of Human Rights (UDHR). Dalam UDHR pasal dua
disebutkan:
1. Setiap orang berhak atas penghidupan, kebebasan dan keselamatan
individu(pasal 3)
2. Tidak seorang pun boleh diperbudak atau diperhambakan,
perbudakan dan perdagangan budak dalam bentuk apapun mesti
dilarang(pasal 4)
3. Tidak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan secara kejam,
memperoleh perlakuan atau dihukum secara tidak manusiawi atau
direndahkan martabatnya(pasal 5)
Pasal-pasal tersebut pada dasarnya menegaskan adanya hak hidup dan
mendapatkan perlindungan pada diri setiap orang, tanpa membeda-
bedakan suku, bangsa, ras, warna kulit dan agama yang dianut.
Sehubungan dengan hal tersebut, Al Qur’an menegaskan antara lain:

Artinya: “Janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah,


melainkan dengan suatu alasan yang benar. Siapa saja yang dibunuh
secara zalim, maka sesungguhnya Kami memberikan kekuasaan
kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas
dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan”.(QS al-Isra’ ayat 33).
2. Hak kebebasan beragama
Kebebasan manusia untuk memilih suatu agama yang dia yakini
berdasar pada pertimbangan akal nurani. Dalam UDHR pasal 18
disebutkan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani
dan agama dalam hal ini termasuk kebebasan berganti agama atau
kepercayaan, dan kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaan
dengan cara mengajarkannya, mempraktekkannya, melaksanakan
ibadahnya dan mentaatinya, baik sendiri maupun bersama-sama dengan
orang lain, di muka umum maupun sendiri.
Begitu juga islam menjunjung tinggi perbedaan agama, karena agama
merupakan pandangan hidup manusia. Sehubungan dengan kebebasan
memilih agama dan kepercayaan ini Al-Qur’an menyebutkan:

Artinya: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam),


sesungguhnya telah jelas antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat.
Barang siapa ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya dia telah berpegang (teguh) kepada buhul tali yang sangat
kuat yang tidak akan putus. Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui”.(Q.S. Al-Baqarah ayat 256)
3. Hak berekspresi dan mengeluarkan pendapat
Kebebasan berpendapat adalah dimana manusia mengeluarkan
pendapat atau mengekspresikan diri dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam UDHR pasal 19 disebutkan bahwa setiap orang berhak atas
kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat dalam hak ini
termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk
mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran
melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas.
Berkaitan dengan hak berekspresi dan mengeluarkan pendapat Al-
Qur’an menegaskan antara lain:
Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”.(Q.S As Shad
ayat 29)
4. Hak persamaan di dalam politik dan hukum
Dalam UDHR pasal dua disebutkan bahwa setiap orang mempunyai
hak dan kebebasan yang tecantum di dalam deklarasi ini tanpa perbedaan
apapun, seperti perbedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
tahanan politik atau status yang lain. Lagi pula tidak boleh mengadakan
perbedaan atas dasar perbedaan politik, kedudukan hukum atau status
internasional dari negara atau wilayah dimana orang tersebut termasuk,
baik negara merdeka, wilayah perwakilan, wilayah yang tidak
berpemerintahan sendiri atau dibawah wilayah lain yan kedaulatannya
dibatasi.
Islam juga menjamin hak politik seperti ak memilih kepala negara,
hak musyawarah,hak menjadi pegawai negeri dan yang lainnya.
Berkenaan dengan pasal ini Al-Quran menyebutkan:

Artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa diantaramu. Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi
maha penyayang .(Q.S. Al-Hujaraat : 49)”.
5. Hak berpartisipasi dalam politik dan pemerintahan
Dalam UDHR pasal 21 disebutkan:
1. Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negerinya,
secara langsung atau melalui wakil-wakil yang dipilih dengan bebas.
2. Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk diangkat
dalam jabatan pemerintahan negerinya.
3. Kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah
kehendak ini harus dinyatakan dalam pemilihan umum yang
dilaksanakan secara berkala dan jujur dan yang dilakukan menurut
hak pilih yang bersifat umum dan yang tidak membeda-bedakan, dan
dengan pemungutan suara yang rahasia ataupun menurut cara-cara
lain yang menjamin kebebasan memberikan suara.

)٣٨( َ‫ورى بَ ْي َن ُه ْم َو ِم َّما َرزَ ْقنَا ُه ْم يُ ْن ِفقُون‬


َ ‫ش‬ُ ‫صالة َ َوأ َ ْم ُر ُه ْم‬
َّ ‫َوا َّلذِينَ ا ْست َ َجابُوا ِل َر ِِّب ِه ْم َوأَقَا ُموا ال‬
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS Asy Syura : 38)
6. Hak dan kesempatan yang sama umtuk memperoleh kesejahteraan sosial
Dalam UDHR pasal 25 disebutkan bahwa setiap orang berhak atas
taraf hidup yang menjamin kesehatan dan kesejahteraan untuk dirinya
dan keluarganya, termasuk pangan, pakaian, perumahan dan perawatan
kesehatannya serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas
jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda,
mencapai usia lanjut atau mengalami kekurangan mata pencarian yang
lain karena keadaan yang berada di luar kekuasaannya.
7. Hak untuk bekerja dan memperoleh imbalan
Dalam UDHR pasal 21 disebutkan bahwa:

1. Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak dengan bebas memilih


pekerjaan, berhak atas syarat-syarat perburuhan yang adil serta baik,
dan berhak atas perlindungan dari pengangguran.
2. Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak atas pengupahan yang sama
untuk pekerjaan yang sama.
3. Setiap orang yang melakukan pekerjaan berhak atas pengupahan
yang adil dan baik yang menjamin kehidupannya dan keluarganya,
suatu kehidupan yang pantas untuk manusia yang bermartabat, dan
jika perlu ditambah dengan perlindungan sosial lainnya.
4. Setiap orang berhak mendirikan dan memasuki serikat-serikat
pekerja untuk melindungi kepentingannya.

D. Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan dan Kepribadian di Indonesia


Praktek bagaimana demokrasi dan HAM berjalan di Indonesia sangat jelas
terlihat melalui adanya pemilu langsung di Indonesia. Dengan jumlah
penduduk yang terbesar keempat di dunia, menjadikan Indonesia sebagai
Negara demokrasi terbesar di dunia. HAM dan demokrasi merupakan
konsepsi kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari sejarah
peradaban manusia di seluruh dunia. Sehingga pada dasarnya HAM pasti ada
kalau manusia yang hidup dalam kehidupan sosialnya dan bisa dikatakan
bahwa HAM terletak pada keberadaan manusia yang melahirkan demokrasi
yang sebenarnya. Seiring berjalannya waktu, negara-negara di dunia mulai
menetapkan berbagai peraturan sebagai upaya untuk mempertahankan hak
asasi manusia dari masing-masing warga negaranya. Di Indonesia, peraturan
mengenai HAM secara tegas diatur dalam Undang-Undang No. 39 Tahun
1999 pasal 2 tentang asas-asas yang menyatakan, “Negara Republik
Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan
dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak
terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan
demi peningkatan martabat, kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan
kecerdasan serta keadilan “.
Namun, meskipun berbagai upaya telah diterapkan negara untuk
meminimalkan terjadinya pelanggaran terhadap HAM, sampai saat ini telah
terdapat ribuan kasus sejak terbentuknya KOMNAS HAM. Undang-Undang
mengenai HAM seolah-olah diacuhkan oleh para pelaku pelanggaran.
Masyarakat saat ini lebih banyak menuntut hak meskipun harus mengabaikan
hak orang lain dan kewajibannya sebagai manusia bermasyarakat, sehingga
definisi mengenai penyelenggaraan HAM itu sendiri menjadi tersamarkan.
Melihat kondisi yang terjadi saat ini, meskipun berbagai peraturan tentang
demokrasi di Indonesia telah dibentuk dan ditetapkan hingga sedemikian,
tetapi masih saja terdapat pelanggaran-pelanggaran di dalamnya. Misalnya
saja pada pemilu tahun 2004 dan tahun 2009, baik pada pemilihan kepala
daerah maupun pemilihan anggota DPR, ditemukan kecurangan tentang
pengadaan atau pemberian uang kepada masyarakat dengan tujuan agar warga
tersebut memilih salah satu calon. Adanya kasus penyuapan secara tidak
langsung menyisihkan hak untuk memilih dan menyampaikan pendapat.
Masyarakat didesak oleh keputusan untuk memilih antara menyuarakan
pendapat atau uang yang notabene menjadi kebutuhan primer, mengingat
rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat di Indonesia. Padahal, pemilu
merupakan salah satu kesempatan bagi rakyat untuk dapat menyuarakan
aspirasinya mengingat yang dipilih dalam pemilihan umum tersebut akan
menjadi pemimpin selama lima tahun ke depan.
Bukan hanya itu, salah pemaknaan dari demokrasi juga menjadi salah satu
pemicu adanya pelanggaran. Sejatinya demokrasi merupakan sistem
pemerintahan dimana rakyat seharusnya berperan aktif dalam jalannya
pemerintahan, namun pada kenyataannya, rakyat hanya bisa menunutut. Hal
itu dibuktikan dengan sering terjadinya tindak anarkis antara para demonstran
yang menuntut perbaikan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah,
dengan aparat keamanan. Para demonstran yang selama ini sebagian besar
adalah mahasiswa sering melakukan aksi anarkis hanya agar apa yang
disuarakannya didengar. Padahal tanpa kekerasan pun aspirasi mereka dapat
tersalurkan dengan baik jika melalui forum yang tepat dimana dapat
melakukan diskusi langsung dengan para wakil rakyat di pemerintahan. Dari
sisi pemerintah pun, telah ditemukan banyak pelanggaran yang dilakukan.
Para wakil rakyat mengkhianati kepercayaan masyarakat dengan melakukan
tindak korupsi pada dana yang semestinya diperuntukkan bagi rakyat.
Kebijakan yang dibuat mengatasnamakan rakyat akhirnya hanya
menguntungkan kaum minoritas semata. Bukan tidak mungkin hal itulah
yang menyebabkan rakyat bertindak lebih keras dalam memantau jalannya
sistem pemerintahan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan Kewarganegaraan adalah keadaan negara dimana
kedaulatan atau kekuasaan tertingginya berada di tangan rakyat.
2. Kepribadian adalah hak yang dibawa sejak seseoarang lahir ke dunia
itu sebenarnya adalah anugrah dari Tuhan Yang Maha Pencipta yang
tidak dapat dicabut atau dikuarangi oleh apapun dan siapapun.
3. Hak asasi manusia antara lain hak hidup, memperoleh perlindungan,
kebebasan beragama, berekspresi dan mengeluarkan pendapat dan hak
persamaan di dalam politik dan hukum, hak berpartisipasi dalam
politik dan pemerintahan, hak dan kesempatan yang sama umtuk
memperoleh kesejahteraan sosial.
B. Saran
Begitu banyak pendapat dan definisi mengenai hak asasi manusia akan
tetapi sebagai orang islam sudah seharusnya berpegang teguh pada Al-
Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1998. “Universal Declaration of Human Rights”. (online),


(http://www.gwu.edu/~erpapers/humanrights/udhr/lang/inz.htm, diakses
tanggal 1 Oktober 2014).
Kosasih, Ahmad. 2003. HAM dalam Perspektif Islam. Jakarta: Salemba Dinayah.

Pamungkas, Bagas Puji. 2013. ”Makalah Implementasi HAM dan Demokrasi”.


(online), (http://bagaspujipamungkas.blogspot.com/2013/04/makalah-
implementasi-ham-dan-demokrasi.html, tanggal 1 Oktober 2014).
Subadi, Tjipto. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Surakarta:
BP FKIP UMS.
Z, Permana. 2011. ”Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli”.(online),
(http://permanaz.blogspot.com/2011/11/pengertian-demokrasi-menurut-
para-ahli_03.html, diakses tanggal 1 Oktober 2014).

Anda mungkin juga menyukai