Anda di halaman 1dari 14

Nama: Fahma Mutia Wardah

NIM: 200401110289

UTS PSIKOMETRI

KOEFISIEN KONSISTENSI INTERNAL

1. Pendekatan Konsistensi Internal

Sebelumnya telah di bahas dan dijelaskan mengenai Teknik Estimasi Reliabilitas yang mana
diantaranya terdapat; koefisien stabilitas (tes ulang), koefisien ekuvalensi (tes paralel), dan koefisien
konsistensi internal. Pendekatan koefisien konsistensi internal ini berbeda dengan koefisien stabilitas
yang terdapat dua kali tes dengan satu skala dan berbeda pula dengan koefisien ekuivalensi yang terdapat
satu kali tes dengan dua skala, sedangkan koefisien konsistensi internal ini hanya melakukan satu kali tes
dengan satu skala saja atau diadministrasikannya hanya sekali saja.

Pendekatan Konsistensi Internal dalam estimasi reliabilitas dimaksudkan untuk menghindari


masalah-masalah yang biasanya ditimbulkan oleh pendekatan tes ulang dan oleh pendekatan bentuk
paralel. Tujuan dari pendekatan reliabilitas konsistensi adalah untuk melihat konsistensi antara butir atau
item soal dengan bagian lain atau dengan tes keseluruhan. Dalam pendekatan konsistensi internal
prosedurnya hanya memerlukan satu kali pelaksanaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek
(singel trial administration). Dan kelebihan dari pendekatan ini adalah mempunyai nilai praktis dan
efisiensi yang tinggi. Kemudian dari pemberian satu kali tes ini nantinya akan diperoleh satu distributor
skor tes dari kelompok subjek yang bersangkutan, maka prosedur analisis reliabilitasnya diarahkan pada
analisis aitem-aitem atau terhadap kelompok-kelompok aitem dalam tes itu sehingga perlu dilakukan
pembelahan tes menjadi beberapa kelompok aitem yang disebut bagian atau belahan tes. Pada setiap
belahan terdapat beberapa aitem atau hanya satu aitem saja. Lalu apabila telah diperoleh dari bagian-
bagian tesnya maka reliabilitas tes diperlihatkan oleh konsistensi diantara aitem-aitem atau belahan-
belahan tersebut. [CITATION Sai19 \l 1033 ]

Instrumen tes yang akan diketahui reliabilitasnya dapat dibelah menjadi beberapa bagian sesuai
dengan teknik yang digunakan. Instrumen dapat dibelah menjadi, dua, tiga, empat dan seterusnya. Bahkan
bisa dilakukan pembelahan sebanyak butir soal yang ada dalam instrumem tersebut, sehingga setiap
belahan terdiri dari satu item atau satu butir soal. Jika belahan tidak per item, maka sebaiknya dilakukan
pembelahan yang menghasilkan jumlah item sama dalam tiap belahan. Selain itu tiap belahan sebaiknya
dibuat sehomogen mungkin. Homogen dalam hal ini berarti jumlah yang sama, tingkat kesukaran yang
sama, dan isi yang sebanding. Berikut adalah teknik atau cara pembelahan tes dalam pendekatan
konsistensi internal:

1) Pembelahan Cara Random


Cara random dilakukan pada instrumen dengan item soal yang homogen. Caranya dengan
memberikan nomor undian kepada masing-masing butir soal dan dibagi menjadi dua bagian
secara acak untuk menentukan item mana yang berada pada belahan pertama dan item mana yang
berada pada belahan kedua.
2) Pembelahan Gasal Genap
Cara gasal genap dilakukan dengan membelah item soal kedalam dua kelompok berdasarkan
nomor soalnya. Butir dengan nomor gasal menjad belahan pertama. Sedangkan butir dengan
nomor genap menjad belahan kedua.
3) Pembelahan Matched-Random Subsets
Langkah pertama dalam menggunakan metode ini adalah menentukan taraf kesukaran item
serta korelasi item dengan skor total tesnya terlebih dahulu. Dengan demikian setiap butir soal
dalam tes diposisikan pada posisi tertentu berdasarkan nilai indeks kesukaran item (p) dan
koefisien korelasi antara item yang bersangkutan dengan skor tes (r ix). (Khumaedi, 2012)

2. Mengestimasi Reliabilitas setelah Pembelahan


A. Formula Spearman Brown (Belah Dua)
a. Pengertian
Formula Spearman-Brown merupakan sebuah formula komputasi yang sangat
populer untuk estimasi reliabilitas tes yang dibelah menjadi dua bagian yang relatif
paralel satu dengan yang lain. Formula komputasi reliabilitas Spearman-Brown
merupakan formula koreksi terhadap koefisien korelasi antara dua bagian tes, dan
dirumuskan sebagai berikut;
b. Formulasi (rumus):
S – B = 𝑟𝑥𝑥 ′ = 2 (𝑟1.2 )
1 + 𝑟1.2

𝑟𝑥𝑥 ′ : koefisien reliabilitas Spearman Brown


𝑟1.2 : koefisien korelasi antara kedua belahan

c. Contoh dan Tahapan Penerapannya


Pengujian reliabilitas dengan uji internal consistency teknik split half dari Spearman-
Brown dilakukan pada instrumen yang memiliki satu jawaban benar. Instrumen tersebut
misalnya pilihan ganda, mencocokkan, dan yang lainnya yang hanya memiliki satu
jawaban benar. Uji reliabilitas menggunakan teknik split half dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja pada subjek penelitian kemudian hasil uji dibagi
menjadi dua. Pembagian ini biasanya didasarkan pada soal ganjil-genap.
1. Koefisien korelasi dari kumpulan soal ganjil dengan soal genap dihitung
menggunakan rumus.
2. Koefisien ini menggambarkan derajat kesamaan hasil antara kedua belahan yang
menggambarkan konsistensi internal dari sebuah instrumen.
3. Kemudian, koefisien reliabilitas dihitung menggunakan rumus yang dikenal dengan
istilah SpearmanBrown.
Formula Spearman Brown digunakan pada pembelahan tes yang menghasilkan
dua belahan yang paralel. Formula ini bisa diterapkan pada instrumen tes yang skor-skor
itemnya dikotomi ataupun tidak dikotomi. Koefisien reliabilitas diperoleh dari korelasi
dua hasil skor dalam kedua belahan yang terbentuk. Suatu instrumen dikatakan reliabel
saat nilai koefisien reliabilitas Spearman-Brown lebih dari 0,70 (ri > 0,70). Jika nilai
koefisien reliabilitas Spearman-Brown kurang dari 0,70, maka jumlah soal ditambah
dengan soal yang sesuai dengan aslinya (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012).
Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur apakah
dapatdiandalkan dan konsisten jika dilakukan pengukuran berulang dengan instrumenters
tersebut. Pengujian relibilitas berikut dengan menggunakan data yang ada pada contoh
validitas. Pengujian relibilitas dalam hal ini menggunakan teknik belah dua (split half)
yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown.
Langkah dalam pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut
1. Butir- butir instrumen dibagi dua kelompok yaitu kelompok butir item genap (2, 4,
6…) dan kelompok butir item ganjil (1, 3, 5 ...).
2. Skor data tiap kelompok disusun tersendiri.
3. Hitung skor total masing- masingnya.

Table 1 skor total kelompok genap

Table 2 skor total kelompok ganjil


4. Hitung korelasi antara skor total kelompok genap dan skor total kelompok ganjil

dan koefisien korelasi dimasukkan ke dalam rumus Spearman Brown sebagai berikut ;

Diperoleh nilai reliabilitas 0,895. Berdasarkan uji coba nilai ini sudah reliabel, karena
lebih besar dari 0,600.

Jadi instrumen yang digunakan sudah reliabel, maka instrumen dapat digunakan untuk


pengukuran dalam rangka pengumpulan data. (Wicaksono, 2015)

B. Formula Rulon
a. Pengertian
Rulon memberikan formula untuk pembelahan tanpa harus berasumsi bahwa kedua
belahan memiliki varians yang sama. Perbedaan skor atau nilai dari kedua hasil
pembelahan tes akan memiliki distribusi perbedaan skor dengan varian. Besarnya akan
dpengaruhi oleh varian eror dari masing-masing belahan. Karena varians eror dari tiap
belahan menentukan varians eror keseluruahan tes, maka varians eror tes bisa diestimasi
melalui besarnya perbedaan skor diantara dua belahan tersebut. Formula Rulon
dirumuskan sebagai berikut:
b. Formulasi (rumus)
𝑟𝑥𝑥′ = 1 − s𝑑 2
𝑠𝑥 2

𝑠𝑑 2 : varians perbedaan skor kedua belahan


𝑠𝑥 2 : varians skor tes d : perbedaan skor kedua belahan

c. Contoh dan Tahapan Penerapan


Formula Rulon dapat diterapkan pada instrumen tes yang memiliki skor dikotomi.
Koefisien reliabilitas Rulon yang dikenakan pada tes yang sudah dilakukan pembelahan
menjadi dua merupakan estimasi reliabilitas untuk keseluruhan tes.
Menururt Rulon, perbedaan skor subjek pada kedua belahan instrumen akan
membentuk distribusi perbedaan skor dengan varians yang besarnya ditentukan oleh
varians error masing-masing belahan menentukan varians error keseluruhan instrumen,
maka varians error instrumen ini dapat diestimasi lewat besarnya varians perbedaan skor
diantara kedua belahan. Dalam melakukan estimasi reliabilitas skor instrumen, varians
perbedaan skor diperhitungkan sebagai sumber error. Untuk melakukan estimasi
reliabilitas instrumen dengan rumus Rulon, harus menghitung varians selisih belahan
pertama dan kedua dan juga varians total. Formula Rulon secara matematis ditulis
sebagai berikut:
ri = 1 - 𝜎𝑑 2 /𝜎𝑡 2

 Dengan ri = reliabilitas instrumen, 𝜎𝑑 2 = varians dari perbedaan skor kedua


belahan (varians difference), 𝜎𝑡 2 = varians skor total, d = skor pada belahan awal
dikurangi skor pada belahan akhir.
 Berdasarkan perhitungan koefisien reliabilitas maka diperoleh 𝜎𝑑 2 = 10,349, 𝜎𝑡
2 =46,5904, sehingga dapat ditentukan koefisien reliabilitas menggunakan
formula Rulon yaitu: ri = 1 - 10,349 46,59 = 0,78. (Sarwiningsih, 2017)

C. Formula Flanagan
a. Pengertian

Formula Flanagan merupakan estimasi nilai/angka reliabilitas yang tidak mengacu


pada perhitungan korelasi, melainkan sama seperti formula Rulon yang mengacu pada
veriansi tiap-tiap kelompok hasil belah dua, bedanya dalam formula ini ada nilai
konstanta 2 serta varians kelompok dijumlahkan dan bukan varians beda, sementara
pembaginya sama yaitu varians total.

Formula Flanagan juga memakai teknik belah dua (split half method) seperti halnya
pada formula Spearman-Brown. Namun, koefisien reliabilitas pada formula Flanagan
tidak didasarkan ada tidaknya korelasi antara belahan I dengan belahan II. Dasar dari
formula Flanagan adalah jumlah kuadrat deviasi (varians) pada tes belahan I, jumlah
kuadrat (varians) deviasi pada tes belahan II, dan jumlah kuadrat deviasi (varians) skor
total. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:
b. Formula (rumus)

Koefisien reliabilitas Flanagan disajikan dengan formula sebagai berikut:

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas

= varians skor belahan 1

= varians skor belahan 2

= varians skor total

2 & 1 = bilangan konstan

c. Contoh
Kasus yang digunakan serupa dengan kasus pada formula Spearman-Brown.

Dari hasil di atas, kemudian dapat dihitung nilai koefisien reliabilitasnya dengan
menghitung masing-masing varians belahan dan varians skor total kedua belahan.

5427 6166 23127


= 10 = 10 = 10

= 542,7 = 616,6 = 2312,7


 542,7  616,6 
= 21  
 2312,7 

= 0,9974

Nilai koefisien reliabilitas yang didapat adalah 0,9974 > 0,70. Kesimpulannya kuisioner
dianggap masih reliabel.

D. Kuder-Richardson (KR)
a. Pengertian

Terdapat dua jenis formula KR yaitu Kuder Richardson formula 20 (KR-20) atau
Cronbach Alpha dan Kuder Richardson formula 21 (KR-21). Formula ini dapat digunakan
untuk data dikotomi sedangkan KR-21 dapat digunakan untuk data dikotomi dan politomus.

Instrumen yang dapat diuji reliabilitasnya menggunakan KR adalah instrumen dengan


satu jawaban benar saja. Rumus KR yang sering digunakan adalah KR 20 dan KR 21. Kedua
teknik KR tersebut memiliki kriteria instrumen khusus untuk bisa menggunakan rumusnya.
Saat instrumen tidak dapat dipastikan bahwa setiap item soal memiliki tingkat kesulitan yang
sama, maka instrumen tersebut dianalisis reliabilitasnya menggunakan rumus KR 20
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012).
b. Formula (rumus)
1. KR20
Berikut ini disajikan rumus KR 20 (Sugiyono, 2014).

Keterangan:
ri1 = koefisien reliabilitas
k = banyaknya butir soal
1 = bilangan konstan
M = mean total (rata-rata hitung dari skor total)
vt = varians skor total
N = jumlah responden
2. KR21
Saat instrumen dapat dipastikan memiliki tingkat kesulitasn yang sama untuk setiap
item soal, maka untuk menguji relibilitasnya digunakan rumus KR 21. Berikut
disajikan rumus KR 21 (Sugiyono, 2014)

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas

rhh = koefisien korelasi product moment antara skor belahan satu dengan skor
belahan yang lain

1 dan 2 = bilangan konstan

Keterangan:

X = Jumlah skor item ganjil

Y = Jumlah skor item genap

N = jumah subjek

c. Contoh dan Tahapan Penerapan


 Contoh perhitungan reliabilitas menggunakan formula KR20:

Dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran penggunaan bahan pada


perawatan luka di sebuah rumah sakit oleh perawat. Butir soal yang digunakan sebanyak
13 butir dengan responden untuk uji realibilitas diambil sebanyak 10 orang. Hasil yang
didapat adalah sebagai berikut.
454−66 /10
= 10−1
= 4,31

=
(1313−1 )(1− 1,08
4, 31 )
= 0,812
Nilai koefisien reliabilitas yang didapat adalah 0,812 > 0,70. Kesimpulannya kuisioner
dianggap masih reliabel (Sinaga, 2012).
 Contoh perhitungan reliabilitas menggunakan formula KR21
Dilakukan penelitian untuk mengetahui persepsi tentang hubungan suami-istri
selama kehamilan pada ibu hamil yang memeriksakan kandungan di sebuah Puskesmas.
Jumlah soal yang digunakan sebanyak 8 butir dengan responden untuk uji realibilitas
diambil sebanyak 10 orang. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut.

X   X  / N
2 2

vt 
N 1
42 246− ( 1764/10 )
= 10 = 10−1
= 4,2 = 7,73
 8  4,2 8  4,2 
= 1  
 8  1  8  7,73 

= 0,724
Nilai koefisien reliabilitas yang didapat adalah 0,724 > 0,70. Kesimpulannya kuisioner
dianggap masih reliabel (Sari, 2012).

E. Analisis Varian
a. Pengertian
 Selain melalui pendekatan-pendekatan korelasional, estimasi reliabilitas tes dalam
prosedur single-trial administrasion dapat pula dilakukan melalui teknik analisis
varians (anava). Hal itu sangat logis bila diingat bahwa konsepsi reliabilitas sendiri
memang merupakan rasio dari berbagai varians distribusi. [CITATION Sai19 \l 1033 ]
 Analisis varian bertujuan untuk membedakan skor kategorik (2 kategori atau lebih).
Terdiri dari 3 bagian yaitu, Within subject (dalam) yakni varian di dalam kelompok,
Between subject (antar) yakni varian antar kelompok, dan Interaksi. (Widhiarso, n.d.)
 Salah satu teknik anava yang sangat populer adalah yang dikemukakan oleh Hoyt
(1941). Pendekatan Hoyt ini termuat dalam Jurnal Psychometrika yang sangat
bergengsi dan sejak itu mendapat perhatian yang besar sekali dari para ahli
psikometri.
 Asumsi pada setiap aitem dianggap sebagai suatu perlakuan berbeda. Sehingga ketika
subjek dihadapkan dalam satu aitem ia seakan-akan dikenai sebuah tritmen.
Dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur; Jalur 1 : aitem dan Jalur 2 : subjek.
 Within subjeck (RESIDU), didasarkan pada deviasi skor dalam kelompok. Kemudian
varian skor Jreng paling besar diantara ketiga skor. Sedangkan Between subject,
didasarkan pada deviasi rerata kelompok dengan rerata total.(Widhiarso, n.d.)
 Konsep dalam teknik analisis varians Hoyt adalah memandang distribusi aitem
keseluruhan subjek sebagai data pada suatu desain eksperimen faktorial dua-jalan
tanpa replikasi, yang dikenal pula sebagai item by subject design. Setiap aitem
dianggap seakan suatu treatment atau perlakuan yang berbeda sehingga setiap kali
subjek dihadapkan pada suatu aitem seakan-akan ia berada pada suatu perlakuan
yang berbeda. Dalam hal ini banyaknya aitem merupakan banyaknya perlakuan.
[CITATION Sai19 \l 1033 ]
 Berbeda dengan formula Spearman-Brown, Flanagan, Rulon, maupun Kuder-
Richardson, maka menurut C. Hoyt dalam menentukan reliabilitas tes hendaknya kita
menganggap bahwa data yang berupa skor-skor hasil tes itu kita anggap sebagai data
hasil eksperimen, di mana faktor pertamanya atau klasifikasi I-nya adalah subjek,
sedangkan faktor kedua atau klasifikasi II adalah item. Masing-masing sel di sini
terdiri atas 1 subjek. Selanjutnya kita cari interaksi antara subjek dengan item. Teknik
analisis seperti inilah yang terkenal dengan nama teknik analisis varians (ANAVA),
dan penggunaan teknik analisis varians dalam rangka menentukan reliabilitas tes
adalah merupakan perkembangan baru dalam dunia evaluasi pendidikan.

b. Formula (rumus)
1. Rumus teknik Hoyt Azwar (1986) adalah:
rtt : 1- 𝑀𝐾𝑖
𝑀𝐾s
Keterangan :
Rtt : Indeks reliabilitas alat ukur
1 : Bilangan Konstanta
MKi : Mean kuadrat antar butir
MKs : Mean Kuadrat antar subjek

2. Rumus Anova

Keterangan:
i : Subjek
j : Kelompok
Xj : Rerata pada kelompok j
X : Rerata total
nj : Jumlah kelompok

c. Contoh dan Tahapan Penerapan


 Aplikasi anova pada aplikasi estimasi reliabilitas yakni; Didasarkan pada analogi
bahwa item adalah sebuah treatmen yang dikenakan kepada subjek, misal : tes 10
aitem = subjek mendapat 10 perlakuan.
 Varian antar perlakuan (rerata kuadrat antar) diasumsikan sebagai varian skor tes.
 Varian dalam perlakukan (rerata kuadrat dalam) diasumsikan sebagai varian eror
pengukuran.
Keterangan:
i : skor subjek
X : skor subjek pada seluruh item (baris)
Y : skor semua subjek pada semua item (kolom)
k : banyaknya item
n : banyaknya subjek

OUTPUT SPSS

(Widhiarso, n.d.)

F.  Koefisien Alfa (alpha cronbach).


a. Pengertian
Pengujian reliabilitas menggunakan uji Alfa Cronbach dilakukan untuk instrumen yang
memiliki jawaban benar lebih dari 1 (Adamson & Prion, 2013). Instrumen tersebut misalnya
instrumen berbentuk esai, angket, atau kuesioner. Formula ini dapat digunakan jika aitem
dikotomi ataupun politomi, belahan tes tidak harus paralel, namun harus memenuhi asumsi τ-
equivalent, aitem-aitem dalam tes haruslah homogen sehingga formula ini tidak bisa
digunakan untuk mengestimasi koefisien reliabilitas alat tes yang mengukur beberapa trait.
b. Formula (rumus)
 Rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach adalah sebagai berikut.

ri = koefisien reliabilitas Alfa Cronbach


k = jumlah item soal
∑si 2 = jumlah varians skor tiap item
st 2 = varians total Rumus varians item dan varians total,
 Rumus varians item dan varians total,

si 2 = varians tiap item


JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item
JKs = jumlah kuadrat subjek
n = jumlah responden
st 2 = varians total
Xt = skor total

c. Contoh dan Tahapan Penerapan


Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach telah dihitung (ri), nilai tersebut
kemudian dibandingkan dengan kriteria koefisien reliabilitas Alfa Cronbach untuk
instrumen yang reliabel. Menurut Nunnally (dalam Streiner, 2003) menyatakan bahwa
instrumen dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach lebih dari 0,70 (ri >
0,70) dan Streiner sendiri (2003) menyatakan bahwa koefisien reliabilitas Alfa Cronbach,
tidak boleh lebih dari 0,90 (ri < 0,9).
Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach kurang dari 0,70 (ri < 0,70), Tavakol &
Dennick (2011) menyarankan untuk merevisi atau menghilangkan item soal yang
memiliki korelasi yang rendah. Cara mudah menentukan item soal tersebut adalah dengan
bantuan program di komputer. Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach lebih dari 0,90 (ri
> 0,90), mereka pun memiliki saran. Mereka menyarankan untuk mengurangi jumlah soal
dengan kriteria soal yang sama meskipun dalam bentuk kalimat yang berbeda. (Yusup,
2018)

3. Kesimpulan

Reliabilitas tes merupakan suatu alat ukur yang digunakan sebagai alat untuk mengetahui
konsistensi dari pengukuran suatu tes yang kemudian dalam hasilnya menunjukkan sebuah keajegan.
Ketika seseorang dikatakan dapat dipercaya, maka apabila orang tersebut berbicara ajeg, jelas dan
pembicaraannya tidak berubah-ubah dari waktu-waktu, konsisten dengan apa yang dibicarakannya.
Karena dalam sebuah tes penting untuk diamati keajegan dan kepastiannya suatu tes itu ketika tes
tersebut dapat dilihat dari hasil tes yang didapat. Jadi inti dari reliabilitas itu adalah konsistensinya
agar mendapatkan hasil yang reliabel.

Koefisien reliabilitas disebut sebagai koefisien konsistensi internal jika administrasinya


dilakukan dengan cara one administration atau yang artinya hanya melakukan satu kali tes maka
selesai. Koefisien reliabilitas berdasarkan teori tes klasik (Classical Test Theory) ditentukan dengan
beberapa metode yaitu metode belah dua (Split Half Method), formula Cronbach Alpha, dan formula
Kuder Richardson. Metode belah dua (Split Half Method) terdiri atas beberapa formula yaitu
SpearmanBrown, Flanagan, dan Rulon.
DAFTAR PUSTAKA

Drs,, Saifuddin Azwar, MA, 2019: Reliabilitas dan Validitas EDISI 4

Khumaedi, M. (2012). Reliabilitas Instrumen Penelitian Pendidikan. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin
Unnes, 12(1), 129541.

Sarwiningsih, R. (2017). The Comparison Accuracy Estimation of Test Reliability Coefficients for
National Chemistry Examination in Jambi Province on Academic Year 2014/2015. JKPK (Jurnal
Kimia Dan Pendidikan Kimia), 2(1), 34. https://doi.org/10.20961/jkpk.v2i1.8740

Wicaksono, J. (2015). Split Half Reliability. In Encyclopedia of Measurement and Statistics.


https://doi.org/10.4135/9781412952644.n425

Widhiarso, W. (n.d.). Estimasi Reliabilitas via Analisis Varian.

Yusup, F. (2018). Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif. Jurnal Tarbiyah :
Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1), 17–23. https://doi.org/10.18592/tarbiyah.v7i1.2100

Sari, R.R. 2012. Hubungan Seksual selama Kehamilan pada Ibu yang Memeriksakan Kehamilan di
Puskesmas Sibande Pakpak Barat. Skripsi Jurusan Keperawatan Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Sinaga, M. 2012. Gambaran Penggunaan Bahan pada Perawatan Luka di RSUD dr. Djasamen Saragih
Pematang Siantar. Skripsi Jurusan Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan.

Anda mungkin juga menyukai