Anda di halaman 1dari 11

RELIABILITAS DALAM PENGUKURAN PSIKOLOGI

Pemateri: Prof. Dr. Saifuddin Azwar, Psikolog

1. Terminologi

Apa itu reliabilitas?

Reliabilitas dalam pengukuran psikologi reliabilitas dikenal sebagai persyaratan untuk sampai ke
validitas. Makna dipahami dengan baik akan lebih mudah dipahami: Padanan katanya ada yang bisa
reliabilitas, konsistensi, keajegan, keterpercayaan. Kalau dipadukan dengan banyaknya istilah kata bahasa
Indonesia terkadang menjadikan asosiasi kata yang secara konsep itu tidak betul mengenai reliabilitas.
Memang benar dari reliabilitas itu dari rely (percaya), jadi kalau dia itu tidak reliabel katakan itu
tidak/benar itu curang. Tidak dapat dipercaya. 

2. Poin-poin diskusi

a. Reliabilitas

 Tes yang reliabel (validitas) instrumen tesnya bisa dipercaya (ini tidak salah) akan tetapi
harus paham kalau reliabilitas dan validitas itu bukan properti instrumen atau karakteristik
alat reliabilitas dan validitas itu data dari hasil tes itu. Data yang diperoleh kalau data itu bisa
dipercaya/konsisten ajek berarti reliabel. 

b. Terdapat Kaitannya dengan Goodness of Data

GOODNESS OF DATA

VALIDITY (Are we RELIABILITY (Accuracy


measuring the right thing in Measurement)

CONSISTENC
STABILITY
Y

Internal
Test Retest Parallel Forms Spilt-Half
Consistency

Penjelasan Goodness of Data ini dijelaskan sebagai berikut;

 Validitas dan Reliabilitas the goodness of data, test itu memang berfungsi memperoleh
data lewat skor atribut data yang diukur yang data itu real, kalau tes tidak reliabel, berarti
tes itu tidak mampu menghasilkan data yang reliabilitas. Kalau alat ukur sudah terukur
lewat uji coba, dipakai berulang kali, lalu mampu menghasilkan data yang reliabel/valid,
tidak bisa ada jaminan sama sekali 100% selalu menghasilkan data yang reliabel, karena
pada pemakaian berikutnya akan ada sumber error yang berbeda, data yang diperoleh
suatu jenis alat ukur tidak bisa hanya hanya diandalkan dengan karakteristik tes itu saja.
Sebaik apapun instrumen, tidak akan ada jaminan,
 Sumber error yang membuat ketidakreliabelan itu banyak, tidak hanya dari instrumen,
bisa dari saat administrasi, atau respon yang tidak diberikan secara sungguh-sungguh, dan
lain sebagainya. Dikenal dalam pembicaraan reliabilitas ini, bahwa kita akan bicara
validitas maka pertanyaannya apakah validitas itu kita mengikuti yang benar dan
mencerminkan data yang kita peroleh atau data kita mencerminkan atribut yang kita ukur.
Bicara reliabilitas dasarnya kecermatan, apakah data itu tidak banyak terjadi error, itu
akan dipergunakan bagaimana perbedaan secara visual, lalu kita mengenal makna
reliabilitas 

 Stabilitas; apakah ada dalam fungsi mengukur tes itu, biasanya dengan metode klasik
(paralel forms) tes yang akan dilihat fungsi ukur harus dilihat penggambarannya, di
kloning sehingga diperoleh 2 bentuk tes yang kembar/persis sama baik secara konstruk
dan psikometrinya (paralel) kalau dipakai pada satu kelompok sampel dan data
dikorelasikan , maka itu indikator yang dimaksud stability of forms/test, yang digunakan
adalah korelasi r (x) dan (x')- skor tes paralel simbol ini koefisien reliabilitas sampai saat
skrg dipakai, sekalipun metodenya beda2

 Test-retest; cukup satu tes digunakan dalam waktu yang beda, secara logis sesungguhnya
akan paham, test digunakan pd waktu yang sama akan terjadi stabilitas hasil. Dilakukan
berulang, menunjukan stabilitas, paralel yang over form, kalau test -retest. Dan untuk
yang stability of time dari waktu ke waktu (konsisten). Pendekatan tes -retest dan paralel
metodenya sulit dan melalui pendekatan yang kokoh dasar ilmiahnya, digunakan ketika
situasinya mendukung. Test -retest walaupun hanya 1 punya masalah juga yaitu carrier
horrific? (tidak juga mudah diatasi) berlakunya tidak terbatas. (hanya untuk atribut yang
stabil seperti contoh tes inteligensi

 Lahir konsep baru yaitu memakai satu tes tapi tidak berulang, yaitu dengan skor aitem
Single trial administration, pakai satu bisa mengukur itu bicara skor aitem Cara
mengestimasinya tes itu dibagi dengan yang paling populer secara hal-dibagi 2 bicara
skor dari sub tes, sub belahan, banyak metode yang populer, yang perlu melihat lebih
jauh. Konsistensi internal; tidak membatasi bisa belah 2, 3 dan berapa butir bahkan
sejauh berapa formula yang disediakan mengizinkan, basic-nya belahan itu tidak boleh
dari sedikit item, misal aitem 100 masih 50 50. kalau item 40 dibagi 2 jadi 20 20 boleh
atau tidak? tidak layak. kalau sudah terlalu labil tidak boleh. Kalau item 20 harus
konsistensi internal apakah bisa? Gampang dibagi 20 masuk ke split half, bagi 20 jadi
tiap belahan itu dijadikan 1 aitem.

Analogi Reliabilitas Disini ada 2 tembakan A dan B

• Konsep dasar reliabilitas ada 2 target tembakan a dan b, tentu ketika kita nembak pengen
di titik tengah, istilah kita tepat sasaran. Kejadiannya A ini tembakan yang diberikan
ribuan atau ratusan kali dan menyebar di sekitar lingkaran di titik kecil. Karena bicara
target yang ditargetkan ke titik kecil A. tembakan ini ga konsisten, kadang ke bawah, atas
bawah, kiri kanan. Artinya hasil tembak ini tidak reliabel, kenapa? Karena meleset tidak
konsisten, bervariasi, kadang kanan kiri, tinggi rendah.

• Sekarang yang konsisten pada gambar B tidak kena tapi konsisten 10 cm 45 derajat ke
bawah, ketika melenceng B ini tetap walaupun tidak tepat tapi ajeg. Kita arahkan kalau
bisa sejauh 15 cm. Ini yang disebut konsisten dalam konsep reliabilitas,  Reliabilitas tidak
bicara ketetapan tetapi konsistensi, bukan hasil yang konsisten tapi errornya, Konsistensi
yang sempurna sekalipun tidak valid.

• Valid ini bicara no error, reliabilitas ini boleh error asal konsisten. Nah kalau c ini valid
dan pasti reliabel.

c. Konsep pengertian reliabilitas, tentang konsistensi error dalam pengukuran.

SKOR TAMPAK (Observed Score) = SKOR MURNI (True Score) + EROR (Error)

X=T+E Bagi setiap individu dalam populasi

σ x =σ T +σ E
2 2 2 Bagi Populasi ybs

σr
2 σ 2

Parameter Reliabilitas ρx x =
' =1− E
σx 2σx 2

• Varians populasi= skor tampak = populasi skor murni + varians error di populasi. Nah artinya
ketika varians error ga ada, konsisten, varians error 0 = 0 x nya akan sama dengan varian skor
murninya.

Bila ρ xyadalah koefisien validitas, maka berlaku bahwa

s2T
ρ xy ≤ √ (Allen & Yen, 1979; Crocker & Algina, 1986)
s 2x

SE 2

Statistik Reliabilitas r xx ' =1−


SX 2

Stability

Korelasi antara distribusi Skor Tampak X dari dua tes yang pararel

r xx ' x//x’

Korelasi antara distribusi Skor Tampak X dari satu tes yang dikenakan dua kali
r xx ' =r x 1 x 2

Single Trial Administration

Spearman-Brown

2 r y 1 y2
r xx ' = Belah- dua pararel (K1=K2) (Spearman, C, 1904)
1+r y1 y 2

Spearman Brown bisa diterapkan kalau cukup banyak aitem dan kalau jumlah aitemnya genap. Dua belah
ini paralel baru bisa digunakan

Rulon

sd 2

r x x =1−
' Belah-dua; K1=K2 d=Y1 – Y2 (Rulon, PJ, 1939)
sx 2

Sumber error dari belahan satu dan belahan dua, kalau dihitung belahannya dimasukan ke rumus dan ada
hasil Rulon

Hoyt

se 2

r x x =1−
' (Hoyt, C, 1941)
sx 2

Cronbach α

Cronbach alfa, (padahal pakai analisisnya freud). Dikarenakan secara matematis komputasi freud dari
cronbach alfa yang tesnya dibagi sebanyak jumlah aitem. (Cronbach, L. J, 1951)

Kuder-Richardson 20

Memaknai Koefisien Reliabilitas

 Interpretasi koefisien reliabilitas adalah spesifik bagi situasi dan bagi kelompok subjek
tertentu saja. Koefisien reliabilitas hanya mengindikasikan besarnya inkonsistensi skor hasil
pengukuran, bukan menyatakan secara langsung sebab-sebab inkonsistensi itu.

 Karena keterpercayaan itu bersifat relatif, maka interpretasi koefisien realibilitaspun bersifat
relatif. Adalah tergantung kepada penilai atau pemakai skort tes itu sendiri utnuk menentukan
apakah koefisien reliabilitas skor yang diperoleh sudah cukup memuaskan bagi keperluannya
atau tidak

 Menyatakan suatu koefisien reliabilitas sebagai bermakna dengan dasar signifikansinya


adalah hal yang tidak pada tempatnya untuk dilakukan. Tidak selayaknya menguji hipotesis
nihil bahwa koefisien reliabilitas adalah nol. Bahkan Thompson mengatakan bahwa menguji
signifikansi koefisien reliabilitas itu sebagai suatu praktek yang pernicious (Jahat)
(Thompson, 2003). “Tidak boleh koefisien reliabilitas dinyatakan dengan signifikansi,
koefisien bilang signifikan maka itu perilaku yang jahat.”

o Persepsi varians Skor Murni yang dijelaskan oleh varians Skor Tampak. Untuk
tujuan prediksi dan untuk high stake exams r x x >0,90 . Untuk classroom exams
'

r x x >0,70 (Wells dan Wollack, 2003)


'

o Secara konsep data kita menggambarkan varians 80% skor data yang sesungguhnya.
Ahli mengatakan untuk skala yang keputusannya menyangkut keselamatan/nyawa
orang harus pakai yang 0,9. Kalau dalam sekolah/pendidikan 0,7 masih bisa
ditolerir. 

o Saran dari Bapak azwar memperpendek aitem (prediksi lebih dahulu memakai
koefisien dibawah ini)

kr yy '
rxx =
'

1+ ( k −1 ) r yy '

r x x (1−r y y )
' '

k=
r yy (1−r y xx )
' '

 Tes dengan 100 aitem dan koefisien reliabilitas r yy = 0,95. Kalo mau diperpendek dengan
'

koefisien reliabilitas r xx ≥ 0,90


'

0,90(1−0,95) 1
k= = 0,47 kurang lebih sama dengan
0,95(1−0,90) 2
Reliabilitas dan Varians Skor Tampak; Sampel yang heterogen cenderung meningkatkan koefisien
reliabilitas

s E=s x √ 1−r x x Standard Error of Measurement


'

Ketika akan melakukan analisis data penelitian

1. Periksa lebih dahulu semua lembar tes atau skala; singkirkan lembar yang ganjil
2. Lakukan tabulasi data skor aitem
3. Periksa data skort es. Bersihkan dari outliers
4. Lakukan Komputaasi koefisien realibilitas dengan metode yang sesuai
5. Bila koefisien tidak memuaskan ambil data baru

Ketika melapotkan hasil estimasi reliabilitas

1. Statistik koefisien reabilitas


2. Metode estimasi yang digunakan
3. Karakteristik sampel
4. Ukuran sampel
5. Statistik varians skor tampak
6. Statistik eror standar pengukuran

BEBERAPA ISU MENGENAI RELIABILITAS HASIL PENGUKURAN.

Pemateri: Wahyu Widhiarso, Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

1. TERMINOLOGI

Ada beberapa terminologi tentang Reliabilitas yaitu:

 Stabilitas; yaitu ketika reliabilitas itu berkaitan dengn waktu


 Ekivalensi; yaitu ketika berkaitan dengan dua form yg setara
 Konsistensi; ada istilah part atau belahan ketika itu konsisten, misal antara pikiran orang dengan
perilakunya (itu berarti reliabel/konsisten)
 Reprodusibilitas; ada sedikit yg terlupakan dalam beberapa hal ini yg biasanya dipakai untuk
skala gabungan yg biasanya sejauh mana hasil pengukuran itu menghasilkan informasi yang
konsisten
 Presisi; menurut pemateri menitikberatkan pada reliabilitas itu sebagai faktor presisi atau akurasi.
Hal ini berkaitan dengan Error Standar Pengukuran (ESM)

Pada sebuah gambar kurva mengenai Error Standar Pengukuran (ESM), ketika ada dukungan
terhadap sebuah informasi maka kita akan lebih memusat dalam memandangnya. Jadi, ketika ada
titik-titik regresi (pada kurva tersebut) yang sudah terprediksi lalu ketika kita akan ditanyakan,
misalkan ketika X nya adalah 2 maka berapa Y nya? Maka kita akan memiliki error standar yg
rendah. Tapi ketika X nya adalah 19 atau 18, maka kita tidak memiliki informasi sehingga error
standarnya itu akan tinggi.

Contoh diatas adalah analogi reliabilitas yang menjelaskan ketika tidak ada informasi, maka
tidak ada orang yang akan mendapat skor dan itu tidak terukur dengan baik. Artinya hal tersebut akan
menghasilkan error standar yang besar. Jadi reliabilitas itu terkait akurasi dan presisi dan hal ini mirip
dengan konsep error standar di statistika.

Apa yang menyebabkan presisi dan akurasi itu rendah? Mengenai ini bisa diilustrasikan
dengan lompat galah. Misalnya ada tiga orang secara berurutan memiliki kemampuan melompat dari
tinggi ke rendah. Mereka bertiga mengikuti lomba galah dengan tingkat ketinggian yang berurutan
dari yang terendah sampai yang tertinggi. Dari ilustrasi tersebut mirip dengan analogi error standar
sebelumnya. Bahwa tidak ada informasi yang didapatkan, ketikanya sama-sama gagal dan juga sama-
sama berhasil sehingga presisi yang dihasilkan pada tes tersebut rendah.

Tes yang menghasilkan presisi yang rendah adalah karena ada informasi. Jadi ketika urutan
paling awal dari ketiga orang tersebut gagal itu karena ada informasii dan variasi juga pada urutan
setelahnya dan urutan seterusnya ada informasi yang akhirnya dicapai bitline, tapi ada variasi pada
urutan ditengah karena itulah menyebabkan presisi menjadi tinggi (karena ada informasi disana).
Konsep-konsep reliabilitas bisa juga dilihat sebagi akurasi atau presisi skor.

2. POIN-POIN UNTUK DIDISKUSIKAN


1) Ingat rumusnya (rumus reliabilitas)

Rumus reliabilitas dan validitas itu berbeda. Banyak orang masih salah dalam
membedakannya, kalau rumus reliabilitas adalah dengan dirinya sendiri, sedangkan validitas
adalah dari orang lain.
rit korelasi butir total termasuk dari reliabilitas atau validitas? Jadi rit (item total) lebih
berkaitan atau mendekati dengan koefisien validitas. Maka dari itu ketika ada yang mengatakan
validitasnya adalah 0,3 yang terlihat dari korelasi item totalnya 0,3 tersebut dapat dikatakan
adalah pemahaman yang kurang tepat. Karena ketika ritnya itu tinggi maka akan meningkatkan
reliabilitas akan tetapi belum tentu validitasnya.
2) Jangan hanya tinggi, tapi juga siapa sampelnya (apa karakteristiknya)
Karena reliabilitas adalah konsep yang bergantung pada populasi. Reliabilitas hanya
dapat dimaknai jika diinterpretasikan dalam hal perbedaan individu dalam populasi tertentu.
Ketika dari hasil penelitian ke penelitian yang lain, agar reliabilitas diawal itu stabil maka ketika
diterapkan di SPSS itu harus sampel yang mungkin besar, karakteristiknya itu hiterogen dan
sebagainya. Karena jika hanya tinggi maka empat orangpun bisa tinggi karena orang itu
jawabannya konsisten seperti hanya memilih ya, ya, ya… atau setuju, setuju, setuju… sehingga
didapatkan misalnya 0.98 itu perlu di validasi dengan yang di informasikan seperti sampelnya itu
besar, estimasinya benar, kemudian ada informasi yang seperti apa, error standarnya seperti apa,
dsb. Jadi, jangan hanya tinggi tapi juga laporkan siapa sampelnya.
Supaya reliabilitas yang didapatkan stabil antar sampel, maka upayakan reliabilitas
ditarik dari sampel dengan karakteristik yang heterogen. Dalam pelaporan reliabilitas perlu
melaporkan karakteristik sampel yang ditarik ketika reliabilitas hasil pengukuran di estimasi.
3) Reliabilitas bukan untuk tes, tapi untuk skor

Reliabilitas adalah properti dari skor bukan tes. Reliabilitas juga adalah ukuran yang
menunjukkan seberapa besar skor yang dihasilkan terbebas dari error pengukuran yang bersifat
acak. Karena error yang bersifat sistematis itu berkaitan dengan validitas.

Ada Beberapa Alternatif Terminologi

 Reliabilitas skor
 Reliailitas hasil pengukuran
 Reliabilitas informasi
 Reliabilitas pengukuram

4) Setiap koefisien reliabilitas punya asumsi


Setiap koefisien reliabilitas dikembangkan berdasarkan asumsi. Asumsi ini berkaitan
dengan dengan bagaimana hubungan antara satu bagian tes dengan bagian lainnya. Bagian ini
bisa berupa butir atau kumpulan butir. Asumsi mengenai hubungan ini akan menentukan
koefisien reliabilitas yang akan tepat untuk dipakai dalam laporan. Jadi reliabilitas berdasarkan
asumsi pada karakteristik dari belahan-belahan yang ada. Jika belahannya sama, misal pada
bagian 1 terdapat 5 butir, bagian 2 terdapat 3 butir dan bagian 3 terdapat 2 butir berarti asumsi
yang berlaku adalah asumsi ekuivalen atau asumsi kongenerik.

Jenis Asumsi Teori Skor Murni Klasik

PARALEL M1 = M2 │ E1 ≠ E2
TAU EKIVALEN M1 = M2 │ E1 ≠ E2
TAU EKIVALEN M1 = C+ M2│ E1≠ E2
ESENSIAL
KONJENERIK M1 = M2 │ E1 ≠ E2

Skala 1 Skala 2
1. Saya tidak nyenyak tidur Saya cakep
2. Saya memiliki keinginan untuk minggat Saya ganteng
3. Saya tidak berselera untuk makan Saya menawan

 Sebuah tes itu PARALEL ketika M1 dari belahan 1, belahan 2 dan belahan 3 itu sama.
Dan error juga diasumsikan sama sehingga kita bisa mengkorelasikan.
 TAU EKIVALEN asumsinya adalah ketika errornya berbeda tap M1 sama.
 TAU EKIVALEN ESENSIAL ketika ada satu konstan, misalkan belahan 1 itu 5, belahan
2 itu 2, dan belahan selanjutnya 3, maka konstan terus penambahannya.

Saya memperhatikan kebutuhan orang lain Rendah


Saya suka menyapa orang lain Peningkatan
Saya meluangkan waktu untuk orang lain intensitas
Saya meluangkan waktu untuk orang lain
Saya sering membantu orang lain
Saya merasakan kebahagiaan orang lain
Sangat menyenangkan jika bisa membuat orang lain bahagia Tinggi

Dalam pengembangan SKALA THURSTONE, pengembangan harus memiliki butir-butir


yang memiliki peningkatan level. Contoh diatas menunjukkan peningkatan intensitas konstruk
kepedulian sosial. Mulai dari yang paling rendah intensitasnya (memperhatikan) hingga yang
tinggi (membahagiakan orang lain).

Simalakama Validitas & Reliabilitas

Validitas dan reliabilitas menjadi sebuah simalakama (trade off). Konsistensi internal
yang tinggi dapat dicapai dengan memperbesar korelasi antar butir (redundant items). Namun
disatu sisi konsistensi internal yang tinggi akan mengorbankan konten yang membuat domain
menjadi sangat narrow.
Reliabilitas Tinggi Tak Selalu Undimensi

Reliabilitas (homogenitas butir/konsistensi internal) akan cenderung besar ketika ukuran


tes sangat panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun sebuah tes mengukur lebih
dari satu dimensi(multidimensi) koefisien alpha yang dihasilkan dari skor tes tersebut bisa sangat
tinggi.

Sumber informasi mengestimasi reliabilitas ada 2;

 Kovarian/korelasi yaitu Alpha, Guttmen, Feldt, SB


 Bobot faktor yaitu Omega, Theta, Komposit

Reliabilitas Pengukuran Multidimensi

Penyebab pengukuran di psikologi cenderung multidimensi karena:

 Karakteristik konstruk psikologi yang cenderung luas dan berjenjang ada level 1, level 2
contohnya CHC
 Terkadang proses dekomposit konstruk menjadi aspek satu komponen
 Pengembangan skala dengan ukuran yang panjang
 Adanya artifak dalam pengembangan alat ukur

Koefisien Reliabilitas Multidimensi

 Koefisien alpha berstata (stratified alpha)


 Koefisen reliabilitas skor komposit mosier
 Koefisien omega (McDonald)
 Koefisien reliabilitas skor komposit Raykov
 Koefisien reliabilitas konstruk (construct reliability)

3. SESI TANYA JAWAB


1. Apakah benar reliabilitas yang baik untuk penelitian sosial termasuk psikologi adalah 0.7-0.8?
Jika 0.9 atau mendekati 1 itu tidak baik, bagaimana penjelasan logis atas argumen ini? Jika kita
menemukan reliabilitas alat ukur yang tergolong sama tinggi mendekati 1 apa yang perlu
dilakukan?
2. Apakah reliabilitas hanya diestimasi saat uji coba saja atau perlu juga saat sudah mengambil data
penelitian? Jika kita sudah mengambil data penelitian kemuadian ada item yang gugur lagi
apakah item itu harus dibuang atau tidak usah digugurkan sepanjang reliabilitasnya adalah 0.7?
3. Mengacu penjelasan dari pemateri 2 untuk melihat validitas sebaiknya melihat korelasi item
dengan skor total atau item corected corelation?
4. Untuk reliabilitas alat ukur multidimensiona jika menggunakan krom bava yang dilaporkan
adalah reliabilitas terdomainnya atau reliabilitas secara keseluruhan atau bisa jadi kedua-duanya
harus dilaporkan?
JAWABAN:

1. Kalau mendekati 1 ya lebih baik, tapi dalam beberapa literatur justru ada yang menghapus item
dengan korelasi antar item itu yang diatas 0.7 kalau tidak salah bukunya Klain. Jadi koefisien
antar item disarankan jangan sampai diatas 0.7 karena itu menunjukkan retedensi sehingga
tergantung dari masing-masing. Kalau reliabilitas yang tinggi itu mungkin kita libatkan sebagai
pengujian, apakah jawaban terhadap 2 item itu konsisten atau tidak. Tapi dalam beberapa
keperluan mungkin item-item yang redundant itu lebih ke valid ke domain ukurnya, otomatis
yang dikorbankann reliabilitasnya. Jadi semakin mengecil karena justru yang diatas 0,7 itu
dikeluarkan.
2. Jika reliabilitas kita itu diestimasi dari sampel yang hiterogen itu berarti skornya mendekati true.
Ketika itu sudah kuat basisnya maka saat dipakaii lagi ternyata reliabilitasnya itu rendah yang
awalnya 0.8 misalnya, menjadi 0.6. Maka berarti datanya ada yang kurangg pas bukan karena alat
ukurnya yang salah. Sehingga lebih kearah datanya. Kesimpulan itu bisa terjadi ketika reliabilitas
kita dibangun oleh data yang kuat.
3. Korelasi item total itu mendekati rxx dari pada rxy, jadii lebih mendekati ke reliabilitas dari pada
ke validitas. Karena skor total itu representasinya dari x’ bukan y, sehingga ketika mengatakan
korelasi item total atau daya diskriminasi itu menunjukkan daya efisien validitas maka itu adalah
hal yg keliru.
4. Bisa setiap dimensinya atau jika dijadikan satu bisa jadi reliabilitas scor composite (dibuku
Prof.Azwar) yang diperkenalkan reliabilitas koefisiennya mosier. Selain koefisien mosier ada
beberapa koefisien lain seperti koefisien alpha berstarta. Koefisien alpha tapi jika diterapkan pada
data yang bersifat multidimensi jika itu adalah dimensi-dimensi yang bisa dijumlahkan maka
reliabilitasnya bisa jadii reliabilitas score composite. Tapi kalau dimensi-dimensi itu tidak bisa
dijumlahkan maka satu dimensi itu ada satu koefisien reliabilitas. Jadi satu dimensi satu faktor itu
reliabilitasnya sendiri-sendiri. Tapi terdapat konsekuensi jika sendiri. Namun ketika itu dimensi-
dimensi yang bisa dijumlahkan maka itu bisa dikompositkan dengan reliabilitas mosier.

4. KESIMPULAN
Sebelumnya terdapat banyak salah kaprah dalam penelitian di psikologi seperti terdapat
banyak jurnal yang membahas tentang pengukuran kepribadian dan sebagian dalam laporannya
itu menyebutkan bahwa korelasi item total itu merupakan validitas. Jadi melalui diskusi
pembahasan ini telah dikonfirmasi bahwa korelasi item total atau yang dikenal dengan daya
diskriminasi itu bukanlah validitas.
Melalui forum diskusi ini juga banyak hal-hal yang dapat dikonfirmasi termasuk
mengenai isu reliabilitas tes atau reliabilitas hasil tes yang menjadi banyak perdebatan yang tidak
berujung. Padahal ketika itu dipahami sebagai reliabilitas tes maka muncullah banyak pendapat-
pendapat yang bisa dikonfirmasi. Maka dapat disimpulkan apabila kita menggunakan alat tes
yang sudah ada dan sudah pernah diuji maka tidak perlu lagi untuk diuji reliabilitasnya.
Kemudian juga konfirmasi mengenai item total adalah validitas melalui diskusi ini bisa menjadi
perhatian bersama. Dan yang terakhir sebagian dari kita kita itu mendengar reliabilitas = alpha
cronbach dan hal ini seperti tidak ada pilihan lain, padahal ternyata untuk menggunakan
pendekatan mana yang akan digunakan juga adalah hal yang harus dipertimbangkan.

Anda mungkin juga menyukai