Anda di halaman 1dari 8

Nama : Fahma Mutia Wardah

NIM : 200401110289
REVIEW FILM
“STUDENT A”

A. SINOPSIS
Jang Mi-Rae adalah seorang siswa sekolah menengah. Dia seorang introvert (orang
yang lebih suka menyendiri ketimbang berinteraksi dengan orang disekitarnya) dan Dia
juga terlalu berpikir banyak. Di sekolah dia dijauhi dan sering disakiti oleh teman
sekelasnya. Padahal, dia adalah murid yang berpretasi tapi kurang mendapat apresiasi.
Di rumah nya juga ia diperlakukan buruk oleh ayahnya yang alkholik. Suatu waktu ia
ingin membeli pembalut dan ketahuan oleh ayahnya saat sedang mengambil uang di
kamar ayahnya, lalu kemudian ia dipukuli oleh ayahnya sampai terluka Ayahnya
menganggap kelahiran Mi-Rae adalah sebuah penyesalan dan kesalahan. Maka dari itu,
untuk menemukan kebahagiaannya ia bermain game online dan menulis novel. Namun
harinya berubah menjadi ceria ketika dia mulai berteman dengan Baek Hab.
Baek Hab adalah teman sekelasnya yang berprestasi, cantik dan memiliki obsesi
masuk kampus bergengsi. Hampir setiap hari mereka menghabiskan waktu bersama di
perpustakaan. Baek Hab sangat suka dengan novel buatan Mi Rae. Mereka pun
berdiskusi tentang bagaimana ceritanya bisa dikembangkan supaya menjadi menarik.
Namun, Mi Rae tidak percaya dengan Baek Hab ketika Tae Yang, Laki-laki yang ia
sukai menyatakan cinta pada Baek Hab. Merasa dikhianati, Mi Rae pun mencoba
mencari teman untuk curhat. Akhirnya, dia bertemu dengan Jae Hee, teman yang
ditemuinya di game online.
Jae Hee adalah anak SMA yang setiap hari bekerja paruh waktu dengan memakai
kostum boneka. Dia memberikan pelukan gratis kepada siapa saja yang ingin. Mi Rae
dan Jae Hee jadi teman dekat. Mereka saling membantu dan menerima curahan hati
satu sama lain. Mi Rae juga menceritakan bahwa dirinya sempat berselisih dengan Baek
Hab yang menjiplak cerita novelnya. Pada saat itu Mi Rae lah yang dituduh melakukan
kecurangan, semua teman sekelas nya tidak ada satu pun yang membelanya termasuk
Tae-Yang yang padahal ia mengetahui bahwa Mi Rae yang menulis cerita novel
tersebut. Pada saat itu Mi Rae tidak mau untuk ke sekolah dan merasa depresi serta
ingin melakukan bunuh diri karena merasa tidak ada yang peduli padanya.
Kemudian, Jae Hee selalu di sisinya dan juga memberitahu Mi Rae bahwa ia juga
ingin bunuh diri. Lalu ia memberi Mi rae buku catatan untuk membuat list yang ia ingin
lakukan sebelum meninggalkan dunia ini. Kemudian mereka melakukan satu per satu
yang ada di list tersebut sampai semuanya terselesaikan. Lalu Mi Rae pun harus
berpisah dengan Jae Hee yang ingin pergi ke Alaska dan Jae Hee menitipkan sebuah
pesan yang bertuliskan “ketika bersedih tidak apa-apa menangis” melihat tulisan itu Mi
Rae pun langsung meneteskan air mata yang selama ini ia pendam sendiri hingga
tersedu-sedu.
Setelah beberapa hari Mi Rae tidak masuk Sekolah akhirnya ia kembali ke sekolah
dan Seketika keadaan berubah. Baek Hab yang menjadi sasaran bully karena ketahuan
curang. Di saat ini, Mi Rae sempat merasakan dilema, dimana ia bingung saat ingin
membantu Baek Hab yang melakukan hal serupa kepadanya beberapa waktu lalu.
Tetapi pada akhirnya ia membantu Baek Hab yang di bully oleh No Ran dan teman
perempuan sekelasnya.
Kemudian pada suatu hari Mi Rae mengambil tanaman kesayangan milik gurunya
sampai ia berlari-larian karena dikejar oleh guru dan teman-teman sekelasnya hingga
ke lantai bagian paling atas sekolahnya. Di saat ini Mi Rae melempar tanaman milik
gurunya itu ke bawah dan menjatuhkan dirinya kebawah dengan harapan ia dapat
meninggalkan dunia ini dengan tenang. Tetapi, harapan itu pun musnah karena ia
tersangkut di pepohonan dan tidak mati. Guru dan teman teman sekelasnya pun
menghampirinya dan sangat mengkhawatirkan dirinya. Melihat kekhawatiran orang-
orang di sekelilingnya tersebuat membuat Mi Rae merasa dipedulikan dan termotivasi
untuk bangkit kembali melanjutkan kehidupannya. Begitupun juga dengan Jae Hae
yang termotivasi untuk melanjutkan kehidupannya semenjak ia bertemu dengan Mi
Rae. Pada akhirnya, Mi Rae terus berteman baik dengan Baek Hab, No Ran dan juga
Jae Hae.

B. ANALISIS
Dalam Film Student A tokoh utamanya Jung Mi-Rae memiliki kepribadian
introvert dan kesulitan berinterasksi dengan lingkungan sekitarnya termasuk sekolah.
Mi-Rae juga di rudung disekolah oleh teman-temannya. Selain itu ia juga tinggal
dilingkungan keluarga yang tidak harmonis dan memiliki seorang ayah yang kasar dan
selalu memukulinya. Ia kesulitan berinteraksi karena ia tidak tahu harus bersikap
bagaimana dan selalu merasa tidak ada yang peduli dan perhatian pada hidupnya. Ia
membangun tembok yang besar dengan orang-orang disekitarnya. Namun semenjak
Baek-Hab mendekatinya dan mengajaknya berteman ia mulai merasakan rasanya diberi
perhatian dari seseorang. Baek Hab adalah teman pertamanya disekolah. Namun ia
dikhianati oleh Baek-Ha dan hal itu membuatnya semakin dirudung dan merasakan
rasanya kecewa serta kehilangan harapan untuk bertahan hidup. Ia bertemu dengan
teman dunia mayanya yang membuatnya mulai belajar untuk bertahan dan lebih berani
menghadapi hidupnya.
Selain Mi-Rae, Baek Hab juga berakhir dirudung karena telah memplagiat
karya tulis milik Mi-Rae. Berbeda dengan Mi-Rae yang introvert yang lebih
menyendiri, Baek-Hab memiliki kepribadian yang ekstrovert. Ia periang dan ceria juga
memiliki teman disekelilingnya. Ia mendekati dan menghianati Mi-Rae karena
mendapat tekanan dari orang tuanya yang selalu menuntutnya untuk menjadi juara
pertama disekolah. Namun akhirnya Baek-Hab sadar atas perlakuannya kepada Mi-Rae
adalah perbuatan yang salah dan ia akhirnya jujur bahwa ialah yang telah meniru karya
tulis Mi-Rae. Kejujurannya inilah membuatnya justru dirudung oleh teman-teman dekat
dan kelasnya. Dan disisi lain Mi-rae selalu menolong Baek-Hab. Biar bagaimanapun
Baek-Hab adalah orang pertama yang ingin berteman dengan Mi-Rae. Bahkan Mi-Rae
merasa bahwa Baek-hab tulus berteman dengannya karena Baek-Hab pernah
mengobati luka Mi-Rae saat ia terluka.
Menurut Sejiwa (2008: 2) bullying adalah sebuah situasi di mana terjadinya
penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok.
Bentuk yang paling umum terjadi pada kasus bullying di sekolah adalah pelecehan
verbal, yang bisa datang dalam bentuk ejekan, menggoda atau meledek seseorang.
Kasus bullying yang awalnya hanya secara verbal dapat pula menyebabkan munculnya
perlakuan yang lebih berbahaya, seperti pelecehan secara fisik. Seperti yang
dikemukakan Elly (2011 : 188) Hal ini yang kemudian menyebabkan sosialisasi tidak
sempurna pada anak. Anak yang mengalami sosialisasi tidak sempurna ini
berkemungkinan memiliki perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang adalah semua
perilaku manusia yang dilakukan secara individu maupun kelompok yang tidak sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Menurut Penelitian yang dilakukan oleh pemerintah pada 2009 yang
dikemukakan Nicola Morgan (2014: 137), hampir separuh anak-anak di Inggris (46
persen) berkata mereka pernah di-bully. Bullying antar siswa yang semakin marak
terjadi di sekolah sangat memprihatinkan. Tindakan kekerasan sangat akrab dengan
kehidupan sehari-hari dalam ruang lingkup masyarakat, keluarga, maupun sekolah.
Sekolah sebagai persemaian perilaku berbudi telah dinodai oleh berbagai perilaku
kekerasan hingga menimbulkan korban jiwa. Terkadang menimbulkan korban jiwa dan
trauma berkepanjangan yang tentunya menghambat proses belajar dan proses
perkembangan jiwa seorang anak. Berdasarkan temuan di lapangan, peneliti
mendapatkan informasi bahwa keluarga yang tidak harmonis, orang tua tidak utuh
(meninggal dunia atau bercerai), peraturan di rumah yang terlalu ketat dapat
menyebabkan siswa berperilaku bullying. Mereka yang menjadi pelaku bullying di
sekolah berasal dari keluarga yang tidak utuh, bukan keluarga yang harmonis, dan
termasuk anak yang kurang perhatian orang tua. Sementara mereka yang menjadi
korban bullying termasuk anak yang sangat mendapatkan perhatian dari orang tuanya,
banyak menghabiskan waktu bersama keluarga, dan tetap menjaga komunikasi antara
orang tua dan anak.
Berdasarkan kisah cerita pada film student a tokoh utama Mi-Rae salah satu
penyebabnya dirudung karena ia memiliki kepribadian introvert suka menyendiri dan
selalu kesulitan dalam bersosialisasi dan difitnah serta dikhianati oleh satu-satunya
teman yang ia miliki disekolah yaitu Baek-Ha. Namunbukan berarti semua orang yang
memiliki kepribadian introvert tidak bisa bersosialisasi. Banyak sekali faktor-faktor
yang menyebabkan seorang anak remaja tidak mampu bersosialisasi dengan
lingkungannya.
Ada banyak kasus dimana seorang anak tumbuh dikeluarga yang tidak harmonis
dan kasar seperti yang dirasakan Mi-rae tetapi mereka masih bisa berinteraksi dengan
baik dengan lingkungannya dan justru malah sebaliknya mereka tidak dibuli tapi
mereka yang menjadi pelaku pembulian. Mereka melakukannya bisa dibilang karena
takut dirinya yang akan dibuli dan akhirnya melakukan pembulian yang bisa
dibilangsebagai bentuk perlindungan dalam dirinya yang sebenarnya selalu merasa
takut dengan apa yang akan terjadi pada dirinya. Dan hal ini terjadi berdasarkan hasil
penelitian yang pernah dilakukan yaitu kebanyakan terjadi karena sang anak tumbuh
dilingkungan keluarga tidak utuh atau yang tidak harmonis dan kurang mendapat
perhatian dari orang tuanya.

C. KAITAN DENGAN TEORI


Berdasarkan Film Student A dan yang telah dianalisis diatas film ini
menceritakan tentang anak remaja yang tidak bisa berinteraksi dan bersosialisasi
dengan lingkungannya dan mendapatkan perlakuan yang tidak pantas oleh teman-
teman disekolahnya, ia juga tumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis.
Remaja yang mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan lingkungannya
disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda yang melatar belakangi remaja tersebut. Ada
yang disebabkan karena emosional, pengalaman masa lalu, dan sifat dari remaja itu
sendiri. Interaksi sosial itu sendiri adalah hubungan timbal balik antara dua atau lebih
individu manusia ketika tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah,
atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Karena interaksi sosial
itu mampu mempengaruhi dan memperbaiki kelakuan individu, maka diperlukan
interaksi yang baik untuk dapat memperbaiki tingkah laku buruk para remaja.
a. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan kunci dari kehidupan sosial karena tanpa adanya
interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara orang-orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara
orang perorangan dengan kelompok manusia (Soerjono Soekanto, 2010: 55). Ahli lain
yang berpendapat tentang interaksi sosial adalah J. Dwi Nawoko & Bagong Suyanto
(2011: 20) bahwa “interaksi sosial adalah syarat utama bagi terjadinya aktivitas sosial
dan hadirnya kenyataan sosial”.
Menurut Roucek dan Warren, interaksi sosial adalah satu proses melalui tindak
balas tiap-tiap kelompok berturut-turut menjadi unsur penggerak bagi tindak balas dari
kelompok yang lain. Haryanti dan Sumarno (2014:34) menyatakan bahwa “kebutuhan
berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, di saat itu mereka
telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,
maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia yang menjadi syarat utama
bagi terjadinya aktivitas sosial dan merupakan suatu proses timbal balik. Hubungan
dimana antara individu satu dan yang lain saling mempengaruhi, kebutuhan interaksi
dengan orang lain telah dirasakan sejak kecil yaitu usia enam bulan.
Interaksi sosial sendiri tidak akan terjadi bila tidak unsur atau syarat terjadinya
interaksi itu sendiri. Menurut Soerjono Soekanto (2010: 58-61) syarat interaksi sosial
ada dua yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.
b. Pengertian Remaja
Menurut Piaget dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2008:9) bahwa
secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke
dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada
di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang
dari usia pubertas. Masa remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik ketika
alat-alat kelamin manusia mencapai kematangan (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006:7).
Masa pematangan fisik ini berjalan kurang lebih dua tahun, biasanya dihitung mulai
haid pertama pada wanita atau sejak seorang laki-laki mengalami mimpi basah yang
pertama. Masa dua tahun ini dinamakan pubertas.
c. Ciri-Ciri Masa Remaja
Seperti halnya masa kanak-kanak dan masa dewasa, masa remaja juga memiliki
ciri-ciri khusus seperti yang diungkapkan oleh Hurlock dalam Rita Eka Izzaty, dkk.
(2013:122-124), yaitu:
1) Masa remaja sebagai periode penting Perkembangan fisik yang cepat dan penting
disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat menimbulkan
penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru.
2) Masa remaja sebagai periode peralihan Masa remaja merupakan masa peralihan
dari masa kanakkanak menuju ke masa dewasa, sehingga mereka harus
meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan serta mempelajarai
pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah
ditinggalkan.
3) Masa remaja sebagai periode perubahan Menurut Hurlock, terdapat 4 macam
perubahan dalam diri remaja yaitu: meningginya emosi; perubahan tubuh, minat
dan peran yang diharapkan; berubahnya minat dan pola perilaku serta adaya sikap
ambivalen terhadap setiap perubahan.
4) Masa remaja sebagai masa mencari identitas Pada masa ini mereka mulai
mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan
teman-temannya dalam segala hal.
5) Usia bermasalah Pada masa ini remaja akan banyak mengalami masalah-masalah
dalam kehidupan pribadinya, namun mereka biasanya menolak bantuan dari
orangtua.
6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan/kesulitan Disebut sebagai
usia yang menimbulkan kesulitan karena pada masa remaja sering timbul
pandangan yang kurang baik atau bersifat negatif.
7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Pada masa ini remaja cenderung
memandang dirinya dan orang lain sebagaimana yang diinginkan bukan
sebagaimana adanya. Hal ini menyebabkan emosi meninggi dan apabila yang
diinginkan tidak tercapai akan mudah marah.
8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Menjelang menginjak masa dewasa,
mereka merasa gelisah untuk meninggalkan masa belasan tahunnya.
d. Perkembangan Pada Remaja
Masa remaja sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa tentunya akan mengalami banyak perkembangan. Terdapat beberapa
perkembangan pada remaja diantaranya, perkembangan emosi remaja,
perkembangan emosi cinta, pekembangan sosial remaja, dan perkembangan moral
(Rita Eka Izzaty, dkk, 2008:135-143).
1) Perkembangan Emosi Remaja Daniel Goleman dalam Mohammad Ali dan
Mohammad Asrori (2005:62), memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau
pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-
luap.
2) Perkembangan Emosi Cinta Seiring dengan kematangan kelenjar kelamin, dalam
diri remaja mulai timbul perhatian terhadap lawan jenis, atau sering diistilahkan
mulai jatuh cinta. Daniel Goleman dalam Sarlito W. Sarwono (2012:63)
mengungkapkan bahwa salah satu bentuk emosi adalah cinta, di dalamnya meliputi
penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,
kasmaran, dan kasih sayang.
3) Perkembangan Sosial Remaja Menurut Yusuf (2007) dalam Haryanti dan Sumarno
(2014:33) perkembangan sosial diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan
diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Hubungan
sosial menurut Alisyahbana dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori
(2005:85) adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya
dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya.
Hubungan sosial ini mula-mula dimulai dari lingkungan rumah sendiri kemudian
berkembang lebih luas lagi ke lingkungan sekolah, dan berlanjut ke lingkungan
yang lebih luas lagi yaitu tempat berkumpulnya teman sebaya.
Remaja mencari bantuan emosional dalam kelompoknya, demikian juga dengan
pemuasan intelektual yang juga didapatkan remaja dalam kelompoknya. Selain itu
mengikuti organisasi sosial juga memberikan keuntungan bagi perkembangan
sosial remaja. Keberhasilan dalam pergaulan sosial akan menambah rasa percaya
diri pada remaja dan ditolak oleh kelompok merupakan hukuman yang paling berat
bagi remaja. Karenanya, setiap remaja akan selalu berusaha untuk diterima oleh
kelompoknya. Penerimaan sosial dalam kelompok remaja sangat tergantung pada:
kesan pertama, penampilan yang menarik, partisipasi sosial, perasaan humor yang
dimiliki, keterampilan berbicara, dan kecerdasan.
4) Perkembangan Moral merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja.
“Moral adalah ajaran tentang baik-buruk, benar-salah, akhlak, aturan yang harus
dipatuhi” (Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 143). Moral merupakan kendali, kontrol
dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai kehidupan, yaitu
normanorma yang berlaku dalam masyarakat atau prinsip-prinsip hidup yang
menjadi pegangan hidup seseorang.
Moral merupakan bagian penting yang sangat berhubungan dengan perkembangan
sosial dalam membuat judgement atau keputusan dalam berperilaku. Perkembangan
moralitas merupakan suatu hal yang penting bagi perkembangan sosial dan
kepribadian seseorang. Perkembangan norma dan moralitas sangat berhubungan
dengan kata hati atau hati nurani. Perkembangan moral yang sebenarnya terjadi
pada masa remaja sehingga menjadi kehidupan moral merupakan masalah pokok
dalam masa remaja.
D. ASPEK DAN PROSES
1. Aspek yang menyebabkan tokoh utama sulit bersosialisasi dan di bully.
Jang Mi-Rae adalah seorang gadis remaja dan tokoh utama pada film Student
A. Di film ini Mi-Rae memiliki kepribadian yang penyendiri dan tidak mempunyai
teman. Ia juga sering dijauhi dan disakiti oleh teman sekelasnya. Mi-Rae memiliki
kehidupan yang sulit baik disekolah maupun dirumahnya. Mi-rae memiliki keluarga
yang tidak harmonis dan sosok ayah yang kasar. Ia merasa hidupnya tidak
dinginkan oleh siapapun. Tidak ada yang peduli padanya sampai suatu saat Baek-
Hap mengajaknya berteman. Dan pada saat itulah Mi-Rae mulai merasakan
bagaimana rasanya ada orang yang peduli padanya. Namun, kebahagiannya ini
hanya sementara. Mi-Rae kecewa dan merasa dihianati oleh Baek-Hab karena telah
meniru hasil karya tulis miliknya dan berpacaran dengan Tae-Yang laki-laki yang
disukainya.
Berdasarkan kisah Jang Mi-Rae pada film Student A berikut beberapa aspek
yang menjadi penyebabnya sulit bersosialisasi adalah:
1) Diusianya yang masih remaja ini Mi-Rae mengalami perkembangan fisik
disertai perkembangan mental yang cepat. Dalam masa penyesuain mental
diusianya ini, Mi-Rae mengalami kehidupan yang tidak mudah. Diusianya ini
Mi-Rae sangat membutuhkan sosok yang bisa membimbingnya untuk
membentuk sikap dan perilaku yang baik serta rasa percaya diri untuk
menghadapi orang-orang di lingkungannya. Dan keluargalah yang berperan
penting dalam hal ini. Namun Mi-Rae tidak mendapatkan hal itu dari orang
tuanya.
2) Keadaan emosinya diusianya ini masih belum stabil. Ia selalu merasa cemas,
takut dan hal ini berpengaruh pada kehidupan sosialnya.
3) Hubungan sosial yang negatif dari lingkungan rumahnya membuatnya kesulitan
dan trauma untuk mencoba membuat hubungan sosial yang baru dengan orang
lain dilingkungan lain pula.
2. Proses yang dialami Tokoh utama untuk mengatasi permasalahannya.
Tidak dijelaskan dengan pasti apa yang menyebabkan keluarga Mi-Rae tidak
harmonis dan ayahnya yang selalu mabuk dan kasar. Namun bisa diperkirakan
bahwa kehidupan orang tuanya Mi-Rae pun pasti sulit. Karena keadaanlah yang
membuatnya seperti itu. Hal ini terjadi karena kebanyakan orang-orang disana
(Korea) tidak memiliki pegangan pada keyakinan terhadap tuhan. Sehingga saat
kehidupan terasa begitu menyulitkan tidak ada jalan keluar yang bisa menenangkan
hati dan jiwanya.
Perubahan psikososial dapat merupakan tekanan mental (stressor psikosial)
sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan
dan berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya. Mi-Rae sudah berada pada
tahap dimana ia merasa lelah dan putus asa atas hidupnya. Ia memiliki keinginan
untuk bunuh diri. Keinginan bunuh diri terjadi karena seseorang mengalami tekanan
hebat atau depresi berat. Seseorang yang mengalami depresi berat berisiko tinggi
untuk melakukan bunuh diri. Kondisi ini umumnya ditandai dengan rasa putus asa,
suasana hati yang buruk, tidak semangat menjalani aktivitas sehari-hari, atau
kehilangan minat dan motivasi hidup. Gejala tersebut bahkan bisa muncul tanpa
adanya sebab yang jelas.
Di film ini tokoh Mi-Rae berhasil mengatasi tekanan yang ia alami. Ia
memerlukan sosok seorang keluarga, teman yang tulus yang bisa menjadi
pendengarnya yang baik dan memberinya nasihat serta masukan yang baik.
Kehadiran Jae-Hee sangat merubah dan membantu Mi-Rae dalam mengatasi
permasalahannya. Perkataan singkat Jae-Hee mampu membuat Mi-Rae kembali
bangkit dan kuat dalam menjalani hidup dan kenyataan. Mi-Rae belajar banyak dari
Jae-Hee bahwa perasaan sakit yang dipendam hanya akan menjadi penyakit di
dalam hati dan jiwa. Tidak ada salahnya menangis atas kesulitan yang terjadi
didalam hidup ini. Setelah berhasil mengatasi permasalahannya Mi-Rae kembali
berhubungan baik dengan teman-temannya Baek-Hab, No-Ran, dan Jae-Hee.

Anda mungkin juga menyukai