Anda di halaman 1dari 9

MANFAAT DAN RELEVANSI ANTROPOLOGI

PADA STUDI PSIKOLOGI

Fahma Mutia Wardah


Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
__________________________________________________________________________________

Abstrak
Antropologi psikologi merupakan ilmu yang mengkaji interaksi kebudayaan dengan fungsi
mental manusia. Artikel ini dibuat bertujuan untuk mengetahui manfaat serta relevansi atau
hubungan antara antropologi dengan psikologi serta apa yang membedakan diantara kedua
bidang ilmu antropologi dan psikologi tersebut. Kedua bidang ilmu ini berkonsep pada
manusia, dan mengambil fungsi penting di aspek kejiwaan, kehidupan masyarakat, sosial,
budaya, serta bahasa. Para ahli antropologi maupun psikologi untuk menghadapi kenyataan
dapat melakukan studi dan penelitian dengan analisis-analisis yang terdapat pada hubungan
timbal balik antara individu dan masyarakat serta kebudayaan. Antropologi dan psikologi
memiliki hubungan yang sangat erat. Sehingga dapat dikatakan bahwa arti dari antropologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan psikologi yang berarti “psyche” yang
mempunyai arti nafas kehidupan yaitu ruh atau jiwa manusia.

Kata Kunci : Antropologi, Manfaat, Relevansi, Psikologi

PENDAHULUAN
Sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan kemasyarakatan dan kemanusiaan,
antropologi juga merupakan suatu integrasi dari ilmu pengetahuan lain yang juga
mempelajari tentang manusia sebagai mahkluk hidup. Proses integrasi ini kira-kira terjadi
sejak awal abad-19 yang lalu. Namun, berdasarkan sejarah perkembangannya antropologi
digunakan sebagai ilmu pengetahuan monopoli orang eropa untuk mempelajari dan
menyelidiki orang-orang pribumi dari luar benua atau lebh tepatnya hanya untuk meneliti
sifat-sifat dan ciri-ciri aneh dari tubuh dan aspek-aspek keanekaragaman adat istiadat orang
luar. Penelitian tersebut juga yang menyebabkan banyaknyaknya hasil karangan-karangan
etnografi suku bagsa tertentu di daerah terpencil yang bersifat sensoional.
Selain itu antropologi juga adalah bagian dari ilmu anatomi, yang kemudian
berkembang bersama dngan ilmu arkeolog, hukum adat, dll. Dengan demikian, antropologi
diartikan seolah sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat akademis yakni yang ditunjukkan
untuk mempelajari dan mengetaui bentuk-bentuk evolusi manusia serta kebudayaannya.
Antropologi juga pernah digunakan untuk sebuah tujuan praktis, yaitu pernah
diterapkan oleh beberapa negara jajahan untuk mendapatkan keterangan mengenai susunan
masyarakat yang berada yang berada jauh dari wilah mereka. Hal ini dilakukan demi
kepentingan ekonomi dan politik penjajahan negara kolonial. Karena hal tersebut kemudian
muncul banyaknya gerakan-gerakan anti penjajahan sebagai bentuk penolakan eksploitasi
juga untuk menghilangkan masyarakat serta kebudayaan primitif yang telah dipengaruhi oleh
Eropa dan Amerika. Maka antropologi nulai mengarahkan studi dan penelitiannya pada
proses-proses kontak kebudayaan.
Kemudian dimasa menjelang perang dunia II terutama setelahnya, secara resmi terjadi
suatu integrasi dan kerja sama yang lebih luas lagi antara ilmu-ilmu lain, yakni antara
antropologi dengan psikologi, dan sosiologi. Dalam kerja samanya ini kemudian didiskusikan
oleh para sarjana dari masing-masing ilmu yaitu antropologi oleh G. P Murdock, psikologi
oleh T.M Newcomb, dan sosiologi oleh Talcoott. Dengan demikianlah ketiga ilmu
pengetahuan tersebut bergabung menjadi suatu gabungan ilmu-ilmu tentang kelakuan
manusia (Unified of Human Behavior).
Dari hasil pertemuan dan diskusi yang dilakukanoleh ketiga sarjana tersebut telah
menghasilkan sebuah buku dibawah redaksi J.P Gillin berjudul For a Science of Socisl Man
(1955). Buku ini berisi tentang prasaran-prasaran hasil diskusi para sarjana antropologi,
psikologi, dan sosiologi. Dan dari sini pulalah mulai dibuat garis-garis hubungan serta
bidang-bidang anatara berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan dengan meninjau
kembali studi dan penelitian dimasa lalu.
Hubungan antar antropologi dan psikologi lebih luas dari pada hubungan antara
antropologi dan sosiologi. Namun, sayangnya hal ini kurang disadari oleh umum. Hal ini
dapat dilihat dari adanya bukti banyaknya para tokoh antropologi yang telah menggunakan
teori atau konsep dan metode penelitian psikologi, begitupun sebaliknya. Para tokoh
psikologi juga memakai bahan-bahan etnografi dalam analisisnya. Tidak hanya itu, banyak
juga para ahli psikologi yang beralih keahlian menjadi antropolog tersohor seperti, W.H R.
Rivers yang sebelumnya adalah seorang psikolog, dan juga masih banyak tokoh lainnya.
Maka dari itu tidak mustahil bila dalam disiplin ilmu antropologi timbul golongan penelitian
baru yang sering kali menerapkan penelitian dan analisis psikologi.
PEMBAHASAN
Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari makhluk manusia (anthropos).
Secara etimologi, antropologi berasal dari kata anthropos berarti manusia dan logos berarti
ilmu. Dalam antropologi, manusia dipandang sebagai sesuatu yang kompleks dari segi fisik,
emosi, sosial, dan kebudayaannya. Antropologi sering pula disebut sebagai ilmu tentang
manusia dan kebudayaannya. Antropologi sebagai disiplin ilmu terus berkembang, tidak
hanya pada tataran teoritis tetapi juga sebagai ilmu terapan yang mampu memberikan
masukan bagi para pembuat keputusan dalam menentukan kebijakan pembangunan. Di
Indonesia, perkembangan antropologi sebagai disiplin ilmu yang dipelajari para mahasiswa di
perguruan tinggi masih tergolong baru. Salah satu tokoh penting dalam perkembangan
antropologi diIndonesia adalah Koentjaraningrat, sehingga dapat dikatakan bahwa
iamerupakan bapak antropologi di Indonesia (Suparlan, 1988). (Ruswanto 1997)

Sebagai disiplin ilmu, antropologi merupakan kajian yang multidisipliner yang


berupaya mengkaji aspek manusia secara menyeluruh (holistik). Beberapa cabang
antropologi yang dikenal secara luas saat ini adalah antropologi fisik atau biologi, antropologi
sosial, dan antropologi budaya. Di sisi yang lain, antropologi juga merupakan bidang ilmu
terapan sehingga hasil kajiannya dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam pengambilan
keputusan untuk keperluan pembangunan, terutama dalam pembangunan sosial budaya,
seperti antropologi pembangunan, antropologi kesehatan, antropologi ekonomi, dan
sebagainya. Antropologi menawarkan metode dan teoritis perspektif yang memungkinkan
praktisi untuk mengeksplorasi, membandingkan dan memahami berbagai ekspresi kondisi
manusia.
Antropologi tidak sendirian dalam mempelajari masyarakat dan budaya secara
demikal. Selain antropologi yang mempelajari masyarakat dan budaya juga adalah Sosiologi
dan Psikologi. Psikologi mempelajari kehidupan mental manusia dengan sarana metode
ilmiah dan interpretatif, dan manusia geografi melihat proses ekonomi dan sosial dalam
transna-perspektif nasional.
Istilah pikologi merupakan gabungan dari kata psyche yang berarti ‘jiwa’
dan logos adalah ‘ilmu’. Apabila diartikan secara umum, psikologi adalah ilmu tentang
kejiwaan. Namun secara istilah, psikologi adalah ilmu pengetahuan dan terapan yang
mempelajari hubungan tingkah laku dan kejiwaan (mental) manusia dengan
lingkungannya. Cabang cabang psikologi juga melingkupi psikologi kepribadian,  psikologi
pendidikan, psikologi forensik, psikologi sosial, dan masih banyak lainnya. Dari dua bidang
ilmu diatas, muncullah cabang ilmu baru bernama antropologi psikologi. Yang mana
merupakan gabungan dari ilmu antropologi dan psikologi. Menurut wikipedia, antropologi
psikologi merupakan ilmu yang mengkaji interaksi kebudayaan dengan fungsi mental
manusia.
Bidang antropologi psikologi merupakan mengkaji tentang hubungan anatar individu
dengan makna dan nilai dengan kebiasaan sosial dari sistem budaya yang ada. Antropologi
psikolog menggunakan berbagai pendekatan pada masalah kemunculan dalam interaksi
antara pikiran, nilai, dan kebiasaan sosial. (Rici Sapendra)

Antropologi psikologi tentunya memiliki peranan penting dalam kehidupan nyata. Beberapa
diantaranya yang paling sering diaplikasikan di masyarakat yaitu:
1. Mempelajari Pola Perilaku Individu
Cabang ilmu antropologi psikologi biasanya sering digunakan dalam ilmu
pengetahuan sosial. Sebab keterkaitan antara kedua ilmu ini dengan kehidupan
bermasyarakat cukup erat. Antropologi psikologis dapat digunakan untuk
mempelajari pola perilaku manusia, baik secara individual, kelompok, ataupun yang
lebih luas yakni dalam sebuah suku bangsa. Dengan ilmu ini juga, kita mengetahui
dan menganalisis keadaan psikis seseorang. Memahami pola berpikirnya sehingga
menjadikan kita lebih mudah untuk mendekati orang tersebut.
2. Mendeteksi Sebuah Masalah
Ilmu yang mempelajari tentang manusia dari sisi psikis, emosi, tingkah laku dan
lingkungannya ini dapat membantu seseorang untuk lebih peka. Cukup dengan
melihat raut muka atau perilaku biasanya ada atau tidaknya permasalahan bisa
terdeteksi dengan cepat.
3. Menciptakan Solusi-Solusi untuk Pemecahan Masalah
Sejalan dengan poin sebelumnya, selain mendeteksi masalah, ilmu antropolgi
psikologi juga mampu memecahkan problem. Pemahaman secara mendalam terhadap
ilmu ini bisa membantu pikiran untuk lebih sensitif terhadap penciptaan ide-ide baru
atau solusi terhadap masalah tertentu. Khususnya yang berhubungan dengan manusia,
kejiwaan, budaya dan sosial.
4. Mengenal Karakter Tiap Bangsa di Dunia
Cakupan ilmu atropologi psikologi bukan hanya memahami karakter manusia secara
individual. Tapi juga dalam ruang yang lebih luas yaitu kehidupan di masyarakat.
Dengan mempelajarinya maka kita bisa menambah wawasan tentang tata pergaulan
bangsa di tiap-tiap negara sesuai dengan ciri khas masing-masing.
5. Memahami Kebudayaan Manusia
Selain mengenal karakter manusia dari berbagai negara, antropologi psikologi juga
bisa diterapkan untuk mempelajari kebudayaan dunia. Tentunya hal ini sangat
menarik. Dengan mengenal budaya yang bervariasi maka bisa menjadikan kita pribadi
yang open mind, baik terhadap budaya politik, tradisi dan interaksi sosial. Budaya
sendiri merupakan warisan sosial yang dimiliki tiap masyarakat. Sifat budaya ini
dapat mengalami alkuturasi dan berkembang lewat hubungan sosial yang terus-
menerus dan sesuai perubahan zaman.
6. Membentuk Sikap Toleransi
Penerapan antropologi psikologi yang selanjutnya adalah untuk membentuk sikap
toleransi, baik antar individu ataupun dalam pergaulan yang lebih luas di masyarakat.
Dengan memahami konsep-konsep ilmu atropologi sekaligus psikologi, biasanya
seseorang bisa menjadi lebih memahami, saling tolong-menolong serta menghargai.
Sikap-sikap tersebut tentunya sangat penting untuk memupuk kekeluarga, sekaligus
membentuk kemajuan bangsa dan negara. Selain itu, sikap toleransi juga berguna
untuk melestarikan budaya. Sebab dengan saling mengerti maka kita bisa
menghormati budaya etnis lain tanpa harus menjatuhkan.
7. Pembangunan Bangsa dan Negara
Pembanguan bangsa dan negara tidak hanya dipengaruhi oleh aparat petingginya saja.
Tapi masyarakat pun juga mengambil peranan penting. Khususnya para pemuda-
pemudi. Mereka hendaknya tidak hanya terpaku dalam kehidupan bercinta, namun
memahami ilmu-ilmu yang berkaitan dengan perkembangan bangsa. Salah satunya
ilmu antropologi psikologi. Ilmu yang membahas tingkah laku manusia secara
keseluruhan ini, mulai dari sosial, alam, bahasa dan budaya dapat membantu
mempererat hubungan individu di suatu negara. Selain itu meningkatkan wawasan,
sehingga komunikasi antar bangsa juga bisa lebih baik.
8. Memahami Konsep Kemanusiaan Secara Keseluruhan
Untuk memahami konsep kemanusiaan tentunya tidak bisa jika digali secara
individual saja. Karena manusia itu bersifat sebagai makhluk sosial. Tidak bisa hidup
sendiri dan pastinya selalu menjalin hubungan dengan lainnya. Hal-hal yang berkaitan
dengan manusia, misalnya kejiwaan ini dipelajari mulai dari kondisi kesehatannya,
penerapannya dalam kehidupan nyata dan di sebuah masyarakat. Begitupun dengan
unsur lain seperti sejarah, bahasa serta perilaku juga perlu dipahami secara
menyeluruh.
9. Membangun Adaptasi yang Lebih Baik
Ketika kita dapat mempelajari keterkaitan tingkah laku dan aspek kejiwaan seseorang
maka itu bisa menjadi jalan untuk mempermudah beradaptasi dalam masyarakat.
Adaptasi yang baik adalah yang dilakukan lewat pemahaman masing-masing karakter,
saling mengenal dan menghargai. Dengan demikian terbentuklah dinamika kelompok
yang harmonis.
10. Penciptaan Gaya Hidup yang Lebih Sehat
Dikarenakan atropologi psikologi adalah cabang ilmu yang cakupannya sangat luas.
Khususnya di aspek kemanusiaan, maka kaitannya juga erat dengan kesehatan.
Antropologi menjelaskan manusia secara lengkap, mulai dari sejarah, budaya, sosial
dan lainnya. Sedangkan psikologi tentang kejiwaan. Maka keduanya ini memiliki
pengaruh terhadap cara memelihara kesehatan jiwa dan jasmani..
11. Meminimalisir Kerasisan
Sebagai ilmu yang juga mempelajari aspek ras, etnis dan budaya tentunya ini bisa
meminimalisir sikap rasis dalam sebuah kehidupan bangsa dan negara. Sebab
bagaimanapun juga kerasisan masih menjadi hal yang sering diusung dalam
masyarakat, sehingga kerapkali memicu perdebatan hingga pertikaian. Nah apabila
kita mampu mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan antropologi, maka tentunya
pikiran kita akan lebih luas untuk menerima perbedaan. Selain itu, psikologi yang
mencakup tentang ilmu kejiwaan juga menjadikan kita lebih mudah memahami
kondisi mental orang, dengan demikian kita juga enggan untuk menyakiti.

Ciri-Ciri yang Membedakan Antropologi


1) Ruang Lingkupnya yang Luas
Ciri pembeda utama antropologi, yang membuatnya berbeda dari banyak bidang
lainnya yang juga memasukkan orang sebagai subjek materinya cakupannya yang
luas. Cara yang baik untuk menekankan hal ini secara luas lingkupnya adalah
untuk mengatakan bahwa antropolog tertarik pada semua manusia, apakah hidup
atau mati, '' primitif '' atau ''beradab '' dan mereka tertarik pada banyak hal yang
berbeda aspek manusia, termasuk warna kulit, keluarga kehidupan, pernikahan,
sistem politik, alat, kepribadian jenis, dan bahasa. Tidak ada tempat atau waktu
yang terlalu jauh luput dari perhatian antropolog. Tidak ada dimensi jenis
manusia, dari gen hingga gaya seni, berada di luar perhatian antropolog (Kottak,
1994, 2002; Howard dan Dunaif-Hattis, 1992) (Doda and Sosial 2021)
2) Pendekatan Uniknya
a. Holistik : Mempelajari salah satu aspek cara hidup sekelompok orang dengan
menghubungkannya dengan orang lain aspek terkait yang kompleks dari
kehidupan.
b. Menurut Kapplan dan Manner (1996:6) dalam antropologi pun dikenal
pendekatan relativistik dan komparatif. Pendekatan relativistik memandang
bahwa setiap kebudayaan merupakan konfigurasi unik yang memiliki cita rasa
khas,gaya,serta kemampuan tersendiri.
c. Metode komparatif sendiri adalah metode penelitian yang mencabut unsur-
unsur kebudayaan dari konteks masyarakat yang hidup dan dibandingkan
dengan sebanyak mungkin unsur dan aspek suatu kebudayaan. Menurut
Gopala (1975), sarana dalam ilmu antropologi sedikitnya ada empat macam
penelitian komparatif, yaitu :
a) Penelitian komparatif dengan tujuan menyusun sejarah kebudayaan
manusia secara inferensial.
b) Penelitian komperatif untuk menggambarkan suatu proses perubahan
kebudayaan;
c) Penelitian komperatif untuk taksonomi kebudayaan;
d) Penelitian komperatif untuk menguji korelasi-korelasi antarunsur,
antarpranata, dan antargejala kebudayaan, untuk membuat generalisai
generalisasi mengenai tingkah laku manusia pada umumnya. (Rici
Sapendra.)
3) Penekanan pada Pandangan Orang Dalam
Yakni antropolog fokus pada bagaimana orang itu sendiri mengerti tentang dunia
mereka, bagaimana sekelompok orang tertentu menjelaskan tentang dunia, dll.
Inilah yang antropolog menyebut perspektif emik .
4) Fokus Mikro
Antropologi berfokus pada masyarakat atau komunitas skala kecil . Jenis-jenis
studi antropolog kelompok sosial atau komunitas, apakah mereka di dunia
tradisional atau modern biasanya berskala kecil dalam organisasi sosial mereka,
ekonomi dan struktur politik, dan cenderung homogen dalam karakter keseluruhan
mereka.
5) Metode Penelitiannya
Keunggulan dari antropologi adalah metode penelitian kualitatif semacam itu
sebagai kerja lapangan yang diperpanjang, diskusi kelompok fokus, observasi
partisipan , mendalam dan penting wawancara informan . Meskipun metode ini
sekarang dipraktikkan dalam ilmu perilaku lainnya juga, tidak ada disiplin lain
yang tampaknya begitu terkait dan menggunakan metode seperti antropolog.
Manfaat Antropologi untuk Psikologi
Terjadinya integrasi dan kerjasama antara antropologi dan psikologi tentunya
membawa manfaat dalam berbagai jenis metode-metode analisis untuk penelitian antropologi
psikologi. Karena bisa dikatakan dalam mencari suatu kebenaran atau fakta mengenai
manusia tentunya membutuhkan konsep-konsep serta teori-teori dan metode penelitian.
Dalam hal ini para tokoh antropologi banyak yang menggunakan konsep-konsep serta teori-
teori metode penelitian psikologi. Hal ini membawa manfaat untuk ilmu psikologi untuk
memakai bahan-bahan etnografi dalam melakukan analisisnya.
Koentjaraningrat menyebutkan mengenai manfaat metode analisis riwayat hidup untuk
penelitian antropologi psikologi, antara lain :
1. Memperoleh pandangan dari dalam mengenai gejala-gejala sosial dalam suatu
masyarakat melalui pandangan dari para warga sebagai partisipan.
2. Untuk memperoleh pengertian mengenai masalah individu warga masyarakat yang
suka berperilaku menyimpang.
3. Memperoleh pengertian mendalam tentang hal-hal psikologis yang tidak mudah
diamati dari luar atau dengan metode wawancara berdasarkan pernyataan langsung.
4. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam mengenai rincian dari hal yang
tidak mudah untuk diceritakan pada seseorang dengan metode wawancara
berdasarkan pertanyaan langsung. (Koentjaraningrat 1981)
Selain itu terdapat kesadaran dari para sarjana Antropologi bahwa konsep-konsep
psikologi itu belum tentu bersifat umum, hal ini disebabkan karena banyaknya hubungan
yang dikembangan dengan masyarakat Eropa. Hal ini juga menimbulkan penelitian-
penelitian yang dilakukan oleh B. Malinowski, seorang antropolog dari Inggris. Ia
menghasilkan buku yang berjudul Sex and Repression In Savage Society (1955). Kemudian
karya tersebut dilakukan penyelidikan-penyelidikan oleh para antropolog lain, yaitu Margaret
Mead dari Amerika yang melakukan penyelidikan pada suku bangsa Manus di kepulauan
Admiral City. Penyelidikan ini menghasilkan buku berjudul Social Organization of Manus
(1930), serta penelitian di daerah Papua Nugini pada suku bangsa Arapesh, Mundugumor,
dan Tsabuli. Dari penelitian ini kebudian diterbitkan buku berjudul Sex and Temperament in
Three Primitive Societies (1935). (Kodiran 1955)

Dari semua penelitian ini menunjukkan bahwa gejala-gejala ketegangan saat puber
yang terjadi pada anak di berbagai negara itu berbeda-beda. Di eropa para ahli Psikologi
berkesimpulan kalau perilaku seks yang berkembang lebih agresif dan kegiatan dinamis yang
sedang tumbuh memuncak pada remaja putra dan putri di masyarakat Eropa. Kemudian
dalam hal ini banyak ditekan atau dibatasi oleh orang dewasa karena menganggap bahwa hal
ini belum pantas untuk mereka diusia remaja.Dan banyak dari para anak remaja yang sedang
pubertas ini merasa frustasi karena pengekangan ini. Berbeda dengan muda-mudi di Tau
(Kepulauan Samoa). Disini setiap peralihan masa kanak-kanak ke masa dewasa. Tidak
terdapat pembatasan. Jadi dari penelitian atas kejadian tersebut dapat disimpulkan bahwa
segala ketegangan ataupun konflik-konflik masa pubertas itu tergangtung pada lingkungan
dan susunan kemasyarakatan tertentu. Kemudian hal berhubungan dengan watak-watak
umum dari suatu bangsa yang sedang diselidiki, membutuhkan metode-metode penelitian
serta analisis-analisis yang tajam dan eksak. Apabila suatu teori atau pernyataan untuk
menyelidiki mengenai suatu watak dilakukan berdasarkan kesan serta pandangan subjektif
dan terlihat banyak kelemahan atnografi kuna, maka diperlukan penyelidikan yang memakai
metode analisis seobjektif mungkin.
Seorang antropolog bangsa Amerika , bernama Alph Linton pernah mengembangkan
sebuah konsep tentang suatu susunan dari sekumpulan ciri-ciri watak yang terdapat pada
sebagian individu di masyarakat (basic personality structure). Watak-watak umum ini bisa
diukur dengan metode eksak dari ilmu psikologi, seperti metode projektive test yang banyak
digunakan untuk menyelidiki jiwa dari pasien di rumah sakit jiwa. Dengan begitu akan
diketahui isi jiwa dari seseorang penderita penyakit jiwa tersebut.
Metode serupa diatas adalah Rorschach Test dan ThematicApperception Test (T.A.T).
Disini Ralph Linton menerapkan metode tersebut pada sampel dari orang Tanala diulau
Madagaskar. Hasil pengetesannya kemudian diolah bersama-sama dengan seorang psikolog
terkenal A. Kardiner. Analisi terakhirnya di etrbitkan pada karya bukunya berjudul The
Individual and His Society The Psychodynamics of Primitive Social Organization (1938).
Dan Ralp Linton juga enguraikan konsepnya basic personality structure di dalam buku
Cultural Backround of Personality (1945). Disini dikemukakan bahwa watak-watak manusia
sebenarnya adalah suatu rangkaian dari proses fungsionalis yang berpusat pada alam rohani
di otak serta syaraf individu.
Proses fungsionalis ini sangat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti lingkungan
seseorang tinggal, yakni alam dan gejala fisik disekitarnya, sesama manusia, kelompok-
kelompok disekelilingnya, benda-benda kebudayaan disekitarnya, dan juga keadaan alam
sadarnya. Dengan konsep dasar ini, terutama lingkungan masyarakat dan kebudayaan itu
terdiri dari proses-proses pernyataan yang penting untuk menganalisa watak-watak manusia. [
CITATION Cli68 \l 1057 ]

Hubungan antara Antropologi dengan Psikologi


Antrpologi memiliki keinginan untuk menjalin hubungan dengan individu psikologi.
Ini sepenuhnya mungkin, asalkan pengurangan psikologis tionisme dihindari. Artinya,
fenomena psikis - atau beberapa fenomena psikis, tidak pernah bisa semuanya - harus
dijelaskan dalam dari segi fitur budaya, tetapi tidak sebaliknya. Misalnya manusia emosi
sama mudah menguap dan variabel individual seperti apa pun bisa membayangkan. Namun
mereka hanya dapat menamainya melalui kategori budaya. Dalam pelaksanaan ritual, emosi
yang kuat dapat dibangkitkan. Tapi kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya momen yang
dialami individu dari saat ini. (Peter Metcalf. 2005)

Secara harfiah, psikologi berarti ilmu jiwa. Dalam Saebani (2012) hubungan dengan
antropologi dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya untuk menyelidiki jiwa manusia
yang membentuk corak tingkah laku pada antropologi perilaku manusia bagian awal
timbulnya kebudayaan. Oleh karena itu, tingkah laku sebagai objek yang sama dengan
psikologi. Tanda-tanda perkembangan manusia secara fisik dan budaya. Psikologi dan
antropologi mengkaji tanda-tanda perkembangan kebudayaan manusia mengikuti berbagai
penemuan, baik secara materiil maupun substansial. Adapun antropologi psikologi adalah
cabang dari antropologi yang bersifat interdispliner yang mengkaji interaksi kebudayaan dan
proses mental.
Hubungan antara Antropologi dan Psikologi terjalin karena dalam psikologi pada
hakikatnya adalah mempelajari mengenai perilaku manusia dan proses-proses perkembangan
mentalnya. Dengan begitu, psikologi membahas faktor-faktor penyebab perilaku manusia
dari dalam (secara internal), seperti minat, motivasi, sikap, konsep diri, dan lain-lain.
Sedangkan dalam antropologi, khususnya antropologi budaya lebih bersifat faktor eksternal
(luar), yaitu lingkungan fisik, lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial dalam arti luas.
KESIMPULAN
Dari dua bidang antara ilmu Antropologi dan Psikologi, muncul lah cabang ilmu baru
bernama antropologi psikologi. Yang mana merupakan gabungan dari ilmu antropologi dan
psikologi. Antropologi psikologi merupakan ilmu yang mengkaji interaksi kebudayaan
dengan fungsi mental manusia. Ilmu ini berfokus pada perkembangan manusia dan
enkulturasi dalam kelompok budaya tertentu, serta berkaitan erat terhadap sejarah, bahasa,
sosial dan kategori konseptualnya sendiri membentuk proses perolehan kognisi, emosi,
persepsi, motivasi, dan kesehatan mental. Pada dasarnya, setiap aliran dalam antropologi
psikologis memiliki pendekatannya sendiri-sendiri. Kesimpulan ilmu ini berkonsep pada
manusia, dan mengambil fungsi penting di aspek kejiwaan, kehidupan masyarakat, sosial,
budaya, serta bahasa.
Antropologi dapat dibedakan berdasarkan ciri-cirinya, seperti ruang lingkupnya yang
luas, pendekatannya yang unik seperti, holistik, relativistik, dan komparatif, kemudian pada
persepektif emik, fokus mikronya kepada masyarakat, dan metode penelitiannya. Dapat
disimpulkan juga bahwa watak-watak manusia sebenarnya adalah suatu rangkaian dari proses
fungsionalis yang berpusat pada alam rohani di otak serta syaraf individu. Proses fungsionalis
ini dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal sekitarnya, kelompok-kelompoknya,
kebudayaannya, dan alam bawah sadarnya .
Konsep dasar tersebut dapat menjadi proses yang penting untuk menganalisis watak
atau keperibadian manusia. Maka baik ahli antropologi maupun psikologi untuk menghadapi
kenyataan dapat melakukan studi dan penelitian dengan analisis-analisis yang terdapat
hubungan timbal balik antara individu dan masyarakat serta kebudayaan.
Antropologi dan psikologi memiliki hubungan yang sangat erat. Jadi bisa disimpulkan bahwa
arti dari antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan psikologi  “Psyche”
yang mempunyai arti nafas kehidupan yaitu ruh atau jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Kodiran - Antropologi Psikologi “Humaniora.” 1(1 955).

Rici Sapendra (2010003600316)- KAJIAN ANTROPOLOGI HUKUM DENGAN ILMU


SOSIAL LAINNYA (34).”
Doda, Zerihun, and Antropologi Sosial. 2021. ; Introduction Sosiocultural Anthropology -
Debub University. “Pengantar Sosiokultural Antropologi.” .
Koentaraningrat. 1981. “Pengantar-Ilmu-Antropologi.Pdf.” .
Petter Metcal, 2005 ; Anthropology The Basics. Taylor and Francis e-library. Antropologi
Dasar.
Ruswanto, W. 1997. “Ruang Lingkup Ilmu Antropologi.” Ruang Lingkup Antropologi
1(2):1–46.
Clifton, J. (1968). Introduction toCultural Anthropology, Essays in the Scope and Methods of
the Science of Man. Boston: Houghton Company.

Anda mungkin juga menyukai