Anda di halaman 1dari 18

Antropologi Psikologi

Kelompok 4
Universitas Mercu Buana
Fakultas Psikologi Semester Genap 2016
Antropologi Psikologi adalah cabang dari antropologi yang bersifat
interdisipliner dan mengkaji interaksi kebudayaan dan proses mental.
Cabang ini terutama memperhatikan cara perkembangan manusia dan
enkulturasi dalam kelompok budaya tertentu-dengan sejarah, bahasa,
praktik, dan kategori konseptualnya sendiri-membentuk proses perolehan
kognisi, emosi, persepsi, motivasi, dan kesehatan mental. Juga memeriksa
tentang bagaimana pemahaman kognisi, emosi, motivasi, dan proses
psikologis sejenis membentuk model proses budaya dan sosial. Setiap
aliran dalam antropologi psikologis memiliki pendekatannya sendirisendiri.
Beberapa aliran dalam Antropologi Psikologi :

Antropologi psikoanalitis

Kebudayaan dan Kepribadian

Etnopsikologi

Antropologi kognitif

Antropologi psikiatris
Antropologi Psikologi (Psycological Anthropology) adalah subdisiplin
ilmu antropologi. Ilmu antropologi psikologi adalah ilmu yang
menjembatani kebudayaan dan kepribadian, yang menjadi fokus dari dua
ilmu yang berbeda (antropologi dan psikologi), yang sebenarnya sangat
erat hubungannya.
Antropologi dan psikologi adalah subdisiplin ilmu antropologi. Nama
subdisiplin ilmu antropologi ini, sebenarnya nama baru dari ilmu yang dahulu
dikenal dengan dengan nama Culture and Personality (kebudayaan dan
kepribadian), atau kadang juga disebut Ethno-psychology (psikologi suku
bangsa). Subdisiplin ini sejak lahirnya sudah bersifat antardisiplin. Hal ini
disebabkan karena bukan saja teori, konsep, serta metode penelitiannya
dipinjam dai berbagai disiplin seperti antropologi, psikologi, psikiatri, dan
psikoanalisa; melainkan juga para pendirinya berasal dari disiplin yang
bermacam-macam, sebelum mereka menjadi ahli antropologi. Mereka itu antara
lain adalah Margaret Mead (ahli antropologi), Abram Kardiner (ahli psikiatri),
W.H.R. River (ahli psikologi), Erik H. Erikson (ahli psikoanalisa neo freudian), dan
lain lain. Berdasarkan tokoh-tokoh yang berasal dari berbagai disiplin ilmu
menunjukan bahwa di sanalah ilmu antropologi budaya dan sosial dapat

berhubungan dengan ilmu psikologi kepribadian, psikologi perkembangan, ilmu


psikiatri, dan psikoanalisa secara sangat akrab dan produktif.

Beberapa peneliti berusaha melakukan penelitian yang berkenaan dengan


antropologi psikologi. Menurut Singer penelitian antropologi psikologi
dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok permasalahan besar, yaitu:

Kelompok hubungan kebudayaan dengan sifat pembawaan manusia


(human nature).

Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian khas kolektif


tertentu (typical personality), dan

Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian individual


(individual personality).
Dari ketiga kelompok permasalahan besar itu timbul beberapa pokok
permasalahan penelitian lainnya, yaitu:

Hubungan antara perubahan kebudayaan dengan perubahan


kepribadian,dan

Hubungan kebudayaan dengan kepribadian abnormal.

Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi


Psikologi
Berkembangnya ilmu antropologi. Dalam praktiknya antropologi dimulai
begitu manusia mulai berfikir tentang masyarakat dan keyakinankeyakinan mereka, dan secara sadar memutuskan untuk membandingan
diri mereka sendiri dengan masyarakat-masyarakat lain yang melakukan
kontak dengan mereka.
Ada dua salah anggapan yang harus dikoreksi sehubungan dengan
sejarah perkembangan ilmu antropologi psikologi: a) menganggap ilmu
Antropologi Psikologi adalah subdisiplin baru dari ilmu Antropologi Umum;
b) menganggap ilmu Antropologi Psikologi adalah suatu ilmu yang

diciptakan oleh sarjana Amerika Serikat saja.


Koentjaraningrat menyatakan bahwa antropologi Psikologi muncul karena
ada beberapa sarjana Antropologi yang selama penelitiannya di lapangan
menemukan bahwa beberapa manusia dalam kehidupan masyarakat dan
kebudayaan non-eropa-amerika yang diamati bertentangan dengaan apa
yang dipelajari dalam ilmu psikologi. Banyak konsep dan teori psikologi
yang tidak dapat diterapkan secara universal, terutama pada masyarakat
pedalaman asia dan afrika. Oleh karena itu, karya ilmiah antropologi
Psikologi haruslah :

Karya yang dihasilkan oleh ahli antropologi yang mempunyai


pengetahuan mengenai konsep psikologi

Semua karya ilmiah tentang individu sebagai tempat atau wadah


kebudayaan

Semua karya ilmiah yang mengakui kebudayaan sebagai variabel


bebas maupun variabel terikat, yang berkaitan dengan kepribadian

Semua karya ilmiah ahli antropologi yang menggunakan


konsep/tehnik test psikologi

Semua karya ilmiah yang memiliki ruang lingkup yang sama dengan
cross cultural psychology mengenai kepribadian dan sistem budaya

Semua konsep kepribadian kebudayaan (personality culture) yang


timbul sebagai interaksi dari psikologi dan antropologi

Yang paling penting bagi perkembangan ilmu Antropologi psikologi adalah


Oswald Spengler, karena ia adalah teoritikus pertama yang telah
mengajukan untuk pertama kali berpendapat tentang peminjaman unsurunsur kebudayaan secara selektif, yakni suatu bangsa jika meminjam
unsur kebudayaan lain akan memilih yang sesuai dengan kebudayaannya
sendiri. Jika kurang sesuai, unsur kebudayaan asing tersebut akan
dirombak sesuai dengan kebudayaan pribuminya.

Penelitian Antropologi Psikologi di Indonesia


Penelitian antropologi psikologi di Indonesia sedikitnya dibagi menjadi dua
masa, yaitu: 1) sebelum perang dunia kedua, dan 2) setelah perang dunia
kedua.
1. Masa Sebelum Perang Dunia Kedua
Penelitian antropologi psikologi di Indonesia, telah dimulai jauh sebelum
orang di AS dan Inggris (antara 1920-1935) memulainya. Hal ini terbukti
dari penelitian yang dilakukan seorang ahli antropologi Belanda bernama
A.W. Niewenhuis terhadap sifat pembawaan manusia daro beberapa suku
bangsa di Indonesia. Akan tetapi penelitian antropologi psikologi di
Indonesia secara intensif bukanlah dilakukan oleh orang Belanda tersebut,
melainkan oleh orang Amerika yang sekaligus merintis antropologi
psikologi di negara mereka bahkan juga di dunia. Mereka itu adalah Cora
Dubois dan Margaret Mead yang dibantu dengan Gregory Bateson. Tujuan
penelitian Margaret Mead dan Gregory Bateson adalah untuk mengetahui
kepribadian khas orang Bali, dengan jalan mempelajari cara pengasuhan
anak di desa Bayung Gede.
2. Masa Setelah Perang Dunia Kedua
Setelah usai perang dunia kedua, topik akulturasi dan kontak sosial telah
mendapat perhatian besar dari para ahli antropologi, terutama agi mereka
yang mengadakan penelitian di daerah Pasifik dan Indonesia. Hampir
semua kepustakaan di mengenai akulturasi di Indonesia berkesimpulan,
fenomena akulturasi di Indonesia adalah juga krisis sosial. Ahli antripologi
Belanda, J. Van Baal, misalnya menganggap krisis sosial karena usaha
pihak Indonesia untuk menyesuaikan diri mereka dengan zaman baru.
Utnuk mencapai itu orang-orang Indonesia harus mengubah dasar
pandangan hidup serta dasar cara berfikir kunonya ke yang bersifat
modern. Bagi J. Van Baal, proses akulturasi bukan hanya merupakan suatu
proses masuknya unsur kebudayaan asing ke dalam kebudayaan pribumi

semata-mata, melainkan juga merupakan suatu proses tambahan dan


penyesuaian diri kembali dari cara hidup pribumi ke cara hidup modern.
Penelitian antropologi psikologi yang dilakukan ahli antropologi
berkebangsaan Indonesia sendiri masih sedikit sekali, namun hasilnya
cukup menarik. Dua orang ahli antropologi lulusan Universitas Indonesia
misalnya, dalam rangka penulisan skripsi mereka telah mengadakan
penelitian di bidang antropologi psikologi.

Konsep dan Teori Antropologi Psikologi


Terdapat tiga mazhab besar dalam antropologi psikologi, yaitu
pembawaan manusia (human nature); kepribadian khas kolektif tertentu
(typi-personality); dan kepribadian individu (individual personality). Ketiga
mazhab ini berkembang dgn teori-teorinya sendiri yang dikembangkan
oleh para penganutnya. Pada makalah kali ini, kita akan membahas
mengenai Teori Pembawaan Manusia.
Terkait dengan teori pembawaan manusia, teori lain yang terkenal dalam
pembahasan ini yaitu Psikologi Perkembangan. Di dalam Psikologi
Perkembangan terdapat tiga aliran yang mempengaruhi perkembangan
seseorang, yaitu :

a. Aliran Nativisme, yg dipelopori Arthur Schopenhauer (1788-1860),


menitik beratkan pandangannya pd peranan sifat bawaan dan keturunan
sebagai penentu perkembangan tingkah laku, persepsi tentang ruang dan
waktu tergantung pd faktor-faktor alamiah / pembawaan dari lahir, asumsi
yg mendasari aliran ni adlh bahwa pd diri anak dan orangtua terdapat
banyak kesamaan baik fisik maupun psikis. Aliran ni dipandang sebagai
aliran pesimisti dan deterministik.
b. Aliran Empirisme, yg dipelopori John Locke (1632-1704) menitik
beratkan pandangannya pd peranan lingkungan sebagai penentu
perkembangan tingkah laku, asumsi psikologisnya adlh bahwa manusia
lahir dlm keadaan tak memiliki pembawaan apapun, bagaikan kertas putih
(tabula rasa) yg dpt ditulisi dgn apa saja yg dikehendaki. Perwujudan
tingkah lakunya ditentukan oleh lingkungan dgn kiat-kiat rekayasa yg
bersifat impersonal dan direktif. Bayi yg lahir mempunyai kecenderungan
yg sama, yaitu menyusu jika bibirnya bersentuhan dgn payudara ibunya,
menangis ketika merasa haus, lapar dan sakit.
Aliran ini dikenal sebagai aliran yang optimistik dan positivistik, hal ni
disebabkan bahwa suatu tingkah laku menjadi lebih baik apabila
dirangsang oleh usaha-usaha yg nyata, karena manusia bukanlah robot yg
diprogram secara deterministik.
c. Aliran Konvergensi, yg dipelopori oleh William Stern (1871-1929) aliran
ini menggabungkan dua aliran di atas. Konvergensi adalah interaksi
antara faktor hereditas dan faktor lingkungan dlm proses perkembangan
tingkah laku. Hereditas tak akan berkembang secara wajar apabila tak
diberi rangsangan dari faktor lingkungan. Sebaliknya rangsangan
lingkungan tak akan membina perkembangan yg ideal tanpa didasari oleh
faktor hereditas. Karenanya penentuan kepribadian seseorang ditentukan
dgn kerja integral antara faktor internal (potensi bawaan) dan faktor
eksternal (lingkungan pendidikan).

Pembawaan
Pembawaan merupakan seluruh kemungkinan-kemungkinan /
kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat pada seorang individu
dan yang selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan
(direalisasikan). Misalnya: sejak dilahirkan anak mempunyai kesanggupan
untk dpt berjalan, potensi berkata-kata, potensi untuk belajar ilmu pasti,
pembawaan untk bahasa, untk menggambar, intelegensi yg baik dan lainlain. Beberapa Macam Pembawaan Adalah Sebagai Berikut:
a. Pembawaan Jenis
Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan jenis,
yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya,
intelegensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciriciri yg khas, dan berbeda dgn jenis-jenis makhluk lain.
b. Pembawaan Ras
Dalam jenis manusia pd umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam
perbedaan yg jg termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan
keturunan mengenai ras.
c. Pembawaan Jenis Kelamin
Setiap manusia yg normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis
kelamin masing-masing.
d. Pembawaan Perseorangan
Tiap orang (individu) memiliki pembawaan yg bersifat individual
(pembawaan perseorangan) yg tipikal, banyak ditentukan oleh
pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan kelamin. Konstitusi
tubuh, termasuk didalamnya : motorik, seperti sikap badan, sikap
berjalan, air muka, gerakan bicara. Cara bekerja alat-alat indra : ada
orang yg lebih menyukai beberapa jenis perangsang tertentu yg mirip dgn
kesukaan yg dimiliki oleh ayah / ibunya.
Sifat bawaan / gen yg dibawa anak sejak lahir dari kandungan
sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya dan selebihnya berasal

dari nenek moyangnya dari kedua belah pihak (ibu dan ayahnya), hal ni
sesuai dgn apa yg dikatakan oleh Gregor Mendel. Pembawaan tersebut
berupa sifat, ciri, dan kesanggupan yg biasa bersifat fisik / bisa jg yg
bersifat psikis (kejiwaan). Warisan / pembawaan yg terpenting antara lain:
bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, inteligensi , bakat watak dan
penyakit. Sedangkan sifat malas, lekas marah, dan kemampuan
memahami sesuatu dgn cepat adlh sifat-sifat psikis yg mungkin berasal
dari pembawaan. Seluruh pembawaan yg terdapat dlm diri seseorang
merupakan keseluruhan yg erat hubungannya satu sama lain; yg satu
menentukan, mempengaruhi, menguatkan / melemahkan yg lain.
a) Bentuk tubuh dan warna kulit
Salah satu warisan yg dibawa anak adlh betuk tubuh dan warna
kulit.Dan pengaruhketurunan (pembawaan) terhadap pertumbuhan
jasmani anak. Bagaimana pun canggihnya teknologi untk mengubah
bentuk dan warna kulit seseorang tapi faktor keturunan jangan diabaikan.
b) Sifat-sifat
Sifat-sifat yg dimiliki seseorang adlh salah satu aspek yg diwariskan
orang tua kepada anak-anaknya.Seperti, penyabar, pemarah, kikir boros,
hemat dan sebagainya.Sifat berbeda dgn kebiasaan.Sifat sangat sulit untk
diubah, sedangkan kebiasaan dpt diubah jika dia mengkehendaki dan
bersungguh-sungguh mau merubah kebiasaannya itu. Sifat / kebiasaan
merupakan corak dari kepribadian seseorang / suku bangsa.
Ahli psikolog Edward Sparanger membagi tipe-tipe manusia
berdasarkan sifat yg dimilikinya, antara lain :
-

Manusia ekonomi: memiliki sifat rajin bekerja, hemat, dan lainlain

Manusia teori: suka berfikir, meneliti dan sebagainya

Manusia politik: suka menguasai dan memerintah

Manusia seni: suka keindahan dan punya perasaan halus

Manusia agama: suka mengabdi dan taat melaksanakan


ibadah

c) Intelegensi
Intelegensi adlh kemampuan yg bersifat umum untk mengadakan
penyesuaian terhadap suatu situasi / masalah. Kemampuan itu meliputi
berbagai jenis kemampuan psikis, antara lain: abstrak, berfikir mekanis,
matematis, memahami, mengingat, berbahasa dan sebagainya. Tingkat
intelegensi seseorang dpt di diketahui dgn beberapa cara, antara lain;
-

Tes Binet-Simon

Tes Wechler

Tes Army Alpha dan Bheta

Tes Proggresive matrics

d) Bakat
Bakat adalalah kemampuan khusus yg menonjol diberbagai jenis
potensi yg dimilikinya.Pada umumnya bakat anak dpt diketahui orang tua
dari tingkah laku / kegiatannya sejak dari kecil.
e) Penyakit / cacat
Ada beberapa jenis penyakit yg diturunkan oleh orang tuanya,
seperti: ayan, kebutaan, saraf, dan luka tak mau kering. Hal ni
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
anak.
KETURUNAN / HEREDITAS
Hereditas dpt diartikan sebagai pewarisan / pemindahan
karakteristik biologis individu dari pihak kedua orang tua ke anak /
karakteristik biologis individu yg dibawa sejak lahir yg tak diturunkan dari
pihak kedua orang tua. Kita dpt mengatakan bahwa sifat-sifat / ciri-ciri pd
seorang anak adlh keturunan, jika sifat-sifat / ciri-ciri tersebut diwariskan /
diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yg lain.

Sifat-sifat keturunan adalah sifat-sifat / ciri-ciri yg diwariskan /


diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Jadi ada dua
syarat:
-

Persamaan sifat / ciri-ciri.

Ciri-ciri ni harus menurun melalui sel-sel kelamin.

Suatu sifat / ciri-ciri yang terdapat pada seseorang yang merupakan


keturunan itu belum pasti diterima dari orang tuanya. Tidak semua
individu-individu dari suatu generasi menunjukkan sifat-sifat keturunan,
dapat juga sifat-sifat ini bersembunyi selama beberapa generasi.
Besarnya perbedaan antara dua individu / lebih selalu tergantung kepada
dua faktor: pembawaan keturunan dan pengaruh lingkungan.
LINGKUNGAN
Lingkungan ialah faktor yang datang dari luar diri individu,
merupakan pengalaman-pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan
sebagainya. Pengaruh pendidikan dan pengaruh lingkungan sekitar itu
sebenarnya terdapat perbedaan. Pada umumnya pengaruh lingkungan
bersifat pasif, dalam arti bahwa lingkungan tidak memberikan suatu
paksaan kepada individu. Lingkungan memberikan kemungkinankemungkinan / kesempatan-kesempatan kepada individu. Bagaimana
individu mengambil manfaat dari kesempatan yg diberikan oleh
lingkungan tergantung kepada individu bersangkutan.
Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material
jasmaniah di dlm tubuh. Dan secara psikologis, lingkungan mencakup
segenap stimulasi yg diterima oleh individu mulai sejak dari konsensi,
kelahiran hingga kematiannya.
a. Keluarga
Keluarga merupakan pendidikan tertua yang bersifat informal yg
pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yg
bersifat

kodrati.

Orang

bertanggung

jawab

memelihara,

merawat,

melindungi dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dgn baik.
Pendidikan keluarga berfungsi:
-

Sebagai pengalaman pertama masa anak anak

Menjamin kehidupan emosial anak

Menanamkan dasar moral

Memberikan dasar pendidikan social.

Meletakkan dasar-dasar agama bagi anak.

b. Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua
dalam keluarga, terutama dalam hal pengetahuan dan berbagai macam
keterampilan.

Oleh

karena

itu

anak

dikirim

ke

sekolah.

Sekolah

bertanggung jawab atas pendidikan anak selama mereka diserahkan


kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga
pendidikan diantaranya sebagai berikut:
-

Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaankebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yg baik.

Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam


masyarakat yang sukar dan tidak dapat diberikan di rumah.

Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapankecakapan seperti membaca, menulis, berhitung,


menggambar serta ilmu-ilmu lain yg sifatnya
mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.

Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika,


membenarkan benar / salah dan sebagainya.

c. Masyarakat
Dalam konteks pendidikan masyarakat merupakan lingkunganlingkungan keluarga dan sekolah.Pendidikan yang dialami dalam
masyarakat ini telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu
setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada diluar dari lingkungan.
Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tampaknya lebih luas.

d. Keadaan alam sekitar


Keadaan alam sekitar tempat tinggal anak juga berpengaruh bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai contoh anak-anak di desa
lebih suka terhadap keadaan yang tenang, sedangkan anak-anak kota
lebih senang dengan keramaian. Sehingga dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa lingkungan disekitar anak tinggal itu mempengaruhi
perkembangan anak / individu.
Macam-Macam Lingkungan
Menurut Sartain, lingkungan itu dpt dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu:
-

Lingkungan alam/ luar (external or psyical environment)

Lingkungan dlm (internal environment)

Lingkungan social/masyarakat ( social evironment)

Yang dimaksud dengan lingkungan luar adalah segala sesuatu yang


ada di dunia ini selain manusia, dan yang dimaksud dengan lingkungan
dalam adalah segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar. Semua
orang / manusia lain yang mempengaruhi kita disebut sebagai lingkungan
sosial. Kita adalah hasil dari interaksi antara gen-gen dan lingkungan kita,
karena interaksi ini maka tiap-tiap orang memiliki kepribadian yang
berbeda-beda satu sama lain.

Teori Pembawaan Manusia


* Teori Seksualitas Kanak-kanak Sigmund Freud
Tahap Oral
Perasaan seksual anak yang pertama kali muncul adalah ketika sang anak
mengemut puting payudara ibunya. Pada tahap yang sangat dini dan
dimulai sejak anak dilahirkan hingga sekitar usia satu tahun ini , ibu
merupakan objek seksual sang anak. Periode ini pun kemudian berlanjut
pada tahap seksualitas masa kecil dimana sang anak akan terkesan akan

penginderaan tubuhnya sendiri yang ditandai dengan kebiasaan bayi


mengemut banyak bagian tubuhnya terutama jempolnya sendiri.
Kebiasaan mengemut jempol dan benda-benda lain yang menempel di
bagian tubuhnya seperti baju yang ia pakai dan sebagainya ini adalah
merupakan kelanjutan dari mengemut puting susu ibunya. Emutan ini
bersifat ritmis dan seringkali juga disertai dengan gesekan. Freud
mengatakan bahwa hal ini akan mengarah pada masturbasi. Kegiatan ini
sangat mengasyikan dan nyaman serta sering kali mengantar sang bayi
pada tidur nyenyaknya.
Tahap Anal
Tahap ini berlangsung antara umur 1 hingga 3 tahun yang oleh Freud
disebut sebagai fase latihan kamar kecil yakni fase ketika sang anak
belajar untuk mengendalikan kandung kemih dan isi perutnya. Menurut
Freud pada tahap ini anak-anak akan merasa sangat bangga karena bisa
menghasilkan kotorannya sendiri. Ketika menjalani latihan kamar kecil ini,
anak-anak seringkali memegang-megang kotorannya sendiri, karena ia
ingin menikmati kesenangan erotis ketika mampu menghasilkan kotoran
secara pribadi.
Tahap Phallic
Tahap ini berlangsung antara umur 3 hingga 5 tahun. Sekarang genital
menjadi zona erogen dan anak mulai melakukan masturbasi. Zona genital
anak kecil oleh ibunya sering dicuci, digesek dan sebagainya ketika
sehabis buang kotoran atau pun mandi yang tanpa disadari oleh ibunya
bahwa ketika terjadi gesekan, bilasan dan sebagainya ini membuat sang
anak merasa nyaman dan terangsang. Dan dengan segera sang anak pun
kemudian mencoba untuk melakukannya sendiri dengan gesekan tangan
atau dengan merapatkan paha. Disamping perpindahan zina rangsangan
yang mengarah ke zona genital, pada masa ini pun menurut Freud semua
anak pada tahap ini khusus untuk anak perempuan merasakan penis
envy yaitu sebuah kecemburuan kepada anak laki-laki yang memiliki
penis. Para anak perempuan melihat diri mereka sendiri telah dikebiri oleh
orang tuanya. Dalam tahap ini juga berkembang kompleks Oedipus yakni

sang anak akan jatuh cinta pada ibunya sendiri dan menjadi cemburu
terhadap ayahnya serta ingin membunuh serta menyingkirkan ayahnya
agar tak menghalanginya.
Tahap Latensi
Menurut Freud, perasaan dari tahap Oedipal akhirnya ditekan dan
dorongan dorongan seksual mereda hingga tibanya masa pubertas.
Tahap Genital
Tahap terakhir pada perkembangan seksual pun adalah tahap genital ini
yang berlangsung sejak pubertas dan seterusnya. Pada tahap ini terjadi
pembaharuan terhadap minat seksual dan objek yang baru pun
ditemukan untuk pelampiasan dorongan seksnya.

* Teori Gejala Akil Balig Margaret Mead


Margaret Mead merupakan seorang murid F.BOAS. Dalam penelitian di
Kepulauan Samoa di Kepulauan Polinesia, Mead menyimpulkan bahwa
para gadis Samoa tidak mengalami gejolak akil balik sebab keluarga
Samoa tidak bersifat keluarga inti, melainkan bersifat keluarga luas.
Akibatnya anak-anak bergaul bebas dan emosional dengan kerabat lain.
Demikian pula pergaulan secara seksual antara para remaja lain jenis
yang lebih bebas dibandingkan dengan remaja Ero-Amerika pada tahun
dua puluhan. Karena tidak adanya pengekangan mengenai seks, gejolak
akil balik tidak ada pada remaja Samoa.

Selain gelaja gejolak masa akil baliq pada remaja. Mead juga meneliti
apakah perbedaan psikologis antara pria dan wanita itu
bersifat
universal. Dalam penelitian pada tiga suku bangsa Papua, yakni Arapesh,
Mundugumor, dan Tchambuli di aliran sungai Sepik di Papua Nugini, yang
dimuat dalam bukunya Sex and Temperament in There Primitive
Societies(1934) berkesimpulan bahwa: perbedaan sifat-sifat kepribadian
atau temperamen antara laki-laki dan wanita tidak bersifat universal.
Di dalam kebudayaan Arapesh tidak ada perbedaan tempramen antara
laki-laki dan wanita. Keduanya mempunyai kepribadian yang rata-rata
halus lembut dan pasti seperti umumnya pada wanita pada kebudayaan
Ero-Amerika.

Pada masyarakat Mundugumor juga menunjukkan tidak adanya


perbedaan temperamen laki-laki dan wanita keduanya memiliki
kepribadian keras, kasar, aktif, dan agresif, seperti yang umumnya dimiliki
laki-laki masyarakat Ero-Amerika.
Sedang pada masyarakat Tchambuli, temperamen yang dimiliki kaum lakilaki dan wanita bertolak belakang. Para wanita umumnya berkepribadian
dan bertingkah laku keras, kasar, dan aktif. Mereka melaksanakan
pekerjaan berat di pekerbunan, mencari sagu, dan tidak biasa bersolek
atau mempercantik diri. Bahkan banyak wnaita yang berkepala botak.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wanita Tchambuli umumnya
memiliki kepribadian dan perilaku seperti kaum pria Ero-Amerika.
Sebaliknya, kaum pria Tchambuli bekerja di lapangan pertukangan,
mencari ikan, kesenian, dan berburu. Dan menurut Mead, dalam adat
pergaulan antarsex yang berperan aktif adalah kaum wanita. Sehingga
tidak mengherankan apabila yang berhias adalah kaum laki-lakinya.
Dengan demikian kepribadian yang dimiliki kaum laki-laki Tchambuli
adalah seperti yang dimiliki kaum wanita kebudayaan Ero-Amerika.

Metode Penelitian Antropologi Psikologi


Metode-Metode Etnografis
1) Metode wawancara
Wawancara etnografi merupakan jenis peristiwa percakapan (speech
event) yang khusus. Metode wawancara merupakan metode untuk
memperoleh data dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada
informan.
Wawancara berencana, yaitu wawancara yang dilaksanakan melalui
teknik-teknik tertentu, antara lain menyusun sejumlah pertanyaan
sedemikian rupa dalam bentuk angket questioner.
Wawancara tidak berencana, yaitu wawancara yang tidak direncanakan
secara sistematis dan tidak menggunakan pedoman wawancara.
Wawancara ini dilaksanakan untuk memperoleh tanggapan tentang
pandangan hidup, system keyakinan, atau keagamaan.

Metode wawancara tidak berencana masih terbagi lagi menjadi 2 macam


yaitu :

Wawancara terfokus (focused interview), yaitu terdiri dari


pertanyaan-pertanyaan yang tidak berstruktur, tetapi terpusat pada satu
pokok.
Wawancara bebas (free interview), yaitu pertanyaan yang tidak
terpusat, melainkan dapat berpindah-pindah pokok pertanyaan.
Adapun jika dilihat dari bentuk pertanyaannya, kedua wawancara di atas
dapat dibagi lagi menjadi 2 kategori yaitu :

Wawancara tertutup, yaitu terdiri dari berbagai pertanyaan yang


jawabannya terbatas. Terkdang pilihan jawaban hanya berbentuk ya dan
tidak.

Wawancara terbuka, yaitu pertanyaan yang jawabannya berupa


keterangan atau cerita yang luas.
2) Metode Pengamatan
Metode observasi disebut juga metode pengamatan lapangan. Metode ini
dilakukan melalui pengamatan inderawi., yaitu dengan melakukan
pencatatan terhadap gejala-gejala pada objek penelitian secara langsung
dilapangan. Pada metode ini pengumpulan data dilakukan dengan
mencatat semua kejadian atau fenomena yang diamatai ke dalam catatan
lapangan ( field notes ). Ada tiga macam jenis pengamatan, yaitu :

Pengamatan biasa
Pengamatan yang dilakukan tanpa terlibat atau kontak langsung dengan
informan yang menjadi sasaran penelitiannya.
Pengamatan terkendali
Konsepnya hampir sama dengan pengamatan biasa. Akan tetapi
perbedaanya pada metode ini peneliti terlebih dahulu memilih secara
khusus calon informan sehingga mudah untuk diamati.
Pengamatan terlibatAtau bisa disebut pengamatan partisipasi,
yaitu metode di mana selain mengamati, peneliti juga ikut terlibat dalam
kegiatan yang berlangsung serta mengadakan hubungan emosional dan
soial dengan para informannya. Metode yang dalam bahasa Jerman
disebut verstehen ini merupakan metode paling umum digunakan dalam
penelitian etnografi.
Pengamatan penuhYaitu penelitian mengidentifikasikan dirinya
sebagai bagian dari masyarakat yang sedang diteliti. Peneliti sudah

diterima dan masuk ke dalam struktur masyarakat yang diamatinya.


Dalam kondisi seperti ini, peneliti dapat dengan mudah bergaul.
Metode Ilmu Sosial Lainnya
1. Metode Pengimpulan Data Riwayat Hidup Individu
Tujuan penelitian Antropologi Psikologi dengan mempergunakan metode
pengumpulan dan menganalisa riwayat hidup untuk memperdalam
pengertian dari si peneliti terhadap masyarakat di mana tokoh-tokoh itu
hidup.
Metode analisis riwayat hidup individu sangat berguna bagi penelitian
antropologi psikologi, antara lain:
a) Data riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk memperoleh
pandangan dari dalam mengenai gejala-gejala sosial dalam suatu
masyarakat melalui pandangan dari para warga sebagai partisipan dari
masyarakat yang bersangkutan.
b) Data riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk mencapai
pengertian mengenai masalah individu warga masyarakat yang suka
berkelakuan lain.
c) Data riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk memperoleh
pengertian mendalam tentang hal-hal psikologis yang tak mudah diamati
dari luar, atau dengan metode wawancara berdasarkan pertanyaan
langsung.
d) Data riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk mendapat
gambaran yang lebih mengenai detail dari hal yang tidak mudah akan
diceritakan dengan metode wawancara berdasarkan pertanyaan
langsung.

2. Metode Penggunaan Test-test Proyeksi

Test Rorschsch

Test Apersepsi Tematik

Test Proyeksi untuk Penelitian Antropologi Psikologi

3. Metode Mencatat Mimpi


4. Metode Survei Lintas Budaya
5. Metode Mempergunakan Folklor Sebagai Bahan Penelitian
Antropologi Psikologi

Daftar Pustaka:
http://www.ilmupsikologi.com/2015/08/pengertian-konsep-dan-teoriantropologi.html#ixzz48FhpiY40
Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi, PT Rineka Cipta
SyahMuhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan. PT. RemajaRosdakarya :
Bandung

Anda mungkin juga menyukai