Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

Antropologi

Antropologi Psikologi

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

02
Psikologi Psikologi MK61005 Holy Greata Singadimedja, M.Si

Abstract Kompetensi
Dalam Modul ini akan dibahas Mahasiswa diharapkan dapat
mengenai Batasan dan Ruang lingkup mengetahui perbedaan, hubungan dan
Antropologi Psikologi, Perkembangan kaitan antara Antropologi dan
dan sejarah Antropologi Psikologi, dan antropologi Psikologi
metode penelitian Antropologi
Psikologi
Antropologi Psikologi
Definisi

Antropologi Psikologis adalah cabang dari antropologi yang bersifat interdisipliner dan
mengkaji interaksi kebudayaan dan proses mental. Cabang ini terutama memperhatikan
cara perkembangan manusia dan enkulturasi dalam kelompok budaya tertentu-dengan
sejarah, bahasa, praktik, dan kategori konseptualnya sendiri-membentuk proses perolehan
kognisi, emosi, persepsi, motivasi, dan kesehatan mental. Juga memeriksa tentang
bagaimana pemahaman kognisi, emosi, motivasi, dan proses psikologis sejenis membentuk
model proses budaya dan sosial. Setiap aliran dalam antropologi psikologis memiliki
pendekatannya sendiri-sendiri.

Beberapa aliran dalam antropologi psikologis:


1. Antropologi psikoanalitis
2. Kebudayaan dan Kepribadian
3. Etnopsikologi
4. Antropologi kognitif
5. Antropologi psikiatris

Antropologi Psikologi (Psycological Anthropology) adalah subdisiplin ilmu antropologi. Ilmu


antropologi psikologi adalah ilmu yang menjembatani kebudayaan dan kepribadian, yang
menjadi fokus dari dua ilmu yang berbeda (antropologi dan psikologi), yang sebenarnya
sangat erat hubungannya.

Antropologi dan psikologi adalah subdisiplin ilmu antropologi. Nama subdisiplin ilmu
antropologi ini, sebenarnya nama baru dari ilmu yang dahulu dikenal dengan dengan nama
Culture and Personality (kebudayaan dan kepribadian), atau kadang juga disebut Ethno-
psychology (psikologi suku bangsa). Subdisiplin ini sejak lahirnya sudah bersifat
antardisiplin. Hal ini disebabkan karena bukan saja teori, konsep, serta metode
penelitiannya dipinjam dai berbagai disiplin seperti antropologi, psikologi, psikiatri, dan
psikoanalisa; melainkan juga para pendirinya berasal dari disiplin yang bermacam-macam,
sebelum mereka menjadi ahli antropologi. Mereka itu antara lain adalah Margaret Mead (ahli
antropologi), Abram Kardiner (ahli psikiatri), W.H.R. River (ahli psikologi), Erik H. Erikson
(ahli psikoanalisa neo freudian), dan lain lain. Berdasarkan tokoh-tokoh yang berasal dari
berbagai disiplin ilmu menunjukan bahwa di sanalah ilmu antropologi budaya dan sosial
dapat berhubungan dengan ilmu psikologi kepribadian, psikologi perkembangan, ilmu
psikiatri, dan psikoanalisa secara sangat akrab dan produktif.

2014 Antropologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Holy Greata Singadimedja, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Beberapa peneliti berusaha melakukan penelitian yang berkenaan dengan antropologi
psikologi. Menurut Singer penelitian antropologi psikologi dapat dikategorikan ke dalam tiga
kelompok permasalahan besar,yaitu:
1. Kelompok hubungan kebudayaan dengan sifat pembawaan manusia (human
nature).
2. Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian khas kolektif tertentu (typical
personality), dan
3. Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian individual (individual
personality).
Dari ketiga kelompok permasalahan besar itu timbul beberapa pokok permasalahan
penelitian lainnya, yaitu:
a. Hubungan antara perubahan kebudayaan dengan perubahan kepribadian,dan
b. Hubungan kebudayaan dengan kepribadian abnormal.

SeJarah Perkembangan Ilmu Antropologi Psikologi

Ada dua salah anggapan yang harus dikoreksi sehubungan dengan sejarah perkembangan
ilmu antropologi psikologi: a) menganggap ilmu Antropologi Psikologi adalah subdisiplin baru
dari ilmu Antropologi Umum; b) menganggap ilmu Antropologi Psikologi adalah suatu ilmu
yang diciptakan oleh sarjana Amerika Serikat saja.

Koentjaraningrat menyatakan bahwa antropologi Psikologi muncul karena ada beberapa


sarjana Antropologi yang selama penelitiannya di lapangan menemukan bahwa beberapa
manusia dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan non-eropa-amerika yang diamati
bertentangan dengaan apa yang dipelajari dalam ilmu psikologi. Banyak konsep dan teori
psikologi yang tidak dapat diterapkan secara universal, terutama pada masyarakat
pedalaman asia dan afrika. Oleh karena itu, karya ilmiah antropologi Psikologi haruslah:
1. Karya yang dihasilkan oleh ahli antropologi yang mempunyai pengetahuan mengenai
konsep psikologi
2. Semua karya ilmiah tentang individu sebagai tempat atau wadah kebudayaan
3. Semua karya ilmiah yang mengakui kebudayaan sebagai variabel bebas maupun
variabel terikat, yang berkaitan dengan kepribadian
4. Semua karya ilmiah ahli antropologi yang menggunakan konsep/tehnik test psikologi
5. Semua karya ilmiah yang memiliki ruang lingkup yang sama dengan cross cultural
psychology mengenai kepribadian dan sistem budaya
6. Semua konsep kepribadian kebudayaan (personality culture) yang timbul sebagai
interaksi dari psikologi dan antropologi

Yang paling penting bagi perkembangan ilmu Antropologi psikologi adalah Spengler, karena
ia adalah teoritikus pertama yang telah mengajukan untuk pertama kali berpendapat tentang
peminjaman unsur-unsur kebudayaan secara selektif, yakni suatu bangsa jika meminjam

2014 Antropologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Holy Greata Singadimedja, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
unsur kebudayaan lain akan memilih yang sesuai dengan kebudayaannya sendiri. Jika
kurang sesuai, unsur kebudayaan asing tersebut akan dirombak sesuai dengan kebudayaan
pribuminya.

Penelitian Antropologi Psikologi di Indonesia

Penelitian antropologi psikologi di Indonesia sedikitnya dibagi menjadi dua masa, yaitu: 1)
sebelum perang dunia kedua, dan 2) setelah perang dunia kedua.
1. Masa Sebelum Perang Dunia Kedua
Penelitian antropologi psikologi di Indonesia, telah dimulai jauh sebelum orang di AS
dan Inggris (antara 1920-1935) memulainya. Hal ini terbukti dari penelitian yang
dilakukan seorang ahli antropologi Belanda bernama A.W. Niewenhuis terhadap sifat
pembawaan manusia daro beberapa suku bangsa di Indonesia. Akan tetapi
penelitian antropologi psikologi di Indonesia secara intensif bukanlah dilakukan oleh
orang Belanda tersebut, melainkan oleh orang Amerika yang sekaligus merintis
antropologi psikologi di negara mereka bahkan juga di dunia. Mereka itu adalah Cora
Dubois dan Margaret Mead yang dibantu dengan Gregory Bateson. Tujuan penelitian
Margaret Mead dan Gregory Bateson adalah untuk mengetahui kepribadian khas
orang Bali, dengan jalan mempelajari cara pengasuhan anak di desa Bayung Gede.

2. Masa Setelah Perang Dunia Kedua


Setelah usai perang dunia kedua, topik akulturasi dan kontak sosial telah mendapat
perhatian besar dari para ahli antropologi, terutama agi mereka yang mengadakan
penelitian di daerah Pasifik dan Indonesia. Hampir semua kepustakaan di mengenai
akulturasi di Indonesia berkesimpulan, fenomena akulturasi di Indonesia adalah juga
krisis sosial. Ahli antripologi Belanda, J. Van Baal, misalnya menganggap krisis
sosial karena usaha pihak Indonesia untuk menyesuaikan diri mereka dengan zaman
baru. Utnuk mencapai itu orang-orang Indonesia harus mengubah dasar pandangan
hidup serta dasar cara berfikir kunonya ke yang bersifat modern. Bagi J. Van Baal,
proses akulturasi bukan hanya merupakan suatu proses masuknya unsur
kebudayaan asing ke dalam kebudayaan pribumi semata-mata, melainkan juga
merupakan suatu proses tambahan dan penyesuaian diri kembali dari cara hidup
pribumi ke cara hidup modern.

Penelitian antropologi psikologi yang dilakukan ahli antropologi berkebangsaan


Indonesia sendiri masih sedikit sekali, namun hasilnya cukup menarik. Dua orang
ahli antropologi lulusan Universitas Indonesia misalnya, dalam rangka penulisan
skripsi mereka telah mengadakan penelitian di bidang antropologi psikologi.

2014 Antropologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Holy Greata Singadimedja, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Konsep dan Teori Antropologi Psikologi
Teori Pembawaan Manusia

Teori Seksualitas Kanak-kanak Sigmund Freud

Tahap Oral
Perasaan seksual anak yang pertama kali muncul adalah ketika sang anak mengemut
puting payudara ibunya. Pada tahap yang sangat dini dan dimulai sejak anak dilahirkan
hingga sekitar usia satu tahun ini , ibu merupakan objek seksual sang anak. Periode ini pun
kemudian berlanjut pada tahap seksualitas masa kecil dimana sang anak akan terkesan
akan penginderaan tubuhnya sendiri yang ditandai dengan kebiasaan bayi mengemut
banyak bagian tubuhnya terutama jempolnya sendiri. Kebiasaan mengemut jempol dan
benda-benda lain yang menempel di bagian tubuhnya seperti baju yang ia pakai dan
sebagainya ini adalah merupakan kelanjutan dari mengemut puting susu ibunya. Emutan ini
bersifat ritmis dan seringkali juga disertai dengan gesekan. Freud mengatakan bahwa hal ini
akan mengarah pada masturbasi. Kegiatan ini sangat mengasyikan dan nyaman serta
sering kali mengantar sang bayi pada tidur nyenyaknya.

Tahap Anal
Tahap ini berlangsung antara umur 1 hingga 3 tahun yang oleh Freud disebut sebagai fase
latihan kamar kecil yakni fase ketika sang anak belajar untuk mengendalikan kandung kemih
dan isi perutnya. Menurut Freud pada tahap ini anak-anak akan merasa sangat bangga
karena bisa menghasilkan kotorannya sendiri. Ketika menjalani latihan kamar kecil ini, anak-
anak seringkali memegang-megang kotorannya sendiri, karena ia ingin menikmati
kesenangan erotis ketika mampu menghasilkan kotoran secara pribadi.

Tahap Phallic
Tahap ini berlangsung antara umur 3 hingga 5 tahun. Sekarang genital menjadi zona erogen
dan anak mulai melakukan masturbasi. Zona genital anak kecil oleh ibunya sering dicuci,
digesek dan sebagainya ketika sehabis buang kotoran atau pun mandi yang tanpa disadari
oleh ibunya bahwa ketika terjadi gesekan, bilasan dan sebagainya ini membuat sang anak
merasa nyaman dan terangsang. Dan dengan segera sang anak pun kemudian mencoba
untuk melakukannya sendiri dengan gesekan tangan atau dengan merapatkan paha.
Disamping perpindahan zina rangsangan yang mengarah ke zona genital, pada masa ini
pun menurut Freud semua anak pada tahap ini khusus untuk anak perempuan merasakan
‘penis envy’ yaitu sebuah kecemburuan kepada anak laki-laki yang memiliki penis. Para
anak perempuan melihat diri mereka sendiri telah dikebiri oleh orang tuanya. Dalam tahap
ini juga berkembang kompleks Oedipus yakni sang anak akan jatuh cinta pada ibunya

2014 Antropologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Holy Greata Singadimedja, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
sendiri dan menjadi cemburu terhadap ayahnya serta ingin membunuh serta menyingkirkan
ayahnya agar tak menghalanginya.

Tahap Latensi
Menurut Freud, perasaan dari tahap Oedipal akhirnya ditekan dan dorongan dorongan
seksual mereda hingga tibanya masa pubertas.

Tahap Genital
Tahap terakhir pada perkembangan seksual pun adalah tahap genital ini yang berlangsung
sejak pubertas dan seterusnya. Pada tahap ini terjadi pembaharuan terhadap minat seksual
dan objek yang baru pun ditemukan untuk pelampiasan dorongan seksnya.

Teori Gejala Akil Balig Margaret Mead


Menurut hasil penelitian, Mead berkesimpulan bahwa para gadis di Samoa tidak mengalami
gejala akil baligh, karena keluarga orang samoa buka termasuk keluarga inti, sehingga
seorang anak tidak selalu harus berhubungan terus-menerus dengankedua orangtuanya,
tetapi juga mendapat kesempatan untuk berhubungan secara bebas dengan anggota
kerabatnya yang lain. Penelitiannya di Papua, Mead berkesimpulan bahwa perbedaan sifat-
sifat kepribadian atau temperamen antar laki-laki dan wanita tidak bersifat universal, karena
dalam kebudayaan Arapesh tidak ada perbedaan temperamen antar laki-laki dan
perempuan, keduanya mempunyai kepribadian yang halus, lembut, dan pasif. Sebaliknya
pada masyarakat Mundugumor, kedua jenis kelamin mempunyai kepribadian yang kasar,
keras, dan agresif seperti yang dimiliki laki-laki pada umumnya masyarakat Eropa-Amerika.
Pada masyarakat Tchambuli, kaum wanita pada umumnya berkepribadian kasar, keras, dan
aktif, dan melaksanakan tugas berat, sedangkan laki-laki sebaliknya.

Beberapa Teori Kepribadian Khas Kolektif Tertentu

Teori Pola Kebudayaan Ruth Benedict

Teori Pola Kebudayaan (Pattern of Culture) dapat juga disebut sebagai teori konfigurasi
kebudayaan, teori mozaik kebudayaan, teori representation colletive, atau teori etos
kebudayaan. Teori benedict dapat diringkas sebagai berikut: “Di dalam setiap kebudayaan
ada aneka ragam tipe temperamen, yang telah ditentukan oleh faktor keturunan (genetic)
dan kebutuhan (konstitusi), yang timbul berulang-ulang secara universal. Namun setiap
kebudayaan hanya memperbolehkan jumlah terbatas dari tipe temperamen tersebut
berkembang. Dan tipe-tipe temperamen tersebut hanya yang cocok dengan konfigurasi
dominan. Mayoritas dari orang-orang dalam segala masyarakat akan berbuat sesuai
terhadap tipe dominan dari masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena temperamen mereka
cukup plastis untuk dibentuk tenaga pencetak dari masyarakat. Ini adalah apa yang disebut

2014 Antropologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Holy Greata Singadimedja, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
tipe kepribadian normal. Benedict berpendapat bahwa tidak ada kriteria yang shahih(valid)
mengenai tipe kepribadian “normal” dan “abnormal”. Suatu kepribadian dianggap normal
apabila sesuai dengan tipe kepribadian yang dominan, sedangka tipe kepribadian yang
sama jika tidak sesuai dengan kepribadian yang dominan akan dianggap abnormal alias
tidak normal atau penyimpangan (derivant).

Teori Gaya Hidup Petani Desa Robert Redfield

Menurut Robert Redfield, masyarakat di kelompokkan menjadi 3 bagian:


a. Folk, masyarakat primitif yang belum memiliki kebudayaan;
b. Person society, masyarakat petani desa yang memiliki ketergantungan dengan
masyarakat kota;
c. Urban society: ketergantungan pada masyarakat desa, kebudayaan kompleks,
mengenal peradanab.

Teori Kepribadian Status Ralph Linton

Kepribadian status adalah seperangkat kepribadian tipikal yang sesuai dengan status
seseorang di dalam masyarakatnya. Status tersebut berkaitan dengan pekerjaannya.
Seorang pribadi yang menduduki status sosial harus mengembangkan sikap dan emosi
yang sesuai dan berguna bagi status tersebut.
Pribadi-pribadi yang dapat membawakan kepribadian statusnya dengan baik dan tepat,
adalah orang yang penyesuaian dirinya baik.

Teori Struktur Kepribadian Dasar Kardiner Linton dan DuBois

Struktur Kepribaduian Dasar ini sebenarnya adalah alat penyesuaian diri individu, yang
umum bagi semua individu di dalam suatu masyarakat.
Yang termasuk dalam struktur kepribadian dasar adalah: (1) teknik berfikir (technique of
thinkings), misalnya apakah ilmiah atau animistis; (2) sikap terhadap benda hidup atau mati
(attitude toward objects), misalnya menerima atau menolak, tergantung dari pengalaman
sewaktu masih kanak-kanak (anak yang semasa kecilnya dikejami ibunya, setelah dewasa
akan menolak wanita misalnya); (3) sistem keamanan dan kesejahteraan (security system),
yang dapat dinilai dari kecemasan (axciety) dan kekecewaan karena ketidak berdayaan
(frustration) sewaktu masih kanak-kanak (seorang anak yang semasa kanak-kanaknya
selalu dalam keadaan kelaparan, akan menjadi orang yang bersifat hemat setelah dewasa
misalnya); dan pembentukan super ego, atau bagian dari kepribadian dari individu yang
terbentuk dengan jalan mengambil-alih pandangan hidup dari orang tuanya.

2014 Antropologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Holy Greata Singadimedja, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Teori Kepribadian Rata-rata DuBois

Teori Kepribadian Rata-rata timbul sebagai akibat penelitian ai pulau Alor yang dilakukan
Cora DuBois. Terjadinya tipe kepribadian rata-rata, menurut Cora DuBois, adalah sebagai
hasil saling pengaruh-mempengaruhi antara kecenderungan dan pengalaman dasar, yang
ditentukan oleh proses fisiologis neurologis. Tipe kepribadian rata-rata pada umumnya ada
pada kolektif manusia dalam usaha menghadapi lingkungan kebudayaan, yang menolaknya,
mengarahnya, dan memuaskan segala kebutuhan.

Teori Kepribadian Orang Modern Alex Inkeles

Menurut Alex Inkeles, tujuan utama pembangunan ekonomi adalah memungkinkan setiap
orang untuk mencapai suatu taraf hidup yang layak. Namun pada akhirnya ide
pembangunan mengharuskan adanya perubahan watak manusia—suatu perubahan yang
merupakan alat untuk mencapai tujuan yang berupa pertumbuhan yang lebih lnjut lagi, dan
bersamaan itu juga merupakan tujuan besar proses pembangunan itu sendiri. Perubahan
watak tersebut adalah perubahan dari yang tradisional menjadi yang modern. Apa yang
dimaksud dengan manusia modern itu? Dan apa yang membuatnya modern?
 Pertama, peerubahan dari manusia yang leih tradisional menjadi manusia yang
modern, seiring berarti melepaskan cara berfikir dan berperasaan.
 Kedua, sifat yang membuat seorang menjadi modern itu tidak sering tampak sebagai
suatu ciri yang netral, tetapi merupakan ciri dari orang barat pada umumnya yang
hendak dipaksakan pada orang lain, untuk menjadikan mereka sama seperti orang
barat tersebut.
 Ketiga, tidak berguna atau cocok bagi kehidupan dan keadaan dari mereka.

Ciri khas orang modern ada dua, yaitu:


Pertama ciri luar, mengenai lingkungan alam. Seperti;URBANISASI, PENDIDIKAN,
politikasi, komunikasi massa dan industrialisasi. Kedua ciri dalam, yaitu mengenai sikap,
nilai dan perasaan. Seorang baru dapat menjadi modern apabila telah mengalami
perubahan ciri dalam, dari yang tradisional menjadi modern.

Teori Determinisme Masa Kanak-kanak Dalam Hubungan Kajian Watak Bangsa

Selama Perang Dunia ke II banyak antropolog Amerika dan Inggris, di antaranya Margaret
Mead, Geofrey Gorer, Gregory Bateson dan Ruth Benedict diperbantukan pada pemerintah.
Mereka mencoba untuk merumuskan konsep watak bangsa (national character) dari
beberapa negara, seperti Uni Soviet, Rumania, Thailand dan Jepang.
Kesukaran yang dihadapi ialah sulit mengadakan perjalanan ke negara-negara yang akan
diteliti karena situasi perang. Karenanya, cara yang dilakukan adalah mewawancarai orang-
orang yang tinggal di AS, dan mengadakan studi literatur. Selain itu mempelajari sejarah
Jepang, dan mencoba melihat dunia seperti yang diamati orang Jepang. Metode semacam

2014 Antropologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Holy Greata Singadimedja, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
itu dapat disebut meneliti suatu kebudayaan dari kejauhan. Dari penelitian tersebut
dihasilkan beberapa teori, antara lain :

a. Hipotesa Latihan Buang Air Besar Geofrey Gorer


Tahun 1943 Gorer menerbitkan artikel berjudul “Themesin Japanese Culture” yang
mengungkapkan keterpukauan perhatian berlebihan dari orang Jepang terhadap
upacara kerapihan dan ketertiban, sehingga dapat dibandingkan dengan sifat
gangguan jiwa compulsive neurotic (gangguan jiwa yang berbuat sesuatu di luar
keinginannya) yang menghinggapi beberapa penduduk di Eropa.
Hipotesa : Penyebab utama gangguan jiwa tersebut adalah latihan buang air besar
(toilet training) yang diperoleh semasa kanak-kanak. Menurut Gorer, dibalik sifat
orang Jepang yang rapih dan tertib itu ada keinginan tersembunyi untuk berbuat
agresif. Upacara yang bersifat teliti merupakan penyaluran dari dorongan hati yang
berbahaya (dangerous urge) itu. Sifat agresif yang terpendam itu akibat kebencian
sewaktu bayi yang dipaksa melakukan sesuatu yang tidak dimengertinya, karena
harus mengendalikan otot lubang dubur. Kebencian itu akan tetap merupakan
sebagian dari kepribadiannya setelah dewasa nanti. Dalam keadaan normal, rasa
kebencian tersebut tak tersalurkan dan ditekan. Akibatnya, jika ada peluang sifat
agresif itu akan meletup kuat sehingga dapat bertindak kejam dan sadistis.
Kritik : Menurut Robert N.Bellah, penyebab terbentuknya sifat tertib dan rapih
orang Jepang ialah kode Samurai (samurai code) yang berkembang sejak zaman
Tokugawa, dan mempengaruhi masyarakat melalui gerakan keagamaan. Kode
Samurai ini dapat dibandingkan dengan Etika Protestan yang mempunyai ciri sifat
suka bekerja keras dan pengingkaran pada kenikmatan diri (self denial).

b. Hipotesa Pembedungan Anak Geogrey Gorer


Penelitian ditekankan pada praktek pengasuhan anak orang Rusia. Hasilnya
memperoleh “kunci” dari watak mayoritas orang Rusia (The Great Russian
Character) yang berupa pembedungan (swaddling), sehingga timbul sifat manic
depressive masal pada orang Rusia dewasa pada umumnya.
Hipotesa : Penyebab utama gangguan jiwa tersebut adanya kekangan fisik semasa
kanak-kanak melalui praktek pembedungan. Menurut Gorer, pembedungan ini
sangat menghambat gerak-gerik si anak dan juga ekspresi emosionalnya melalui
seluruh tubuhnya. Sifat depressive timbul sebagai akibat terkekang perasaan selama
dibedung sehingga frustasi dan putus asa. Sifat manic timbul waktu anak dilepas
bedungnya, sewaktu disusui dan memperoleh kasih ibunya. Itulah sebabnya di satu
sisi orang Rusia senang pesta bermabuk-mabukan (orgiastic feast), tapi di sisi lain
merasa sedih dan berdosa sehingga sering mengadakan pengakuan dosa atas dosa
yang tidak mereka lakukan. Generalisasi kepribadian tipikal orang Rusia ini hanya
berlaku pada orang Rusia dari golongan petani dan kaum buruh saja. Pada bangsa
lain yang juga mempraktekan pembedungan tidak sampai mengakibatkan manic

2014 Antropologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Holy Greata Singadimedja, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
depressive, karena (1) cara pembedungan beraneka ragam, (2) lama pembedungan
tidak sama.
Kritik : Menurut Bertram D.Wolfe, pengakuan dosa dilakukan pula oleh para pendeta
Katolik Roma di Cekoslovakia kepada penguasa komunis. Jadi bukan dibedung, tapi
mungkin dari tekanan dan siksaan kejam dari pihak penguasa totalitarian. Di Rusia
banyak kaum intelek tidak pernah dibedung, tapi mengakui kesalahan yang tidak
mereka lakukan dengan harapan agar diperingan hukuman.
Hikmah : (1) hipotesa Gorer yang menganggap bahwa 5 sampai 6 tahun pertama
dari kehidupan seorang anak penting bagi pembentukan kepribadian dewasanya
kelak, kini banyak dianut para ahli yang mempelajari perkembangan anak, (2) walau
banyak kelemahan, hipotesa ini penting karena dapat dijadikan permasalahan untuk
diuji di lapangan.
c. Konsep Schismogenesis Gregory Bateson
Setelah PD II berakhir, para antropolog yang telah bekerja bagi pemerintah AS tetap
meneruskan penelitiannya mengenai watak bangsa (national character) dengan
suatu proyek penelitian yang disebut Contemporary Culture. Metode penelitian yang
digunakan tetap sama, yaitu Study Culture from Distance. Adapun pendekatan
teoritisnya adalah gabungan dari teori Freud tentang pentingnya pengasuhan anak,
dan metode penganalisaan yang dikembangkan Gregory Bateson yang disebut
konsep Schismogenesis (concept of schismogenesis), yaitu penelitian mengenai dua
kutub yang kontras (bipolar interaction).
Konsep Schismogenesis: Schismogenesis adalah suatu proses pembedaan dalam
norma-norma kekhasan pribadi sebagai akibat interaksi antara individu-individu yang
terus menerus secara bertimbun banyak. Menurut Bateson, masyarakat di dunia
berbeda dalam sifat pola interaksi bipolar tersebut. Dengan meneliti cara khas
hubungan antar pribadi (interpersonal) dan antar kelompok (intergroup relationship)
dapat menyimpulkan watak tipikal suatu masyarakat. Seorang individu belajar
dengan jalan mengambil alih pola watak (characteristic pattern) dari hubungan peran
(role) dalam masyarakat tempat ia dilahirkan. Misalnya, seorang anak dalam
hubungannya dengan orang tuanya akan berperan sebagai pihak yang
menggantungkan diri (dependence), sedangkan orang tua sebagai pihak yang
memberi bantuan (succoring). Berdasarkan konsep Schismogenesis, bila kita
hendak meneliti pola watak suatu suku bangsa, maka kita harus melihat interaksi
bipolarnya. Interaksi bipolar untuk hubungan orang tua – anak misalnya dapat
bersifat sebagai ; penguasa (dominance) – yang dikuasai (submission) memberi
bantuan (succorance) – menggantungkan diri (dependence) mempertontonkan diri
(exhibitionism) – menjadi penonton (spectatorship).

Teori Watak Bangsa


a. Teori Watak Bangsa Dipandang Sebagai Watak Kebudayaan
Teori ini berasumsi bahwa kesamaan sifat di dalam organisasi intra-psikis individu
anggota suatu masyarakat tertentu, yang diperoleh karena mengalami cara

2014 Antropologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Holy Greata Singadimedja, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
pengasuhan yang sama di dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Ini
berarti bahwa di dalam setiap kebudayaan, suatu kepribadian tipikal (kepribadian
kolektif) disalurkan kepada kaum mudanya, sedikit banyak sesuai dengan konfigurasi
yang dominan di dalam kebudayaan bersangkutan.
b. Teori Watak Bangsa Dipandang Sebagai Watak Masyarakat
Teori watak masyarakat yang mengikuti tentang transmisi kebudayaan, juga
menjelaskan fungsi-fungsi sosio-historikal tipe kepribadian tersebut. Penjelasan ini
menghubungkan kepribadian tipikal dari suatu kebudayaan pada kebutuhan kolektif
masyarakat. Unsur watak bersama tersebut membentuk watak masyarakat dari
masyarakat tersebut.
c. Teori Watak Bangsa Dipandang Sebagai Watak Kesukuan dan Kepribadian dari
Kelompok-kelompok Masyarakat
Teori watak suku (kepribadian dari kelompok masyarakat) yang berpendapat bahwa
terdapat perbedaan keprinadian tipikal kelompok masyarakat yang berbeda seperti
petani desa, para birokrat, komunitas perkotaan dan pedesaan. Berdasarkan kajian
para ahli, ditemukan suatu bentuk menonjol yang tidak dapat dianalisis menjadi data
individu sehingga dikategorikan sebagai kerakteristik uatama dari kesatuan sosial.
d. Teori Watak Bangsa Dipandang Sebagai Kepribadian Rata-rata
Teori Kepribadian Rata-rata dimaksudkan sebagai penyempitan teori watak bangsa.
Menurut para ahli bahwa watak bangsa seharusnya disamakan dengan struktur
kepribadian rata-rata. Kesesuaian dengan kehendak masyarakat atau kecocokan
dengan pola kebudayaan tidak usaha merupakan defenisi dari watak bangsa.

Beberapa Teori Mengenai Kepribadian Individual

Dengan pengetahuan kondisi umum psikologi masyarakat yang ingin dibangun tersebut
dapat mempermudah dalam penentuan prioritas pembangunan serta penyesuaian proses
pembangunan dengan karakteristik masyarakat. Sebenarnya metode ini sudah lama
digunakan ketika era kolonialisme. Ketika itu yang digunakan adalah catatan-catatan
etnografi yang menjadi dasar pengetahuan karakteristik wilayah dan masyarakat yang akan
dijajah. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ilmu antropologi memang berasal dari
kepentingan kolonialsme yang banyak membawa kesengsaraan. Namun, secara ilmu
pengetahuan perkembangan itu membawa dampak positif dalam pembentukan tradisi
keilmuan yang baru, yaitu yang berorientasi pada masyarakat.

Watak suatu bangsa begitu kompleks karena tersusun dari berbagai watak manusia yang
mungkin bisa saja sama, tetapi terdapat suatu poin di mana mereka memiliki identitas yang
jelas tentang suatu hal yang bersifat umu dalam masyarakat mereka. Misalnya, etnis Jawa
yang terkenal dengan kelemahlembutannya, ramah tamahnya, dan lain-lain, kemudian
orang Batak dengan watak keras dan tegas, dan sebagainya. Dalam bab ini disebutkan
bahwa:

2014 Antropologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Holy Greata Singadimedja, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Linton yang juga berpendirian bahwa tiap kebudayaan mempunyai kepribadian umum,
menyatakan bahwa kepribadian umum adalah sejumlah ciri watak yang kadang-kadang
seluruhnya dan ada kalanya hanya sebagian berada dalam jiwa dari sebagian besar warga
dari suatu masyarakat. Hal itu disebabkan karena selain ditentukan oleh bakatnya sendiri,
kepribadian individu juga ditentukan oleh latar-belakang kebudayaan dan sub-kebudayaan
dari lingkungan sosial di mana individu itu dibersarkan.
Berbagai macam teknik digunakan dalam menganalisis kepribadian umum suatu
masyarakat. Bahkan beberapa ahli mengadopsi metode dari ilmu lain terutama psikologi
untuk mendapatkan apa yang ingin dicari penliti. Di awal perkembangannya, teknik
pengamatan menjadi metode yang khas dalam mengamati watak masyarakat, contohnya
Ruth Benedict yang meneliti etos kebudayaan di suku Zuni (Indian), Dobu (Papua Nugini),
dan Kwakuitl (Kanada); Malinowsky yang meneliti masyarakat Trobriand; dan Margareth
Mead yang tertarik dengan perbedaan psikologi pria dan wanita di suku Arapesh,
Mundugumor dan Tchambuli. Kemudian mulai tradisi baru antropologi yang berdasarkan
teknik eksak dipelopori oleh Ralph Linton. Lalu ada pula studi data pengalaman individu
yang melihat kepribadian suatu bangsa dari rekaman-rekaman sejarah yang kemudian
dianalisis untuk menentukan alur kepribadiannya. Yang sekarang banyak dikenal dengan
biografi.
Teknik-teknik dalam antropologi-psikologi merupakan sutu teknik yang menggabungkan
antara analisis individual dan kolektif, karena suatu masyarakat tidak mungkin lepas dari
pengaruh individu-individu di dalamnya. Oleh karena itu, kompleksitas dalam analisis
diperlukan untuk menguak susunan psikologis suatu masyarakat yang membentuk watak
masyarakat.
Pengetahuan ini berguna dalam menelaah latar belakang psikologis suatu masyarakat,
sehingga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan dapat terlaksana. Pembangunan
berbasis masyarakat menciptakan masyarakat berdaya dan berbudaya. Keberdayaan
memungkinkan suatu masyarakat bertahan dan mengembangkan diri untuk mencapai
kemajuan. Sebagian besar masyarakat berdaya adalah indifidunya memiliki kesehatan fisik,
mental, terdidik, kuat dan berbudaya. Membudayakan masyarakat adalah meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu lepas dari
kemiskinan, kebodohan, ketidaksehatan, dan ketertinggalan. Untuk mendorong masyarakat
berdaya dengan cara menciptakan iklim atau suasana yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang. Pengembangan daya tersebut dilakukan dengan mendorong,
memotivasi, dan membangikitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat.
Penguatan tersebut meliputi penyediaan berbagai masukan serta membuka akses pada
berbagai peluang yang ada. Masyarakat menjadi pelaku utama pembangunan, dengan inti
pemberdayaan adalah manejemen kearifan lokal komunitas menuju kesejahteraan bersama.
Pemberdayaan ini merupakan sarana ampuh untuk keluar dari kemiskinan, kebodohan dan
ketertinggalan menuju kesejahteraan bersama.

2014 Antropologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Holy Greata Singadimedja, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Metode Penelitian Antropologi PSikologi
Metode-Metode Etnografis

1) Metode wawancara
Wawancara etnografi merupakan jenis peristiwa percakapan (speech event) yang
khusus. Metode wawancara merupakan metode untuk memperoleh data dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan.
Wawancara berencana, yaitu wawancara yang dilaksanakan melalui teknik-teknik
tertentu, antara lain menyusun sejumlah pertanyaan sedemikian rupa dalam bentuk
angket questioner.
Wawancara tidak berencana, yaitu wawancara yang tidak direncanakan secara
sistematis dan tidak menggunakan pedoman wawancara. Wawancara ini
dilaksanakan untuk memperoleh tanggapan tentang pandangan hidup, system
keyakinan, atau keagamaan.
Metode wawancara tidak berencana masih terbagi lagi menjadi 2 macam yaitu :
a. Wawancara terfokus (focused interview), yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
yang tidak berstruktur, tetapi terpusat pada satu pokok.
b. Wawancara bebas (free interview), yaitu pertanyaan yang tidak terpusat,
melainkan dapat berpindah-pindah pokok pertanyaan.
Adapun jika dilihat dari bentuk pertanyaannya, kedua wawancara di atas dapat
dibagi lagi menjadi 2 kategori yaitu :
1. Wawancara tertutup, yaitu terdiri dari berbagai pertanyaan yang jawabannya
terbatas. Terkdang pilihan jawaban hanya berbentuk “ya” dan “tidak”.
2. Wawancara terbuka, yaitu pertanyaan yang jawabannya berupa keterangan atau
cerita yang luas.

2) Metode Pengamatan
Metode observasi disebut juga metode pengamatan lapangan. Metode ini dilakukan
melalui pengamatan inderawi., yaitu dengan melakukan pencatatan terhadap gejala-
gejala pada objek penelitian secara langsung dilapangan. Pada metode ini
pengumpulan data dilakukan dengan mencatat semua kejadian atau fenomena yang
diamatai ke dalam catatan lapangan ( field notes ). Ada tiga macam jenis
pengamatan, yaitu :
1. Pengamatan biasa
Pengamatan yang dilakukan tanpa terlibat atau kontak langsung dengan informan
yang menjadi sasaran penelitiannya.
2. Pengamatan terkendali

2014 Antropologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


13 Holy Greata Singadimedja, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Konsepnya hampir sama dengan pengamatan biasa. Akan tetapi perbedaanya pada
metode ini peneliti terlebih dahulu memilih secara khusus calon informan sehingga
mudah untuk diamati.
3. Pengamatan terlibat
Atau bisa disebut pengamatan partisipasi, yaitu metode di mana selain mengamati,
peneliti juga ikut terlibat dalam kegiatan yang berlangsung serta mengadakan
hubungan emosional dan soial dengan para informannya. Metode yang dalam
bahasa Jerman disebut “verstehen” ini merupakan metode paling umum digunakan
dalam penelitian etnografi.
4. Pengamatan penuh
Yaitu penelitian mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang
sedang diteliti. Peneliti sudah diterima dan masuk ke dalam struktur masyarakat
yang diamatinya. Dalam kondisi seperti ini, peneliti dapat dengan mudah bergaul.

Metode Ilmu Sosial Lainnya

1. Metode Pengimpulan Data Riwayat Hidup Individu


Tujuan penelitian Antropologi Psikologi dengan mempergunakan metode
pengumpulan dan menganalisa riwayat hidup untuk memperdalam pengertian dari si
peneliti terhadap masyarakat di mana tokoh-tokoh itu hidup.
Metode analisis riwayat hidup individu sangat berguna bagi penelitian antropologi
psikologi, antara lain:
a) Data riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk memperoleh
pandangan dari dalam mengenai gejala-gejala sosial dalam suatu masyarakat
melalui pandangan dari para warga sebagai partisipan dari masyarakat yang
bersangkutan.
b) Data riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk mencapai pengertian
mengenai masalah individu warga masyarakat yang suka berkelakuan lain.
c) Data riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk memperoleh
pengertian mendalam tentang hal-hal psikologis yang tak mudah diamati dari luar,
atau dengan metode wawancara berdasarkan pertanyaan langsung.
d) Data riwayat hidup individu penting bagi si peneliti, untuk mendapat gambaran
yang lebih mengenai detail dari hal yang tidak mudah akan diceritakan dengan
metode wawancara berdasarkan pertanyaan langsung.

2. Metode Penggunaan Test-test Proyeksi


a. Test Rorschsch
b. Test Apersepsi Tematik
c. Test Proyeksi untuk Penelitian Antropologi Psikologi

2014 Antropologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


14 Holy Greata Singadimedja, M.Si http://www.mercubuana.ac.id
3. Metode Mencatat Mimpi
4. Metode Survei Lintas Budaya
5. Metode Mempergunakan Folklor Sebagai Bahan Penelitian Antropologi Psikologi

Daftar Pustaka

2014 Antropologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


15 Holy Greata Singadimedja, M.Si http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai