Antropologi
Antropologi Psikologi
02
Psikologi Psikologi MK61005 Holy Greata Singadimedja, M.Si
Abstract Kompetensi
Dalam Modul ini akan dibahas Mahasiswa diharapkan dapat
mengenai Batasan dan Ruang lingkup mengetahui perbedaan, hubungan dan
Antropologi Psikologi, Perkembangan kaitan antara Antropologi dan
dan sejarah Antropologi Psikologi, dan antropologi Psikologi
metode penelitian Antropologi
Psikologi
Antropologi Psikologi
Definisi
Antropologi Psikologis adalah cabang dari antropologi yang bersifat interdisipliner dan
mengkaji interaksi kebudayaan dan proses mental. Cabang ini terutama memperhatikan
cara perkembangan manusia dan enkulturasi dalam kelompok budaya tertentu-dengan
sejarah, bahasa, praktik, dan kategori konseptualnya sendiri-membentuk proses perolehan
kognisi, emosi, persepsi, motivasi, dan kesehatan mental. Juga memeriksa tentang
bagaimana pemahaman kognisi, emosi, motivasi, dan proses psikologis sejenis membentuk
model proses budaya dan sosial. Setiap aliran dalam antropologi psikologis memiliki
pendekatannya sendiri-sendiri.
Antropologi dan psikologi adalah subdisiplin ilmu antropologi. Nama subdisiplin ilmu
antropologi ini, sebenarnya nama baru dari ilmu yang dahulu dikenal dengan dengan nama
Culture and Personality (kebudayaan dan kepribadian), atau kadang juga disebut Ethno-
psychology (psikologi suku bangsa). Subdisiplin ini sejak lahirnya sudah bersifat
antardisiplin. Hal ini disebabkan karena bukan saja teori, konsep, serta metode
penelitiannya dipinjam dai berbagai disiplin seperti antropologi, psikologi, psikiatri, dan
psikoanalisa; melainkan juga para pendirinya berasal dari disiplin yang bermacam-macam,
sebelum mereka menjadi ahli antropologi. Mereka itu antara lain adalah Margaret Mead (ahli
antropologi), Abram Kardiner (ahli psikiatri), W.H.R. River (ahli psikologi), Erik H. Erikson
(ahli psikoanalisa neo freudian), dan lain lain. Berdasarkan tokoh-tokoh yang berasal dari
berbagai disiplin ilmu menunjukan bahwa di sanalah ilmu antropologi budaya dan sosial
dapat berhubungan dengan ilmu psikologi kepribadian, psikologi perkembangan, ilmu
psikiatri, dan psikoanalisa secara sangat akrab dan produktif.
Ada dua salah anggapan yang harus dikoreksi sehubungan dengan sejarah perkembangan
ilmu antropologi psikologi: a) menganggap ilmu Antropologi Psikologi adalah subdisiplin baru
dari ilmu Antropologi Umum; b) menganggap ilmu Antropologi Psikologi adalah suatu ilmu
yang diciptakan oleh sarjana Amerika Serikat saja.
Yang paling penting bagi perkembangan ilmu Antropologi psikologi adalah Spengler, karena
ia adalah teoritikus pertama yang telah mengajukan untuk pertama kali berpendapat tentang
peminjaman unsur-unsur kebudayaan secara selektif, yakni suatu bangsa jika meminjam
Penelitian antropologi psikologi di Indonesia sedikitnya dibagi menjadi dua masa, yaitu: 1)
sebelum perang dunia kedua, dan 2) setelah perang dunia kedua.
1. Masa Sebelum Perang Dunia Kedua
Penelitian antropologi psikologi di Indonesia, telah dimulai jauh sebelum orang di AS
dan Inggris (antara 1920-1935) memulainya. Hal ini terbukti dari penelitian yang
dilakukan seorang ahli antropologi Belanda bernama A.W. Niewenhuis terhadap sifat
pembawaan manusia daro beberapa suku bangsa di Indonesia. Akan tetapi
penelitian antropologi psikologi di Indonesia secara intensif bukanlah dilakukan oleh
orang Belanda tersebut, melainkan oleh orang Amerika yang sekaligus merintis
antropologi psikologi di negara mereka bahkan juga di dunia. Mereka itu adalah Cora
Dubois dan Margaret Mead yang dibantu dengan Gregory Bateson. Tujuan penelitian
Margaret Mead dan Gregory Bateson adalah untuk mengetahui kepribadian khas
orang Bali, dengan jalan mempelajari cara pengasuhan anak di desa Bayung Gede.
Tahap Oral
Perasaan seksual anak yang pertama kali muncul adalah ketika sang anak mengemut
puting payudara ibunya. Pada tahap yang sangat dini dan dimulai sejak anak dilahirkan
hingga sekitar usia satu tahun ini , ibu merupakan objek seksual sang anak. Periode ini pun
kemudian berlanjut pada tahap seksualitas masa kecil dimana sang anak akan terkesan
akan penginderaan tubuhnya sendiri yang ditandai dengan kebiasaan bayi mengemut
banyak bagian tubuhnya terutama jempolnya sendiri. Kebiasaan mengemut jempol dan
benda-benda lain yang menempel di bagian tubuhnya seperti baju yang ia pakai dan
sebagainya ini adalah merupakan kelanjutan dari mengemut puting susu ibunya. Emutan ini
bersifat ritmis dan seringkali juga disertai dengan gesekan. Freud mengatakan bahwa hal ini
akan mengarah pada masturbasi. Kegiatan ini sangat mengasyikan dan nyaman serta
sering kali mengantar sang bayi pada tidur nyenyaknya.
Tahap Anal
Tahap ini berlangsung antara umur 1 hingga 3 tahun yang oleh Freud disebut sebagai fase
latihan kamar kecil yakni fase ketika sang anak belajar untuk mengendalikan kandung kemih
dan isi perutnya. Menurut Freud pada tahap ini anak-anak akan merasa sangat bangga
karena bisa menghasilkan kotorannya sendiri. Ketika menjalani latihan kamar kecil ini, anak-
anak seringkali memegang-megang kotorannya sendiri, karena ia ingin menikmati
kesenangan erotis ketika mampu menghasilkan kotoran secara pribadi.
Tahap Phallic
Tahap ini berlangsung antara umur 3 hingga 5 tahun. Sekarang genital menjadi zona erogen
dan anak mulai melakukan masturbasi. Zona genital anak kecil oleh ibunya sering dicuci,
digesek dan sebagainya ketika sehabis buang kotoran atau pun mandi yang tanpa disadari
oleh ibunya bahwa ketika terjadi gesekan, bilasan dan sebagainya ini membuat sang anak
merasa nyaman dan terangsang. Dan dengan segera sang anak pun kemudian mencoba
untuk melakukannya sendiri dengan gesekan tangan atau dengan merapatkan paha.
Disamping perpindahan zina rangsangan yang mengarah ke zona genital, pada masa ini
pun menurut Freud semua anak pada tahap ini khusus untuk anak perempuan merasakan
‘penis envy’ yaitu sebuah kecemburuan kepada anak laki-laki yang memiliki penis. Para
anak perempuan melihat diri mereka sendiri telah dikebiri oleh orang tuanya. Dalam tahap
ini juga berkembang kompleks Oedipus yakni sang anak akan jatuh cinta pada ibunya
Tahap Latensi
Menurut Freud, perasaan dari tahap Oedipal akhirnya ditekan dan dorongan dorongan
seksual mereda hingga tibanya masa pubertas.
Tahap Genital
Tahap terakhir pada perkembangan seksual pun adalah tahap genital ini yang berlangsung
sejak pubertas dan seterusnya. Pada tahap ini terjadi pembaharuan terhadap minat seksual
dan objek yang baru pun ditemukan untuk pelampiasan dorongan seksnya.
Teori Pola Kebudayaan (Pattern of Culture) dapat juga disebut sebagai teori konfigurasi
kebudayaan, teori mozaik kebudayaan, teori representation colletive, atau teori etos
kebudayaan. Teori benedict dapat diringkas sebagai berikut: “Di dalam setiap kebudayaan
ada aneka ragam tipe temperamen, yang telah ditentukan oleh faktor keturunan (genetic)
dan kebutuhan (konstitusi), yang timbul berulang-ulang secara universal. Namun setiap
kebudayaan hanya memperbolehkan jumlah terbatas dari tipe temperamen tersebut
berkembang. Dan tipe-tipe temperamen tersebut hanya yang cocok dengan konfigurasi
dominan. Mayoritas dari orang-orang dalam segala masyarakat akan berbuat sesuai
terhadap tipe dominan dari masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena temperamen mereka
cukup plastis untuk dibentuk tenaga pencetak dari masyarakat. Ini adalah apa yang disebut
Kepribadian status adalah seperangkat kepribadian tipikal yang sesuai dengan status
seseorang di dalam masyarakatnya. Status tersebut berkaitan dengan pekerjaannya.
Seorang pribadi yang menduduki status sosial harus mengembangkan sikap dan emosi
yang sesuai dan berguna bagi status tersebut.
Pribadi-pribadi yang dapat membawakan kepribadian statusnya dengan baik dan tepat,
adalah orang yang penyesuaian dirinya baik.
Struktur Kepribaduian Dasar ini sebenarnya adalah alat penyesuaian diri individu, yang
umum bagi semua individu di dalam suatu masyarakat.
Yang termasuk dalam struktur kepribadian dasar adalah: (1) teknik berfikir (technique of
thinkings), misalnya apakah ilmiah atau animistis; (2) sikap terhadap benda hidup atau mati
(attitude toward objects), misalnya menerima atau menolak, tergantung dari pengalaman
sewaktu masih kanak-kanak (anak yang semasa kecilnya dikejami ibunya, setelah dewasa
akan menolak wanita misalnya); (3) sistem keamanan dan kesejahteraan (security system),
yang dapat dinilai dari kecemasan (axciety) dan kekecewaan karena ketidak berdayaan
(frustration) sewaktu masih kanak-kanak (seorang anak yang semasa kanak-kanaknya
selalu dalam keadaan kelaparan, akan menjadi orang yang bersifat hemat setelah dewasa
misalnya); dan pembentukan super ego, atau bagian dari kepribadian dari individu yang
terbentuk dengan jalan mengambil-alih pandangan hidup dari orang tuanya.
Teori Kepribadian Rata-rata timbul sebagai akibat penelitian ai pulau Alor yang dilakukan
Cora DuBois. Terjadinya tipe kepribadian rata-rata, menurut Cora DuBois, adalah sebagai
hasil saling pengaruh-mempengaruhi antara kecenderungan dan pengalaman dasar, yang
ditentukan oleh proses fisiologis neurologis. Tipe kepribadian rata-rata pada umumnya ada
pada kolektif manusia dalam usaha menghadapi lingkungan kebudayaan, yang menolaknya,
mengarahnya, dan memuaskan segala kebutuhan.
Menurut Alex Inkeles, tujuan utama pembangunan ekonomi adalah memungkinkan setiap
orang untuk mencapai suatu taraf hidup yang layak. Namun pada akhirnya ide
pembangunan mengharuskan adanya perubahan watak manusia—suatu perubahan yang
merupakan alat untuk mencapai tujuan yang berupa pertumbuhan yang lebih lnjut lagi, dan
bersamaan itu juga merupakan tujuan besar proses pembangunan itu sendiri. Perubahan
watak tersebut adalah perubahan dari yang tradisional menjadi yang modern. Apa yang
dimaksud dengan manusia modern itu? Dan apa yang membuatnya modern?
Pertama, peerubahan dari manusia yang leih tradisional menjadi manusia yang
modern, seiring berarti melepaskan cara berfikir dan berperasaan.
Kedua, sifat yang membuat seorang menjadi modern itu tidak sering tampak sebagai
suatu ciri yang netral, tetapi merupakan ciri dari orang barat pada umumnya yang
hendak dipaksakan pada orang lain, untuk menjadikan mereka sama seperti orang
barat tersebut.
Ketiga, tidak berguna atau cocok bagi kehidupan dan keadaan dari mereka.
Selama Perang Dunia ke II banyak antropolog Amerika dan Inggris, di antaranya Margaret
Mead, Geofrey Gorer, Gregory Bateson dan Ruth Benedict diperbantukan pada pemerintah.
Mereka mencoba untuk merumuskan konsep watak bangsa (national character) dari
beberapa negara, seperti Uni Soviet, Rumania, Thailand dan Jepang.
Kesukaran yang dihadapi ialah sulit mengadakan perjalanan ke negara-negara yang akan
diteliti karena situasi perang. Karenanya, cara yang dilakukan adalah mewawancarai orang-
orang yang tinggal di AS, dan mengadakan studi literatur. Selain itu mempelajari sejarah
Jepang, dan mencoba melihat dunia seperti yang diamati orang Jepang. Metode semacam
Dengan pengetahuan kondisi umum psikologi masyarakat yang ingin dibangun tersebut
dapat mempermudah dalam penentuan prioritas pembangunan serta penyesuaian proses
pembangunan dengan karakteristik masyarakat. Sebenarnya metode ini sudah lama
digunakan ketika era kolonialisme. Ketika itu yang digunakan adalah catatan-catatan
etnografi yang menjadi dasar pengetahuan karakteristik wilayah dan masyarakat yang akan
dijajah. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ilmu antropologi memang berasal dari
kepentingan kolonialsme yang banyak membawa kesengsaraan. Namun, secara ilmu
pengetahuan perkembangan itu membawa dampak positif dalam pembentukan tradisi
keilmuan yang baru, yaitu yang berorientasi pada masyarakat.
Watak suatu bangsa begitu kompleks karena tersusun dari berbagai watak manusia yang
mungkin bisa saja sama, tetapi terdapat suatu poin di mana mereka memiliki identitas yang
jelas tentang suatu hal yang bersifat umu dalam masyarakat mereka. Misalnya, etnis Jawa
yang terkenal dengan kelemahlembutannya, ramah tamahnya, dan lain-lain, kemudian
orang Batak dengan watak keras dan tegas, dan sebagainya. Dalam bab ini disebutkan
bahwa:
1) Metode wawancara
Wawancara etnografi merupakan jenis peristiwa percakapan (speech event) yang
khusus. Metode wawancara merupakan metode untuk memperoleh data dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan.
Wawancara berencana, yaitu wawancara yang dilaksanakan melalui teknik-teknik
tertentu, antara lain menyusun sejumlah pertanyaan sedemikian rupa dalam bentuk
angket questioner.
Wawancara tidak berencana, yaitu wawancara yang tidak direncanakan secara
sistematis dan tidak menggunakan pedoman wawancara. Wawancara ini
dilaksanakan untuk memperoleh tanggapan tentang pandangan hidup, system
keyakinan, atau keagamaan.
Metode wawancara tidak berencana masih terbagi lagi menjadi 2 macam yaitu :
a. Wawancara terfokus (focused interview), yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
yang tidak berstruktur, tetapi terpusat pada satu pokok.
b. Wawancara bebas (free interview), yaitu pertanyaan yang tidak terpusat,
melainkan dapat berpindah-pindah pokok pertanyaan.
Adapun jika dilihat dari bentuk pertanyaannya, kedua wawancara di atas dapat
dibagi lagi menjadi 2 kategori yaitu :
1. Wawancara tertutup, yaitu terdiri dari berbagai pertanyaan yang jawabannya
terbatas. Terkdang pilihan jawaban hanya berbentuk “ya” dan “tidak”.
2. Wawancara terbuka, yaitu pertanyaan yang jawabannya berupa keterangan atau
cerita yang luas.
2) Metode Pengamatan
Metode observasi disebut juga metode pengamatan lapangan. Metode ini dilakukan
melalui pengamatan inderawi., yaitu dengan melakukan pencatatan terhadap gejala-
gejala pada objek penelitian secara langsung dilapangan. Pada metode ini
pengumpulan data dilakukan dengan mencatat semua kejadian atau fenomena yang
diamatai ke dalam catatan lapangan ( field notes ). Ada tiga macam jenis
pengamatan, yaitu :
1. Pengamatan biasa
Pengamatan yang dilakukan tanpa terlibat atau kontak langsung dengan informan
yang menjadi sasaran penelitiannya.
2. Pengamatan terkendali
Daftar Pustaka