DISUSUN OLEH :
SEVEAMAN GULO
SEMESTER/KELAS : IV/A
DOSEN PENGAMPU :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga kami bisa menyusun atau
menyelesaikan tugas CRITICAL JOURNAL REVIEW (CJR). Penelitian ini kami sajikan
secara ringkas dan sederhana sesuai dengan kemampuan yang kami miliki, dan tugas ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas CJR pada mata kuliah : Filsafat Politik.
Dalam rangka penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena
itu kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas
ini, dan dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan secara khusus kami berterimakasih kepada Bapak Amstrong Harefa,S.H.,M.H,
selaku Dosen pengampu mata kuliah Filsafat Politik karena telah memberikan bimbingan
kepada kami untuk menyelesaikan tugas CJR ini hingga selesai.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
ii
IDENTITAS JURNAL
Jurnal :
Judul : Analasis Pemikiran Filsafat Politik Thomas Aquinas
Jurnal : Jurnal Cakrawala
Download : http://www.ejournal.unigal.ac.id
Volume dan Halaman : 4 dan 145-150
Tahun : 2014
Penulis : Agus Dedi
Reviewer : Erlinda Zebua
Herman Jaya Zamasi
Seveaman Gulo
ISSN : 2442-8620
Tanggal : 12 Mei 2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan
Tujuan utama dari jurnal penelitian yang kami review ini adalah untuk mengetahui
bagaimana analisis pemikiran filsafat politik Thomas Aquinas.
2
C. Metode
Kajian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Kajian
dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan. Selain itu dengan mengamati pemikiran-
pemikiran politik Thomas Aquinas, dengan melakukan penelusuran dokumen-dokumen yang
berkaitan.
3
BAB II
ANALISIS JURNAL
4
bahwa instinct dan akal budi merupakan dua ciri atau karakteristik kodrati yang menjadikan
manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk politik (Suhelmi, 1999 : 73).
Sebagai makhluk sosial dan politik tentu saja manusia sangat tegantung kepada orang
lain. Tidak mungkin manusia dapat mencapai kepuasan, harapan-harapan dalam
anganangannya dalam upaya mencapai kebaikan hidup dilakukan sendiri tanpa ada bantuan
dari pihak atau manusia lainnya. Kebutuhan atau ketergant ungan manusia kepada manusia
lainnya itu dapat terlihat dalam berbagai aktivitas dalam rangka pemenuhan hidupnya.
b) Negara
Banyak para ahli pikir mendef inisikan hakekat tentang negara, akan tetapi belum ada
satu pun yang mampu mendef inisikan secara umum hakekat tentang negara secara lengkap.
Hanya saja mereka sepakat bahwa, negara merupakan organisasi terbesar dan berfungsi
mengatur perilaku manusia serta tujuan-tuj uan hidup bersama. Bila orang sudah hidup
bersama-sama dengan orang lain, maka mau tidak mau ia harus membatasi kebebasannya. Ia
tidak bisa dapat melakukan segala perbuatan yang ia kehendaki seperti ia dapat lakukan bila
ia hidup seorang diri, sebab ia harus juga mengindahkan adanya orangorang lain dan is tidak
boleh mengganggu kebebasan orang-orang lain.
Dengan tidak adanya lembaga yang mengatur, sebagai dikatakan oleh Thomas Hobbes,
Manusia yang satu akan merupakan serigala bagi manusia yang lain dan akan terjadi
peperangan dari semua orang melawan semua orang. Pendeknya keadaan hidup manusia
akan kacau balau (Apandi, 1977) Bertitik tolak dari hukum alam ini, Thomas Aquinas
berpendapat bahwa eksistensi negara bersumber dari sifat alamiah manusia. Salah satu sifat
alamiah manusia adalah wataknya yang bersifat social dan politis.
Menurut Thomas Aquinas, negara merupakan lembaga sosial manusia yang paling
tinggi dan luas yang berfungsi menjamin manusia memenuhi kebutuhan fisiknya yang
melampaui kemampuan lingkungan social lebih kecil seperti desa dan kota (Abdillah,
2012:49). Lebih dari itu, untuk mengembangkan akal budi dan pikirannya, individu juga
membutuhkan komunitas politik, negara. Negara dengan demikian merupakan kebutuhan
kodrati manusia.
Sejalan dengan pandangan di atas, Thomas Aquinas menjelaskan bahwa negara
merupakan bagian integral alam semesta, memiliki sifat dan karakter dasar yang mirip
dengan mekanisme kerja alam semesta pula. Negara merupakan suatu system tujuan yang
memiliki tatanan hirarki, dimana yarn berada diatas memiliki fungsi untuk memerintah,
menata, membimbing dan mengatur yang berada di bawah atau lebih rendah.
Alur pemikiran Thomas tentang bentuk negara dan pemerintahan lebih cenderung
mengikuti konsep Socrates, Plato, dan Aristoteles, yaitu mereka menglasif ikasikan tiga
5
macam bentuk pemerintahan yang baik dan tiga bentuk pemerintahan yang buruk sedangkan
Plato memberikan contoh lima macam bentuk negara. Menurut Plato, Aristrokasi adalah
bentuk yang paling tepat dan sempurna bagi suat negara ideal (Rapar, 2002:62). Selanjutnya,
plato mengungkapkan bahwa proses yang tak dapat diabaikan tentang dekade melalui mana
bahkan aristokrasi yang sempurna yang ida usulkan harus berubah menjadi “timokrasi”
tahun pemerintahan terhormat, yang harus diikuti oleh serangkaian pemerintah oleh
golongan kaya dari situ oleh demokrasi dan akhirnya tirani (Dahl, 1980:79). Bentuk Negara
yang paling terbaik adalah bentuk Aristokrasi (pemimpin dipegang oleh kaum cendikiawan
dan yang paling buruk adalah bentuk pemerintahan Tirani (pemimpin yang dianggap
memilih jasa cukup besar terhadap negara) Menurut Aristoteles, pemerintahan yang terbaik
adalah Monarkhi dari yang terburuk adalah Demokrasi. Sedangkan menurut Socrates
terdapat lima tipe sistem pemerintahan, yaitu aristokrasi, timokrasi, oligarki, demokrasi, dan
tirani (Surbakti, 1992:25).
Dalam membahas bentuk negara Thomas Aquinas, lebih sejalan dengan Aristoteles, hal
itu tampak dari dua kriteria yang dimunculkan yakni menyangkut jumlah penguasa dan
tujuan tujuan yang hendak dicapai olel negara yang bersangkutan (satu orang, beberapa
orang, dari banyak orang, kemudian tujuannya, untuk kepentingan penguasa atau untuk
kepentingan atau kesejaht eraan umum). Berdasarkan dua kriteria tersebut di atas Thomas
Aquina mengklasif ikasikan bentuk-bentuk negara (pemerintahan) menjadi empat bentuk,
yaitu Monarkhi , Aristokrasi, Timokrasi, dan Demokrasi.
Uraian tentang keempat bentuk negara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, negara yang diperintah satu orang dan bertujuan mencapai kebaikan bersama
dinamakan Monarki, tetapi bila tujuannya hanya mencapai kebaikan pribadi, penguasanya
bengis dan tidak adil maka negara itu dinamakan Tirani.
Kedua, Negara yang diperintah beberapa orang mulia dan memilki tujuan kebaikan
bersama dinamakan Aristokrasi sedang bila tidak, negara itu dinamakan Oligarki (Dalam
Oligarki penguasa negara menindas rakyat nya melalui represi ekonomi. Penguasa oligarki
adalah orang-orang yang memilki harta kekayaan melimpah).
Ketiga, negara yang bertujuan mencapai kebaikan bersama, dijadikan kebebasan
sebagai dasar persamaan politik, kuatnya control kaum jelata terhadap penguasa dan negara
bersangkutan diperintah banyak orang dinamakan Timokrasi atau Politea.
Keempat, bentuk negara yang dipimpin oleh beberapa orang disebut Demokrasi.
Menurut Thomas Aquinas bentuk negara demokrasi lebih baik dibandingkan bentuk negara
Tirani, sebab di dalam bentuk Demokrasi memiliki ciri terdapatnya hak kontrol dari warga
masyarakat yang ada dalam pemerintahan tersebut. Negara dengan penguasa tunggal disebut
bentuk negara terbaik. Hal ini dapat dipahami karena sesuai dengan hakikat hukum slam
6
dalam hal ini bahwa alam selalu diperintah oleh satu pengendali atau pihak. Ilustrasi yang
dapat menjelaskan pernyataan tersebut misalnya, tubuh manusia yang semua anggota-
anggotanya hanya digerakkan oleh satu faktor atau satu bagian tubuh, yaitu hati. Contoh
lainnya juga dapat dilihat dalam dunia binatang. Analogi yang dapat dikemukakan sebagai
berikut:
Lebah hanya memiliki satu raja. Fenomena ini menyiratkan makna bahwa keseluruhan
alam semesta (universe) diatur hanya oleh satu Tuhan pencipta, penata, pengatur segala yang
ada di muka bumi ini beserta seluruh kejadiannya. Tuhan tidak memiliki saingan. Hal ini
semua menurut Thomas dianggap sesuai dengan penalaran dan akal budi (reason).
Hal lain yang kiranya perlu dijelaskan di sini adalah komparasi tentang bentuk negara.
Bila dalam penjelasan sebelumnya dinyatakan bahwa Monarki merupakan bentuk negara
yang dianggap paling baik, maka sebaliknya Tirani adalah merupakan bentuk negara paling
buruk. Demokrasi meskipun buruk masih dapat diterima (tolarable) dibandingkan dengan
tirani. Alasan yang dapat dikemukakan adalah dalam negara tirani kemungkinan terjadinya
penyelewengan kekuasaan (abuse of power) sangat besar atau terbuka lebar.
Selanjut nya menurut Thomas meskipun penguasaan negara oleh satu orang memiliki
keutamaan atau keunggulan seperti dalam system kekuasaan monarki model penguasa
tunggal dalam suatu pemerintahan j uga memiliki peluang atau potensi untuk menjadi
penguasa tiran. Biasanya penguasa tunggal berubah menjadi tiran karena tidak adanya sistem
pengawasan yang berfungsi sebagai alat kontrol terhadap kekuasaannya yang berbasiskan
kekuasaan secara turun temurun. Oleh karena itu, untuk menghindari munculnya penguasa
tiran dalam suatu negara menurut Thomas perlu diciptakan beberapa mekanisme sebagai
berikut:
Pertama, seorang penguasa tunggal atau raja yang memerintah hendaknya harus
diangkat berdasarkan pemilihan yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin masyarakat. Raja
harus dipilih berdasarkan kompetensi dan kualitas pribadi yang dimilikinya (elected).
Kekuasaan yang dimilikinya tidak boleh diperoleh karena warisan dari penguasa
sebelumnya. Oleh karena itu Thomas sangat menolak prinsip kekuasaan berdasarkan turunan
(hereditypower). Dengan cara dipilih atau diangkat oleh para pemimpin masyarakat maka
seorang penguasa negara akan berpotensi untuk memiliki suatu tanggung jawab terhadap
pelaksanaan kekuasaan negara.
Setelah diangkat, langkah selanjutnya adalah sistem pemerintahan harus diatur
sedemikian rupa sehingga penguasa itu tidak lagi memiliki kesempatan unt uk menjadi
seorang tiran.
7
Kedua, mekanisme lain untuk menutup kemungkinan yang memunculkan potensi
lahirnya seorang tiran adalah dengan membatasi kekuasaan penguasa tunggal yang
bersangkutan.
Ketiga, kesempatan seorang penguasa untuk menjadi seorang tiran akan sangat tertutup
jika dalam sistem pemerintahan ter sebut terdapat kepemilikan kekuasaan secara bersama-
sama, maksudnya adalah terjadinya share of power dalam sistem pemerintahannya.
Hal lain yang perlu dijelaskan berikutnya adalah jika mekanisme yang telah dilakukan
untuk menutup kemungkinan munculnya seorang yang telah dilaksanakan namun tetap
muncul gejala penguasa tiran, Thomas berpendapat bahwa kalau kasus seperti itu tetap
terjadi maka seluruh rakyat yang diperintah boleh mentolerir tirani tersebut. Alasan yang
dapat dijelaskan adalah kalau tirani itu dilawan untuk dijatuhkan maka akan terjadi suatu
malapetaka politik dalam negara tersebut yang tentu saja akibatnya akan membuat rakyat
semakin menderita.
Berdasarkan uraian tersebut Thomas Aquinas memiliki pendapat bahwa bentuk negara
atau pemerintahan yang terbaik dipimpin oleh satu orang (Monarki), hal ini lebih
memungkinkan terciptanya perdamaian dan kesatuan negara sehingga sifat destruktif dapat
dihindari.
c) Kekuasaan
Secara umum kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan dari seseorang atau
kelompok orang untuk mempengaruhi tingkah l aku seseorang atau kelompok lain
sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari
orang yang mempunyai kekuasaan itu. Gejala kekuasaan ini merupakan sesuatu yang lumrah
dalam kehidupan bermasyarakat, dalam berbagai bentuk kehidupan bersama.
Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, dalam arti bahwa ada satu pihak yang
memerintah dan ada pihak yang diperintah, satu pihak yang memberi perintah, satu pihak
yang mematuhi perintah. Tidak ada persamaan martabat, selalu ada yang lebih tinggi
daripada yang lain.
Berhubungan erat dengan masalah kekuasaan adalah pengaruh, sehingga sering
dikatakan bahwa pengaruh adalah bentuk lunak dari kekuasaan. Dalam hal ini biasanya
seseorang yang mempunyai kekuasaan juga mempunyai pengaruh di dalam dan di luar
bidang kekuasaannya. Tetapi tidak semua orang yang mempunyai kekuasaan yang sama,
mempunyai pengaruh yang sama besarnya karena masalah pengaruh berkaitan dengan
pribadi seseorang yang memegang kekuasaan.
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan, ia adalah organisasi pokok dari kekuasaan.
Negara adalah alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-
8
hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam
masyarakat.
Jean Bodin mengemukakan ada beberapa teori tentang kekuasaan, diantaranya "bahwa
kekuasaan di dalam negara datangnya dari Tuhan, oleh karena itu seorang kepala negara
yang menjalankan kekuasaan di dalam negara hanya sebagai wakil Tuhan saja dan bukan
menjalankan kekuasaan sendiri ataupun kekuasaan milik negara".
Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, Thomas Aquinas merumuskan bagai mana
seharusnya kekuasaan dipergunakan dan tujuantujuan, serta tugas-tugas penguasa politik
ditetapkan. Karena kekuasaan berasal dari Tuhan, haruslah dipergunakan demi kebaikan
bersama dan tidak dibenarkan, karena itu berarti ' pengingkaran terhadap anugerah Tuhan.
9
merupakan tanggung jawab utama penguasa. Hal ini juga merupakan kondisi-kondisi awal
yang dibutuhkan seandainya masyarakat (yang dibimbing oleh gereja) ingin menempuh
usaha terpenting yaitu memperoleh keselamatan jiwa dalam kehidupannya.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menganalisis secara keselurahan, menurut saya jurnal ini sudah baik dan juga
lengkap, sesuai dengan metode penelitian jurnal yaitu penelitian menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Kajian dilakukan dengan menggunakan studi
kepustakaan dan melakukan penelusuran dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pemikiran-
pemikiran filsafat politik Thomas Aquinas yang merupakan filsuf besar dalam perkembangan
sejarah politik dunia.
B. Saran
Saran kami bagi penulis untuk penulisan jurnal selanjutnya agar lebih memperhatikan
penulisan kalimat dalam menulis jurnal. Artinya, memperhatikan penulisan kata-kata yang
ditulis didalam jurnal apakah sudah sesuai atau tidak, sehingga tidak mengurangi daya tarik
pembaca dalam membaca jurnal ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Dedi, Agus, 2014, “Analisis Pemikiran Filsafat Politik Thomas Aquinas”, Cakrawala, Vol. 4 No.
(4), 145-150, dalam http://www.ejournal.unigal.ac.id, diakses pada 10 Mei 2020.
12