Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL JOURNAL REVIEW

DISUSUN OLEH :

NAMA : ERLINDA ZEBUA

HERMAN JAYA ZAMASI

SEVEAMAN GULO

SEMESTER/KELAS : IV/A

MATA KULIAH : FILSAFAT POLITIK

DOSEN PENGAMPU :

AMSTRONG HAREFA, S.H., M.H.

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUNAN SOSIAL (FPIPS)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga kami bisa menyusun atau
menyelesaikan tugas CRITICAL JOURNAL REVIEW (CJR). Penelitian ini kami sajikan
secara ringkas dan sederhana sesuai dengan kemampuan yang kami miliki, dan tugas ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas CJR pada mata kuliah : Filsafat Politik.
Dalam rangka penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena
itu kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas
ini, dan dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan secara khusus kami berterimakasih kepada Bapak Amstrong Harefa,S.H.,M.H,
selaku Dosen pengampu mata kuliah Filsafat Politik karena telah memberikan bimbingan
kepada kami untuk menyelesaikan tugas CJR ini hingga selesai.

Gunungsitoli, 12 Mei 2020


Penyusun,

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
IDENTITAS JURNAL ................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 2
A. Latar Belakang Masalahs............................................................................. 2
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
C. Metode Penelitian ........................................................................................ 3
BAB II ANALISIS JURNAL ...................................................................................... 4
A. Kajian Pustak dan Pembahasan .................................................................. 4
B. Komentar Jurnal .......................................................................................... 10
1. Kekuatan ................................................................................................. 10
2. Kelemahan .............................................................................................. 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 11
A. Kesimpulan .................................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12

ii
IDENTITAS JURNAL

Jurnal :
 Judul : Analasis Pemikiran Filsafat Politik Thomas Aquinas
 Jurnal : Jurnal Cakrawala
 Download : http://www.ejournal.unigal.ac.id
 Volume dan Halaman : 4 dan 145-150
 Tahun : 2014
 Penulis : Agus Dedi
 Reviewer : Erlinda Zebua
Herman Jaya Zamasi
Seveaman Gulo
 ISSN : 2442-8620
 Tanggal : 12 Mei 2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bangsa-bangsa di dunia mengalami berbagai kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan dan
keberhasilan yang dicapai tidak dapat dilepaskan dari jasa para pemikir / filsuf, seperti Plato,
Aristoteles, Machiavelli, Agustinus, Hegel, Karl Marx, Thomas Aquinas dan lain sebagai nya.
Pandangan dan pemikiran para filsuf tersebut memberikan manfaat sanga besar dalam sejarah
peradaban dunia politik terutama yang berkenaan dengan bidang hukum, negara, politik dan
kekuasaan.
Salah satu filsuf dunia yang patut dicatat dalam sejarah karena gagasan dan pemikirannya
adalah Thomas Aquinas. Thomas dijuluki sebagai raja skolastik eropa kristen karena telah
meletakkan dasar dasar intelektual dan teologis yang sangat kokoh bagi perkembangan
pemikiran politik kristiani eropa abad tengah. Thomas dalam kehidupannya mampu
mengembangkan doktrin-doktrin kristiani dengan sangat baik. Selain itu Thomas juga
melahirkan berbagai pemikiran tentang hukum alam, Negara, dan Kekuasaan Politik. Masalah
hukum, negara dan kekuasaan politik menurut Thomas Aquinas tidak bisa dilepaskan dari
hukum kodrat (Natural Law), yang dalam pemikirannya diartikan sebagai partisipasi makhluk
rasional dalam hukum abadi (Eterna/ Law). Eternal Law itu sendiri adalah kebijaksanaan dan
akal budi abadi tuhan (Suhelmi, 2001 : 72).
Berdasarkan kutipan di atas dapat dinyatakan bahwa Thomas Aquinas berpendapat bahwa
eksistensi sebuah negara itu bersumber dari sifat alamiah manusia. Salah satu sifat alamiah
manusia adalah karakter yang bersifat sosial dan politik. Sebagai makhluk, manusia tentu
sangat membutuhkan manusia lain sebagai relasi dalam kehidupannya. Manusia membutuhkan
orang lain. Manusia ketergantungan pada orang lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan
hidupnya sehari-hari.
Demikian halnya dalam konsep negara dan kekuasaan bahwa manusia takkan bisa
terlepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Beberapa argumentasi dapat dikemukakan
mengapa secara alamiah manusia memerlukan negara. Salah satu alasan yang dapat dijelaskan
adalah karena manusia adalah bagian dari alam sehingga manusia tidak hanya membutuhkan
berbagai substansi alam yang berada di dunia ini.

B. Tujuan
Tujuan utama dari jurnal penelitian yang kami review ini adalah untuk mengetahui
bagaimana analisis pemikiran filsafat politik Thomas Aquinas.

2
C. Metode
Kajian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Kajian
dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan. Selain itu dengan mengamati pemikiran-
pemikiran politik Thomas Aquinas, dengan melakukan penelusuran dokumen-dokumen yang
berkaitan.

3
BAB II
ANALISIS JURNAL

A. Kajian Pustaka dan Pembahasan


1. Filsafat Pemikiran Thomas Aquinas
a) Hukum Alam
Hukum alam merupakan dasar atau landasan bagi hukum-hukum yang sebenarnya yang
tidak dapat diragukan kebenarannya. Salah seorang yang memiliki konsep teori hukum alam
yang dikemukakan oleh Tohmas Aquinas, bahwa Teori hukum alam menempatkan manusia
sebagai makhluk yang hidup dalam alam bebas dan setiap manusia mengal ami tantangan
dan kekacauan. Oleh karena itu, manusia mengadakan ikatan untuk membentuk suat
masyarakat politik yang disebut “negara” (Syarbaini, 2011:29). Hukum alam ini beroperasi
pada alam semesta sebagai ciptaan Tuhan. Hal ini sejalan dengan pemikiran Thomas dalam
hal sebagai berikut: "Hukum alam tidak lain merupakan partisipasi makhluk rasional dalam
hukum abadi (eternal law)" yang dimaksud dengan makhluk rasional adalah manusia. Di
antara semua makhluk ciptaan Tuhan- sungai-sungai, galaksi, lautan, hewan, tumbuhan,
hanya manusialah yang berhak memiliki predikat makhluk rasional, sedang yang lainnya
adalah makhluk irrasional. Hanya manusialah yang dianugerahi Tuhan penalaran,
intelegensia, dan akal budi (reason). Makhluk lainnya hanya diberi instinct. Thomas
berkeyakinan bahwa dalil -dalil hukum alam dalam manusia berkaitan dengan masalah
masalah praktis (Losco, 2005:419).
Dalam pandangan Thomas Aquinas, dengan berdasar pada hukum alam tersebut beliau
berpendapat bahwa eksistensi negara bersumber dan sifat alamiah manusia. Salah satu sifat
manusia adalah wataknya yang bersifat sosial dan politis. Manusia adalah makhluk sosial
dan makhluk politik (man is a social and political animal.
Pemikiran Thomas tentang manusia yang disebutnya sebagai makhluk sosial ini juga
dikemukakannya sebagai berikut: "manusia mempunyai suatu alat yang di milikinya
berdasarkan kodrat alam yang tidak dipunyai oleh mahluk mahluk lainnya. Alat itu ialah
"akal" atau "fikiran" (reason, rede)" (Apandi, 1977:29). Penjelasan tersebut
mengimplikasikan bahwa dengan akal yang dimilikinya tersebut manusia dapat berupaya
untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya.
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tentu saja manusia tidak bisa bekerja sendiri.
Manusia memerlukan interaksi, kerjasama dengan manusia lain untuk memenuhi semua
kebutuhan hidupnya. Hal ini semakin menguatkan pemikiran Thomas yang menjelaskan

4
bahwa instinct dan akal budi merupakan dua ciri atau karakteristik kodrati yang menjadikan
manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk politik (Suhelmi, 1999 : 73).
Sebagai makhluk sosial dan politik tentu saja manusia sangat tegantung kepada orang
lain. Tidak mungkin manusia dapat mencapai kepuasan, harapan-harapan dalam
anganangannya dalam upaya mencapai kebaikan hidup dilakukan sendiri tanpa ada bantuan
dari pihak atau manusia lainnya. Kebutuhan atau ketergant ungan manusia kepada manusia
lainnya itu dapat terlihat dalam berbagai aktivitas dalam rangka pemenuhan hidupnya.

b) Negara
Banyak para ahli pikir mendef inisikan hakekat tentang negara, akan tetapi belum ada
satu pun yang mampu mendef inisikan secara umum hakekat tentang negara secara lengkap.
Hanya saja mereka sepakat bahwa, negara merupakan organisasi terbesar dan berfungsi
mengatur perilaku manusia serta tujuan-tuj uan hidup bersama. Bila orang sudah hidup
bersama-sama dengan orang lain, maka mau tidak mau ia harus membatasi kebebasannya. Ia
tidak bisa dapat melakukan segala perbuatan yang ia kehendaki seperti ia dapat lakukan bila
ia hidup seorang diri, sebab ia harus juga mengindahkan adanya orangorang lain dan is tidak
boleh mengganggu kebebasan orang-orang lain.
Dengan tidak adanya lembaga yang mengatur, sebagai dikatakan oleh Thomas Hobbes,
Manusia yang satu akan merupakan serigala bagi manusia yang lain dan akan terjadi
peperangan dari semua orang melawan semua orang. Pendeknya keadaan hidup manusia
akan kacau balau (Apandi, 1977) Bertitik tolak dari hukum alam ini, Thomas Aquinas
berpendapat bahwa eksistensi negara bersumber dari sifat alamiah manusia. Salah satu sifat
alamiah manusia adalah wataknya yang bersifat social dan politis.
Menurut Thomas Aquinas, negara merupakan lembaga sosial manusia yang paling
tinggi dan luas yang berfungsi menjamin manusia memenuhi kebutuhan fisiknya yang
melampaui kemampuan lingkungan social lebih kecil seperti desa dan kota (Abdillah,
2012:49). Lebih dari itu, untuk mengembangkan akal budi dan pikirannya, individu juga
membutuhkan komunitas politik, negara. Negara dengan demikian merupakan kebutuhan
kodrati manusia.
Sejalan dengan pandangan di atas, Thomas Aquinas menjelaskan bahwa negara
merupakan bagian integral alam semesta, memiliki sifat dan karakter dasar yang mirip
dengan mekanisme kerja alam semesta pula. Negara merupakan suatu system tujuan yang
memiliki tatanan hirarki, dimana yarn berada diatas memiliki fungsi untuk memerintah,
menata, membimbing dan mengatur yang berada di bawah atau lebih rendah.
Alur pemikiran Thomas tentang bentuk negara dan pemerintahan lebih cenderung
mengikuti konsep Socrates, Plato, dan Aristoteles, yaitu mereka menglasif ikasikan tiga

5
macam bentuk pemerintahan yang baik dan tiga bentuk pemerintahan yang buruk sedangkan
Plato memberikan contoh lima macam bentuk negara. Menurut Plato, Aristrokasi adalah
bentuk yang paling tepat dan sempurna bagi suat negara ideal (Rapar, 2002:62). Selanjutnya,
plato mengungkapkan bahwa proses yang tak dapat diabaikan tentang dekade melalui mana
bahkan aristokrasi yang sempurna yang ida usulkan harus berubah menjadi “timokrasi”
tahun pemerintahan terhormat, yang harus diikuti oleh serangkaian pemerintah oleh
golongan kaya dari situ oleh demokrasi dan akhirnya tirani (Dahl, 1980:79). Bentuk Negara
yang paling terbaik adalah bentuk Aristokrasi (pemimpin dipegang oleh kaum cendikiawan
dan yang paling buruk adalah bentuk pemerintahan Tirani (pemimpin yang dianggap
memilih jasa cukup besar terhadap negara) Menurut Aristoteles, pemerintahan yang terbaik
adalah Monarkhi dari yang terburuk adalah Demokrasi. Sedangkan menurut Socrates
terdapat lima tipe sistem pemerintahan, yaitu aristokrasi, timokrasi, oligarki, demokrasi, dan
tirani (Surbakti, 1992:25).
Dalam membahas bentuk negara Thomas Aquinas, lebih sejalan dengan Aristoteles, hal
itu tampak dari dua kriteria yang dimunculkan yakni menyangkut jumlah penguasa dan
tujuan tujuan yang hendak dicapai olel negara yang bersangkutan (satu orang, beberapa
orang, dari banyak orang, kemudian tujuannya, untuk kepentingan penguasa atau untuk
kepentingan atau kesejaht eraan umum). Berdasarkan dua kriteria tersebut di atas Thomas
Aquina mengklasif ikasikan bentuk-bentuk negara (pemerintahan) menjadi empat bentuk,
yaitu Monarkhi , Aristokrasi, Timokrasi, dan Demokrasi.
Uraian tentang keempat bentuk negara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, negara yang diperintah satu orang dan bertujuan mencapai kebaikan bersama
dinamakan Monarki, tetapi bila tujuannya hanya mencapai kebaikan pribadi, penguasanya
bengis dan tidak adil maka negara itu dinamakan Tirani.
Kedua, Negara yang diperintah beberapa orang mulia dan memilki tujuan kebaikan
bersama dinamakan Aristokrasi sedang bila tidak, negara itu dinamakan Oligarki (Dalam
Oligarki penguasa negara menindas rakyat nya melalui represi ekonomi. Penguasa oligarki
adalah orang-orang yang memilki harta kekayaan melimpah).
Ketiga, negara yang bertujuan mencapai kebaikan bersama, dijadikan kebebasan
sebagai dasar persamaan politik, kuatnya control kaum jelata terhadap penguasa dan negara
bersangkutan diperintah banyak orang dinamakan Timokrasi atau Politea.
Keempat, bentuk negara yang dipimpin oleh beberapa orang disebut Demokrasi.
Menurut Thomas Aquinas bentuk negara demokrasi lebih baik dibandingkan bentuk negara
Tirani, sebab di dalam bentuk Demokrasi memiliki ciri terdapatnya hak kontrol dari warga
masyarakat yang ada dalam pemerintahan tersebut. Negara dengan penguasa tunggal disebut
bentuk negara terbaik. Hal ini dapat dipahami karena sesuai dengan hakikat hukum slam

6
dalam hal ini bahwa alam selalu diperintah oleh satu pengendali atau pihak. Ilustrasi yang
dapat menjelaskan pernyataan tersebut misalnya, tubuh manusia yang semua anggota-
anggotanya hanya digerakkan oleh satu faktor atau satu bagian tubuh, yaitu hati. Contoh
lainnya juga dapat dilihat dalam dunia binatang. Analogi yang dapat dikemukakan sebagai
berikut:
Lebah hanya memiliki satu raja. Fenomena ini menyiratkan makna bahwa keseluruhan
alam semesta (universe) diatur hanya oleh satu Tuhan pencipta, penata, pengatur segala yang
ada di muka bumi ini beserta seluruh kejadiannya. Tuhan tidak memiliki saingan. Hal ini
semua menurut Thomas dianggap sesuai dengan penalaran dan akal budi (reason).
Hal lain yang kiranya perlu dijelaskan di sini adalah komparasi tentang bentuk negara.
Bila dalam penjelasan sebelumnya dinyatakan bahwa Monarki merupakan bentuk negara
yang dianggap paling baik, maka sebaliknya Tirani adalah merupakan bentuk negara paling
buruk. Demokrasi meskipun buruk masih dapat diterima (tolarable) dibandingkan dengan
tirani. Alasan yang dapat dikemukakan adalah dalam negara tirani kemungkinan terjadinya
penyelewengan kekuasaan (abuse of power) sangat besar atau terbuka lebar.
Selanjut nya menurut Thomas meskipun penguasaan negara oleh satu orang memiliki
keutamaan atau keunggulan seperti dalam system kekuasaan monarki model penguasa
tunggal dalam suatu pemerintahan j uga memiliki peluang atau potensi untuk menjadi
penguasa tiran. Biasanya penguasa tunggal berubah menjadi tiran karena tidak adanya sistem
pengawasan yang berfungsi sebagai alat kontrol terhadap kekuasaannya yang berbasiskan
kekuasaan secara turun temurun. Oleh karena itu, untuk menghindari munculnya penguasa
tiran dalam suatu negara menurut Thomas perlu diciptakan beberapa mekanisme sebagai
berikut:
Pertama, seorang penguasa tunggal atau raja yang memerintah hendaknya harus
diangkat berdasarkan pemilihan yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin masyarakat. Raja
harus dipilih berdasarkan kompetensi dan kualitas pribadi yang dimilikinya (elected).
Kekuasaan yang dimilikinya tidak boleh diperoleh karena warisan dari penguasa
sebelumnya. Oleh karena itu Thomas sangat menolak prinsip kekuasaan berdasarkan turunan
(hereditypower). Dengan cara dipilih atau diangkat oleh para pemimpin masyarakat maka
seorang penguasa negara akan berpotensi untuk memiliki suatu tanggung jawab terhadap
pelaksanaan kekuasaan negara.
Setelah diangkat, langkah selanjutnya adalah sistem pemerintahan harus diatur
sedemikian rupa sehingga penguasa itu tidak lagi memiliki kesempatan unt uk menjadi
seorang tiran.

7
Kedua, mekanisme lain untuk menutup kemungkinan yang memunculkan potensi
lahirnya seorang tiran adalah dengan membatasi kekuasaan penguasa tunggal yang
bersangkutan.
Ketiga, kesempatan seorang penguasa untuk menjadi seorang tiran akan sangat tertutup
jika dalam sistem pemerintahan ter sebut terdapat kepemilikan kekuasaan secara bersama-
sama, maksudnya adalah terjadinya share of power dalam sistem pemerintahannya.
Hal lain yang perlu dijelaskan berikutnya adalah jika mekanisme yang telah dilakukan
untuk menutup kemungkinan munculnya seorang yang telah dilaksanakan namun tetap
muncul gejala penguasa tiran, Thomas berpendapat bahwa kalau kasus seperti itu tetap
terjadi maka seluruh rakyat yang diperintah boleh mentolerir tirani tersebut. Alasan yang
dapat dijelaskan adalah kalau tirani itu dilawan untuk dijatuhkan maka akan terjadi suatu
malapetaka politik dalam negara tersebut yang tentu saja akibatnya akan membuat rakyat
semakin menderita.
Berdasarkan uraian tersebut Thomas Aquinas memiliki pendapat bahwa bentuk negara
atau pemerintahan yang terbaik dipimpin oleh satu orang (Monarki), hal ini lebih
memungkinkan terciptanya perdamaian dan kesatuan negara sehingga sifat destruktif dapat
dihindari.

c) Kekuasaan
Secara umum kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan dari seseorang atau
kelompok orang untuk mempengaruhi tingkah l aku seseorang atau kelompok lain
sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari
orang yang mempunyai kekuasaan itu. Gejala kekuasaan ini merupakan sesuatu yang lumrah
dalam kehidupan bermasyarakat, dalam berbagai bentuk kehidupan bersama.
Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, dalam arti bahwa ada satu pihak yang
memerintah dan ada pihak yang diperintah, satu pihak yang memberi perintah, satu pihak
yang mematuhi perintah. Tidak ada persamaan martabat, selalu ada yang lebih tinggi
daripada yang lain.
Berhubungan erat dengan masalah kekuasaan adalah pengaruh, sehingga sering
dikatakan bahwa pengaruh adalah bentuk lunak dari kekuasaan. Dalam hal ini biasanya
seseorang yang mempunyai kekuasaan juga mempunyai pengaruh di dalam dan di luar
bidang kekuasaannya. Tetapi tidak semua orang yang mempunyai kekuasaan yang sama,
mempunyai pengaruh yang sama besarnya karena masalah pengaruh berkaitan dengan
pribadi seseorang yang memegang kekuasaan.
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan, ia adalah organisasi pokok dari kekuasaan.
Negara adalah alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-

8
hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam
masyarakat.
Jean Bodin mengemukakan ada beberapa teori tentang kekuasaan, diantaranya "bahwa
kekuasaan di dalam negara datangnya dari Tuhan, oleh karena itu seorang kepala negara
yang menjalankan kekuasaan di dalam negara hanya sebagai wakil Tuhan saja dan bukan
menjalankan kekuasaan sendiri ataupun kekuasaan milik negara".
Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, Thomas Aquinas merumuskan bagai mana
seharusnya kekuasaan dipergunakan dan tujuantujuan, serta tugas-tugas penguasa politik
ditetapkan. Karena kekuasaan berasal dari Tuhan, haruslah dipergunakan demi kebaikan
bersama dan tidak dibenarkan, karena itu berarti ' pengingkaran terhadap anugerah Tuhan.

d) Benang Merah Pemikiran Filsafat Politik Thomas Aquinas


Pemikiran-pemikiran filsafat politik Aquinas sangat memberikan pengaruh yang positif
bagi perkembangan ilmu politik. Aquinas dapat dianggap telah mengembangkan sebuah
pandangan poliik sebagai kekuatan positif dalam kehidupan manusia.
Pemikiranpemikirannya mampu mengakomodasi hierarki tradisional dengan bangkitnya
gagasan-gagasan tentang komunitas dan menyusun parameter-parameter untuk pembahasan
masalah-masalah moral yang sulit dalam lingkup politik lewat kehebatan penanganannya
atas hukum alam. Aquinas berkesimpulan lewat pengamatan berbagai masalah kontemporer
yang ditemukannya. Pandangan-pandangannya sering kali dikutip sebagai sesuatu yang
mampu memberikan wawasan dan kejelasan atas suatu masalah atau fenomena yang
ditemukan dalam kehidupan masyarakat.
Pandangan lain yang perlu dicermati di sini adalah konsep Aquinas yang tampaknya
sangat kental dengan unsur religi. Misalnya konsep atau pandangannya tentang terdapat dua
rute menuju pengetahuan, yaitu lewat akal dan lewat iman. Alam adalah suara hukum alam.
Gagasan bahwa Tuhan secara bertahap menanamkan insting dan kemampuan yang
seandainya diikuti secara tepat, akan membawa pada tindakan benar. Akan tetapi akal itu
sendiri memiliki kelemahan. Sekalipun dapat menyediakan pengetahuan tentang dunia ini, ia
hanya sedikit mengungkapkan masa depan. Dalam hal inilah tugas pokok iman, dan kitab
sucilah yang menjadi pedoman atau pemandunya.
Salah satu kebenaran yang diajarkan hukum alam (juga dengan hukum ilahi) adalah
sosialitas manusia. Keluarga dan menurut Aquinas adalah hal yang alami. Setiap individu
tidak akan dapat memenuhi kebutuhan dan memperoleh kesejahteraannya sendiri. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa negara merupakan bagian terlengkap dari sosialitas.
Meskipun pencapaian kesepakatan di antara banyak individu merupakan suatu hal yang sulit
akan tetapi meneguhkan atau membentuk kesatuan dan menciptakan kedamaian adalah

9
merupakan tanggung jawab utama penguasa. Hal ini juga merupakan kondisi-kondisi awal
yang dibutuhkan seandainya masyarakat (yang dibimbing oleh gereja) ingin menempuh
usaha terpenting yaitu memperoleh keselamatan jiwa dalam kehidupannya.

B. Komentar Terhadap Jurnal


1) Kelebihan Jurnal
 Penamaan judul pada penelitian ini sudah tepat karena menunjukkan masalah
penelitian yang diangkat oleh peneliti.
 Penelitian ini dilakukan oleh satu orang dengan mengikutsertakan email dan afiliasi
universitas. Karena mencantumkan email sangat penting untuk mempermudah diskusi
antar penulis dengan pembaca jurnal. Mencantumkan nama universitas sebagai afiliasi
penulis juga penting untuk meningkatkan pengakuan universitas tersebut di dunia
pendidikan.
 Pada bagian pendahuluan latar belakang disajikan dengan urutan yang logis
 Metode yang digunakan sudah sesuai dan lengkap.
 Teknik penulisan sudah benar yaitu menggunakan italic
 Hasil penelitian disajikan secara rapi dan terstruktur dengan bahasa yang baik (tidak
bertele-tele). Hasil penelitian menjelaskan pemikiran filsafat politik yang berkaitan
dengan ajaran yang dikembangkan oleh Thomas Aquinas yaitu hukum alam, negara,
dan kekuasaan secara terurut
 Peneliti menyajikan kesimpulan dengan baik dan peneliti menghubungkan tujuan
penelitian, masalah penelitian dan hasil penelitian.
2) Kelemahan Jurnal
 Penulisan abstrak tidak diterjemahkan dalam bahasa Inggris
 Pada bagian pendahuluan tidak ada rumusan masalah dan tujuan dari penyusunan
jurnal
 Tidak terdapat catatan kaki yang memperjelas darimana pernyataan yang telah kutip
oleh peneliti
 Terdapat penulisan kata yang salah

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah menganalisis secara keselurahan, menurut saya jurnal ini sudah baik dan juga
lengkap, sesuai dengan metode penelitian jurnal yaitu penelitian menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Kajian dilakukan dengan menggunakan studi
kepustakaan dan melakukan penelusuran dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pemikiran-
pemikiran filsafat politik Thomas Aquinas yang merupakan filsuf besar dalam perkembangan
sejarah politik dunia.

B. Saran
Saran kami bagi penulis untuk penulisan jurnal selanjutnya agar lebih memperhatikan
penulisan kalimat dalam menulis jurnal. Artinya, memperhatikan penulisan kata-kata yang
ditulis didalam jurnal apakah sudah sesuai atau tidak, sehingga tidak mengurangi daya tarik
pembaca dalam membaca jurnal ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dedi, Agus, 2014, “Analisis Pemikiran Filsafat Politik Thomas Aquinas”, Cakrawala, Vol. 4 No.
(4), 145-150, dalam http://www.ejournal.unigal.ac.id, diakses pada 10 Mei 2020.

12

Anda mungkin juga menyukai