Anda di halaman 1dari 10

PENAHANAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3

NAMA : 1. ERLINDA ZEBUA


2. HERMAN JAYA ZAMASI
KELAS/SEMESTER : A/V
PRODI : PPKn
MATA KULIAH : HUKUM ACARA PIDANA

DOSEN PENGAMPU :

AMSTRONG HAREFA, S.H., M.H.

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (FPIPS)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA
DAN KEWARGANEGARAAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga kami bisa menyusun atau menyelesaikan
makalah kami dengan judul Penahanan. Penulisan ini kami sajikan secara ringkas dan
sederhana sesuai dengan kemampuan yang kami miliki, dan tugas ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas pada matakuliah : Hukum Acara Pidana.
Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik
yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini, dan
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan secara khusus kami berterimakasih kepada Bapak Amstrong Harefa, S.H.,
M.H., selaku Dosen pengampu mata kuliah Hukum Acara Pidana karena telah memberikan
bimbingan kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini hingga selesai.

Gunungsitoli, 27 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN TEORITIS.......................................................................... 2
A. Pengertian Penahanan......................................................................... 2
B. Pejabat Yang Berwenang Menahan dan Lamanya Penahanan........... 3
C. Macam-Macam Bentuk Penahanan.................................................... 5
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 6
A. Kesimpulan ........................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam pembahasan sebelumnya hanya berfokus pada ruang lingkup pembahasan
yang berfokus pada wewenang aparat Polri dalam penyidikan, namun dalam pembahasan
tentang penahanan dibahas menyangkut instansi penegak hukum lainnya, termasuk
penuntut umum dan hakim atau peradilan. Jadi masalah penahanan bukan hanya
wewenang yang dimiliki oleh penyidik saja (Polri), tapi juga meliputi wewenang yang
diberikan undang-undang kepada semua instansi dan tingkat peradilan (penuntut umum dan
hakim).
Penahanan diatur dalam KUHAP, yaitu pada Bab V Bagian Kedua dari Pasal 20
sampai dengan Pasal 31, kemudian dijumpai beberapa aturan-aturan lainnya yang
mengatur tentang penahanan. Untuk lebih jelasnya akan dibahas masalah penahanan
sebagaimana pembahasan selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penyusunan tugas makalah ini adalah :
1. Apa pengertian penahanan ?
2. Siapa pejabat yang berwenang menahan dan berapa lamanya penahanan ?
3. Apa saja macam-macam bentuk penahanan ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian penahanan.
2. Untuk mengetahui pejabat yang berwewenang menahan dan lamanya penahanan.
3. Untuk mengetahui macam-macam bentuk penahanan.

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Penahanan
Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh
penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini (Pasal 1 butir 21 KUHAP). Pasal 21 KUHAP
mengatur baik tentang sahnya maupun tentang perlunya penahanan.Teori membedakan
tentang sahnya (rechvaar-dighed) dan perlunya (noodzakelijkheid) penahanan.
Dalam penahanan adalah satu bentuk rampasan kemerdekaan bergerak seseorang.
Disini terdapat pertentangan antara dua asas, yaitu hak bergerak seseorang yang
merupakan hak asasi manusia yang harus dihormati di satu pihak dan kepentingan
ketertiban umum di lain pihak yang harus di pertahankan untuk orang banyak atau
masyarakat dari perbuatan tersangka. Sahnya penahanan bersifat objektif dan mutlak.
Dikatakan objektif karena dapat dibaca di dalam undang-undang tentang tindak pidana
yang tersangka atau terdakwanya dapat ditahan, dan dikatakan mutlak karena bersifat
pasti, tidak dapat diatur-atur oleh penegak hukum..
Kekeliruan dalam penahanan dapat mengakibatkan hal-hal yang fatal bagi
penahanan. Dalam KUHAP diatur tentang ganti rugi dalam pasal 95 disamping
kemungkinan digugat  pada praperadilan. Ganti rugi dalam masalah salah menahan juga
telah menjadi ketentuan universal.
Dalam proses penahanan terhadap tersangka, maka harus memenuhi 2 syarat, atau
alasan yaitu syarat syarat subjektif dan syarat objektif, sebagai berikut:
1. Syarat Subjektif
Adapun dimaksud syarat subjektif yaitu karena hanya tergantung pada orang
yang memerintahkan penahanan tadi, apakah syarat itu ada atau tidak. Syarat subjektif
sebagaimana diatur di dalam:
Pasal 20 ayat (3) KUHP, yaitu:
 Tersangka/terdakwa dikhawatirkan melarikan diri;
 Tersangka/terdakwa dikhawatirkan akan merusak/menghilangkan barang bukti;
 Tersangka/terdakwa dikhawatirkan akan melakukan lagi tindak pidana
2. Syarat Objektif

2
Adapun dimaksud syarat objektif yaitu yakni syarat tersebut diatur secara
limitative dalam undang – undang . Syarat objektif sebagaimana diatur di dalam
Pasal 21 ayat (4) KUHAP, bahwa penahanan tersebut hanya dapat dikenakan,
apabila : ”Terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau
percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal :
 Tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih;
 Tindak pidana ancamannya kurang dari 5 tahun, tetapi sebagaimana dimaksud
dalam : KUHPidana, yaitu Pasal 282 ayat (3), Pasal 296, Pasal 335 ayat (1), Pasal
351 ayat (1), Pasal 353 ayat (1), Pasal 372, Pasal 378, Pasal 379 a, Pasal 453, Pasal
454, Pasal 455, Pasal 459, Pasal 480 dan Pasal 506;

B. Pejabat Yang Berwenang Menahan dan Lamanya Penahanan


1. Pejabat Yang Berwenang Menahan
Penahanan dapat dilakukan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan
kepentingan penuntutan di sidang pengadilan (Pasal 20 KUHAP) :
1. Penyidik atau Penyidik Pembantu (Pasal 11 ayat 1 KUHAP)
2. Penuntut Umum (Pasal 11 ayat 2 KUHAP)
3. Hakim (Pasal 11 ayat 3 KUHAP), hanya memperpanjang penahanan yang dilakukan
oleh jaksa.
Pejabat yang berwenang memperpanjang penahanan sesuai dengan pasal 29 ayat
(3) berbeda dengan yang berwenang memperpanjang yang biasa. Dalam ayat itu
ditentukan bahwa :
a) Pada tingkat penyidik dan penuntut diberikan oleh ketua pengadilan negeri.
b) Pada tingkat pemerikasaan di pengadilan negeri diberikan olek ketua pengadilan
tinggi.
c) Pada tingkat pemeriksaan banding diberikan oleh Mahkamah Agung.
d) Pada tingkat kasasi diberikan oleh ketua Mahkamah Agung
Dalam hal penggunaan wewenang perpanjangan penahanan tersebut KUHAP
memberi batas-batas sebagai berikut:
1) Tersangka atau terdakwa dapat mengajukan keberatan dalam tingkat penyidikan dan
penuntutan kepada ketua pengadilan tinggi, pemeriksaan pengadilan negeri dan
pemeriksaan banding kepada ketua Mahkamah Agung (pasal 29 ayat (7) KUHAP).

3
2) Tersangka atau terdakwa berhak minta ganti kerugian sesuai dengan ketentuan yang
dimaksud dalam pasal 95 dan pasal 96.

2. Lamanya Penahanan
a) Penyidik = Berwenang untuk menahan tersangka selama 20 hari dan demi
kepentingan penyidikan dapat diperpanjang selama 40 hari
b) Penuntut Umum = Berwenang untuk menahan tersangka selama 20 hari dan demi
kepentingan pemeriksaan yang belum selesai dapat diperpanjang selama 30 hari
c) Hakim Pengadilan Negeri = Berwenang untuk mengeluarkan surat perintah
penahanan terhadap tersangka untuk paling lama 30 hari dan guna kepentingan
pemeriksaan dapat diperpanjang selama 60 hari.
Artinya adalah ketika dalam tiap tingkat pemeriksaan tersangka atau terdakwa
tidak terbukti dan atau masa penahanan untuk kepentingan pemeriksaan sudah lewat
waktu nya maka tersangka atau terdakwa harus dikeluarkan dalam tahanan demi
hukum.
Rincian penahanan dalam hukum acara pidana Indonesia sebagai berikut:
1) Penahanan oleh penyidik atau pembantu penyidik 20 hari
Perpanjangan oleh penuntut umum 40 hari
2) Penahanan oleh penuntut umum 20 hari
Perpanjangan oleh ketua pengadilan negeri 30 hari
3) Penahanan oleh hakim pengadilan negeri 30 hari
Perpanjangan oleh ketua pengadilan negeri 60 hari
4) Penahanan oleh hakim pengadilan tinggi 30 hari
Perpanjangan oleh ketua pengadilan tinggi  60 hari
5) Penahanan oleh Mahkamah Agung 50 hari
Perpanjangan oleh ketua Mahkamah Agung 60 hari
Jadi, seseorang tersangka atau terdakwa dari pertama kali ditahan dalam rangka
penyidikan sampai pada tingkat kasasi dapat ditahan paling lama 400 hari.  Pejabat
yang berwenang memperpanjang penahanan sesuai dengan pasal 29 ayat 3. Menurut
pasal 30 KUHAP, apabila tenggang waktu penahanan sebagaimana tersebut pada pasal
24, pasal 25, pasal 26, pasal 27 dan pasal 28 atau perpanjangan penahanan sebagaimana
tersebut pada pasal 29 ternyata tidak sah, tersangka atau terdakwa berhak minta ganti
kerugian sesuai dengan ketentuan yang dimaksud dalam pasal 95 dan 96.

4
C. Macam-Macam Bentuk Penahanan
Dalam pasal 22 ayat l disebutkan adanya tiga macam bentuk penahanan :
1. Rumah tahanan negara (Rutan)
Tersangka atau terdakwa yang masih sedang dalam proses penyidikan, penuntutan
dan pemeriksaan pengadilan ditahan di Rutan. Sebelum adanya rumah tahanan Negara
ditempat bersangkutan, maka penahanan dapat dilakukan di Kantor Kepolisian Negera,
di Kantor Kejaksaan Negeri, di Lembaga Pemasyarakatan, di Rumah Sakit dan dalam
keadaan yang memaksa ditempat lain.
2. Penahanan Rumah
Hal ini dilaksanakan dirumah tempat tinggal tersangka/terdakwa dengan
mengadakan pengawasan terhadapnya untuk menghindari segala sesuatu yang dapat
menimbulkan kesulitan dalam penyidikan, penuntutan,atau pemeriksaan di sidang
pengadilan.
3. Penahanan kota
Penahanan kota dilaksanakan dikota tempat tinggal atau tempat kediaman
tersangka atau terdakwa dengan kewajiban baginya selama dalam tahanan wajib
melapor diri pada waktu yang ditentukan.
Selama tersangka belum dilimpahkan perkaranya kepenuntut umum, maka tersangka
dapat ditahan di kantor Kepolisian, demikian pula selama penuntut umum belum
dilimpahkan perkaranya ke pengadilan, maka dapat ditahan di kantor Kejaksaan.
Demikian pula tersangka/terdakwa dapat pula ditahan/ditempatkan di lembaga
pemasyarakatan selama belum ada rumah tahanan negara yang tersedia.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh
penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini (Pasal 1 butir 21 KUHAP). Pihak berwajib
yang dapat melakukan penahanan yaitu Penyidik atau Penyidik Pembantu (Pasal 11 ayat 1
KUHAP), Penuntut Umum (Pasal 11 ayat 2 KUHAP) dan Hakim (Pasal 11 ayat 3
KUHAP). Sedangkan jangka waktu penahanan adalah :
 Penyidik = Berwenang untuk menahan tersangka selama 20 hari dan demi kepentingan
penyidikan dapat diperpanjang selama 40 hari
 Penuntut Umum = Berwenang untuk menahan tersangka selama 20 hari dan demi
kepentingan pemeriksaan yang belum selesai dapat diperpanjang selama 30 hari
 Hakim Pengadilan Negeri = Berwenang untuk mengeluarkan surat perintah penahanan
terhadap tersangka untuk paling lama 30 hari dan guna kepentingan pemeriksaan dapat
diperpanjang selama 60 hari.
Kemudian, dalam pasal 22 ayat l disebutkan adanya tiga macam bentuk penahanan
yaitu rumah tahanan negara (rutan), penahanan rumah dan penahanan kota.

6
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Andi.2008. Hukum acara pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

http://makalah-hukum-pidana.blogspot.com/2012/05/penahanan.html

Anda mungkin juga menyukai