Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH BUDI PEKERTI TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS X

SMK NEGERI 1 GUNUNGSITOLI UTARA TAHUN


PELAJARAN 2019/2020

Oleh : Erlinda Zebua

Abstract

This research aims to know how much influence between ethics and the
outcome of learning outcomes of class X semester 2 SMK Negeri 1 North Gunungsitoli
year lesson 2019/2020. His research method is aneskriptif method. The results of his
research is 1) The average character of the class X students of SMK Negeri 1 North
Gunungsitoli is 72.15 is good. 2) The average study results of Grade x students OF
SMK Negeri 1 North Gunungsitoli is 67.08. 3) The influence between the ethical work
of learning outcomes IN Grade x SMK Negeri 1 North Gunungsitoli amounted to
61.20%. 4) There is a significant influence of ethics towards learning outcomes Grade X
Semester 2 SMK Negeri 1 North Gunungsitoli.

Keywords: Characteristics, Students

1. Pendahuluan Budi Pekerti adalah induk dari tata krama


1.1 Latar Belakang dan sopan santun.
Salah satu pembinaan moralitas Tata krama siswa dan sopan
yang dapat membantu siswa santun, merupakan salah satu nilai budi
mengembangkan pola perilaku untuk pekerti siswa disekolah. Tata krama
dirinya yaitu budi pekerti, dimana setiap merupakan kebiasaan adat sopan santun
siswa yang berasal dari latar belakang yang disepakati dalam lingkungan
yang berbeda, mempunyai karakteristik pergaulan antar sesama di tempat sekitar.
yang berbeda dan kemampuan yang Kebiasaan sopan santun yang disepakati
berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus di lingkungan rumah/keluarga, sekolah,
mampu melayani berbagai perbedaan hubungan masyarakat ditempat siswa
tersebut agar setiap siswa dapat berada. Sopan santun adalah Sikap
menemukan jati dirinya dan perilaku seseorang yang merupakan
mengembangkan dirinya secara optimal. kebiasaan yang disepakati dan diterima

1
dalam lingkungan pergaulan. Bagi siswa Berdasarkan uraian di atas dapat
sopan santun merupakan perwujudan budi diperoleh informasi bahwa dengan
pekerti luhur yang diperoleh melalui tingginya budi pekerti siswa di sekolah,
pendidikan dan latihan dari pelbagai orang maka hasil belajarnya meningkat,
dalam kedudukannya masing-masing, sebaliknya jika budi pekerti siswa di
seperti: orang tua dan guru, para pemuka sekolah minim maka akan berdampak
agama dan masyarakat umum dan tulisan- buruk pada hasil belajarnya. Karena
tulisan dan hasil karya para bijak. dengan budi pekerti yang baik, siswa akan
Budi pekerti meningkatkan sungguh-sungguh dan tenang dalam
standar perilaku siswa karena siswa belajar, memiliki sikap perilaku tinggi
berasal dari berbagai latar belakang yang serta menjadi siswa yang patut diteladani.
berbeda, jelas mereka akan memiliki
standar perilaku tinggi, bahkan ada yang 1.2 Tujuan
mempunyai standar perilaku yang sangat Yang menjadi tujuan dalam
rendah. Hal tersebut harus dapat penelitian ini adalah : untuk mengetahui
diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha apakah ada pengaruh budi pekerti
meningkatkannya, baik dalam proses terhadap hasil belajar siswa di SMK
belajar mengajar maupun dalam pergaulan Negeri 1 Gunungsitoli Utara Tahun
pada umumnya. Pelaksanaan aturan Pelajaran 2019/2020.
sebagai alat disetiap sekolah terdapat
aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan 2. Kajian Pustaka
khusus maupun aturan umum yang 2.1 Budi Pekerti
berkaitan erat dengan budi pekerti. 2.1.1 Pengertian Budi Pekerti
Namun kenyataan yang terjadi Budi pekerti adalah nilai-nilai
berdasarkan observasi awal di sekolah, hidup manusia yang sungguh-sungguh
bahwa tingkat budi pekerti siswa masih dilaksanakan bukan karena sekedar
minim. Disebabkan oleh berbagai faktor : kebiasaan tetapi berdasarkan pemahaman
(a) dari pribadi siswa itu sendiri, bersikap dan kesadaran diri untuk menjadi baik.
apatis/tidak mau tahu; “Nilai-nilai yang di sadari dan
(b) dari lingkungan, kurangnya kesadaran dilaksanakan sebagai budi pekerti ini
akan pentingnya budi pekerti; hanya dapat diperoleh melalui peroses
(c) dari keluarga, kurangnya perhatian yang berjalan sepanjang hidup manusia”.
orang tua terhadap anaknya, sehingga (Bertens, 2000:17)
si anak bertindak semaunya saja.

2
Pada saat ini dimana sendi-sendi Bagi siswa sopan santun merupakan
kehidupan banyak yang goyah karena perwujudan budi pekerti luhur yang
terjadinya erosi moral, budi pekerti masih diperoleh melalui pendidikan dan latihan
relevan dan perlu ditingkatkan. Budi dari pelbagai orang dalam kedudukannya
Pekerti yang mempunyai arti yang sangat masing-masing, seperti: orang tua dan
jelas dan sederhana, yaitu : Perbuatan guru, para pemuka agama dan masyarakat
(Pekerti) yang dilandasi atau dilahirkan umum dan tulisan-tulisan dan hasil karya
oleh Pikiran yang jernih dan baik (Budi). para bijak. Dari pendidikan dan latihan
tersebut, diharapkan siswa
2.1.2 Tata Krama, Sopan Santun, mewujudkannya dalam bentuk sikap dan
Etika dan Perilaku Siswa perilaku yang sehat dan serasi dengan
2.1.2.1 Tata krama kodrat, tempat waktu dan lingkungan
Tata Krama terdiri dari 2 kata dimana siswa berada sehari-hari.
Tata: adat, aturan, norma, peraturan.
2.1.2.3 Etika
Krama: Sopan santun, tindakan, kelakuan,
Istilah Etika berasal dari bahasa
perbuatan. Kebiasaan adat sopan santun
Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’
yang disepakati dalam lingkungan
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya
pergaulan antara anggota masyarakat
yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak
disekitar tempat. Kebiasaan sopan santun
arti yaitu : tempat tinggal yang biasa,
yang disepakati dilingkungan rumah/
padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,
keluarga, sekolah, hubungan masyarakat
akhlak, watak, perasaan, sikap, cara
ditempat siswa berada.
berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat
Tata krama ada disetiap
kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah
kelompok masyarakat dimana dan kapan
yang melatar-belakangi terbentuknya
saja, bila kita berkomunikasi seperti
istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai
pekerti berbicara, bertatap muka, atau
untuk menunjukkan filsafat moral.
pembicaraan melalui sarana komunikasi
Jadi, secara etimologis (asal usul
lainnya seperti telepon dan surat kita harus
kata), etika mempunyai arti yaitu “Ilmu
mengerti tata kramanya.
tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan” (K.Bertens,
2.1.2.2 Sopan Santun
2000:33).
Sikap perilaku seseorang yang
merupakan kebiasaan yang disepakati dan
2.1.2.4 Perilaku
diterima dalam lingkungan pergaulan.

3
Menurut Skiner (1999:18) pekerti yang dimiliki oleh seseorang,
merumuskan bahwa “Perilaku merupakan maka moralitasnya akan semakin baik”.
respon atau reaksi seseorang terhadap Kenyataannya banyak sekali nilai-nilai
stimulus (rangsangan dari luar)”. budi pekerti yang diberikan di sekolah
Sedangkan Rathus (1981:64) memberi tidak mendapat dukungan dari keluarga
batasan “Perilaku sebagai kemampuan maupun masyarakat. Contoh, di sekolah
mengekspresikan perasaan, membela hak diajari peduli terhadap lingkungan tetapi
secara sah dan menolak permintaan yang ayahnya sendiri memberi contoh merusak
dianggap tidak layak serta tidak menghina lingkungan, di sekolah ditegaskan bahwa
atu meremehkan orang lain”. mencuri itu perbuatan dosa dan tercela
Kepribadian mencakup semua namun kakaknya sendiri sering mencuri
kualitas khusus yang dimiliki orang yang ayam tetangga, di sekolah diajari saling
mambuatnya berbeda dan orang lain, menyapa bila bertemu teman tetapi di
pesona, energi, disposisi sikap rumah ayah dan ibunya tidak saling tegur
temperamen, kepandaian serta perasaan sapa. Dalam kondisi yang demikian ini
dan perilaku yang ditunjukkan, estimasi siswa akan sulit mencema apa yang
kepribadian penting untuk diajarkan gurunya.
mendiskripsikan dan memahami perilaku. Jadi dengan tingginya budi
pekerti siswa, maka hasil belajarnya akan
2.1.3 Budi Pekerti Siswa dalam semakin meningkat. Karena penilaian
Sekolah yang diberikan oleh guru tidak hanya
Nilai-nilai budi pekerti yang terpaku pada aspek kognitif atau
diterima dari proses pendidikan di sekolah psikomotor saja. Akan tetapi aspek afektif
seringkali kandas oleh pergaulan di dalam (sikap) juga menentukan.
keluarga dan masyarakat sekitarnya. Di E. Mulyasa, (2003:31)
sekolah kurang dari sepertiga waktu mengemukakan strategi umum merancang
dalam sehari sedangkan waktu dua budi pekerti siswa di sekolah, yaitu :
pertiganya ada di masyarakat. Oleh (1) konsep diri; untuk
menumbuhkan konsep diri
karenanya pengaruh keluarga dan
siswa sehingga siswa dapat
masyarakat mempunyai kontribusi yang berperilaku disiplin, guru
disarankan untuk bersikap
sangat besar bagi pembentukan pribadi
empatik, menerima, hangat
siswa. dan terbuka;
(2) keterampilan berkomunikasi;
Suryo S. Negoro (2008:19)
guru terampil berkomunikasi
mengatakan bahwa : “Semakin tinggi budi yang efektif sehingga

4
mampu menerima perasaan menghadapi berbagai
dan mendorong kepatuhan keterbatasan pada hari-hari
siswa; pertama di sekolah, dan guru
(3) konsekuensi-konsekuensi perlu membiarkan mereka
logis dan alami; guru untuk mengetahui siapa yang
disarankan dapat berada dalam posisi sebagai
menunjukkan secara tepat pemimpin.
perilaku yang salah,
sehingga membantu siswa Budi pekerti berkaitan erat juga
dalam mengatasinya; dan
dengan tingkah laku. Dimana tingkah laku
memanfaatkan akibat-akibat
logis dan alami dari perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
yang salah;
terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
(4) klarifikasi nilai; guru
membantu siswa dalam Oleh karena tingkah laku ini terjadi
menjawab pertanyaannya
melalui proses adanya stimulus terhadap
sendiri tentang nilai-nilai dan
membentuk sistem nilainya organisme, dan kemudian organisme
sendiri;
tersebut merespon, maka teori skiner
(5) analisis transaksional; guru
disarankan guru belajar disebut teori “S – O - R” atau Stimulus –
sebagai orang dewasa
Organisme – Respon. Skiner membedakan
terutama ketika berhadapan
dengan siswa yang adanya dua proses.
menghadapi masalah;
1. Respondent respon atau reflexsive,
(6) terapi realitas; sekolah harus
berupaya mengurangi yakni respon yang ditimbulkan oleh
kegagalan dan meningkatkan
rangsangan rangsangan (stimulus)
keterlibatan. Guru perlu
bersikap positif dan tertentu.
bertanggung jawab;
2. Operant respon atau instrumental
(7) disiplin yang terintegrasi;
metode ini menekankan respon, yakni respon yang timbul dan
pengendalian penuh oleh
berkembang kemudian diikuti oleh
guru untuk mengembangkan
dan mempertahankan stimulus atau perangsang tertentu.
peraturan;
(8 ) modifikasi perilaku; perilaku
salah disebabkan oleh a) bentuk tingkah laku
lingkungan. Oleh karena itu,
Dilihat dari bentuk respon
dalam pembelajaran perlu
diciptakan lingkungan yang terhadap stimulus ini, maka tingkah laku
kondusif;
dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
(9) tantangan bagi disiplin; guru
diharapkan cekatan, sangat  Tingkah laku tertutup adalah
terorganisasi, dan dalam
respon seseorang terhadap stimulus
pengendalian yang tegas.
Pendekatan ini dakam bentuk terselubung atau tertutup
mengasumsikan bahwa
(covert).
peserta didik akan

5
 Tingkah laku terbuka adalah 5)   Adoption, subjek telah ber
tingkah laku baru sesuai
respon seseorang terhadap stimulus
dengan pengetahuan,
dalam bentuk tindakan nyata atau kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus.
terbuka. Respon terhadap terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam Apabila penerimaan tingkah laku
bentuk tindakan atau praktek baru atau adopsi tingkah laku melalui
(practice). proses seperti ini didasari oleh
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
b) domain tingkah laku positif maka tingkah laku tersebut akan
Tingkah laku merupakan bentuk menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng
respon dari stimulus (rangsangan dari (long lasting).
luar). Hal ini berarti meskipun bentuk
stimulusnya sama namun bentuk respon d) faktor-faktor yang mempengaruhi
akan berbeda dari setiap orang. Faktor- tingkah laku
faktor yang membedakan respon terhadap Zakiah Darajat, dan J. Paul Centi
stimulus disebut determinan tingkah laku. (1993: 25) mengemukakan beberapa
faktor yang mempengaruhi tingkah laku
c) proses terjadinya tingkah laku
antara lain:
Notoatmodjo (2003:122)
(1) Faktor Usia
mengungkapkan bahwa sebelum orang Pada usia kanak-kanak
tingkah laku di dapat dari
mengadopsi tingkah laku baru (ber
hasil interaksi orang tua
tingkah laku baru), didalam diri orang melalui kasih sayang dan
penghargaan, sedangkan
tersebut terjadi proses yang berurutan,
remaja interaksi dengan
yakni : lingkungan teman
sebayanya.
1)  Awareness (kesadaran),
(2) Jenis Kelamin
yakni orang tersebut
Pria umumnya lebih aktif,
menyadari dalam arti
mandiri, objektif, percaya
mengetahui setimulus
diri dan ambisius.
(objek) terlebih dahulu
Sedangkan wanita
2)  Interest, yakni orang mulai
mempunyai sifak
tertarik kepada stimulus
kebalikannya, disamping
3)  Evaluation (menimbang –
ada beberapa sifat positif,
nimbang baik dan tidaknya
seperti hangat dan
stimulus bagi dirinya). Hal
pengertian terhadap orang
ini berarti sikap responden
lain. Sifat-sifat yang terdapat
sudah lebih baik lagi
pada pria merupakan ciri-
4)  Trial, orang telah mulai
ciri yang dimiliki individu
mencoba tingkah laku baru
dengan harga diri yang

6
tinggi, dan sifat-sifat pada kakaknya mungkin terus
wanita kebalikannya. menerus menganggap dan
(3) Faktor Interaksi Orang Tua memperlakukannya sebagai
dan Anak anak kecil. Akibatnya
Cara-cara orang tua kepercayaan dan harga
memperlakukan anak dalam dirinya berkembang amat
memenuhi kebutuhan- lambat, bahkan sulit
kenutuhan anak akan tumbuh.
diwujudkan dalam pola (5) Sekolah
pengasuhan. Jika orang tua Sekolah merupakan
menunjukkan cinta dan lingkungan kedua setelah
kasih sayang maka anak rumah bagi anak. Disekolah
dibantu untuk memandang sebagai figur utama adalah
dirinya pantas untuk guru. Pribadi, sikap,
dicintai, baik oleh orang lain tanggapan dan perlakuan
maupun dirinya sendiri. seorang guru mempunyai
Sebaliknya jika anak tidak peranan besar bagi
mendapatkan kehangatan, penanaman gagasan dalam
penerimaan dan rasa cinta, pikiran tentang diri anak,
maka anak akan tumbuh karena kesemuanya itu
dengan rasa ragu-ragu dilakukan dan dikemukakan
terhadap dirinya sendiri. dimuka umum, dimuka
Jika orang tua menghargai kelas. Siswa yang banyak
anaknya maka anak melihat diperlakukan buruk
dirinya berharga, tetapi jika (dihukum dan ditegur)
tanggapan orang tua hanya cenderung lebih sulit untuk
berupa kritikkan, koreksi mengembangkan
dan hukuman melulu, maka kepercayaan dan harga diri.
anak akan menyangkal Sebaliknya siswa yang
kebaikan sebagai pribadi banyak dipuji, mendapat
dan meyakini dirinya pantas penghargaan dan diberi
untuk diperlakukan buruk hadiah karena prestasi studi,
dan merasa dirinya tidak seni atau olah raga,
berharga. cenderung lebih mudah
(4) Saudara Sekandung membentuk harga diri yang
Hubungan saudara sehat. Demikian juga dengan
sekandung juga dapat halnya persaingan antar
mempengaruhi siswa baik dalam satu kelas
pembentukan harga diri. maupun disekolah secara
Anak sulung yang keseluruhan.
diperlakukan seperti seorang Semua kompetisi dan
pemimpin oleh adik-adiknya persaingan itu menghasilkan
dan dapat kesempatan yang pemenang dan penderita
lebih besar untuk berperan kekalahan. Siswa yang kerap
dalam keluarga, akan menang dalam kompetisi
mendapat pengembangan tentu saja lebih mudah
tingkah laku yang sehat. mendapatkan kepercayaan
Sedangkan anak bungsu dan tingkah laku yang sehat.
mengalami hal-hal yang Sebaliknya siswa yang
berlawanan. Kakak- melulu kalah lebih sulit

7
dalam mengembangkan seni atau berorganisasi akan
harga diri yang positif. mempermudah individu
(6) Teman Sebaya untuk mengembangkan
Dalam lingkungan luar harga dirinya. Pengalaman
rumah, pergaulan dengan keberhasilan dan kegagalan
teman-teman, apakah sudah dimulai sejak kecil
individu tersebut dikagumi dan akan terjadi sepanjang
dan dihormati atau tidak, kehidupan.
akan menentukan dalam Pengalaman kegagalan dapat
pembentukan gambaran menghambat perkembangan
dirinya. Perlakuan teman- harga diri yang sehat. Bila
teman atau kenalan dapat kegagalan terus menerus
menguatkan atau menimpa diri individu, maka
melemahkan gambaran diri, harga dirinya akan hancur.
dan juga dipengaruhi oleh
perbandingan diri sendiri
2.2 Hasil Belajar Siswa
dengan orang lain. Bila
individu tersebut Dalam hal belajar ada dua
menemukan dirinya “kalah”
perubahan yang ingin dicapai oleh siswa.
dengan teman yang lain,
maka harga diri yang positif Slameto (2003:2) menyatakan bahwa
akan terhambat
“Belajar adalah suatu proses usaha yang
pertumbuhannya.
Sebaliknya bila individu dilakukan individu untuk memperoleh
tersebut sama baik atau
suatu perubahan tingkah laku yang baru
lebih baik dari teman-
temannya maka rasa harga secara keseluruhan, sebagai hasil
diri dipacu berkembang
pengalaman individu itu sendiri dalam
lebih baik.
(7) Masyarakat interaksi dengan lingkungannya”.
Sebagai anggota
Oleh karena itu seseorang yang
masyarakat, sejak kecil
semua orang sudah dituntut melakukan aktifitas belajar dan diakhiri
untuk bertindak menurut
dari aktifitasnya itu telah memperoleh
patokan tertentu yang
berlaku dalam masyarakat. perubahan dalam dirinya dengan memiliki
Namun, itu menjadi bagian
pengalaman baru, maka individu itu
dari cita-cita diri individu.
Semakin individu tersebut dikatakan telah belajar.
mampu memenuhi norma
Kemudian menurut Waluyo
dan diterima masyarakat,
maka semakin berkembang (1987:2) mengatakan bahwa “Hasil
harga diri individu tersebut.
belajar adalah penguasaan yang dicapai
(8) Pengalaman
Pengalaman tentang diri oleh siswa dalam mengikuti program
sendiri selalu dipengaruhi
pengajaran atau belajar mengajar sesuai
oleh pengalaman
keberhasilan dan kegagalan dengan tujuan yang ditetapkan”.
yang dialami. Keberhasilan
Selanjutanya Anas Sudijono (1995:30)
studi, bergaul, berolah raga,

8
mengatakan bahwa “hasil belajar adalah (5) Sintesis (Synthesis).
tingkat penguasaan peserta didik terhadap (6) Evaluasi (Evaluation).
tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai b. Ranah Afektif (Afective Domain)
dalam unit-unit program pengajaran atau (1) Penerimaan (receiving).
tingkat pencapaian terhadap tujuan-tujuan (2) Partisipasi (Responding).
umum pengajaran”. Jadi, sesuai dengan (3) Penilaian (Valuing).
pendapat diatas, hasil belajar merupakan (4) Organisasi (Organization).
hasil yang dicapai seseorang kerah yang (5) suatu sistem nilai yang konsisten.
lebih baik setelah mengalami dan (6) Pembentukan pola hidup.
mengikuti proses pengajaran. Untuk c. Ranah Psikomotorik (Psychomotor
mengetahui hasil belajar siswa dalam domain)
pelajaran perlu diadakan evaluasi atau tes (1) Persepsi (Perception).
hasil belajar. Hasil belajar ini dinyatakan (2) Kesiapan (set)
dalam bentuk angka ataupun huruf pada (3) Gerakan terbimbing (Guided
tiap periode tertentu. respons).
Hasil belajar siswa dapat diukur (4) Gerakan yang terbiasa
melalui tes evaluasi hasil belajar, dan (Mechanical respons).
sejauh mana siswa menguasai materi (5) Gerakan kompleks (Complex
pelajaran yang diterima. Menurut Bloom respons).
Arikunto (1984:112) mengatakan bahwa (6) Penyesuaian pola gerakan
“Dalam taksonominya mengelompokkan (adjustment).
kemampuan siswa dalam menguasai (7) Kreativitas (creativity).
meteri pelajaran yang meliputi ranah Menurut W.S. Winkel dalam
kognitif, afektif, psikomotor”. bukunya Psikologi Pendidikan dan
Dalam taksonomi Bloom Evaluasi Belajar yaitu “Bahwa proses
dijelaskan aspek-aspek jenis-jenis tingkah belajar yang dialami oleh murid
laku pada hasil belajar yang harus dicapai menghasilkan perubahan-perubahan
siswa. Adapun taksonomi klasifikasi dalam bidang pengetahuan/ pemahaman,
tersebut sebagai berikut: dalam bidang ketrampilan, nilai dan
a. Ranah kognitif (cognitive domain) sikap”. Adanya perubahan itu tampak di
(1) Pengetahuan (knowledge). dalam prestasi belajar yang dihasilkan
(2) Pemahaman (Comprehension). oleh siswa terhadap pertanyaan/persoalan
(3) Penerapan (Aplication). tugas yang diberikan oleh guru. Senada
(4) Analisis (Analysis). dengan itu menurut Prayitno (1973:1)

9
mengatakan bahwa “Hasil belajar adalah 4.1.2 Hasil Belajar
sesuatu yang diperoleh, dikuasai atau Berdasarkan perhitungan rata-
merupakan hasil dari adanya belajar”. rata, maka hasil belajar pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di
3. Metode Penelitian kelas X semester 2 SMK Negeri 1
Metode yang digunakan dalam Gunungsitoli Utara Tahun Pelajaran
penelitian ini ialah metode deskriptif
2019/2020 diperoleh X = 67,08 dengan
(pendekatan kuantitatif) yaitu metode
kategori cukup.
“Penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan mengenai status suatu
4.1.3 Koefisien Korelasi
gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa
Mencari koefisien korelasi
adanya pada saat penelitian dilakukan”.
bertujuan untuk menguji hipotesis
(Arikunto, 2000:309).
penelitian apakah diterima atau ditolak
kebenarannya serta untuk mengetahui
4. Hasil dan Pembahasan
apakah kedua variabel penelitian
4.1 Deskripsi Temuan Penelitian
mempunyai pengaruh yang signifikan.
4.1.1 Hasil Angket
Dalam mencari koefisien korelasi,
Sebelum Angket dijadikan
variabel X adalah angket tentang budi
sebagai instrumen penelitian, maka
pekerti sedangkan variabel Y adalah hasil
terlebih dahulu di uji cobakan di sekolah
belajar siswa berupa dokumentasi sekolah
lain yakni di SMA Negeri 1 Gunungsitoli
yakni nilai akhir sekolah Tahun Pelajaran
Utara. Angket menggali informasi tentang
2019/2020. Agar skala skor angket
budi pekerti. Untuk memperoleh data
(variabel X) dengan hasil belajar siswa
tersebut maka peneliti menyiapkan daftar
(variabel Y) sama, maka peneliti
pertanyaan kepada responden untuk
mentransformasikannya dengan
dijawab sesuai dengan keadaan yang ada.
menggunakan skala 1 – 100.
Hasil angket diolah menggunakan skala
Berdasarkan perhitungan
linkert dengan melakukan penghitungan
diperoleh rhitung = 0,782. Jika harga rhitung
skor mentah menjadi baku (nilai).
dibandingkan dengan harga rtabel pada  =
Selanjutnya berdasarkan perhitungan
0,05 dan n = 40, maka diperoleh r tabel =
pada lampiran 9 diperoleh X = 72,15 0,312 jadi sesuai dengan kriteria r hitung >
dengan kategori baik. rtabel yaitu 0,782 > 0,312. Maka koefisien
korelasi berada pada taraf korelasi tinggi.

10
Dengan demikian ada pengaruh yang
signifikan budi pekerti terhadap hasil 4.2 Pembahasan Temuan Penelitian
belajar siswa di kelas X semester 2 SMK Pembahasan penelitian
Negeri 1 Gunungsitoli Utara Tahun dimaksudkan untuk memberikan
Pelajaran 2019/2020. interpretasi yang memungkinkan
penerapannya dalam kehidupan sehari-
4.1.4 Determinan Korelasi hari. Sebagai tindak lanjut atas hasil
Untuk mengetahui besar penelitian yang telah dikemukakan di atas,
konstribusi variabel X terhadap variabel Y maka dilakukan pembahasan temuan
yaitu besar sumbangan budi pekerti penelitian yang terdiri dari : (1)
terhadap hasil belajar di kelas X semester permasalahan pokok yang diteliti, (2)
2 SMK Negeri 1 Gunungsitoli Utara pemberian jawaban umum terhadap
Tahun Pelajaran 2019/2020adalah permasalahan pokok, (3) penafsiran
61.20%. temuan penelitian, (4) mengkontraskan
dengan teori yang ada, (5) implikasi
4.1.5 Pengujian Hipotesis temuan penelitian, (6) keterbatasan
Untuk mengetahui ada tidaknya temuan penelitian, sebagai berikut:
pengaruh yang signifikan budi pekerti a. Permasalahan Pokok Yang Diteliti
terhadap hasil belajar di kelas X semester Masalah pokok yang telah
2 SMK Negeri 1 Gunungsitoli Utara diuraikan pada rumusan masalah, yaitu
Tahun Pelajaran 2019/2020 dilakukan ada pengaruh budi pekerti terhadap hasil
pengujian hipotesis. Berdasarkan belajar kelas X semester 2 SMK Negeri
perhitungan hipotesis maka diperoleh thitung 1 Gunungsitoli Utara Tahun Pelajaran
= 7,943 dan ttabel pada taraf signifikan 5% 2019/2020. Untuk mengetahui
dengan dk = 40-2=38 adalah 1,686. bagaimana budi pekerti siswa disekolah
Berdasarkan kriteria hipotesis Ha terima diberikan angket tertutup kepada siswa.
jika thitung ≥ thitung, maka Hipotesis diterima. Hasil angket dalam bentuk skor diolah
Hal ini berarti hipotesis yang berbunyi: menjadi nilai dan hasil belajar siswa
“Ada pengaruh yang signifikan Budi merupakan dokumentasi sekolah.
Pekerti terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas X Semester II di SMK Negeri 1 b. Jawaban Umum Atas Permasalahan
Gunungsitoli Utara Tahun Pelajaran Pokok
2019/2020” diterima pada taraf signifikan Setelah dilakukan penelitian
5% (α=0,05) atau taraf kepercayaan 95%. dengan metode deskriptif (pendekatan

11
kuantitatif) diperoleh jawaban atas tergolong sangat baik, karena siswa di
permasalahan pokok tersebut diuraikan SMK Negeri 1 Gunungsitoli Utara di
sebagai berikut: Kota Gunungsitoli merupakan siswa
 Rata-rata budi pekerti siswa di yang terpelajar dan sadar akan
kelas X SMK Negeri 1 peraturan yang berlaku di sekolah, dan
Gunungsitoli Utara semester 2 juga guru-guru yang profesional pada
Tahun Pelajaran 2019/2020 bidangnya masing-masing. Akan tetapi
adalah 72,15 tergolong baik. kenyataannya tidak demikian. Hal ini
 Rata-rata hasil belajar siswa di dapat terjadi karena tidak diawali
kelas X SMK Negeri 1 dengan pembelajaran sehingga subjek
Gunungsitoli Utara semester 2 tidak memiliki kesiapan mengerjakan
Tahun pelajaran 2019/2020 angket, dapat juga terjadi karena
adalah 67,08. adanya ketidak seriusan siswa dalam
 Pengaruh budi pekerti terhadap mengerjakan angket, karena tidak
hasil belajar di kelas X SMK terpengaruh pada hasil belajar, dan
Negeri 1 Gunungsitoli Utara yang membuat angket bukan guru
semester 2 Tahun Pelajaran bidang studi Pendidikan
2019/2020 sebesar 61,20%. Kewarganegaraan mereka. Hal inilah

 Ada pengaruh yang signifikan yang perlu diperhatikan, tingkat budi

budi pekerti siswa terhadap hasil pekerti siswa berada taraf baik, namun

belajar di kelas X semester 2 pada taraf tinggi dan sangat tinggi

SMK Negeri 1 Gunungsitoli Utara sejalan dengan kemajuan ilmu

Tahun Pelajaran 2019/2020. pengetahuan dan teknologi.

c. Penafsiran Atas Temuan Penelitian 5. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan jawaban 5.1 Kesimpulan

permasalahan pokok di atas dapat Berdasarkan temuan penelitian,

diketahui bahwa ada pengaruh yang peneliti dapat menarik kesimpulan dalam

signifikan budi pekerti terhadap hasil penelitian ini sebagai berikut :

belajar siswa. Tingkat budi pekerti a. Rata-rata budi pekerti siswa di

siswa tergolong baik. kelas X SMK Negeri 1

Sebenarnya peneliti meramalkan Gunungsitoli Utara semester 2

bahwa tingkat budi pekerti siswa Tahun Pelajaran 2019/2020


adalah 72,15 tergolong baik.

12
b. Rata-rata hasil belajar siswa di kehidupan sehari-hari karena hal
kelas X SMK Negeri 1 ini yang dapat menunjang
Gunungsitoli Utara semester 2 keberhasilan dalam belajar.
Tahun pelajaran 2019/2020 c. Hendaknya Orang tua
adalah 67,08. bekerjasama dengan guru untuk
c. Pengaruh budi pekerti siswa menunjang prestasi siswa yang
terhadap hasil belajar di kelas X gemilang, serta dapat diandalk.an
SMK Negeri 1 Gunungsitoli Utara ditengah-tengah masyarakat
semester 2 Tahun Pelajaran
2019/2020 sebesar 61,20%. 6. Daftar Pustaka
d. Ada pengaruh yang signifikan Arikunto, Suharsimi, 2001, Prosedur
budi pekerti siswa terhadap hasil
Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta
belajar di kelas X semester 2
Bertens, 2000, Pendidikan Budi Pekerti,
SMK Negeri 1 Gunungsitoli Utara
PT Gramedia, Jakarta
Tahun Pelajaran 2019/2020
Moleong, Lexy. 2002. Metodelogi
dengan thitung 7,943 ≥ ttabel 1,6866.
Penelitian kualitatif, PT. Rosda
Karya Bandung
5.2 Saran
Mulyasa, E, 2003, Budi Pekerti Siswa
Berdasarkan temuan penelitian, disekolah, PT Gramedia, Jakarta
pembahasan dan kesimpulan dalam
Prayitno, 1973, Penilaian Dalam
penelitian ini maka beberapa saran dari Mengajar, FIP IKIP Padang,
Padang
peneliti sebagai berikut :
a. Hendaknya sebagai guru dan Rathus, 1981, Pendidikan Budi Pekerti,
CV. Ilmu, Bandung
calon guru selalu memupuk dan
meningkatkan budi pekerti siswa
Sudijo, Anas, 1995, Strategi Belajar
sehingga dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dapat Mengajar, Angkasa, Bandung
berjalan lancar, tertib dan
Waluyo, 1989, Penilaian Pencapaian
kondusif. Hasil Belajar, Dirjen Dikti, Jakarta
b. Hendaknya sebagai seorang siswa
Winkel, US, 1983, Psikolog Pendidikan
menyadari akan pentingnya budi
dan Evaluasi Belajar, PT Gramedia,
pekerti, serta mampu
Jakarta
mengaplikasikannya dalam

13
14

Anda mungkin juga menyukai